Anda di halaman 1dari 8

Patahnya Pegas Ulir Kereta Api Akibat Kelebihan Beban (M.N.

Setia Nusa)

PATAHNYA PEGAS ULIR KERETA API AKIBAT KELEBIHAN BEBAN

THE BREAKING OF TRAIN SPRING COIL CAUSED BY


OVERWEIGHT
M. N. Setia Nusa
Peneliti Bidang Kajian Material
Balai Besar Teknologi Kekuatan dan Struktur – BPP Teknologi
e-mail: naswir.setia@bppt.go.id

Abstrak

Pada pegas ulir yang mengalami kerusakan dilakukan pemeriksaan pada permukaan
patah dan materialnya, dilakukan penelitian untuk mengetahui penyebab terjadinya
kerusakan per koil tersebut dan mencari solusi agar kejadian tidak terulang pada
masa yang akan datang. Untuk itu dilakukan pemeriksaan secara visual, fraktografi,
metalografi, uji kekerasan dan uji komposisi kimia. Dari hasil pemeriksaan didapatkan
temuan kerusakan dengan ciri-ciri patah lelah (fatique) mengalami patah lelah dengan
tegangan dinamis yang tinggi dimana area patah lelahnya dibawah 5%. Terjadi
tegangan tinggi berupa tegangan bending diujung per karena pelat penumpu
mengalami beban berlebih sehingga terjadi deformasi yang memungkinkan terjadinya
kondisi kantilever di ujung per tersebut sehingga per tidak kuat menahan beban dan
patah.

Kata kunci : Pegas, beban, deformasi, lelah, patah.

Abstract

An investigation of a failure coil spring must be applied to the fracture as well the
material, to find out the problem. Therefore some recommended action could be given
to avoid a repitition of such damage. Some methodes of inspection should be
performed such as visual observation, fractography, metallography, hardness test and
chemical analysis.
The result of investigation showed a fatigue fracture caused by high dynamic load
wich is applied during service with a fracture below 5 %. A high cantilever bending
tension at each end of the spring has occurred due to overload condition on main
base plate wich rised deformation. There by the coil spring has broken.

Keyword : Spring, load, deformation, fatigue, fracture

Diterima (recieved) : 22 Juni 2015, Direvisi (Revised) : 23 Juli 2015, Disetujui


(Accepted) : 27 Juli 2015

PENDAHULUAN kejut dimana per berfungsi buat membantu


kerja shock karena shockbreaker tidak bisa
Pegas ulir yang berfungsi menyerap balik lagi posisinya setelah menerima beban
kejutan dari bantingan akibat jalanan dan arah naik dengan kata lain, salah satu fungsi
getaran roda-roda agar tidak di teruskan ke per itu buat jaga ketinggian mobil atau shock
body kendaraan secara langsung, Fungsi per itu memperhalus getaran atau kejutan yg
(spring) dan shockbreaker, suspensi semua dihasilkan jalan baik itu lubang atau polisi tidur.
part yg fungsinya berhubungan sama kaki-kaki Tetapi shock tidak bisa balik lagi ke posisinya
dan stabilitas terhadap mesin antara lain per, jika tidak pakai per. Jadi fungsi utama dari
shock, swing arm atau sayap sampe part Shock Absorber dan penopangnya adalah
tambahan seperti stabilizer dan link stabilizer, untuk menjaga kestabilan ban berinteraksi
strut bar. Untuk shock dan per berbeda dengan dengan jalan, sehinga dapat mengendalikan
masing-masing fungsi yang sama-sama peredam kendaraan dengan baik-akibat kejutan jalan

ISSN 1410-3680 59
M.P.I. Vol.9, No 2, Agustus 2015, (59-66)

yang tidak rata. Sebenarnya kerja sudah patah. Pemeriksaan dilakukan di


shockbreaker mirip dengan pompa oli, jadi laboratorium.
ketika terjadi ayunan pada kendaraan
shockbreaker bekerja, batang shock yang di Data Teknis
kaitkan pada chasis kendaraan akan bekerja Sampel : Pegas ulir kereta api
sebagai pompa, sedangkan bagian shock yang Material : 60Si2CrVA (Jiangxi
lainya menjadi tabung oli yang dipompa dan di LiHuan Spring Co., Ltd.
kendalikan kecepatan dan volumenya dengan SUP 9
mekanisme katup atau orifis yang terdapat di Dimension :
atas dan di bawah shockbreaker, sehingga - Tinggi = 286 mm
ayunan tadi dapat diredam kecepatan dan - Diameter luar = 180 mm
besarnya. - Diameter tengah = 150 mm
Pada pegas tipe ulir untuk kereta api - Diameter dalam = 120 mm
mengalami patah. Untuk investigasi penyebab - Diameter kawat = 30 mm
patahnya dilakukan analisa kerusakan Proses : Heat-treatment sampai
terhadap sampel pegas (Gambar 1), kekerasan HRC 47-52
menunjukan pegas yang masih utuh dan

Gambar 1.
Pegas ulir kereta api sebagai sampel untuk dilakukan analisa kerusakan No. 13
dalam kondisi patah di satu lokasi

BAHAN DAN METODE Pemeriksaan Metalografi

Pemeriksaan visual dan makro fraktografi Pemeriksaan metalografi merupakan


suatu metode pemeriksaan yang dilakukan
Pemeriksaan visual dilakukan untuk untuk mengamati struktur mikro dengan
mengidentifikasi karakteristik kerusakan dan menggunakan mikroskop optik pada area yang
menentukan daerah awal penyebab kerusakan rusak lebih detail dan dianggap mewakili serta
yang nantinya dipilih untuk pemeriksaan lebih area sekitarnya untuk dilakukan analisis
mendalam, metode pemeriksaan visual ini kerusakan. pemeriksaan metalografi dilakukan
dilakukan dengan mengamati kondisi area juga untuk memeriksa kemungkinan adanya
yang rusak secara cermat dan di void, retak mikro, ataupun cacat mikro lainnya
dokumentasikan dengan gambar yang mungkin berpengaruh sebagai penyebab
menggunakan kamera dan pemeriksaan kerusakan dan pecahnya pegas ulir. Hasilnya
makrografi menggunakan mikroskop stereo lalu didokumentasikan dengan kamera digital.
untuk mengidentifikasi awal kerusakan di Persiapan benda uji metalografi mengacu
permukaan daerah yang rusak, sehingga area pada standard ASTM E 3-01 yang meliputi
tersebut dapat diamati pada perbesaran yang beberapa tahapan antara lain :
lebih besar dibandingkan pemeriksaan visual a. Pemotongan benda uji metalografi berupa
dan didapatkan informasi lebih jelas dengan material pegas ulir menggunakan mesin
perbesaran sampai dengan 25X. Pemeriksaan potong.
makrografi mengacu pada standard ASTM E b. Proses pembentukan/pencetakan sampel
340-00. uji menggunakan bubuk technovit atau
acryfix yang dicampur dengan cairan
pengeras dengan perbandingan tertentu,

60 ISSN 1410-3680
Patahnya Pegas Ulir Kereta Api Akibat Kelebihan Beban (M.N.Setia Nusa)

dimana campuran cairan tersebut menjadi ASTM E 415-99a, dengan menggunakan


keras setelah beberapa menit. Metorex Arc-Met 930SP.
c. Proses grinding atau pengampelasan Permukaan sampel yang akan diuji digerinda
menggunakan mesin grinding tangan dan dulu dan diamplas dengan kehalusan
kertas ampelas dengan kekasaran mulai menggunakan amplas 40 CCW sesuai dengan
dari 80,120, 220, 360, 500, 600, 800, 1000, standard alat komposisi kimia yang digunakan.
dan 1200 mesh.
d. Proses pencucian menggunakan alkohol
95% kemudian dikeringkan dengan
peralatan pengering (hair dryer).
e. Proses polishing/pemolesan sampel uji
dengan menggunakan diamond pasta.
Selanjutnya dilakukan proses mikroetsa
sampel uji yang mengacu pada standard
ASTM E 407-01 dimana larutan yang
digunakan adalah Nital 2%.

Gambar 3.
Pegas ulir no.12 kondisi yang masih utuh
sebagai pembanding pada patahnya pegas
Gambar 2.
ulir.
Foto makro permukaan patah pegas ulir no. 13
menunjukkan patahan yang dimulai pada
lingkar pertama di daerah titik tumpu berupa
patah lelah (fatique fracture) HASIL DAN PEMBAHASAN
Fraktografi
Uji Kekerasan
Hasil pemeriksaan fraktografi dapat dilihat
Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui bahwa: pegas ulir no.12 kondisi utuh sebagai
perbedaan nilai kekerasan di area yang pembanding sehingga dapat diamati kondisi
dianggap normal dengan area sekitar patahan. pegas ulir sebelum terjadinya patah. Hasil
Pengujian kekerasan dilakukan dengan alat pengujian fraktografi ditunjukan pada gambar 2
Frank finotest dengan nilai kekerasan dalam pegas ulir no.13 kondisi patah di satu lokasi /
skala Vickers dengan metode yang digunakan sisi di ujung pegas ulir.
indentasi Vickers microhardness mengacu Permukaan patah lelah (beachmark) dibawah
pada ASTM E92. Beban yang digunakan 5%, sisanya patah statik (radial mark), pada
adalah 5 kgf dengan menggunakan indentor gambar 7.
intan, kemudian hasil yang didapat diukur Metalografi
dengan mikroskop dan dihitung dengan
Hasil pemeriksaan metalografi dapat dilihat
menggunakan tabel nilai kekerasan VHN
bahwa pada pegas ulir no.13: struktur mikro
(Vickers Hardness Number).
pegas ulir potongan melintang dan memanjang
adalah martensit temper yang mengandung
Uji Komposisi Kimia
inklusi.
Pengujian komposisi kimia material Pegas ulir No. 12 sebagai pembanding:
Connecting rod untuk mengetahui unsur yang Struktur mikro pegas ulir potongan melintang
digunakan apakah sesuai atau tidak dengan dan memanjang sama dengan pegas ulir 13
spesifikasi yang dibutuhkan. Pemeriksaan adalah martensit temper yang mengandung
komposisi kimia mengacu pada standard inklusi 5].

ISSN 1410-3680 61
M.P.I. Vol.9, No 2, Agustus 2015, (59-66)

Komposisi Kimia
Hasil pemeriksaan komposisi kimia
menunjukkan bahwa material pegas ulir lebih
sesuai dengan 60Si2CrVa seperti dapat dilihat
pada Tabel 1.
Bila dibandingkan dengan JIS G4801,
x1 x2 x3 x4 x5
material pegas ulir lebih mendekati ke SUP 12
dengan kandungan Cr yang berlebih (hasil uji:
diatas 1%, SUP 12: 0,60-.0,90).

Tabel 1.
Hasil Uji Komposisi Kimia
Nilai Kandungan
Unsur (%)
Standar
Pegas Pegas
Unsur Gambar 4
ulir No. ulir No. 60Si2CrVA
Lokasi pengujian kekerasan, pengujian yang
12 13
diambil pada x1 sampai x5 di permukaan
Fe 95,99 95,98 remainder pegas ulir yang dipotong secara melintang
(pegas ulir berbentuk lingkaran) dan titik-titik
C 0,57 0,43 0,56 – 0,64 pengambilan sampel uji kekerasan.
Si 1,57 1,48 1,4 – 1,8
Mn 0,57 0,59 0,4 – 0,7
Cr 1,24 1,29 0,9 – 1,2
Ni 0,040 0,030 < 0,35
S 0,0016 0,0032 0,035
P 0,0095 0,013 0,035

Kekerasan

Hasil pengujian kekerasan disajikan dalam


Tabel 2 kekerasannya adalah (nilai rata-rata):
50,3 HRC (pegas ulir no.12) dan 52,18 HRC
(pegas ulir no. 13). Kekerasan material pegas
Gambar 5.
ulir (60Si2CrVA) setelah heat treatment adalah
Pegas ulir no. 13 mengalami patah di lokasi
47-52 HRC.
satu sisi putaran dari ujungnya.
(patahan berada pada ± 10 mm dari ujung
Tabel 2.
pegas ulir).
Hasil Uji Kekerasan (HRC)
Hasil Pengujian Standar Untuk mengetahui penyebab patah (fracture)
No 60Si2CrVA suatu part dapat diamati dari bentuk patahan
Pegas Pegas
ulir 12 ulir 13 atau pola patahnya pada permukaan patahan.
(Utuh) (Patah) Ada 2 pola patah pada permukaan:
1 49,8 52,0 1. Patah lelah (fatigue fracture)
Bila patah lelah yang terjadi, maka pada
2 49,7 52,4
permukaan patah akan tampak beachmark
3 50,5 52,8 47-52 yang berupa alur melengkung (kurva) sejajar
4 51,0 52,2 dengan pusatnya sebagai awal/pusat patah.

5 50,5 51,5

62 ISSN 1410-3680
Patahnya Pegas Ulir Kereta Api Akibat Kelebihan Beban (M.N.Setia Nusa)

Beach mark

Pusat kurva beach mark


sebagai awal penjalaran retak

Gambar 6.
Pola patah lelah yang ditunjukkan oleh adanya beachmark.2] dapat dilihat dan dibedakan adanya alur-
alur perbedaan warna yang dapat menentukan terjadinya beachmark secara bertahap.

Patah lelah ini diciptakan oleh beban berulang


(dynamic tegangan) yang nominalnya dibawah
tegangan yield material,7]. Yang bisa
ditunjukkan oleh beachmark ini adalah
semakin besar area beachmark semakin kecil
beban berulang yang dialaminya dan
sebaliknya, semakin kecil area beachmark
ditemukan di permukaan patah semakin besar Radial mark di
beban dinamik yang bekerja ).1] seluruh permukaan
patah
2. Patah statik
Jenis lain pola patah adalah patah statik. Ciri-
ciri dari patah statik adalah: Awal patah
Cup and cone, dimana permukaan patah Gambar 7.
memiliki sudut patah 45o dan menunjukkan Pola patah statik dengan radial mark.2] dapat
sifat material getas. dilihat alur-alur halus yang menginformasikan
Pada permukaan patah statik, bisa ditemukan: terjadinya rambatan perpatahan.
Chevron mark, dimana alur patah di
permukaan berupa huruf V atau radial mark,
dimana alur patah berupa jejak radial yang 4
memusat ke satu titik 9].
Kedua pola patah itu memiliki alur perambatan
retak yang berlangsung cepat (rapid crack
propagation) dan bisa menunjukkan titik/lokasi
awal patah.
Disini ditunjukkan pola radial mark seperti
dapat dilihat pada gambar dibawah.3] (ASM
Volume 11 - 1998).
Foto makro (gambar 8), permukaan patah
pegas ulir menunjukkan patahan yang dimulai
pada lingkar pertama di daerah titik tumpu.
Gambar 8.
Foto makro permukaan patah yang
memperlihatkan alur-alur rambatan patah 10]
pada pegas ulir no 13.

ISSN 1410-3680 63
M.P.I. Vol.9, No 2, Agustus 2015, (59-66)

Hasil pemeriksaan fraktografi pada Selain faktor tegangan dinamis yang tinggi
permukaan pegas ulir yang patah (no. 13) sebagai penyebab area patah lelah kecil,
menunjukan pola patah lelah, berupa faktor lain adalah sifat material yang getas.
beachmark, 15] dan statik, berupa radial mark. Material pegas ulir ini telah diproses heat
Beachmark dibentuk oleh adanya perambatan treatment untuk meningkatkan kekerasannya
retak, yang ketika luas sisa tidak dapat lagi (sampai HRC 47-52). Konsekwensinya adalah
menahan tegangan yang bekerja, terjadi penurunan umur lelah (fatigue life) karena
kepatahan akhir, yang dicirikan oleh radial terjadinya juga penurunan ductility.
mark. Melihat areanya, area patah lelah sangat Selanjutnya, bila diperhatikan, area patah lelah
kecil, dibawah 5% pada pegas ulir no. 13, ini pada pegas ulir no. 13 ini bisa berhubungan
menunjukkan bahwa tegangan dinamis yang dengan hasil pengujian kekerasan, yaitu HRC
bekerja pada pegas ulir itu sangat besar. 52,18 Jadi kekerasan pegas ulir tersebut
Spring yang digunakan untuk kereta api ini kurang getas 4].
adalah tipe tekan (compression spring). Pada pegas ulir kereta api ini tegangan
Normalnya beban diterimanya adalah bending terjadi pada ujung pegas ulir dimana
sepenuhnya tekan 14]. Dengan ditemukannya ujung pegas ulir berlaku sebagai tumpuan dan
area patah lelah, menunjukkan telah tercipta ini seharusnya tidak terjadi. Hal ini terjadi
beban lentur (bending). Melihat patahan pada kemungkinan karena pelat penumpu pegas ulir
pegas ulir no. 13, yang terjadi di ujung pegas tidak bekerja baik, atau tidak dapat menahan
ulir, menunjukkan bahwa ujung pegas ulir ini beban tekan, sehingga pelat terdeformasi dan
telah berfungsi sebagai tumpuan, sehingga di pegas ulir oil tidak tertahan sebagian 16].
ujung pegas ulir ini terjadi struktur kantilever. Sedangkan pada per koil no. 12 tidak
Dibawah tegangan dinamis yang bekerja pada mengalami patah kemungkinan karena pelat
pegas ulir, terjadi retak awal yang lalu penumpu tidak menahan beban tekan
merambat. Tegangan dinamis ini dipastikan seluruhnya.
tinggi, diperkirakan mendekati nilai tegangan Kepatahan pegas ulir yang terjadi di ujung
yield material pegas ulir, ini karena area pegas ulir merupakan kejadian yang umum.2]
beachmark belum sampai 5% (pegas ulir no. (ASM XI hal. 550-551) yang disebabkan oleh
13), pegas ulir sudah mengalami patah akhir tegangan berlebih (overstress). Demikian juga
(final fracture). Foto makro permukaan patah yang terjadi pada pegas ulir no. 12 dan 13.
pegas ulir no. 13 menunjukkan patahan yang Walaupun material yang digunakan sudah
dimulai pada lingkar pertama di daerah titik overspec (diatas grade SUP 9, bahkan diatas
tumpu berupa patah lelah (fatique fracture). SUP 12, material yang digunakan setelah di
dicirikan oleh adanya alur garis pantai (beach heat-treatment menjadi getas. Dikombinasi
mark) sekitar 4-5 mm atau sekitar tidak lebih dengan sifat material pegas ulir yang getas itu,
dari 5 % dari luas permukaan patah. Sisa maka kepatahan per koil terjadi dengan cepat
11]
permukaan patah (residual fracture) berupa . Untuk menghindari terulangnya kejadian
patah statik yang dicirikan oleh radial mark yang sama pada pegas ulir ada beberapa
atau garis-garis radial yang memusat ke solusi yang bisa diajukan pada saran.
pusat/awal patah.

Titik awal patah


Gambar 9.
Foto makro di lokasi awal patah lelah dengan lebar daerah patah lelah 4-5 mm (tanda panah) dan
mempunyai perambatan alur garis pantai (beachmark) yang merupakan ciri patah lelah.

64 ISSN 1410-3680
Patahnya Pegas Ulir Kereta Api Akibat Kelebihan Beban (M.N.Setia Nusa)

Inklusi

200x
100µm
Gambar 10.
Sampel potongan melintang A-B (gambar kiri) pada daerah patah lelah terdapat
strukturmikro berupa martensit temper dan terdapat inklusi pengotor/sulfide
menyebar merata (gambar kanan) Etsa : nital 2%

SIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH


A
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisa Ucapan terima kasih kami sampaikan
kerusakan ini adalah: kepada Bapak Ir. Sukandar, MT di B2TKS -
Pegas ulir no. 13 (sampel penelitian) BPPT yang sangat membantu dalam
mengalami patah lelah dengan tegangan terselesaikannya penelitian dan tulisan ini.
dinamis yang tinggi dimana area patah Rekan-rekan di B2TKS - BPPT yang
lelahnya dibawah 5%, tegangan tinggi membantu dalam kerjasama pengambilan
berupa tegangan bending yang terjadi data, yang tentunya menjadi kunci dalam
secara lokal diujung pegas ulir. Terjadi penelitian dan analisa dari permasalahan
tegangan bending diujung pegas ulir karena ini.
pelat penumpu mengalami beban berlebih
sehingga terdeformasi sebagian yang
memungkinkan terjadinya kondisi kantilever DAFTAR PUSTAKA
di ujung pegas ulir. Sedangkan pada pegas
ulir no. 12 tidak mengalami patah diprediksi 1. Purchasers of API RP 579, fitness for
pelat penumpu tidak menahan beban service. March 2000 first edition,
berlebih seluruhnya (amblas), sifat material 2. American Standart Testing of Material
pegas ulir adalah getas akibat improper E 407. 1993. Standard Practice for
tempering sehingga fatique life nya rendah Microetching Metals and Alloys
sedangkan material yang digunakan sudah 3. ASM Handbook Volume – 9 Thn 1998
sesuai dengan requirement manufacturer. Metallography and Microstructures.
4. Bayu Jamoko, Triyono, Eko Prasetia
Agar kejadian patahnya pegas ulir tidak Budiyana. “Analisa Kegagalan Pegas
terulang, disarankan untuk menghindari Ulir Pada Bogie Type NT 11 Untuk
operasi beban berlebih pada pegas ulir yang Gerbong Kereta Ekonomi”, Mekanika
digunakan saat ini. Bila beban tersebut vol 12 no. 2 Maret 2014.
tidak bisa dikurangi, lakukan desain ulang 5. ASM, American Society for Metals,
terhadap pegas ulir dan gunakan pelat yang Ohio. Vol. 11.
dijamin dapat menahan beban operasi agar 6. ASTM Handbook Volume-13 tahun 1998
pelat tidak terdeformasi dan/atau ambles. Corrosion. A 285/285M.
Bila poin diatas tidak bisa dilakukan, maka 7. ASM Handbook Committe, Failure
hindari adanya celah di ujung pegas ulir agar Analysis and Prevention. 2011. Ninth
tidak terjadi kondisi kantilever (tegangan Edition, Metal Handbook of
bending di ujung pegas ulir) dan lakukan 8. Chen Hsing-Sung, Tseng Pi-
proper tempering pada pegas ulir agar tidak Tang,Hwang Shun-Fa, “Failure analysis
getas (meningkatkan fatigue life) of bolts on an end flange of a steam
pipe”. Eng Fail Anal 2006

ISSN 1410-3680 65
M.P.I. Vol.9, No 2, Agustus 2015, (59-66)

9. Murniati, ‘Perbandingan penurunan Merdeka Timur No. 5, Jakarta 10110,


kekuatan tekan open coil spring stainless Indonesia. 2012
steel dengan nikel titanium terhadap 14. Sugeng, M. “Peningkatan Mutu Baja
lama kompresi dan perendaman” Pegas Dengan Metode Proses Heat
Yogyakarta: Jurnal Universitas Gadjah Treatment”. Universitas Pembangunan
Mada, 2008 Nasional, 2013
10. ASM Handbook Committe, 15. Valsange, P.S., “Design Of Helical Coil
“Fractography” 2011. Spring, International Journal of
11. Abdillah, F.“Analysis Kegagalan Engineering Research and Application”,
Komponen Pegas Ulir Luar K5 Pada 2012.
Bogie Kereta Api IKIP Vetran, 16. Roy, H, “Failure Analysis Of Aspring For
Semarang. 2010 Fuel Pump Bracket Assembly NDT And
12. Dakhore, M. “Failure Analysis of Metallurgy Division, Central Mechanical
Locomotive Suspension Coil Spring Engineering Research Institut, Durgapur
Using Finite Element Analysis”, Nagpure, 713 209, India, 2008.
India. 2013. 17. Pytell,B, “Investigation Of Probable
13. KNKT, “Hasil Investigasi Kecelakaan Failure Position In Helical Compression
Kereta Api Anjlokan KA 60 Cirebon Spring Used In Fuel Injection Sistem Of
Ekspres. Gedung Kementerian Diesel Engines”, State Material Testing
Perhubungan Lt 3, Jalan Medan Department, Technical University Darm
Stadt, Germany. 2012.

66 ISSN 1410-3680

Anda mungkin juga menyukai