BAB I .................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang......................................................................................................... 3
C. Tujuan ..................................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................... 6
TINJAUAN TEORITIS............................................................................................................. 6
Pathway............................................................................................................. 14
2. Etiologi .............................................................................................................. 16
3. Patofisiologi....................................................................................................... 18
Pemeriksaan Penunjang.................................................................................... 23
Komplikasi ......................................................................................................... 26
Penatalaksanaan ............................................................................................... 28
Pencegahan Tb Paru..................................................................................... 29
1
Konsep Asuhan TB pada Ibu Hamil ............................................................... 31
Tinjauan Kasus............................................................................................... 42
PENUTUP ........................................................................................................................... 58
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkolusis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis
masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection.
3
mengurangi efek samping obat anti tuberculosis (OAT) terhadap janin dan
mencegah infeksi yang terjadi pada bayi yang baru lahir.
Maka dari itu, sesuai kasus yang diberikan oleh dosen pembimbing,
penulis berusaha menguraikan tentang kaitan antara penyakit TB paru
dengan kondisi ibu yang sedang hamil (antenatal).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
4
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari tuberculosis paru
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Fungsi Paru
6
Pada awal kehamilan dan dengan demikian bukan di sebabkan oleh
uterus, diafragma terdorong keatas sebanyak 4 cm. Gerakan respirasi
diafragma meningkat dan terjadi peningkatan iga bagian bawah sternal dari
68° pada awal kehamilan menjadi 103° pada akhir kehamilan. Peningkatan
kompensatorik garis tengah toraks sebesar 2 cm ini berarti volume rongga
toraks hampir sama dengan keadaan sebelum hamil. Diafragma melakukan
sebagian besar kerja respirasi, bernafas lebih bersifat torakalis daripada
abdominalis. Pengaruh hormon menyebabkan otot dan tulang rawan di regio
toraks melemas sehingga toraks melebar. Penurunan compliance dinding
toraks menyebabkan dinding toraks dapat bergerak semakin kedalam
sehingga udara yang terperangkap lebih sedikit dan volume residua
menurun.
Progesteron menurunkan kepekaan kemoreseptor periver dan sentral untuk
karbon dioksida. Hal ini berarti dorongan pernafasan terpicu pada kadar
karbondioksida yang lebih rendah sehingga wanita hamil bernafas lebih
dalam. Seiring dengan peningkatan kadar progesterone selama kehamilan,
peningkatan responsivitas terhadap PCO2 menyebabkan tidal volume
dan dengan demikian, volume permenit meningkat. Oleh karena itu,
hiperventilasi peningkatan volume alun merupakan hal normal pada
kehamilan. Konsumsi oksigen meningkat,tetapi tekanan oksigen arteri tidak
berubah.
7
banyak udara segar yang bercampur dengan volume udara sisa yang jumlah
semakin berkurang yang tertinggal di paru.Dengan demikian,ventilasi
alveolus pada kehamilan meningkat sekitar 70% yang menyebabkan
peningkatan efesiensi pencampuran gas sehingga pertukaran gas menjadi
lebih mudah karenagradien difusi meningkat. Peningkatan gradien
konsentrasi karbon dioksida antara darah ibu dan janin membantu
penyaluran karbon dioksida menembus plasenta dan mungkin penting pada
keadaan yang merugikan. Progesteron meningkatkan kadar karbonat
anhidrase di sel darah merah sehingga efisiensi pemindahan karbon dioksida
semakintinggi .
Tekanan parsial oksigen pada ibu sedikit meningkat dari 90-100 menjadi
101-106 mmHg dan kadar karbon dioksida menurun dari 35-40 mmHg
menjadi 26-34 mmHg.peningkatan ringan PO2 tidak banyak berefek pada
saturasi hemoglobin.Namun,postur memengaruhi kadar oksigen alveolus
posisi terlentang pada akhir kehamilan menyebabkan tekanan oksigen
alveolus menurun dibandingakan dengan posisi duduk. Perubahan
oksigenasi alveolus ini mungkin kurang bermakna bagi janin walaupun
mungkin dapat menjasi kompensasi apabila ibu berada di tempat tinggi.
Perjalanan udara dikaitkan dengan peningkatan dispnea dan frekuensi
pernapasa. Penurunan kadar karbon dioksida pada kehamilan menyebabkan
alkalosis respiratorik ringan. Perubahan pH memengaruhi kadar kation
dalam darah, misalnya natrium, kalium, dan kalsium, yang membantu
pemindahan melalui plasenta dan meningkatkan pnyediaan bagi
prtumbuhan janin. Terjadi kompensasi metabolik berupa peningkatan
ekskresi ion bikarbonat oleh ginjal. Penurunan bikarbonat serum
menyebabkan pH ibu meningkat ke batas atas rentang fisiologis dari 7,40
menjadi 7,45. Dengan demikian kemampuan ibu untuk mengompensasi
asidosis metabolik menurun, yang mungkin menimbulkan masalah pada
persalinan lama atau apabila terjadi penurunan perfusi jaringan.
Progesteron memiliki efek lokal pada tonus otot polos jalan napas dan
pembuluh darah paru. Kapasitas difusi adalah tingkat kemudahan gas
menembus membran paru. Pada awal kehamilan, kapasitas difusi menurun
8
mungkin karena efek estrogen pada komposisi mukopolisakarida dinding
kapiler, yang meningkatkan jarak temouh difusi (de swiet, 1998b). Efek ini
mungkin berlangsung selama beberapa bulan setelah persalinan.
Peningkatan retensi air di jaringan paru juga mengakibatkan penurunan
kapasitas difusi. Terjadi peningkatan closing volume yang mengisyaratkan
diameter saluran napas kecil berkurang; hal ini mungkin disebabkan oleh
peningkatan cairan paru. Penurunan efisiensi pemindahan gas di paru
dikompensasi secara parsial oleh relaksasi otot polos bronkiolus yang dipicu
oleh progesteron, yang menurunkan resistensi saluran napas. Penurunan
resistensi saluran napas berarti aliran udara meningkat. Prostaglandin juga
memengaruhi otot polos bronkiolus. Prostaglandin F2α , yang meningkat
sepanjang kehamilan, adalah konstriktor otot polos; prostaglandin E1 dan
E2, yang meningkat pada trimester ketiga, merupakan dilator otot polos.
Bagaimana mereka memengaruhi efisiensi pernapasan pada kehamilan
masih belumlah jelas, walaupun apabila digunakan untuk menginduksi
abortus terapetik prostaglandin F2α dapat menyebabkan asma pada Wanita
yang rentan (kreisman, van de weil, & mitchell, 1975). Usaha/kerja
bernapas mungkin tidak berubah karna penurunan resissistensi jalan napas
mengompensasi kongesti di kapiler dinding bronkus.
9
Volume dan kapasitas paru
1. Volume alun napas (tidal volume, TV) Volume bernapas normal saat
istirahat 500 ml Meningkat sampai 150-200 ml (25-40%) 75 % meningkat
pada trimester pertama
2. Frekuensi pernapasan (respiratory rate, RR) Jumlah pernapasan permenit 12
kali/menit Tidak berubah/sedikit meningkat menjadi 15 kali/menit
Volume per menit (minute volume, MV) Udara total yang dihirup dalam
satu menit pernapasa (= TV x RR) 6000 ml/menit 6,5 l/menit Meningkat
sekitar 40% 10 l/menit
3. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume, IRV) Volume
udara yang dapat diinspirasi di atas volume alun napas 3100 ml Tidak
berubah
4. Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume, ERV) Volume gas
yang dapat di ekspirasi selain volume alun napas 1200 ml Menurun secara
progresif dari awal kehamilan menjadi sekitar 1100 ml
5. Volume residual (residual volume, RV) Voleme gas yang tertinggal di paru
setelah ekspirasi maksimum 1200 ml Menurun secara prgresif
6. Kapasitas paru total (total lung capacity. TLC) Volume maksimum paru
(=TV +IRV+ ERV+ruang mati) 6000 ml Tidak berubah
Kapasitas vital (vital capacity, VC) Volume total gas yang dapat masuk-
keluar paru (= TLC – volume volume residual) 4800 ml Meningkat 100-200
ml pada akhir kehamilan tidak jelas pada wanita gemuktidak berubah
Kapasitas inspirasi Kemampuan inspirasi total paru (= IRC+TV) 2200 ml
Meningkat menjadi sekitar 2500 ml pada aterm
7. Kapasitas residual fungsional (functional residual capacity, FRC) Volume
gas yang tertinggal di paru setelah bernapas biasa (=ERV+RV) 2800 ml
Menurun secara progresif menjadi 2300 ml – meningkatkan efisiensi
pencampuran
8. Volume residual (residual volume, RV) Volume gas yang tertinggal setelah
ekspirasi maksimum (= FRC-ERV) 2400 ml Ruang mati fisiologis
10
Meningkat sekitar 60 ml Ventilasi alveolus Perbedaan antara TV dan
volume ruang mati fisiologis Meningkat
a) Trimester I
b) Trisemester II
Selama periode kehamilan, sistem respirasi berubah, hal ini terjadi
karena kebutuhan O2 semakin meningkat. Disamping itu terjadi pula
desakan diafragma karena dorongan rahim. Ibu hamil bernapas lebih dalam
sekitar 20-25% dari biasanya. Ibu hamil dapat merasa lelah karena kerja
jantung dan paru-paru menjadi lebih berat. Penurunan adanya penekanan
CO2 seorang wanita hamil sering mengeluarkan sesak nafas sehingga
meningkatkan usaha bernafas.
11
20 minggu : lubang hidung terbuka kembali.
22 minggu : gerakan nafas yang diikuti oleh bunyi suara yang lemah.
24 minggu : sakus dan duktus alveolus terbentuk, gerakan seperti
pernafasan mulai terlihat, terlihat lesitin dalam cairan amnion.
28 minggu : terbentuk surfaktan di permukaan alveolar.
c) Trisemester III
12
tidak hamil adalah sebesar 1400-1650 ml yang dapat ditingkatkan lagi
sampai 30 % bila diberikan suplemen zat besi. Selama masa hamil,
perubahan pada pusat pernafasan menyebabkan penurunan ambang
karbondioksida.progesteron dan estrogen diduga menyebabkan peingkatan
sensitivitas pusat pernafasan terhadap karbondioksida
13
Pathway Commented [I1]:
14
Diagnosa Keperawatan
a. Trisemester 1
- Gangguan pertukaran gas
b. Trisemester 2
- Pola napas tidak efektif
- Intoleransi aktivitas
c. Trisemester 3
- Pola napas tidak efektif
B. Tuberculosis paru
15
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda,
2001).
2. Etiologi
Ibu
Sumber penularana penyakit tuberculosis adalah penderita TB BTA
positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara
dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman
dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi bila droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama
16
kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB
tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem
peredaran darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung
kebagian-nagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan
dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak
menular.Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi
droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Janin
Tuberkulosis dapat ditularkan baik melalui plasenta di dalam rahim,
menghirup atau menelan cairan yang terinfeksi saat kelahiran, atau menghirup
udara yang mengandung kuman TBC setelah lahir.
Ibu
17
batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum) keadaan yang lanjut adalah berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh hdarah yang pecah. Kebanyakan bentuk darah
pada tuberculosis terjadi pada kavitas tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
c) Sesak nafas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
d) Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e) Malaise : ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri
otot dan keringat di waktu di malam hari.
Bayi
3. Patofisiologi
18
mereka yang mengidap infeksi tuberculosis aktif dan hanya pada masa infeksi
aktif.
Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan menempel pada
jalan nafas atau paru-paru. Kuman menetap di jaringan paru akan bertumbuh
dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat terbawa
masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru
akan membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang
primer.
19
Pada ibu hamil mycobacterium tuberkolosis ini menular pada janin
melaui plasenta.Selama kehamilan terjadi transmisi basil ke janin.Transmisi
ini biasanya terjadi secara limfatik, hematogen atau secara langsung.Janin dapat
terinfeksi melalui darah yang berasal dari infeksi plasenta melalui vena
umbilikalis atau aspirasi cairan amnion.
20
Pathway pada Ibu Hamil
21
22
Diagnosa Keperawatan Tb Paru Secara Teortis
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d batuk produktif ,batu darah
6. Kurangnya pengetahuan
Pemeriksaan Penunjang
Berikut ini pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menguji
seseorang positif terkena TB Paru:
a) Uji Serologi
b) Pemeriksaan radiologi
23
Sedangkan pada gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif,
bila didapatkan gambaran fibrotik (jaringan penyembuhan luka seperti serabut
putih yang halus) pada bagian atas paru, gambaran kalsifikasi (perkapuran yang
tampak putih), atelektasis (jaringan paru yang tidak mengembang), fibrothorax
dan atau penebalan pleura (selaput pelapis paru-paru). Pada tuberkulosis kronis
dapat terjadi pneumothoraks (timbulnya udara yang mendesak jaringan paru-
paru)dengan atau tanpa efusi (cairan), yang secara radiologis memberikan
gambaran radiolusen (lebih hitam) dengan corakan bronkovaskuler (paru)
menghilang pada pleura yang terisi udara, gambaran kolaps, cairan, atau
desakan jantung.
c) Pemeriksaan Dahak
24
positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan tiga batang kuman BTA
pada satu sedian dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 mL sputum
.
d) Pemeriksaan Darah
e) Tes Tuberkulin
Biasanya dipakai cara mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1cc
tuberkulin PPD (Purified Protein Derivate) intra cutan. Setelah 48-72 jam
tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang
terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody dan antigen
tuberkulin.
Hasil tes mentoux dibagi dalam :
1) Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative
2) Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan
3) Indurasi 10-15 mm : hasil mantoux positive
4) Indurasi lebih dari 16 mm : hasil mantoux positif kuat
25
BCG atau terinfeksi dengan Mycobacterium lain. Negatif palsu lebih banyak
ditemukan daripada positif palsu .
Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi
pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe,
letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan
antituberkulosis, status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status
imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB.
Status nutrisi yang jelek, hipoproteinemia, anemia dan keadaan medis maternal
merupakan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal. Usia
kehamilan saat wanita hamil mendapatkan pengobatan antituberkulosa
merupakan factor yang penting dalam menentukan kesehatan maternal dalam
kehamilan dengan TB.
26
Kehamilan dapat berefek terhadap tuberculosis dimana peningkatan
diafragma akibat kehamilan akan menyebabkan kavitas paru bagian bawah
mengalami kolaps yang disebut pneumo-peritoneum. Pada awal abad 20, induksi
aborsi direkomondasikan pada wanita hamil dengan TB. Selain paru-paru,
kuman TB juga dapat menyerang organ tubuh lain seperti usus, selaput otak,
tulang, dan sendi, serta kulit. Jika kuman menyebar hingga organ reproduksi,
kemungkinan akan memengaruhi tingkat kesuburan (fertilitas) seseorang.
Bahkan, TB pada samping kiri dan kanan rahim bisa menimbulkan kemandulan.
Hal ini tentu menjadi kekhawatiran pada pengidap TB atau yang pernah
mengidap TB, khususnya wanita usia reproduksi. Jika kuman sudah menyerang
organ reproduksi wanita biasanya wanita tersebut mengalami kesulitan untuk
hamil karena uterus tidak siap menerima hasil konsepsi.
27
selama hamil mempunyai resiko hospitalisasi lebih tinggi (21% : 2%), bayi
dengan APGAR skore rendah segera setelah lahir (19% : 3%), berat badan lahir
rendah (<2500 ).
Penatalaksanaan
Dalam perawatan klien hamil dengan TB perawat harus mampu
memberikan pendidikan pada klien dan keluarga tentang penyebaran penyakit dan
pencegahannya, tentang pengobatan yang diberikan dan efek sampingnya, serta
hal yang mungkin terjadi jika penyakit TB tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat. Klien dan keluarga harus tahu system pelayanan pengobatan TB
sehingga klien tidak mengalami drop out selama pengobatan dimana keluarga
berperan sebagai pengawas minum obat bagi klien. Pemantuan kesehatan ibu dan
janin harus selalu dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang mungkin
terjadi akibat TB.Perbaikan status nutrisi ibu dan pencegahan anemia sangat
penting dilakukan untuk mencegah keparahan TB dan meminimalkan efek yang
timbul terhadap janin.Pendidikan tentang sanitasi lingkungan pada keluarga dan
klien penting diberikan untuk menghindari penyebaran penyakit lebih luas.
28
Pengobatan farmakologik yang dapat diberikan kepada ibu hamil dengan
TB paru adalah:
Pencegahan Tb Paru
1. Pencegahan Primer
29
2. Pencegahan Sekunder
a) Pemberian obat anti tuberculosis (OAT) pada penderita tuberkulosa paru sesuai
dengan kategori pengobatan seperti isoniazid atau rifampizin.
b) Penemuan kasus tuberkulosa paru sedini mungkin dengan melakukan diagnosa
pemeriksaan sputum (dahak) untuk mendeteksi BTA pada orang dewasa.
c) diagnosa dengan tes tuberculin
d) Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya
e) melakukan foto thorax
f) Libatkan keluarga terdekat sebagai pengawas minum obat anti tuberkulosa
3. Pencegahan Tersier
30
Konsep Asuhan TB pada Ibu Hamil
a. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat
tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah
dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan
pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain (Hendrawan
Nodesul, 1996)
· Riwayat psikososial
31
Pola fungsi kesehatan
3) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun
defekasi
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas
(Marilyn. E. Doegoes, 1999).
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat (Marilyn. E.
Doenges, 1999).
32
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran)
tidak ada gangguan.
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
kawatir klien tentang penyakitnya (Marilyn. E. Doenges, 1999).
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena
kelemahan dan nyeri dada.
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress
pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan
(Hendrawan Nodesul, 1996).
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas
ibadah klien.
2) Pemeriksaan fisik
a. Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun.
b. Sistem pernapasan
33
Palpasi : Fremitus suara meningkat (Alsogaff, 1995).
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang
nyaring (Purnawan. J. dkk, 1982. Soeparman, 1998).
c. Sistem pengindraan
d. Sistem kordiovaskuler
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem muskuloskeletal
g. Sistem neurologis
h. Sistem genetalia
B. Fokus Intervensi
34
tahap perencanaan ini dengan melihat diagnosa keperawatan diatas dapat
disusun rencana keperawatan sebagai berikut :
Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan secret kental atau
secret darah.
· Kriteria hasil :
Rencana tindakan :
Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah kental diakbatkan
oleh kerusakan paru atau luka brongkial dan dapat memerlukan evaluasi lanjut
c) Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan
latihan untuk nafas dalam
35
Posisi membatu memaksimalkan ekspansi paru dan men urunkan upaya
pernapasan. Ventilasi maksimal meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan
napas bebas untuk dilakukan
· Kreteria hasil :
36
– Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapasan
TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronko pneumonia sampai
inflamasidifus luas. Efek pernapasan dapat dari ringan sampai dispnea berat
sampai distress pernapasan
37
f) Berikan oksigen tambahan yang sesuai
· Kriteria hasil :
a) Observasi TTV
· Kriteria hasil :
38
· Dispneu berkurang
e) Bantu dan ajarkan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam setiap 2
jam sampai 4 jam
Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret keluar
39
· Tujuan : terjadi peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan
bebas tanda malnutrisi
· Kriteria hasil
a) Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa
oral, riwayat mual/muntah atau diare
Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputun atau obat untuk pengobatan
respirasi yang merangsang pusat muntah
e) Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan
karbohidrat
40
Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk
kebutuhan metabolik dan diet
Orang yang terpajan ini perlu program terapi obat intuk mencegah penyebaran
infeksi
b) Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan
hindari meludah serta tehnik mencuci tangan yang tepat
41
Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien untuk mengubah pola hidup dan
menghindari insiden eksaserbasi
Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada
adanya rongga atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi dapat
berlanjut sampai 3 bulan
Tinjauan Kasus
1. Kasus Tuberkulosis Paru
2. Pengkajian
Identitas pasien
Nama : Ny. M
Umur : 38 tahun
42
Tempat tinggal : Jalan Muaro
Pendidikan : SMA
BB : 35 Kg
Tinggi : 140 cm
LILA : 120 cm
Klien mengeluh batuk (ada secret )sejak 2 bulan,dan keringat malam, nafsu
makan menurun .
6. Riwayat psikososial
43
Pola nutrisi dan metabolic
Pola eliminasi
Karena batuk bersekret tadi emosi klien meningkat dan merasa kawatir
dengan penyakitnya
44
Klien belum pernah berobat dan memeriksakan kesehatan kehamilan
sebelumnya
Kunjungan pertama
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan umum
5. Pemeriksaan urin
6. Pemeriksaan obstetric
- Pemeriksaan luar
- Pemeriksaan dalam
- Pemeriksaan panggul
45
- Pemeriksaan laboratorium
Kunjungan selanjutnya
2. Pemeriksaan perut
3. Pemeriksaan kaki
4. Pemeriksaan darah
9. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d batuk produktif ,batu darah
7. Kurangnya pengetahuan
10. Intervensi
46
47
N DIAGNOSA NOC NIC
o
Monitor Respirasi
Aktifitas:
1. monitor frekuensi, ritme,
dan usaha respirasi
48
2. catat pergerakan dada, lihat
kesimetrisan, gunakan
aksesori otot, dan
supraclavicular juga
intercostal retraksi otot
3. monitor pola nafas:
bradipnea, takipnea,
hyperventilation,
pernafasan kussmaul,
cheyne stokes, apnuestic,
pernafasan biot, dan pola
attaxic.
4. monitor kebisingan
respirasi
5. monitor sekresi respirasi
pasien
6. Auskultasi bunyi paru
setelah perawatan dan catat
hasilnya
7. Monitor kemampuan pasien
untuk batuk secara efektif
2 Gangguan Pertukaran Gas B.d Status respiratori Monitor pernapasan
Hiperventilasi :pertukaran gas Aktivitas :
Indicator : 1. monitor frekuensi, ritme,
DO : Kadar CO2 Menurun
1. Mudah bernafas dan usaha respirasi
DS : sesak saat bernapas 2. Tidak ada dispnea saat 2. catat pergerakan dada, lihat
istirahat kesimetrisan, gunakan
3. Tidak ada kegelisahan aksesori otot, dan
4. Tidak ada sianosis
49
5. PaO2 dalam batas supraclavicular juga
normal intercostal retraksi otot
6. PaCO2 dalam batas 3. monitor pola nafas:
normal bradipnea, takipnea,
7. pH arteri dalam batas hyperventilation,
normal pernafasan kussmaul,
cheyne stokes, apnuestic,
Status respiratori pernafasan biot, dan pola
:ventilasi attaxic.
Indikator : 4. monitor kebisingan
1. Rata- rata pernapasan respirasi
2. ritme perafasan 5. monitor sekresi respirasi
3. kedalaman inspirasi pasien
4. suara perkusi 6. Auskultasi bunyi paru
5. volume tidal setelah perawatan dan catat
6. kapasitas vital hasilnya
7. Monitor dyspnea dan hal-
hal yang meingkatkan atau
memperburuknya
Airway management
Aktivitas :
1. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
2. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
Terapi oksigen
50
3 Pola napas tidak efektif Status Respirasi : Monitor jalan napas
Ventilasi Menajemen pernapasan
Indikator : Terapo oksigen
1. rata-rata pernafasan
2. ritme perafasan
3. kedalaman inspirasi
4. volume tidal
5. kapasitas vital
51
5. Anjurkan pasien untuk
memilih makanan ringan,
jika kekurangan air liur
mengganggu proses
menelan
6. Memastikan bahwa
makanan berupa makanan
yang tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
7. Mengatur pemasukan
makanan, jika diperlukan
8. Menyarankan pemeriksaan
eliminasi makanan yang
mengandung laktosa, jika
diperlukan
Monitor Nutrisi
Aktivitas :
52
6. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
7. Monitor tingkat energi,
lelah, lesu, dan lemah
8. Monitor intake kalori dan
nutrisi
Terapi Nutrisi
Aktivitas:
1. Mengontrol penyerapan
makanan/cairan dan
menghitung intake kalori
harian, jika diperlukan
2. Menentukan jimlah kalori
dan jenis zat makanan yang
diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi, ketika
berkolaborasi dengan ahli
makanan, jika diperlukan
3. Anjurkan pasien untuk
memilih makanan ringan,
jika kekurangan air liur
mengganggu proses
menelan
4. Membantu pasien untuk
memilih makanan lembut,
lunak dan tidak asam, jika
diperlukan
53
5. Mengatur pemasukan
makanan, jika diperlukan
54
2 Deskripsi dari proses pada penyakit dengan cara
penyakit yang benar.
55
3 Melaporkan 2 Kaji ketidaknyamanan
perkembangan secara nonverbal, terutama
psikologi untuk pasien yang tidak bisa
4 Mengekspresikan mengkomunikasikannya
perasaan dengan secara efektif
lingkungan fisik sekitar 3 Pastikan pasien
5 Mengekspresikan mendapatkan perawatan
perasaan dengan dengan analgesic
hubungan social 4 Gunakan komunikasi yang
6 Mengekspresikan terapeutik agar pasien dapat
perasaan secara spiritual menyatakan
7 Melaporkan kepuasan pengalamannya terhadap
dengan tingkatan nyeri serta dukungan dalam
mandiri merespon nyeri
8 Menekspresikan 5 Tentukan dampak nyeri
kepuasan dengan terhadap kehidupan sehari-
Kontrol nyeri hari (tidur, nafsu makan,
aktivitas, kesadaran, mood,
hubungan sosial,
performance kerja dan
melakukan tanggung jawab
sehari-hari)
6 Gunakan metoda penilaian
yang berkembang untuk
memonitor perubahan nyeri
serta mengidentifikasi
faktor aktual dan potensial
dalam mempercepat
penyembuhan
56
7 Menyediakan informasi
tentang nyeri, contohnya
penyebab nyeri, bagaimana
kejadiannya,
mengantisipasi
ketidaknyamanan terhadap
prosedur
8 Kontrol faktor lingkungan
yang dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada
pasien (suhu ruangan,
pencahayaan, keributan)
57
BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
58
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9659461/TB_Paru_pada_Antenatal
https://muecliisonatigirl.wordpress.com/2012/04/02/asuhan-keperawatan-pada-ibu-hamil-
dengan-tbc/
59