Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Selain itu peningkatan muka laut akan banyak menimbulkan perubahan pada sistem pesisir
yang disebabkan oleh banjir pasang, cuaca ekstrim dan pengikisan lahan pesisir. Wilayah
pesisir merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap tekanan lingkungan baik yang berasal
dari darat maupun dari laut. Salah satu kondisi yang mengancam wilayah pesisir di seluruh
dunia adalah adanya kenaikan muka air laut. Secara umum, kenaikan muka air laut merupakan
dampak dari pemanasan global (global warming) yang melanda seluruh belahan bumi.
Kabupaten Demak memiliki wilayah pesisir di bagian utara dengan garis pantai sepanjang
34,1 km. Wilayah pesisir Kabupaten Demak terkena dampak banjir pasang surut atau yang lebih
dikenal dengan banjir rob. Banjir rob merupakan fenomena yang selalu terjadi di Kabupaten
Demak bagian utara sejak tahun 1997 sampai sekarang. Sejak saat itu, frekuensi kejadian banjir
rob semakin meningkat dan cenderung semakin meluas. Penyebab meluasnya banjir rob
ditinjau dari aspek alamiah adalah adanya kenaikan muka air laut secara global dan terjadinya
penurunan muka tanah di Kabupaten Demak. Jumlah desa yang terkena banjir rob adalah 27
desa yang tersebar di 4 kecamatan, yakni Kecamatan Sayung, Bonang, Karang Tengah, dan
Wedung. Banjir rob telah mencapai 5 km dari bibir pantai. Kedalaman air rob mencapai 30cm–
1,5m. Dusun Tambaksari dan Rejosari Senik Desa Morosari hilang tergenang banjir rob dan
sekarang telah menjadi laut. Banjir yang menggenangi permukiman dan pertokoan telah
mereduksi pertumbuhan ekonomi di wilayah pesisir. Selain permukiman, rob telah menggerus
tambak milik warga.
Dalam rangka penanggulangan bencana erosi dan kenaikan muka air laut, maka perlu
dilakukan survey untuk menganalisis Potensi Bahaya di Desa Morosari, Sayung, Demak serta
menganalisis Kerentanan Pantai di kawasan tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya mitigasi
kebencanaan untuk mempersiapkan masyarakat pesisir demak dalam menghadapi bencana
banjir rob. Mitigasi bencana sendiri merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
dalam menghadapi ancaman bencana.

1
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini antara lain,
1. Mengetahui potensi bahaya abrasi di wilayah pesisir Kabupaten Demak.
2. Mengetahui Kerentanan Pantai terhadap bencana abrasi dan banjir rob di wilayah pesisir
Kabupaten Demak.
3. Mengetahui upaya mitigasi bencana abrasi dan banjir rob yang dilakukan warga sekitar
wilayah pesisir Kabupaten Demak.

1.3 Waktu dan Lokasi


1.3.1 Waktu Penelitian
Prakatikum lapangan Mitigasi Bencana Pesisir dan laut ini dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Sabtu, 13 April 2019
Pukul : 14:00 – 17:00
Lokasi : Desa Morosari, kecamatan Sayung, Demak
1.3.2 Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Praktikum

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Tektonik Pantai Utara Jawa


Pulau Jawa berada di tepi tenggara Daratan Sunda (Sundaland). Pada Daratan Sunda ini
terdapat dua sistem gerak lempeng; Lempeng Laut Cina Selatan di utara dan
Lempeng Samudera Hindia di selatan. Lempeng Laut Cina Selatan (Eurasia) bergerak ke
tenggara sejak Oligose, sedangkan Lempeng Samudera Hindia yang berada di selatan bergerak
ke utara sejak Mesozoikum dan menunjam ke bawah sistem busur kepulauan Sumatra dan Jawa
(Ritohardoyo et al, 2014).
Pulau jawa yang terlihat saat sekarang adalah akibat adanya pergerakan dua lempeng yang
bergerak saling mendekat dan mengalami tabrakan, dimana proses tersebut relatif bergerak
menyerong (oblique) antara lempeng samudra hindia pada bagian barat daya dan lempeng
Benua Asia bagian tenggara (eurasian), dimana lempeng samudra hindia akan menyusup ke
lempeng asia tenggara. Pada zone subduksi akan dihasilkan palung jawa (Java trench) dengan
pergerakan relatif 7 cm/tahun. Pada zone subduksi terdiri dari “Acctionary Complex ” yang
materialnya secara garis besar dari lantai samudra india pada busur muka Jawa (Subardjo,
2004).
Evolusi tektonik tersier pulau jawa memasuki periode Eosen (Periode Ekstensional
/Regangan). Periode ini terjadi Antara 54 jtl-45 jtl (Eosen), dimana di wilayah Lautan Hindia
terjadi reorganisasi lempeng ditandai dengan berkurangnya secara mencolok kecepatan
pergerakan ke utara India. Aktifitas pemekaran di sepanjang Wharton Ridge berhenti atau
mati tidak lama setelah pembentukan anomali 19 (atau 45 jtl). Berkurangnya secara mencolok
gerak India ke utara dan matinya Wharton Ridge ini diinterpretasikan sebagai pertanda kontak
pertama Benua India dengan zona subduksi di selatan Asia dan menyebabkan terjadinya
tektonik regangan (extension tectonics) di sebagian besar wilayah Asia Tenggara yang ditandai
dengan pembentukan cekungan-cekungan utama (Cekungan-cekungan: Natuna, Sumatra,
Sunda, Jawa Timur, Barito, dan Kutai) dan endapannya dikenal sebagai endapan syn-rift.
Pelamparan extension tectonics ini berasosiasi dengan pergerakan sepanjang sesar regional
yang telah ada sebelumnya dalam fragmen mikrokontinen. Konfigurasi struktur basement
mempengaruhi arah cekungan syn-rift Paleogen di wilayah tepian tenggara
Sundaland (Sumatra, Jawa, dan Kalimantan Tenggara) (Asrofi et al, 2017).

3
2.2 Potensi Bencana di Pantai Utara Jawa
Wilayah Utara salah satunya Pantai Utara memiliki potensi yang dapat diambil
kebermanfaataannya. Potensi yang ada pada Pantai Utara Jawa ini seperti potensi perikanan,
minyak dan gas bumi. Bentang alam bagian Pantai Utara Jawa merupakan bentang alam yang
menarik. Bentang alam yang menarik ini memiliki potensi bencana alam seperti gempa bumi,
tsunami, gelombang pasang, banjir, abrasi, akresi, intrusi air laut dan angin kencang. Bencana
alam tersebut dapat mengancam masyarakat yang bermukim dan menggantungkan hidupnya di
wilayah pesisir, dan berdampak buruk bagi ekosistem pesisir (Ruswandi et al, 2008).
Pada wilayah pesisir Pantai Utara Jawa bencana yang paling sering melanda adalah bencana
banjir rob. Banjir rob dapat terjadi pada saat air laut pasang. Banjir rob termasuk bencana banjir
yang disebabkan oleh masuknya air laut ke daratan akibat dari pasangnya muka air laut. Banjir
rob pada daerah Pantai Utara Jawa ini disebabkan beberapa faktor seperti alih fungsi lahan yang
tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya, berkurangnya kawasan hutan mangrove, dan
kawasan penduduk yang bertopografi rendah (Noverma, 2016).
Kondisi pantai utara jawa memiliki topografi yang rendah sehingga pada saat pasang, air
dapat mencapai daratan sehingga terjadilah banjir rob. Fenomena alam ini dapat dikategorikan
sebagai bencana karena berhubungan dengan manusia dan aktivitasnya. Dampak dari banjir rob
ini mengakibatkan kerusakan fisik bangunan rumah dan prasarana umum. Dampak lain yang
dapat dirasakan dari bencana banjir rob ini adalah terganggunya aktivitasi sosial dan ekonomi
masyarakat pada wilayah pantai utara jawa (Ikhsyan et al, 2017)

2.3 Mitigasi Bencana Abrasi dan Sedimentasi


Menurut Shidqi dan Sugiri (2015), mitigasi bencana abrasi yang dapat dilakukan antara lain
sebagai berikut:
1. Penanaman Mangrove
Ekosistem hutan mangrove atau bakau mempunyai potensi ekologis yang berperan dalam
mendukung keberadaan lingkungan fisik dan biota. Secara fisik, hutan mangrove dapat
berperan sebagai penahan ombak, penahan angin, pengendali banjir, penetralisir
pencemaran, perangkap sedimen dan penahan intrusi air asin.
2. Relokasi Bangunan
Relokasi bangunan atau dapat disebut adaptasi mundur dapat dilakukan oleh masyarakat
yang memiliki bangunan yang terkena dampak abrasi baik rumah, warung maupun bangunan

4
lainnya. Selain dapat dilakukan secara mandiri, upaya ini juga dapat dilakukan atau
dipelopori oleh pemerintah. strategi adaptasi dengan pola mundur bertujuan menghindari
genangan dengan cara merelokasi permukiman, industri, daerah lainnya agar terhindar dari
kenaikan muka air laut.
3. Pembangunan Revetment
Pembangunan revetment atau seawall merupakan salah satu bentuk adaptasi yang dapat
dilakukan masyarakat. Revetment dapat dilakukan dengan pembangunan tembok atau dapat
dilakukan dengan batu bertumpuk dan pasir berkarung yang ditumpuk.
4. Pembangunan Groin
Pembangunan groin akan dipilih apabila pantai yang akan diamankan berupa pantai pasir.
Bangunan yang dipergunakan untuk mengurangi atau mengatur longshore transport tersebut
biasanya berupa satu seri krib laut (groin) yang dibangun tegak lurus pantai. Tugas utama
bangunan ini adalah menangkap dan membatasi gerakan sedimen sepanjang pantai.
Pengurangan tenaga gelombang yang menghantam pantai dapat dilakukan dengan membuat
bangunan pemecah gelombang sejajar pantai (offshore breakwater). Dengan adanya
bangunan ini gelombang yang datang akan menghantam pantai sudah pecah pada suatu
tempat yang agak jauh dari pantai, sehingga energi gelombang yang sampai di pantai cukup
kecil (BPPT, 2013).
5. Pembangunan Geotube
Geotube atau geosintetik merupakan material teknik yang terbuat dari polimer-polimer
sintetik seperti polipropilin (PP), poliester (PET), polietilin (PE) dan lain sebagainya yang
digunakan pada berbagai pekerjaan geoteknik termasuk pada pekerjaan reklamasi pantai di
atas tanah lunak. Berbagai jenis material geosintetik dapat dan sudah diterapkan pada
pekerjaan reklamasi pantai di atas tanah lunak sesuai dengan fungsi dari masing-masing jenis
material geosintetik tersebut.
Menurut Hasnawir (2012), mitigasi bencana sedimen dapat dilaksanakan sebagai suatu
kebijakan sebagai berikut:
1. Pemetaan
Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan daerah rawan bencana.
Pada saat ini berbagai sektor telah mengembangkan peta rawan bencana. Peta rawan bencana
tersebut sangat bergunabagi pengambil keputusan terutama dalam antisipasi kejadian
bencana alam. Meskipun demikian sampai saatini penggunaan peta ini belum dioptimalkan.
Hal ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah belum seluruh wilayah di
Indonesia telah dipetakan, peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik, peta

5
bencana belum terintegrasi, peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda beda
sehingga menyulitkan dalam prosesintegrasinya.

2. Pemantauan
Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat dilakukan antisipasi jika
sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan dengan mudah melakukan penyelamatan.
Pemantauan di daerah vital dan strategis secara jasa dan ekonomi dilakukan di beberapa
kawasan rawan bencana.
3. Penyebaran informasi
Penyebaran informasi dilakukan antara laindengan cara: memberikan poster dan leaflet
kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi seluruhIndonesia yang rawan bencana,
tentang tata cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana. Memberikan informasi ke
media cetak dan elektronik tentang kebencanaan adalah salah satu cara penyebaran informasi
dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di suatu kawasan
tertentu. Koordinasi pemerintah daerah dalam hal penyebaran informasi diperlukan
mengingat Indonesia sangat luas.
4. Sosialisasi dan Penyuluhan
Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan kepada SATKOR-LAK PB,
SATLAK PB, danmasyarakat bertujuan meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan
menghadapi bencana jika sewaktu-waktu terjadi. Hal penting yang perlu diketahui
masyarakat dan pemerintah daerah ialah mengenai hidup harmonis dengan alam di daerah
bencana, apa yang perlu dilakukandan dihindarkan di daerah rawan bencana, dan
mengetahui cara menyelamatkan diri jika terjadi bencana.
5. Pelatihan/Pendidikan
Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika terjadi bencana.
Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur informasi daripetugas lapangan, pejabat teknis,
SATKORLAK PB,SATLAK PB dan masyarakat sampai ke tingkat pengungsian dan
penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan ini terbentuk kesiagaan tinggi
menghadapibencana akan terbentuk.
6. Peringatan Dini
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat kegiatan hasil pengamatan
secara kontinyu disuatu daerah rawan dengan tujuan agar persiapan secara dini dapat
dilakukan guna mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Peringatan dini tersebut
6
disosialisasikan kepada masyarakat melalui pemerintah daerah dengan tujuan memberikan
kesadaran masyarakat dalam menghindarkan diri dari bencana. Peringatan dini secara teknis
dapat lakukan antara lain dengan pengalihan jalur jalan (sementara atau seterusnya),
pengungsian dan atau relokasi. Sedangkan tindakan yang dapat dilakukan selama dan
sesudah kejadian bencana sedimen antara lain:
a. Tanggap darurat: yang dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan
pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, antara lain: kondisi medan, kondisi bencana, peralatan dan informasi
bencana.
b. Rehabilitasi: upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial,
ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan sedimen terkait
bencana dan teknik pengendaliannya supaya sedimen terkait bencana tidak berkembang.
Penentuan relokasi korban perlu ditetapkan jika bencana sedimen sulit dikendalikan.
c. Rekonstruksi: penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan bencana
sedimen tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan
oleh sedimen seperti tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang
dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.

7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian


3.1.1 Kondisi Morfologi
Tabel. 1 Hasil Pengukuran Kelerengan Pantai di Perairan Desa Morosari, Demak
Beda
Koordinat
Tinggi Jarak Kemiringan Kemiringan
No
Lintang o (m) (o) (%)
o Bujur ( T) hA hB
( S)
1 -6.923793° 110.477977° 169 177 5 0.916 1.6%
2 -6.923768° 110.477938° 169 173 5 0.458 0.8%
3 -6.923744° 110.477903° 170 160 5 0.229 0.4%
4 -6.923719° 110.477864° 162 167 5 0.573 1%
5 -6.923695° 110.477826° 159 163 5 0.458 0.8%
dimana hA (Tinggi A (m)); hB (Tinggi B (m)); s (Jarak (m)); m (Kemiringan (%) atau (°))
rumus:
𝐵𝑒𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
m (%) = x 100%
𝑠

 Lokasi 1 Tinggi Kelerengan


Koordinat : -6.923793° 110.477977°

𝐵𝑒𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
m (%) = x 100%
𝑠

= ((177-169)/500)*100% Jarak
= (44/500)*100%
= 1.6%
= 1.6%

 Lokasi 2
Koordinat : -6.923768° 110.477938°
(ℎ𝐵 − ℎ𝐴)
𝑚(%) = 𝑥 100%
𝑠
= ((173-169)/500)*100%
= (28/500)*100%
= 0.8%

8
 Lokasi 3
Koordinat : -6.923744° 110.477903°
(ℎ𝐵 − ℎ𝐴)
𝑚(%) = 𝑥 100%
𝑠
= ((172-170)/500)*100%
= (30/500)*100%
= 0.4%

 Lokasi 4
Koordinat : -6.923719° 110.477864°
(ℎ𝐵 − ℎ𝐴)
𝑚(%) = 𝑥 100%
𝑠
= ((167-162)/500)*100%
= (30/500)*100%
= 1%

 Lokasi 5
Koordinat : -6.923695° 110.477826°
(ℎ𝐵 − ℎ𝐴)
𝑚(%) = 𝑥 100%
𝑠
= ((163-159)/500)*100%
= (30/500)*100%
= 0.8%

3.1.2 Jenis Sedimen


Jenis sedimen yang berada dilingkungan yang menjadi wilayah praktikum adalah
berlumpur. Wilayah ini tadinya memiliki tanah yang rata, tetapi karena penurunan lahan dan
air laut yang masuk ke wilayah tersebut sehingga menyebabkan tanah terendam dalam waktu
yang lama, maka jenis sedimen yang ada disana sekarang adalah lumpur.

3.1.3 Vegetasi/Tutupan Lahan


Vegetasi yang tumbuh di wilayah ini adalah mangrove kecil yang sebagian batangnya
memang terendam. Wilayah yang sebelumnya merupakan pemukiman sekarang berubah

9
menjadi tambak dan wilayah penanaman dan dimana mangrove hidup. Penanaman mangrove
ini merupakan salah satu upaya warga sekitar untuk meredam gelombang.

3.1.4 Data Hidro-Oseanografi


Dalam segi kelautan, khususnya Oseanografi data data sangat dibutuhkan untuk
mengetahui atau menganalisis suatu masalah yang terjadi. Hal ini terjadi pada daerah pesisir
yang biasanya terkena dampak oleh parameter – parameter oseanografi tersebut, contoh kasus
atau bencana yang sering terjadi adalah banjir rob, abrasi muka air laut dan hal sebagainya.
Data timeseries gelombang, pasut dan arus dapat digunakan untuk mengetahui intensitas
parameter – parameter tersebut dan dapat memprediksi waktu terjadinya bencana, seperti banjir
rob. Gelombang yang datang terus menerus akan mengakibatkan abrasi dimana garis pantai
akan terkikis dan berkurang, sedangkan data pasang surut digunakan untuk mengetahui atau
memprediksi kapan terjadinya pasang tertinggi di mana hal ini dapat menguntungkan
masyarakat pesisir untuk melakukan mitigasi bencana Pra kejadian bencana. Pasang Surut di
daerah ini menjadi pendukung penyebab bencana abrasi karena arus pasang membawa sedimen
dan ketika surut membentuk sedimentasi

Data – data hidro-oseanografi dapat ditemukan atau didapatkan dari beberapa instansi
yang memang menguasai bidang tersebut seperti BMKG, BIG dan BPOL. Data- data parameter
oseanografi inilah yang mempunyai manfaat yang baik apabila diolah dengan teliti dan tepat
yang dapat membantu masyarakat pesisir untuk melakukan mitigasi pra kejadian.

Grafik Pasang Surut Oktober 2017


Semarang
160

140

120
elevasi
100 HHWL
Tinggi

80 MSL
MLWL
60
LLWL
40 Zo

20 MHWL

0
Waktu

Gambar 2. Grafik Pasang Surut Oktober 2017


10
ZO 32
HHWL 107
MHWL 45
MSL 75
MLWL 17,12180318
LLWL 30
f 0,6468715480
3.1.5 Sketsa

Gambar 3. Sketsa Tracking lokasi Praktikum

3.2 Analisa Potensi Bahaya


Tabel 2. Hasil Perhitungan Potensi Bahaya di Perairan Desa Morosari, Demak

No Variabel Klasifikasi Keterangan

1 Geomorphologi 3 Berlumpur, Mangrove,Payau


2 Erosi/akresi pada garis pantai -1 < x < 1 m/tahun
2
(m/tahun)
3 Kemiringan pantai (%) 3 1.12%
4 Perubahan elevasi muka air relatif 7.74 mm/tahun
2
(mm/tahun)
5 Rata - rata tinggi gelombang (m) 2 1m
6 Rata - rata kisaran pasang surut (m) 3 1.2 m
TOTAL SKOR Rata-rata = 2.333

11
Tabel 3. Klasifikasi Potensi Bahaya
Kelas Potensi Bahaya
Kelas Deskripsi
0.1-1.0 Rendah
1.1-2.0 Sedang
2.1-3.0 Tinggi

3.3 Analisis Kerentanan Pantai


Tabel 4 . Perhitungan Kerentanan Pantai di Perairan Desa Morosari, Demak
Skor/Narasumber
No Penerima Dampak Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Perpindahan Penduduk 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2.5
2 Jumlah Penduduk 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1.6
3 Jumlah korban jiwa 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0.6
4 Dampak ekonomi 1 1 1 2 0 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1.3
5 Jasa pelayanan penting 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1.4
6 Infrastruktur 1 0 0 0 0 1 3 1 1 1 2 1 1 2 2 0 0 1 2 1 1
7 Jasa pelayanan Komersial 0 0 0 1 0 2 2 2 2 2 1 2 2 2 0 0 0 1 1 2 1.1
8 Ekosistem 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2.75
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒌𝒍𝒂𝒔𝒊𝒇𝒊𝒌𝒂𝒔𝒊
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐊𝐞𝐫𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐚𝐧 =
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑽𝒂𝒓𝒊𝒂𝒃𝒆𝒍

Nilai Kerentanan = (2.3+1.4+1.2+1.5+2+2.3+1.6+2.5)/8


Nilai Kerentanan = 2.5

Tabel 5. Nilai Variabel Analisa Kerentanan Pantai


Kelas Deskripsi
0.1-1.0 Kecil
1.1-2.0 Sedang
2.1-3.0 Besar

12
3.4 Analisi Resiko
Tabel 6. Hasil Analisis Resiko di Perairan Desa Morosari, Demak
Wilayah Potensi Kerentanan
Resiko Kelas Deskripsi
Administrasi Bahaya Pantai
Desa Morosari 2.333 1.531 1.932 1.5 – 2.1 Tinggi

3.5 Analisis Perubahan Garis Pantai

Gambar 4. Perubahan Garis Pantai dengan Data 10 Tahun Terakhir

3.6 Mitigasi Bencana


a. Mitigasi bencana yang sudah ada
Warga Desa Morosari melakukan penanmbahan tinggi jalan yang bertujuan
memudahkan akses keluar-masuk desa dan aktivitas warga sekitar. Warga menanam
mangrove berukuran kecil sebagai peredam gelombang yang datang. Terdapat
informasi yang diberikan BMKG Jawa Tengah berkaitan dengan jadwal pasang dan
surut disetiap wilayah. Warga sekitar dapat memahami dengan mudah, dan sudah ada
jadwal pengumumannya. Upaya mitigasi struktural seperti hybrid berbahan bamboo
sebagai alat pemecah ombak dari karung yang diisi dengan pasir maupun alat pemecah
ombak yang berasal dari ban bekas serta goin. Setelah ditinjau, langkah tersebut kurang
efektif sehingga tidak begitu membantu menghalangi gelombang yang datang. Terdapat

13
Seawall yang berfungsi melindungi daratan sekaligus menjadi sedimen trap untuk
membantu terjadinya sedimentasi pantai agar daratan dapat terbentuk kembali seperti
semula.

b. Mitigasi tambahan yang perlu dilakukan


Mitigasi yang ada pada Desa Morosari, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak
kurang cukup karena masih banyak warga yang menjadi korban bencana baik dari sisi
material maupun psikologis. Mitigasi bencana pada daerah tersebut harus ditambahkan
atau dilakukan khususnya saat pra kejadian yaitu dengan melakukan penyuluhan kepada
Warga Desa Morosari mengenai potensi bencana yang ada pada daerah tersebut dan
melakukan pelatihan mengenai evakuasi saat bencana tersebut terjadi. Pelatihan
tambahan sepserti Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) dan SAR perlu
dolakukan pula. Secara structural, penambahan Breakwater pada daerah tersebut juga
sangat diperlukan karena masih sedikitnya breakwater didaerah tersebut yang dapat
mengakibatkan kuatnya abrasi. Namun, hal terpenting dari mitigasi adalah bagaimana
cara menghadapi atau yang hari dilakukan dari sebelum, saat, dan sesudah kejadian
bencana.

14
IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Bencana yang terjadi di desa Morosari, Sayung, Demak ini berupa abrasi pantai,
banjir rob serta penurunan tanah.
2. Dampak dari bencana yang terjadi yaitu permukaan tanah yang semakin menurun,
serta infrastruktur yang berupa jalanan yang setiap saat perlu diperbaiki akibat
adanya banjir rob serta penurunan tanah
3. Mitigasi bencana yang dilakukan yaitu berupa pembangunan seawall, serta
peninggian jalan pada daerah pantai.

4.2. Saran
1. Sebaiknya ketika melakukan wawancara analisis sosial ekonomi menggunakan
Bahasa yang sopan dan mudah dimengerti warga
2. Alat praktikum diperiksa terlebih dahulu sebelum digunakan
3. Praktikan mendengarkan instruksi asisten ketika berada di lapangan

15
DAFTAR PUSTAKA

Asrofi, Akhmad. Su Ritohardoyo. Danang Sri Hadmoko. 2017. Strategi Adaptasi Masyarakat
Pesisir Dalam Penanganan Bencana Banjir Rob dan Implikasiya Terhadap Ketahanan
Wilayah (Studi di Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Jawa Tengah). Jurnal
Ketahanan Nasional.
Boangmanalu, Arta Olihen. Ivan Indrawan. 2013. Kajian Laju Angkutan Sedimen Pada Dasar
Sungai Wampu. Universitas Sumatera Utara.
Hambali, Roby. 2016. Studi Karakteristik Sedimen dan Laju Sedimentasi Sungai Daeng –
Kabupaten Bangka Barat. Jurnal Fropil Vol. 4 No.2.
Hasnawir. 2012. Mitigasi Bencana Sedimen. Kementerian Kehutanan
Ikhsyan, Nova. Chatarina Muryani. Peduk Rintayati. 2017. Analisis Sebaran, Dampak dan
Adaptasi Masyarakat Terhadap banjir ROB di Kecamatan Semarang Timur dan Kecamatan
Gayamsari Kota Semarang. Jurnal GeoEco Vol 3, No. 2
Noverma. 2016. Kajian Mitigasi Bencana Alam Melalui Pendekatan Al-Quran dan Sains
Teknologi (Studi Kasus Pesisir Utara Jawa Kabupaten Demak). Marine Journal Vol 2, No
01.
Ritohardoyo, Su. Sudrajat. Andri kurniawan. 2014. Aspek Sosiak Banjir Genangan (ROB) di
Kawasan Pesisir. Gadjah Mada University Press
Ruswandani. Asep Saefuddin. Syafri Mangkuprawira. Etty Riani. Priyadi Kardono. 2008.
Identifikasi Potensi Bencana Alam dan Upaya Mitigasi yang Paling Sesuai Diterapkan di
Pesisir Indramayu dan Ciamis. Jurnal riset geologi dan pertambangan.
Shidqi, Muhammad Miqdam. Agung Sugiri. 2015. Bentuk- Bentuk Adaptasi Lingkungan
Terhadap Abrasi di Kawasan Pantai Sigandu Batang. Jurnal Teknik PWK Vol 4 No.4
Subardjo, Petrus. 2004. Studi Morfologi Guna Pemetaan Rob di Pesisir Sayung, Kabupaten
Demak, Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Kelautan.
Utami, Veranita Hadyanti. Adjie Pamungkas. 2013. Identifikasi Kawasan Rentan Terhadap
Abrasi di Pesisir Kabupaten Tuban. Jurnal Teknik POMITS Vol.2 No.2

16
LAMPIRAN
Tabel 5. Data pasang surut Oktober 2017
JAM
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
TGL
1 75 88 100 110 110 115 115 104 95 90 75 60 50 50 55 65 70 72 82 75 70 65 65 68
2 60 75 90 100 110 118 120 108 95 85 70 60 55 40 58 58 58 70 70 75 68 65 63 58
3 65 80 90 100 110 120 120 123 105 93 78 70 58 60 60 62 70 72 78 78 78 70 65 65
4 68 73 90 103 107 113 113 115 115 98 85 70 65 60 60 70 60 70 70 70 72 72 65 70
5 80 78 90 100 110 115 120 120 115 105 95 85 70 60 66 70 70 80 85 90 90 85 85 80
6 85 85 90 95 105 105 108 125 118 105 88 80 75 73 70 60 70 80 80 85 85 85 85 85
7 80 85 90 95 100 105 105 110 105 100 96 93 83 83 75 80 82 85 88 88 88 88 80 85
8 82 84 85 85 85 90 88 102 100 100 98 90 90 80 80 80 80 78 79 80 86 83 80 80
9 95 100 100 100 100 100 100 90 85 90 90 90 90 85 85 85 87 87 80 85 90 90 95 95
10 90 100 105 120 100 95 85 90 85 85 75 80 80 80 84 85 85 80 75 70 70 75 80 85
11 110 118 122 125 128 120 102 85 68 68 70 70 70 80 90 90 85 85 87 85 80 73 75 95
12 95 105 110 120 120 115 115 92 80 70 68 70 70 80 90 110 103 90 85 85 78 78 75 80
13 82 95 105 115 125 130 120 90 70 58 45 42 50 52 70 80 89 95 90 85 80 80 75 75
14 80 90 110 125 138 130 120 105 85 63 50 43 43 48 60 71 90 95 95 88 80 70 70 75
15 73 88 98 110 125 135 135 110 95 78 55 40 34 35 48 53 78 85 88 90 80 75 65 65
16 75 85 90 100 105 110 110 130 105 90 70 60 50 45 50 55 60 73 80 90 85 80 70 63
17 90 80 100 100 105 110 120 115 103 88 70 50 40 30 40 40 40 55 70 70 70 70 70 80
18 85 89 90 95 100 115 115 110 115 100 90 75 65 60 65 65 70 78 90 85 80 70 80 80
19 80 80 85 90 98 98 100 115 105 98 78 80 70 71 60 62 70 77 85 85 85 90 90 85
20 90 90 90 92 94 95 95 95 90 85 80 75 70 65 65 70 70 70 75 80 85 90 95 90
21 87 87 87 90 90 88 90 105 95 90 89 80 75 75 75 75 78 80 85 88 85 90 90 90
22 95 92 90 90 85 85 75 95 80 80 80 80 80 78 78 85 92 80 80 80 80 90 95 95
23 100 105 100 103 96 87 80 80 75 74 74 73 73 73 80 80 82 85 85 85 90 90 95 100
24 98 98 102 103 98 88 80 75 70 65 60 65 65 65 70 75 75 75 75 78 80 82 83 93
25 110 110 110 110 105 100 90 70 68 60 55 58 68 69 70 75 75 80 80 85 85 90 100 105
26 100 108 110 115 115 105 90 80 63 60 60 55 58 65 75 75 75 82 85 80 80 75 85 88
27 90 100 112 115 120 110 100 80 64 55 52 45 52 60 70 80 90 90 88 83 83 80 78 80
28 90 102 115 124 120 114 110 85 70 60 55 50 55 58 68 83 88 90 90 88 83 82 75 83
29 85 90 105 120 125 120 115 92 75 60 50 48 50 60 65 75 90 90 90 90 85 80 72 75
30 85 100 110 115 120 115 115 105 85 70 45 45 50 60 65 80 88 95 100 95 85 80 80 75
31 90 98 113 127 125 127 118 105 90 72 60 45 45 48 60 70 85 95 98 96 90 83 80 80

17
LAMPIRAN

Tabel 6. Lampiran Hasil Perhitungan Potensi Bahaya di Perairan Demak

pada garis pantai

Rata - rata tinggi


elevasi muka air
Geomorphologi

kisaran pasang
Kemiringan
Erosi/akresi

gelombang
Perubahan

Rata - rata
pantai

relatif

Rata – Rata
surut
Wilayah
No
Administrasi

Skor Skor Skor Skor Skor Skor

1. Desa Timbulsloko 3 3 1 3 1 3 2.3

2. Desa Bedono 3 3 1 3 1 3 2.3

3. Desa Morosari 3 3 2 3 1 3 2.5

4. Desa Morosari 3 3 1 3 2 3 2.5

Tabel 7. Lampiran Hasil Perhitungan Kerentanan Pantai di Perairan Demak


Nilai rata-rata/desa
Pemukiman

Terdampak

Eko-sistem
Komersial
pelayanan

pelayanan
Penduduk

ekonomi
Dampak

struktur
Wilayah
penting
Korban
Jumlah

Jumlah

Jumlah

Infra-
Jiwa

No
Jasa

Jasa
Administrasi

Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor Skor

1. Desa 1 3 3 2 2 3 1 2
Timbulsloko

2. Desa Bedono 3 3 1 3 2 3 2 3

3. Desa Morosari 2 2 1 2 2 3 2 2

4. Desa Morosari 2 2 1 1 1 1 1 3

Rata-rata per variabel 2 3 1 2 2 3 2 3

Rata-rata keseluruhan 2.0276875

18
DOKUMENTASI

Gambar 5. Wawancara Analisis Sosial Ekonomi

Gambar 6. Persiapan Lapangan

Gambar 7. Tutorial Pengukuran Garis Pantai menggunakan Waterpass


19
(a) (b)

Gambar 8. Kondisi Rumah Warga (a) dan Perairan Morosari (b)

20

Anda mungkin juga menyukai