Anda di halaman 1dari 20

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN


PESERTA DIDIK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK

KELOMPOK 5
DISUSUN OLEH:

GILANG WAHYU ROSYADIE AAA 118 052

JESSICA BERLIANA NANYAN AAA 118 028

LAILY HARIATI AAA 118 024

MIKHAEL BERTIPO HIDIK AAA 118 036

SAESARINA AAA 118 039

TENGKU DINDA JULIA W. AAA 118 044

YOLANDA AMELIA AAA 118 004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PENDAHULUAN
Berbagai pemikiran pendidikan yang muncul di dalam masyarakat bersamaan
dengan dinamika perkembangannya dan membawa perubahan yang selanjutnya dikenal
dengan aliran-aliran pendidikan. Aliran-aliran pendidikan tersebut, muncul sejak manusia
hidup dalam satu kelompok yang dihadapkan dengan problem regenerasi bagi
keturunannya.

Secara historis bahwa aliran-aliran pendidikan ataupun berbagai pemikiran tentang


pendidikan dapat ditemukan dalam berbagai literatur. Konon aliran pendidikan yang
sempat tercatat dalam sejarah pendidikan telah dimulai sejak zaman Yunani kuno hingga
sekarang. Setiap aliran pendidikan dapat dimaknai sebagai upaya untuk memperbaiki
martabat manusia tentu saja dalam setiap aliran pendidikan memiliki muatan agar pada
setiap keturunan sebagai wujud generasi berikutnya mendapatkan pemaknaan pendidikan
yang lebih baik daripada pendidikan yang dirasakan oleh para orang tua mereka
sebelumnya.

Pemahaman terhadap berbagai aliran pendidikan memiliki arti yang sangat


penting, ketika seorang pendidik ataupun calon pendidik hendak menangkap hakikat dari
setiap dinamika perkembangan pemikiran tentang pendidikan yang tengah terjadi.
Bagaimanapun juga aliran-aliran pendidikan pada dasarnya merupakan gagasan dari para
pemikir yang cukup berpengaruh secara luas pada jamannya, sehingga tidak dapat
diabaikan.

Pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran yang demikian dianggap penting,


dalam pendidikan karena akan menjadi bekal bagi tenaga pendidik, sehingga memiliki
wawasan historis yang lebih luas, lagi pula juga dapat menambah ketajaman analisisnya
dalam mengaitkan antara keberadaan masa lampau dengan tuntutan dan kebutuhan masa
kini dalam rangka mengantisipasi masa yang akan datang. Selanjutnya atas dasar pijakan
tersebut, sekaligus dapat dijadikan penangkal terhadap kemungkinan kekeliruan terhadap
praktek pendidikan. Disadari bahwa keterlambatan dalam menangani kekeliruan sekecil
apapun di dalam praktek pendidikan akan berdampak sangat luas dan dalam tempo yang
relatif panjang bagi perkembangan peradaban generasi manusia selanjutnya.

Pada setiap aliran pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam


memandang perkembangan manusia. Hal ini berdasarkan atas faktor-faktor dominan
yang dijadikan sebagai dasar pijakan bagi perkembangan manusia.

Maka dari itu berikut ini kami akan menjabarkan mengenai aliran-aliran dalam
pendidikan yang mempengaruhi perkembangan peserta didik.
PEMBAHASAN

1. ALIRAN NATIVISME

Nativisme adalah pandangan bahwa keterampilan-keterampilan atau kemampuan-


kemampuan tertentu bersifat alamiah atau sudah tertanam dalam otak sejak lahir.
Pandangan ini berlawanan dengan empirisme, teori tabula rasa, yang menyatakan bahwa
otak hanya mempunyai sedikit kemampuan bawaan dan hampir segala sesuatu dipelajari
melalui interaksi dengan lingkungan. Schopen Hauwer (Jerman : 1788-1860) berpendapat
bahwa manusia dilahirkan dengan potensi-potensi yang sudah jadi, sehingga faktor
pendidikan dan lingkungan tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak, yang
baik akan menjadi baik dan yang jelek akan menjadi jelek, maka keberhasilan pendidikan
ditentukan oleh anak itu sendiri. Nativisme berasal dari “nati” artinya terlahir, dan bagi
nativisme lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya
dalam mempengaruhi perkembangan anak.
Maka didapati dalam aliran Nativisme itu anak mirip dengan orang tuanya baik
secara fisik dan non fisik (sifat). Di dalam diri individu terdapat “inti” (G.Leibnitz:
Monad) yang mendorong manusia yaitu kemauan aktif sendiri, dan manusia adalah
makhluk yang mempunyai kemauan bebas. Dalam teori nativisme ditegaskan bahwa
sifat-sifat yang dibawa dari lahir akan menentukan keadaannya. Hal ini dapat diklaim
bahwa unsur yang paling mempengaruhi perkembangan anak adalah unsur genetic
individu yang diturunkan dari orang tuanya.
Teori nativisme dikenal juga dengan teori naturalisme atau teori pesimisme. Teori
ini berpendapat bahwa manusia itu mengalami pertumbuh kembangan bukan karena
faktor pendidikan dan intervensi lain diluar manusia itu, melainkan ditentukan oleh bakat
dan pembawaannya. Teori ini berpendapat bahwa upaya pendidikan itu tidak ada
gunanya dan tidak ada hasilnya.
Dapat disimpulkan bahwa isi dari teori nativime adalah perkembangan individu
ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan baik itu didalam suatu
pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan anak. Kemudian
pendidikan dianggap suatu hal yang sia-sia karena pendidikan tidak akan dapat merubah
kodrat bawaan tersebut.
2. ALIRAN EMPIRISME

Aliran Empirisme merupakan aliran yang mementingkan stimulasi eksternal dalam


perkembangan manusia. Aliran ini menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung
pada lingkungan, sedangkan pembawaan yang dibawanya dari semenjak lahir tidak
dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia
sekitarnya. Pengalaman-pengalaman itu berupa stimulan-stimulan dari alam bebas
maupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.
Tokoh utama aliran ini adalah filsuf Inggris bernama John Lock yang
mengembangkan paham Rasionalisme pada abad ke 18. Teori ini mengatakan bahwa
anak yang lahir ke dunia dapat diumpamakan seperti kertas putih yang kosong yang
belum ditulisi atau dikenal dengan istilah “tabularasa” (a blank sheet of paper). Teori ini
mengatakan bahwa manusia yang lahir adalah anak yang suci seperti meja lilin. Dengan
demikian, menurut aliran ini anak-anak yanglahir ke dunia tidak mempunyai bakat dan
pembawaan apa-apa, sebagai kertas putih yang polos. Oleh karena itu, anak-anak dapat
dibentuk sesuai dengan keinginan orang dewasa yang memberikan warna pendidikannya.
Aliran Empirisme dipandang sebagai aliran yang sangat optimis terhadap
pendidikan, sebab aliran ini hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh
dari lingkungan. Adapun kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak
menentukan keberhasilan seseorang. Aliran ini masih menganggap manusia sebagai
makhluk yang pasif, mudah dibentuk atau direkayasa, sehingga lingkungan pendidikan
dapat menentukan segalanya.
Pandangan sebagaimana di atas tentu saja patut dipertanyakan. Dalam kenyataan
kehidupan sehari-hari, akan ditemukan anak yang berhasil karena memang dirinya
berbakat, meskipun pada awal lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Keberhasilan
anak tersebut disebabkan oleh kemauan yang luar biasa, sehingga menyebabkan dirinya
sadar akan kemampuannya. Kesadaran akan kemampuannya mendorong dirinya lebih
berusaha dan terekspresikan dalam bentuk kerja keras mencari dan menemukan
lingkungan yang kondusif bagi perkembangan kemampuannya. Upaya itu menyebabkan
dirinya mendapatkan lingkungan yang sesuai, yakni lingkungan yang dapat
mengembangkan bakat atau kemampuan yang ada dalam dirinya, sehingga anak tersebut
berhasil.
3. ALIRAN KONVERGENSI
Konvergensi berasal dari kata Convergative yang berarti penyatuan hasil atau
kerja sama untuk mencapai suatu hasil. Aliran ini dipelopori oleh William Stern, seorang
ahli ilmu jiwa berkebangsaan jerman yang berpendapat bahwa pembawaan dan
lingkungan keduanya menentukan perkembangan manusia, sehingga aliran ini
merupakan kompromomi atau kombinasi dari nativisme dengan empirisme. Tenaga-
tenaga dari luar dapat menolong tetapi bukanlah ia yang menyebabkan perkembangan itu,
karena ini datangnya dari dalam yang mengandung dasar keaktifan dan tenaga
pendorong. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat
baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh
lingkungan, dan kemungkinan-kemungkinan yang dibawa sejak lahir itu merupakan
petunjuk-petunjuk nasib manusia yang akan datang dengan ruang permainan. Dalam
ruang permainan itulah terletak pendidikan dalam arti yang sangat luas. Tenaga-tenaga
dari luar dapat menolong tetapi bukanlah ia yang menyebabkan perkembangan itu, karena
ini datangnya dari dalam yang mengandung dasar keaktifan dan tenaga pendorong. Anak
yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik
akan menjadi semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan
berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan
bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan
perkembangan anak secara optimal jika tidak didukung oleh bakat baik yang dibawa
anak.

Dengan demikian, aliran Konvergensi menganggap bahwa pendidikan sangat bergantung


pada faktor pembawaan atau bakat dan lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan
lingkungan sama-sama berperan penting. Sampai sekarang pengaruh dari kedua faktor
tersebut belum bisa ditetapkan
Sebagai contoh : anak dalam tahun pertama belajar mengoceh, baru kemudian becakap-
cakap, dorongan dan bakat itu telah ada, dia meniru suara-suara dari ibunya dan orang
disekelilingnya. Ia meniru dan mendengarkan dari kata-kata yang diucapkan kepadanya,
bakat dan dorongan itu tidak akan berkembang jika tidak ada bantuan dari luar yang
merangsangnya. Dengan demikian jika tidak ada bantuan suara-suara dari luar atau kata-
kata yang di dengarnya tidak mungkin anak tesebut bisa bercakap-cakap.

Karena itu teori W. Stern disebut teori konvergensi (konvergen artinya memusat ke
satu titik). Jadi menurut teori konvergensi:
1) Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan.
2) Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak
didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi
yang kurang baik.
Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang
tepat dalam memahami tumbuh-kembang manusia. Meskipun demikian, terdapat variasi
pendapat tentang faktor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh-kembang
itu. Dari sisi lain, variasi pendapat itu juga melahirkan berbagai pendapat/gagasan tentang
belajar mengajar, seperti peran guru sebagai fasilitator ataukah informator, teknik
penilaian pencapaian siswa dengan tes objektif atau tes esai, perumusan tujuan
pengajaran yang sangat behavioral, penekanan pada peran teknologi pengajaran (The
Teaching Machine, belajar berprogram, dan lain-lain) dan sebagainya.
Dengan demikian, aliran konvergensi menganggap bawa pendidikan sangat bergantung
pada faktor pembawaan atau bakat dengan lingkungan.

Oleh karena itu penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak,
baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang
sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik
tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu.
Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang
optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk
mengembangkan itu. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa
dengan kata-kata, adalah juga hasil konvergensi.
4. ALIRAN KONTEMPORER

Aliran yang terbaru yaitu kontemporer, yakni Teori pembelajaran yang dilakukan
guru dan siswa hendaknya menarik, merangsang siswa untuk berpikir dan guru dapat
menciptakan pembelajaran yang bermakna.
Teori kontemporer yang bermunculan saat ini banyak sekali di antaranya teori belajar
sibernetik. Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru, jika
dibandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini
berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu
Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi.
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Sekilas, teori ini
mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang
penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah “system informasi”
yang diproses itu. Informasi inilah yang akan menentukan proses.
Pendapat lain dari teori sibernetik ini adalah bahwa tidak ada satu proses belajar yang
ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Maka, sebuah informasi
mungkin akan dipelajari seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi
yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa yang lain melalui proses belajar yang lain.
. Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan
proses belajar dari pada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori
sibernetik namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang
akan dipelajari siswa. Informasi inilah yang akan menentukan proses bagaimana proses
belajar akan berlangsung, sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari. Tokoh
teori ini Gage dan Berliner, Biehler, Snoman, Baine, dan Tennyson.
Aplikasi teori ini, untuk mendukung proses pembelajaran dalam kegiatan belajar
hendaknya menarik perhatian, memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa,
merangsang ingatan pada prasyarat belajar, menyajikan bahan perangsang, memberikan
bimbingan belajar, mendorong unjuk kerja, memberikan balikan informatif, menilai
unjuk kerja, meningkatkan retensi dan alih belajar.
5. ALIRAN PROGRESSIVISME

A. Pengertian
Progressivisme merupakan suatu paham yang beredar pada sebuah asumsi bahwa
manusia itu mempunyai kemampuan yang wajar dan dapat mengatasi berbagai
permasalahan yang mengancam manusia itu sendiri. Progressivisme menolak corak
pendidikan yang otoriter yang terjadi di masa lalu dan masa sekarang. Progressivisme
juga tidak lepas dari muatan ilmu pengatahuan.

B. Ciri-ciri Progressivisme
Progresivisme mempunyai suatu konsep yang berlandaskan pada pengetahuan
serta kepercayaan manusia yang mempunyai kemampuan yang wajar dan dapat
menyelesaikan masalah yang bersifatkan menekan ataupun mengancam pada diri
manusia itu sendiri. Terdapat beberapa ciri – ciri pada aliaran progresivisme meliputi :

1. Progresivisme kurang menyetujui pendidikan yang berasaskan otoriter. Dengan


adanya otoriter dikuwatirkan tujuan akan tercapai dengan kurang baik. Hal ini
dikarenakan dalam proses pendidikan kurang adanya rasa menghargai satu dengan yang
lain dan sistem pendidikan yang hanya menggunakan satu arah, dengan
mengesampingkan aspek – aspek dari luar. Padahal itu merupakan suatu motor pengerak
manusia untuk mencapai suatu kemajuan atau progress.

2. Ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan. Ilmu merupakan


bagian utama dari kebudayaan. Seperti halnya : Ilmu hayat, Antropologi, Psikologi, dan
Ilmu alam. Ilmu pengetahuan merupakan salah satu penyumbang tersebar dalam maju
berkembangnya kebudayaan manusia. Ilmu hayat menunjukkan bahwa manusia
merupakan makhluk yang berjuang untuk berahan hidup, dengan mengatasi berbagai
masalah atau rintangan.
C. Pandangan tentang Progressivisme
Pandangan progresivisme ada dalam beberapa aspek, yaitu:

a. Pandangan mengenai pengetahuan

Bahwa pragmatisme itu sebenarnya adalah teori pengetahuan. Sifat rasional dari
pragmatisme terletak pada pemberian isi dan pengertian-pengertian mengenai suatu
proses adanya pengalaman menjadi pengetahuan. Fakta yang masih murni saja(yang
belum diolah atau disusun) belum merupakan pengetahuan.

b. Pandangan mengenai nilai

Nilai tidak datang dengan sendirinya, tetapi ada faktor yang merupakan pra syarat.
Faktor tersebut adalah suatu asumsi untuk memperoleh sebuah nilai.

c. Pandangan Tentang Belajar

Pandangan progressivisme mengenai belajar bertumpu pada pandangan mengenai


anak didik sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan dibanding makhluk-makhluk
lain. Disamping itu menjadi menipisnya dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat
menjadi landasan pengembangan ide-ide pendidikan progresivisme.

Suasana belajar yang edukatif dapat ditimbulkan baik didalam maupun diluar
sekolah asal berkisar pada asas-asas tersebut di atas. Dengan demikian maka pendidikan
itu tidak lain adalah hidup itu sendiri.

d. Pandangan Mengenai Kurikulum

Sikap progressivisme, yang memandang segala sesuatu berasaskan fleksibilitas,


dinamika dan sifat-sifat lain yang sejenis, tercermin dalam pandangannya mengenai
kurikulum sebagai pengalaman yang edukatif, bersifat eksperimental dan adanya rencana
dan susunan yang teratur. Landasan pikiran ini akan diuraikan serba singkat.

Yang dimaksud dengan pengalaman yang edukatif adalah pengalaman apa saja
yang serasi tujuan menurut prinsip-prinsip yang digariskan dalam pendidikan, yang setiap
proses belajar yang ada membantu pertumbuhan dan perkembangan anak didik.

Dalam buku Philosofical Alternatives in Education, Gutek (1974:140) menyebutkan


bahwa pendidikan progresif menekankan pada beberapa hal:
1) pendidikan progresif hendaknya memberikan kebebasan yang mendorong anak
untuk berkembang dan tumbuh secara alami melalui kegiatan yang dapat menanamkan
inisiatif, kreatifitas, dan ekspresi diri anak;

2) segala jenis pengajaran hendaknya mengacu pada minat anak, yang dirangsang
melalui kontak dengan dunia nyata;

3) pengajar progresif berperan sebagai pembimbing anak yang diarahkan sebagai


pengendali kegiatan penelitian bukan sekedar melatih ataupun memberikan banyak tugas;

4) prestasi peserta didik diukur dari segi mental, fisik, moral dan juga
perkembangan sosialnya;

5) dalam memenuhi kebutuhan anak dalam fase perkembangan dan


pertumbuhannya mutlak diperlukan kerjasama antara guru, sekolah, rumah, dan keluarga
anak tersebut;

6) sekolah progresif yang sesungguhnya berperan sebagai laboratorium ynag berisi


gagasan pendidikan inovatif dan latihan-latihan.
6. ALIRAN NATURALISME

Naturalisme mempunyai beberapa pengertian, yaitu dari segi bahasa, Naturalisme


berasal dari dua kata, “Natural” artinya “Alami” dan “Isme” artinya “Paham”. Nature
artinya alam atau yang dibawa sejak lahir. Aliran naturalisme dapat juga disebut sebagai
“Paham Alami”. Maksudnya, bahwa setiap manusia yang terlahir ke bumi ini pada
dasarnya memiliki kecenderungan atau pembawaan yang baik dan tak ada seorangpun
terlahir dengan pembawaan yang buruk.

Sistem nilai yang bersumber pada paham Naturalisme, berorientasi kepadanaturo-


centris (berpusat pada alam), kepada tubuh jasmaniah, kepada pancaindra, kepada hal-hal
yang bersifat aktual (nyata), kepada kekuatan, kepada kemampuan mempertahankan
hidup, dan kepada organisme (makhluk hidup). Oleh karena itu, Naturalisme
berpandangan menolak hal-hal yang bersifat spiritual dan moral, sebab kenyataan yang
hakiki adalah alam semesta yang bersifat fisik (jasmaniah). Jiwa dapat menurun
kualitasnya menjadi kenyataan yang berunsurkan materi. Naturalisme dekat dengan
paham materialisme yang menafikan nilai-nilai moral manusia. Tidak ada kenyataan di
balik kenyataan alam fisik, hingga tak ada alam metafisis.

Aliran ini menganggap bahwa kebahagiaan manusia didapat dengan menurutkan


panggilan natur (fitrah) dari kejadian manusia itu sendiri. Perbuatan yang baik (susila)
menurut aliran ini ialah perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan natur manusia. Baik
mengenai fitrah lahir ataupun mengenai fitrah batin. Kalau lebih memberatkan pada fitrah
lahirnya dinamakan aliran etika materialisme. Tetapi pada aliran naturalisme ini faktor
lahir batin itu sama beratnya sebab kedua- duanya adalah fitrah (natur) manusia. Aliran
ini cara pemikirannya tentang etika adalah sebagai berikut : di dalam dunia ini segala
sesuatu menuju satu tujuan saja. Dengan memenuhi panggilan naturnya masing-masing
mereka menuju kebahagiaannya yang sempurna. Benda-benda dan tumbuhan-tumbuhan
menuju pada tujuan itu secara otomatis yakni tanpa pertimbangan atau perasaan. Kalau
hewan-hewan menuju tujuan itu dengan instinct (nalurinya) maka manusia menuju tujuan
itu dengan akalnya. Karena itu kewajiban manusia ialah mencapai kesanggupan akal
yang setinggi-tingginya dan melakukan segala amal perbuatan dengan berpedoman pada
akal itu. Alam telah memberikan pada manusia keinginan untuk hidup terus. Dan dengan
dasar mengingini kelangsungan hidup itulah manusia membeda-bedakan beberapa
macam pekerjaan mana yang membahayakan dan mana yang mengganggu kelangsungan
hidup itu. Kebahagian manusia terletak pada tidak terganggunya kelangsungan hidup itu.
Adanya ancaman terhdap kelangsungan hidup merupakan hilangnya kebahagiaan
manusia. Ringkasnya aliran ini berpendapat bahwa kebahagiaan itu didapatkan ketika
manusia melakukan hal yang cocok dengan naturnya dan melangsungkan kehidupannya.

IMPLIKASI NATURALISME TERHADAP PENDIDIKAN


Dimensi utama dan pertama dari pemikiran filsafat pendidikan naturalisme
dibidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam
Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya
dalam berfikir. Peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan. Untuk itu
pendidikan yang signifikan dengan pandangannya adalah pendidikan ketuhanan, budi
pekerti dan intelek. Pendidikan tidak hanya sebatas untuk menjadikan seseorang mau
belajar, melainkan juga untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana. Dimensi
kedua dari filsafat pendidikan naturalisme yang juga dikemukakan oleh Comenius adalah
penekanan bahwa belajar merupakan kegiatan melalui indra. Fenomena menarik di
bidang pendidikan yang menjadikan alam sebagai tempat dan pusat kegiatan
pembelajaran. Para siswa menyatu dengan alam sebagai tempat belajar memuaskan
keingintahuannya sebab mereka secara langsung berhadapan dengan sumber dan materi
pembelajaran secara riil. Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru
paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan
bagi penganut paham naturalis perlu dimulai jauh hari sebelum proses pendidikan
dilaksanakan. Sekolah merupakan dasar utama dalam keberadaan aliran filsafat
naturalisme karena belajar merupakan sesuatu yang natural, oleh karena itu fakta bahwa
hal itu memerlukan pengajaran juga merupakan sesuatu yang natural juga. Paham
naturalisme memandang guru tidak mengajar subjek, melainkan mengajar murid.

Terdapat lima tujuan pendidikan paham naturalisme yang diperkenalkan Herbert


Spencer melalui esai-esainya yang berjudul “Ilmu Pengetahuan Apa yang Paling
Berharga?”
Kelima tujuan itu adalah :
1. Pemeliharaan diri
2. Mengamankan kebutuhan hidup
3. Meningkatkan anak didik
4. Memelihara hubungan sosial dan politik
5. Menikmati waktu luang.

Selain kelima tujuan yang disampaikan oleh Spencer, Spencer juga menjelaskan tujuh
prinsip dalam proses pendidikan beraliran naturalisme, adalah :
1. Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam
2. Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik
3. Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak
4. Memperbanyak ilmu pengetahuan merupakan bagian penting dalam pendidikan
5. Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan fisik, sekaligus otak
6. Praktik mengajar adalah seni menunda
7. Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif; (Hukuman dijatuhkan
sebagai konsekuensi alam akibat melakukan kesalahan. Kalaupun dilakukan hukuman,
hal itu harus dilakukan secara simpatik.

Ringkasnya aliran ini berpendapat bahwa kebahagiaan didapatkan ketika manusia


melakukan hal yang cocok dengan naturnya dan melangsungkan kehidupannya.
7. ALIRAN PERENIALSIME
Perenialisme merupakan sutau aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke-20.
Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme
menentang pandangan progresivisme yang menekan perubahan dan suatu yang baru.
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian,
terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosikultural.

Solusi yang ditawarkan kaum perenialis adalah jalan mundur ke belakang dengan
mengunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi
pandangan hidup yang kukuh, kuat pada zaman kuno dan pertengahan. Peradaban- kuno
(Yunani purba) dan abad pertengahaan sebagai dasar budaya bangsa- bangsa di dunia dari
masa ke masa dari abad ke abad (Sa’dullah , 2009: 151 ).

Perenialisme memendang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno


dan abad pertemngahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan
zaman sekarang. Sikap ini bukankah nostalgias (rindu atas hal-hal yang sudah lampau
semata-mata) tetapi telah berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan-kepercayaan
tersebut berguna bagi abad sekarang. Jadi sikap untuk kembali kemasa lampau itu
merupakan konsep bagi perenialismedimana pendidikan yang ada sekarang ini perlu
kembali kemasa lampau dengan berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna
bagi abad sekarang ini.

Konsep Dasar Perenialisme

1. Hakikat pendidikan
Tentang pendidikan kaum perenialisme memandang education as culturregression:
pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaaan manusia
sekarang seperti dalam masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. Tugas
pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti
,absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang
sebagai kebudayaan ideal tersebut. Sejalan dengan hal diats, penganut perenialisme
percaya bahwa prinsip-prinsip pendidikan juga bersifat universal dan abadi.

2. Hakikat Guru
a. Guru mempunyai peran yang dominan dalam penyelengaraan kegiatan belajar-
mengajar di dalam kelas.

b. Guru hendaknya adalah orang yang menguasai cabang ilmu, yang bertugas
membimbing diskusi yang akan memudahkan siswa dalam menyimpulkan kebenaran,
yang tepat ,tanpa cela , dan dipandang sebagai orang yang memiliki otoritas dalam suatu
bidang pengetahuan dan kehlianya tidak diragukan.

3. Hakikat Murid

Murid dalam aliran perenialisme merupakan mahkluk yang di bimbing oleh prinsip-
prinsip pertama, kebenaran-kebenaran abadi, pikiran mengangkat dunia biologis. Hakikat
pendidikan upaya proses transformasi pengetahuan dan nilai pada subyek didik.
Mencangkup totalitas aspek kemanusiaan, kesadaran, dan sikap dan tindakan kritis,
terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya
8. ALIRAN ESSENSIALISME
Aliran ini merupakan aliran yang didasari nilai – nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban manusia. Pada zaman renaissance inilah alisran Essensialisme
mulai muncul, dengan ciri – ciri utama yang berbeda dengan progresivisme, aliran ini
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai – nilai yang memiliki kejelasan
dan nilai – nilai yang mempunya tata yang jelas.
Aliran Essensialisme ini ialah suatu aliran filsafat yang mengharapnya kembali
manusia kepada kebudayaan lama. Aliran ini menanggap bahwa kebudayaan
menganggap perbudayaan berpekerti baik. Essensialisme modern dalam pendidikan
merupakan bentuk proses dari skeptisisme dan sinisme dari progresivisme terhadap
niali –nilai yang terletak pada warisan budaya.
Tokoh yang terdapat pada aliran Essensialisme yakni Georg wilhelm friedrich
hegel ( 1770 – 1831 ) mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan
agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual, Hegel juga
berpendapat bahwa sejarah adalah manifestasi dari berfikirnya tuhan, yang berfikir
dan mengadakan ekspresi mengenai pengaturan yang dinamis mengenai dunia yang
nyata dalam arti spiritual.
Berbeda dengan George Santayana yang memadukan antara aliran idealisme
dan aliran realisme dalam suatu sintesa yang mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat
ditandai dengan konsep tunggal, karena minat yang kualitasnya ditentukan oleh seorang
tersebut. Idealisme menjunjung asa otoriter atau nilai-nilai, namun tetap mengakui
bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri (
memilih, melaksanakan ).

Pandangan Essensialisme dan penerapannya dibidang pendidikan


A. Pandangan Essensialisme mengenai belajar
Edealisme sebagai filsafat hidup memulai tinjauan terhadap pribadi
individu, bahwa seorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahaminya
sendiri. Segala pengetahuan yang dicapai oleh manusia melalui indera.
Kesimpulan
Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini dan masa yang akan datang terus
berkembang. Hasil-hasil dari pemikiran itu disebut aliran atau gerakan baru dalam
pendidikan. Aliran/gerakan tersebut mempengaruhi pendidikan di seluruh dunia,
termasuk pendidikan di Indonesia. Dari aliran-aliran pendidikan di atas kita tidak bisa
mengatakan bahwa salah satu adalah yang paling baik. Sebab penggunaannya
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, situasi dan kondisinya pada saat itu, karena setiap
aliran memiliki dasar-dasar pemikiran sendiri. Aliran-aliran pendidikan baru yang
berkembang sebenarnya adalah pengembangan dari kedelapan aliran-aliran klasik yang
ada yaitu, (1) aliran empirisme, (2) aliran nativisme, (3) aliran naturalisme, (4) aliran
konvergensi, (5) aliran kontemporer, (6) aliran essensialisme, (7) aliran progressivisme
dan (8) aliran perenialisme.
DAFTAR PUSTAKA
http://ayuasriani.blogspot.com/2015/12/faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan.html

http://cakrawalaseribudunia.blogspot.com/2015/12/pembelajaran-menurut-aliran-
kontemporer.html

http://hotmaidasari.blogspot.com/2011/04/faktor-yang-mempengaruhi-
perkembangan.html

http://odazzander.blogspot.com/2018/02/teori-aliran-dalam-dunia-pendidikan.html

http://pelangi-paud.blogspot.com/2015/11/aliran-aliran-perkembangan-nativisme_4.html

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/26/aliran-aliran-klasik-pendidikan-2/

https://aisaja51.wordpress.com/2015/02/12/belajar-psikologi-antara-nativisme-
empirisme-dan-konvergensi/

https://fahmiw.wordpress.com/2015/11/14/aliran-dalam-pendidikan-empirisme-
nativisme-naturalisme-konvergensi/
a. Faktor genetic
Adalah faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu
bakat yang muncul dari diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua
orangtua anak itu adalah seorang penyanyi maka anaknya memiliki
bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang prosentasenya
besar.
b. Faktor Kemampuan Anak
Adalah faktor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi
yang terdapat dalam dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya adalah
adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang mendorong setiap
anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai
dengan bakat dan minatnya.
c. Faktor pertumbuhan Anak
Adalah faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya
di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika
pertumbuhan anak itu normal maka dia kan bersikap enerjik, aktif, dan
responsive terhadap kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, jika
pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa
mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.

Anda mungkin juga menyukai