Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS EFISIENSI MOTOR INDUKSI PADA KONDISI TEGANGAN

NON RATING DENGAN METODE SEGREGATED LOSS

Samuel Sudibyo. P1, M. Khairul Amri. Rosa1, Afriyastuti Herawati1


1
Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik UNIB
Email : afriyastuti_herawati@unib.ac.id

ABSTRACT
Induction motor is the most widely used motor in industry, but the problem of voltage instability
from PLN that the motor work at out of its rating (non rating), make poor performance of
induction motor, one of the problem is decrease of efficiency. Condition of non rating motor
voltage (undervoltage and overvoltage) will decrease quality of induction motor. This is important
to evaluate the motor to know its condition. One of the best method for it is segregated loss
method based on IEEE-112 standart. With this method can be evaluated the condition of induction
motor without stopping the motor. This method use induction motor parameters such as motor
current, input power and slip to analyze power losses of motor. Evaluation results of induction
motor with segregated loss method are the highest efficiency at 0.86 N.m loading of 52.979% for
nominal voltage, 46.6% for undervoltage and 51.94 for overvoltage. Efficiency at 0.97 N.m
loading is 52.258% for nominal voltage, 48.68% for undervoltage and 51.94% for overboltage.
Efficiency at 1.2 N.m loading is 52.979% for nominal voltage, 51.24% for undervoltage and
53.24% for overvoltage..

Key Words : efficiency, IEEE-112, overvoltage, segregated loss, undervoltage.

1. PENDAHULUAN Maka dari itu dibutuhkan evaluasi


1.1. Latar Belakang dan kajian yang membahas bagaimana kondisi
Pada saat ini motor induksi undervoltage dan overvoltage mempengaruhi
merupakan motor listrik yang paling banyak performa motor induksi tiga fasa. Metode
digunakan baik di dunia industri maupun di yang paling tepat dan mudah diaplikasikan
rumah tangga sebagai penggerak peralatan adalah metode segregated loss yang
untuk menjalankan suatu proses produksi. merupakan metode yang menganalisa
Banyaknya penggunaan motor induksi bukan efisiensi motor induksi dengan menghitung
tanpa alasan, motor Induksi memiliki seluruh rugi-ruginya. Dengan metode ini
beberapa kelebihan dibanding jenis motor dapat diketahui karakteristik efisiensi motor
listrik lainnya, diantaranya konstruksi yang induksi tanpa harus menghentikan kerja motor
kuat dan sederhana, harga yang lebih murah, induksi karena metode ini merupakan metode
serta tidak membutuhkan perawatan yang in-service yang berarti dapat menganalisa
sulit. pada saat motor induksi dalam kondisi
Motor induksi tiga fasa beroperasi.
membutuhkan suplai tegangan tiga fasa dalam Sebelumnya penelitian ini telah
proses kerjanya, namun ada beberapa dilakukan, namun hanya pada kondisi
permasalahan yang muncul dalam undervoltage saja. Pada penelitian ini
pengoperasian motor induksi tiga fasa, salah melibatkan 3 kondisi tegangan yaitu pada
satunya adalah permasalahan kestabilan kondisi tegangan nominal, kondisi
tegangan yang meliputi undervoltage dan undevoltage, dan kondisi overvoltage.
overvoltage. Permasalah undervoltage dan Adapun yang akan dibahas dalam penelitian
overvoltage ini sangat berpengaruh pada ini adalah melihat pengaruh undervoltage dan
performa motor induksi. Dalam proses overvoltage terhadap efisiensi motor induksi
kerjanya motor induksi tiga fasa memerlukan tiga fasa dengan metode segregated loss yang
tegangan yang stabil, bila tegangan tidak menganalisa efisiensi motor induksi dengan
stabil maka akan terjadi fluktuasi tegangan. mencari setiap rugi-ruginya.
Bila hal itu dibiarkan dalam waktu yang
panjang maka akan dapat mengganggu 2. TINJAUAN PUSTAKA
performa motor, dapat menimbulkan 2.1 Motor Induksi
gangguan mekanis dan elektris, bahkan Motor induksi 3 fasa merupakan
mengurangi efisiensi kerja motor induksi. sebuah perangkat elektromagnetis yang

Teknosia Vol. II, No. 17, Tahun X, September 2016 32


mengubah energi listrik menjadi energi R1 = resistansi stator
mekanik dengan prinsip induksi. Motor Rc = resistansi inti
induksi dibagi menjadi dua berdasarkan E1 = tegangan induksi stator
jumlah fasanya, yaitu motor induksi satu fasa
dan motor induksi tiga fasa. 2. Daya Mekanik
Penggunaan motor induksi tiga fasa Setelah didapatan daya celah udara,
cukup banyak digunakan pada dunia industri maka dapat dicari daya mekanik yang
karena motor induksi tiga fasa memiliki merupakan hasil pengurangan dari daya celah
beberapa keunggulan dibanding jenis motor udara dengan rugi-rugi tembaga rotor. Rugi-
listrik yang lain, diantaranya: rugi tembaga rotor (PRCL) dapat dicari dengan
1. Bentuk sederhana dan konstruksi yang persamaan [7]:
cukup kuat PRCL  ( PIN  PSCL  PCORE )  s (4)
2. Biaya murah
3. Efisiensi tinggi pada keadaan normal Dengan : PIN = daya input motor
4. Perawatan yang minimum s = slip
5. Pada saat beroperasi tidak memerlukan
peralatan khusus [5]. 3. Rugi Gesek dan Angin ( PF W )
Rugi- rugi gesek dan angin adalah rugi
2.1.1. Aliran Daya Pada Motor Induksi yang disebabkan oleh gaya gesek yang terjadi
Tiga Fasa pada bearing dan kipas pendingin pada motor
Pada motor induksi tidak ada sumber induksi. Rugi ini bersifat linier dan tetap
listrik yang langsung terhubung ke rotor, dikarenakan tidak berasal dari sisi elektrik
sehingga daya yang melewati celah suatu motor induksi.
udarasama dengan daya yang di inputkan ke Menurut S. Corino E Romero, nilai
rotor. rugi-rugi gesek dan angin konstan pada nilai
Daya total yang di input ke kumparan 5-15% dari rugi-rugi total sebuah motor
stator motor induksi dirumuskan dengan: induksi tergantung kondisi bearing dan kipas
Pin  3V T I Lcos pendingin motor induksi. [7]
(1)
Dimana: daya masukan motor induksi 4. Rugi Lain-lain ( PSTRAY )
tiga fasa Rugi lain-lain merupakan rugi-rugi
tegangan sumber (Volt) yang bersifat mekanis dan pengukurannya
sangat sulit untuk diukur karena tidak ada
cos  =faktor daya motor induksi Persamaan elektris yang berhubungan dengan
rugi-rugi tersebut. Rugi-rugi ini diantara lain
rugi-rugi angin dan gesekan, serta rugi-rugi
stray.

Tabel 1. Persentase Rugi-rugi Stray Terhadap


Daya Keluaran [8]
Persentase Rugi
Rating Mesin Stray terhadap
Daya Keluaran
Gambar 1. Diagram rugi-rugi
motor induksi [6] 1-125 hp 1-90 kW 1,8%
126-500 91 – 375
1,5%
1. Daya Celah Udara ( ) hp kW
Daya celah udara adalah daya yang 501-2499 376- 1850
1,2%
terjadi pada stator motor induksi. Daya celah hp kW
udara merupakan hasil pengurangan daya 2500 hp 851 kW
masuk terhadap rugi-rugi tembaga stator 0,9%
keatas keatas
( dan rugi-rugi inti yang
memiliki persamaan [7]:
Rugi-rugi ini tidak dapat di
klasifikasikan dengan rugi-rugi yang telah
PSCL  3I 12 R 1 (2) dijelaskan sebelumnya. Sampai saat ini masih
3E 2 sangat sulit untuk mengukur rugi-rugi ini,
PCORE  1 (3) namun IEEE telah menetapkan standar besar
Rc rugi-rugi ini yang dapat dilihat pada Tabel 1.
dengan : I1 = arus stator

Teknosia Vol. II, No. 17, Tahun X, September 2016 33


Dengan beberapa persamaan rugi-rugi yang berbeda. Metode E1 digunakan untuk
daya yang telah dibahas, maka dapat diketahui pengujian pada saat berbeban, seperti yang
nilai daya keluaran ( ) pada motor ditunjukan Tabel 2. [9].
induksi, yaitu dengan persamaan [8]:
Tabel 2. Metode Pengukuran Efisiensi Motor
POUT  PIN   P Induksi IEEE [7].
No Metode Keterangan
(5) Pengukuran langsung pada
 P  PSCL  Pcore  PRCL  PF W  PSTRAY
1 A masukan dan keluaran
(6) Pengukuran langsung pada
dengan : PF+W = rugi-rugi gesekan dan angin masukan dan keluaran dengan
2 B menghitung tiap rugi-rugi dan
2.1.2. Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa pengukuran tak langsung pada
rugi-rugi stray
Efisiensi motor induksi didefinisikan
sebagai ukuran keefektifan motor induksi Menduplikat mesin dengan tiap
untuk mengubah energi listrik menjadi energi 3 C rugi-rugi dan pengukuran tak
mekanik yang dinyatakan sebagai langsung pada rugi-rugi stray
perbandingan/rasio daya output dengan daya Pengukuran daya listrik saat ada
input [3]. beban dengan tiap rugi-rugi yang
4 E
ada dan pengukuran langsung
Definisi NEMA terhadap efisiensi
rugi-rugi stray
energi adalah bahwa efisiensi merupakan
perbandingan atau rasio dari daya keluaran Pengukuran daya listrik saat ada
yang berguna terhadap daya input total dan 5 E1 beban dengan tiap rugi-rugi yang
ada dan asumsi nilai rugi stray
biasanya dinyatakan dalam persen. Juga
sering dinyatakan dengan perbandingan antara Rangkaian ekivalen dengan
keluaran dengan keluaran dengan keluaran 6 F pengukuran langsung pada rugi-
rugi stray
ditambah rugi-rugi, yang dirumuskan dalam
Persamaan [7]: Rangkaian ekivalen dengan
7 F1
asumsi pada rugi-rugi stray.
POUT Rangkaian ekivalen yang
 100% dikalibrasikan pertitik beban
Pin 8 C/F
metode C dengan pengukuran
(7) tak langsung rugi-rugi stray
Rangkaian Ekivalen yang
IEEE mempunyai standar metode dikalibrasikan pertitik beban
9 E/F
untuk mencari nilai effisiensi motor induksi. Metode E dengan pengukuran
Tiap standar memiliki metode yang berbeda, langsung rugi-rugi stray
metode tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Rangkaian ekivalen yang di
kalibrasikan pertitik beban
10 E1/F1
2.2. Metode Segregated Loss Metode E dengan asumsi nilai
Metode segregated loss adalah metode rugi-rugi stray
yang paling mudah untuk mengetahui
efisiensi motor induksi karena metode ini 2.3. Ketidakstabilan Tegangan
hanya memperkirakan (memisahkan) setiap Salah satu permasalahan pada sistem
komponen rugi-rugi tenaga listrik adalah stabilitas tegangan.
( PSCL , PRCL , PCORE , PF W , PSTRAY ). Metode Stabilitas tegangan adalah kemampuan sistem
tenaga untuk menjaga nilai tegangan pada
ini sangat akurat (dengan error  2 % ), batas operasi yang ditentukan di semua bus
meskipun beberapa sangat komplex dan pada sistem tenaga. Ketidakstabilan tegangan
mengganggu, sementara yang lain terjadi akibat gangguan, perubahan beban, dan
mengandalkan nilai empiris untuk perubahan kondisi pada sistem.
memperkirakan beberapa rugi-rugi. Metode Undervoltage dan overvoltage adalah
segregated loss memiliki beberapa standar, selisih antara tegangan ujung pengiriman dan
diantaranya Standar IEEE-112 metode E1 dan tegangan ujung peneriman. Pada saluran
Standar OHME (Ontario Hydro Modifield bolak-balik besarnya tergantung dari
Method) [9]. impedansi dan admintansi saluran serta pada
IEEE Std-112 metode E1 beban dan faktor daya [10].
merupakan metode loss segregated yang Rugi tegangan dapat dinyatakan
banyak digunakan. Metode E1 menentukan dengan persamaan [11]:
nilai dengan mengasumsikan nilai rugi-rugi
stray yang berbeda pada setiap ukuran motor

Teknosia Vol. II, No. 17, Tahun X, September 2016 34


V  I S  ( RS  jX S )  I  Z stator terhubung Y dan persamaan (17) untuk
(8) stator terhubung delta[5].
V  VS  VR VDC
R1Y  (16)
(9) 2 I DC
Maka besar nilai persentase (%) rugi tegangan 3V
adalah : R1  DC (17)
V 2 I DC
V (%)   100 %
V dengan : VDC = tegangan masukan DC
(10) IDC = arus masukan DC
dimana:  V (%) = Rugi Tegangan dalam R1 = resistansi stator
V = Tegangan kerja (V)
 V = Rugi tegangan (V) 2.4.3. Pengujian Rotor Tertahan (Blocked
Rotor Test)
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan
2.4. Penentuan Parameter Motor Induksi parameter-parameter motor induksi. Adapun
Untuk dapat menghitung performa persamaan yang digunakan adalah persamaan
motor induksi terlebih dahulu harus (18) sampai dengan (21)[5].
didapatkan parameter dari motor induksi RBR  R1  R2 (18)
dengan melakukan beberapa pengujian,
PBR
diantaranya pengujian tanpa beban, pengujian R2  2
 R1 (19)
rotor ditahan dan penguijian DC. 3I BR
X BR  X 1  X 2 (20)
2.4.1. Pengujian Tanpa Beban (No Load
Test) 2
VBR
Pengujian tanpa beban pada motor X1  X 2  2
 ( R1  R2 ) 2 (21)
induksi akan memberikan hasil berupa I BR
besarnya nilai arus magnetisasi dan rugi-rugi dengan : RBR = resistansi rotor tertahan
tanpa beban. Besarnya nilai reaktansi, arus XBR = reaktansi rotor tertahan
dan resistansi tanpa beban dapat dihitung X1 = reaktansi stator
berdasarkan persamaan (11) sampai dengan X2 = reaktansi rotor
persamaan (15)[5].
X nl  X 1  X m (11) 3. METODE PENELITIAN
3.1. Mesin-mesin yang digunakan
2
V  3.1.1. Spesifikasi Motor Induksi Tiga Fasa
X nl   0   R12 (12) Motor induksi tiga fasa pada
 I0  Laboratorium Konversi Energi Listrik
Universitas Bengkulu merupakan motor merk
Pphase
cos  (13) Elektron A4300 AC Motor Assembling
V phase xI Trainer Made In Italy. Untuk spesifikasi
motor induksi yang digunakan dapat dilihat
I C  I nl x cos (14) pada Tabel 3.
V phase
RC  (15) Tabel 3. Spesifikasi Motor Induksi 3 fasa
I nl No Parameter Nilai Satuan
dengan : Xnl = reaktansi tanpa beban Tegangan
1 380 Volt
Xm = reaktansi magnetisasi nominal
Vo = tegangan tanpa beban 2 Frekuensi 50 Hz
3 Kecepatan 3000 Rpm
Io = arus tanpa beban
4 Daya 0.5 Hp
R1 = resistansi stator
Pphase = daya perfasa
3.1.2. Generator DC sebagai Beban Kopel
Vphase = tegangan perfasa
Motor Induksi Tiga Fasa
Ic = Arus inti
Penelitian ini dilakukan di
laboratorium Konversi energi Listrik Teknik
2.4.2. Pengujian DC
Elektro Universitas Bengkulu. Penelitian ini
Pengujian ini digunakan untuk
menggunakan motor DC. Motor DC inilah
mengetahui nilai parameter resistansi stator
yang nantinya akan diubah menjadi generator
dan resistansi rotor. Persamaan - persamaan
DC. Beban yang dipakai untuk membebani
yang digunakan adalah persamaan (16) untuk

Teknosia Vol. II, No. 17, Tahun X, September 2016 35


generator dc adalah Variable Resistive Load Pada pengujian tanpa beban motor
seri A4510. induksi disuplai dengan tegangan nominal dan
pengujian diulang sebanyak 5 kali.
3.2. Metode Pengujian Pengukuran yang dilakukan meliputi
Pengukuran yang dilakukan pada pengukuran arus dan daya masukan motor
penelitian ini berdasarkan standar IEEE induksi. Amperemeter dipasang seri terhadap
metode E1 di mana pengukuran dilakukan motor induksi untuk mengukur arus tanpa
pada saat motor diberi beban dan dengan beban, sedangkan daya diukur dengan
mengasumsikan rugi-rugi stray sesuai standar memasang 2 buah wattmeter yang dipasang
IEEE. pada line 1 dan line 2. Setelah pengukuran
Penelitian ini dilakukan di dilakukan, maka dapat dicari nilai dari
Laboratorium Konversi Energi FT-UNIB. X M  X 1 dengan menggunakan Persamaan
Pada pengujian Pengaruh Undervoltage dan (11) dan (12), sedangkan untuk mencari nilai
Overvoltage terhadap efisiensi motor induksi
tiga fasa dilakukan percobaan motor induksi Rc dapat digunakan Persamaan (13), (14),
yang dikopel dengan beban berupa generator dan (15).
DC yang dihubung dengan beban R variabel.
Pada penelitian ini akan dilakukan 3.2.2. Pengujian Rotor Ditahan
pengujian dc tahanan stator, pengujian beban
nol, dan pengujian rotor ditahan untuk Pada pengujian motor ditahan hal yang
mengetahui parameter-parameter motor harus dilakukan adalah memberikan tegangan
induksi tiga fasa. pada motor induksi hingga arus yang
Selanjutnya untuk menganalisa dihasilkan merupakan arus nominal pada
hubungan antara nilai tegangan suplai kondisi rotor ditahan, untuk rangkaian
terhadap efisiensi harus dilakukan pengujian pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.
dengan tegangan yang divariasikan dengan Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali pada
menggunakan autotransformator pada kondisi kondisi nilai arus yang sama, yaitu arus
berbeban. Pada pengujian ini dilakukan nominal 4 A. Setelah pengujian dilakukan,
pengujian dengan variasi tegangan nominal, maka dapat dihitung nilai dari R2 , X 1 , X 2 , dan
undervoltage, dan overvoltage. Pada setiap
X M dengan menggunakan Persamaan (16)
variasi tegangan akan diberi beban pada
generator dc dengan 3 variasi nilai tahanan R. dan (17).

3.3.1. Pengujian Tahanan Kumparan (Uji 3.2.3. Pengujian Motor Berbeban


DC) Pengujian motor induksi berbeban
dilakukan dengan memberikan beban pada
rotor motor induksi. Untuk rangkaian
pengujian berbeban dapat dilihat pada
Gambar 5. Motor induksi disuplai dengan
Power Suplai AC dengan 3 jenis kondisi
tegangan, yaitu kondisi undervoltage (240,
260, 280, 300, 320, 340, dan 360 Volt),
Gambar 2. Rangkaian pengujian tahanan kondisi nominal (380 Volt), dan kondisi
kumparan overvoltage (385, 390, 395, 400, 405, dan 410
Volt). Pada pengujian ini beban yang
Pada pengujian tahanan kumparan digunakan berupa generator DC yang diberi
dilakukan dengan memberikan tegangan DC beban resistif dengan 3 variasi nilai (507 Ω,
pada kumparan stator ataupun rotor. 254 Ω, dan 170 Ω). Kemudian ketiga beban
Tegangan yang diberikan divariasikan ini yang dikopel dengan generator dc diukur
sebanyak 3 nilai variasi. Rangkaian pengujian dalam besaran Torka sehingga menghasilkan
dapat dilihat pada Gambar (2), amperemeter beban dalam torka sebesar 0.86 Nm, 0.97 Nm
DC dipasang seri terhadap beban bertujuan dan 1.2 Nm. Parameter yang diukur pada
untuk mengukur arus DC yang mengalir ke pengujian ini antara lain arus input stator,
kumparan, sedangkan voltmeter dipasang daya input, dan kecepatan putaran rotor.
paralel terhadap sumber. Setelah dilakukan
pengujian maka dapat dihitung nilai tahanan
kumparan dengan persamaan (16).

3.2.1. Pengujian Tanpa Beban (No Load)

Teknosia Vol. II, No. 17, Tahun X, September 2016 36


A W1 Tabel 4. Data Hasil Pengujian Tahanan Stator
V No Parameter Nilai
Power
Supply W1 M 1 Resistansi Stator ( R1 ) 12Ω
~
f
2 Resistansi Rotor ( R2 ) 5,1Ω

3 Resistansi Inti ( RC ) 700,2 Ω


Gambar 3. Rangkaian Pengujian Tanpa Beban
4 Reaktansi Stator ( X1 ) 25,48Ω

5 Reaktansi Rotor ( X 2 ) 25,48Ω


Reaktansi Magnetisasi
6 218,72Ω
( XM )

Gambar 4. Rangkaian Penguian rotor ditahan

Gambar 5. Rangkaian Pengujian Motor Gambar 6. Rangkaian Ekivalen Motor


Berbeban Induksi A4300 AC Universal Manchine

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Berbeban Motor Induksi 3 Fasa


Karakteristik efisiensi motor induksi Data pengujian berbeban motor
tiga fasa pada kondisi undervoltage dan induksi 3 fasa dapat dilihat pada Tabel 5
overvoltage dapat ditentukan dengan sampai dengan Tabel 7
melakukan pengujian sebagai berikut:
1. Pengujian dc Tabel 5. Data Pengujian Dengan Variasi
2. Pengujian tanpa beban Beban Pada Kondisi Tegangan
3. Pengujian rotor ditahan Nominal
4. Pengujian berbeban dengan sumber V phase
tegangan nominal
V Beban I1 Pin N
(Volt) (Volt) (N.m) (Ampere) (Watt) (rpm)
5. Pengujian berbeban dengan sumber
tegangan undervoltage 0,86 1,13 501,8 2946
6. Pengujian berbeban dengan sumber
tegangan overvoltage 219,393 380 0,97 1,16 528 2919

1,2 1.22 560 2893


Pengujian tahanan stator, tanpa beban,
dan rotor ditahan bertujuan untuk mengetahui Setelah nilai dari pengujian motor
parameter-parameter motor induksi. Bila induksi pada kondisi berbeban dengan kondisi
parameter motor induksi telah didapatkan, tegangan nominal, undervoltage, dan
maka analisa karakteristik efisiensi dapat overvoltage, maka dilakukan perhitungan
dilakukan dengan pengujian berbeban dengan rugi-rugi yang merupakan metode Segregated
suplai tegangan undervoltage, overvoltage, Loss.
dan tegangan nominal.
Berdasarkan Tabel 4 bentuk
rangkaian ekivalen motor induksi seri A4300
Rugi Arus Kumparan Stator ( PSCL )
AC Universal Manchine pada Laboratorium
Konversi Energi Listrik Program Studi Teknik Kondisi Beban 0,86 N.m , Tegangan Nominal
Elektro Universitas Bengkulu dapat dilihat PSCL  3I 1 R1
pada Gambar 6. PSCL  3  1.13 2  12
PSCL  45,968 Watt

Teknosia Vol. II, No. 17, Tahun X, September 2016 37


Tabel 6. Data Pengujian Dengan Variasi 3  E12
Beban Pada Kondisi undervoltage PCORE 
Rc
V phase V
Beban I1 Pin N 3  205,833 2
(N.m) (Volt) (Volt PCORE 
) (A) (Watt) (rpm) 700,1
138.56 240 0.68 108.00 2878 PCORE  181,548 Watt
138.56 260 0.71 140.20 2889
150.11 280 0.74 183.80 2896 Rugi Arus Kumparan Rotor( PRCL )
0,86 150.11 300 0.79 215.00 2905
150.11 320 0.81 258.00 2919 Kondisi Beban 0,86 N.m , Tegangan Nominal
161.66 340 0.85 310.00 2921 PRCL  ( PIN  PSCL  PCORE )  s
161.66 360 0.99 411.00 2933
PRCL  (501  45,968  181,548)  0,018
138.56 240 0.76 132.00 2812
138.56 260 0.81 172.00 2821 PRCL  4,937 Watt
150.11 280 0.83 210.00 2829
0,97 150.11 300 0.88 251.80 2848
Rugi Stray ( PSTRAY ) + Rugi Gesek dan
150.11 320 0.91 287.00 2855
161.66 340 0.94 356.80 2868 angin ( PF W )
161.66 360 1.08 443.00 2910 Kondisi Beban 0,86 N.m , Tegangan Nominal
138.56 240 0.84 173.00 2690
138.56 260 0.89 200.00 2701
PSCL  PCORE  PRCL  45,968  181,548  4,937
150.11 280 0.94 254.00 2730 PSCL  PCORE  PRCL  232,454 Watt
1,2 150.11 300 0.96 300.00 2750
150.11 320 1.00 340.00 2791
6,8%  ( PSCL  PCORE  PRCL )
161.66 340 1.08 407.00 2821 PSTRAY  ( F W ) 
161.66 360 1.12 490.00 2835 93,2%
6,8%  232,454
Tabel 7. Data Pengujian Dengan Variasi PSTRAY  ( F W ) 
Beban Pada Kondisi overvoltage 93,2%
Beban V phase V I1 Pin N PSTRAY  ( F W )  16,96 Watt
(N.m) (Volt) (rpm)

(Volt) (A) (Watt)
222.27 385 1.17 508.1 2962 Efisiensi ( )
225.16 390 1.17 515.5 2960 Kondisi Beban 0,86 N.m , Tegangan Nominal
0,86
228.05 395 1.2 522.2 2963 POUT  PIN  ( PSCL  PCORE  PRCL  PSTRAY  ( F W ) )
230.94 400 1.23 540 2965
233.82 405 1.25 554 2965 POUT  501,8  (45,968  181,548  4,937  16,96)
236.71 410 1.3 570 2965 POUT  252,386 Watt
222.27 385 1.19 539 2955
225.16 390 1.2 544 2955
POUT
0,97
228.05
230.94
395
400
1.23
1.28
555
568
2957
2958
  100 %
Pin
233.82 405 1.29 581 2961
252 ,386
236.71
222.27
410
385
1.35
1.24
590
577
2961
2900
  100 %
501,8
225.16 390 1.28 587 2900
228.05 395 1.28 599 2911   50,296 %
1,2
230.94 400 1.32 608 2921
233.82 405 1.34 619 2921
236.71 410 1.4 629 2921 Tabel 8. Data Perhitungan Dengan Variasi
Beban Pada Kondisi Tegangan Nominal
Beban PIN POUT
 (%)
Rugi Inti ( PCORE ) (N.m) (Watt) (Watt)
0,86 501,8 252.386 50.296
Kondisi Beban 0,86 N.m , Tegangan Nominal 0,97 528 273.259 51.754
E1  VPhase  ( I 1  R1 ) 1,2 560 297.248 53.080

E1  219,39  (1,13  12)


E1  205,833 Volt

Teknosia Vol. II, No. 17, Tahun X, September 2016 38


Tabel 9. Data Perhitungan Dengan Variasi
Beban Pada Kondisi undervoltage
I f  1 Ampere
Beban Teg.
 (%)
(N.m) (Volt)
240 10.32
260 19.34
280 28.81
0,86 300 30.24
320 34.42
Gambar 7. Grafik perbandingan nilai
340 38.40
tegangan terhadap efisiensi
360 46.60
240 22.73
260 30.20 Dari Gambar 7 terlihat grafik
280 34.42 perbandingan tegangan terhadap efisiensi
0,97 300 37.43 yang menjelaskan bahwa efisiensi tertinggi
320 38.14 terjadi pada tegangan 380 dan sedikit turun
340 43.96 pada kondisi overvoltage. Serupa dengan pada
360 48.68 kondisi beban 0,86 N.m, pada kondisi beban
240 35.45 0,97 N.m nilai efisiensi tertinggi terdapat pada
260 35.29 kondisi tegangan 380 dan 385 Volt dan turun
280 40.87 pada teganan 390 hingga 410 Volt. Hal ini
1,2 300 43.46 terjadi karena tegangan nominal merupakan
320 44.41 tegangan yang disarankan untuk mensuplai
340 47.48 motor induksi, sehingga tegangan nominal
360 51.24 merupakan tegangan yang lebih baik dari
kondisi tegangan lain, namun demikian pada
Tabel 10. Data Perhitungan Dengan kondisi overvoltage penurunan efisiensi tidak
Variasi Beban Pada Kondisi terlalu besar seperti pada kondisi
overvoltage undervoltage
Beb. Teg.
 (%)
(N.m) (Volt) 5. PENUTUP
385 49.6 5.1. Kesimpulan
390 49.2 1. Ketidakstabilan tegangan sangat
395 48.4 berpengaruh pada efisiensi motor induksi,
0,86
400 48.7
terlihat dari hasil efisiensi pada saat
405 48.7
undervoltage dan overvoltage lebih kecil
410 48.4
385 52.0
dibanding pada saat tegangan nominal.
390 51.3 Kondisi undervoltage dan overvoltage
395 50.9 mempengaruhi nilai arus dan putaran yang
0,97 membuat nilai rugi-rugi semakin besar,
400 50.4
405 50.4 sehingga membuat efisiensi motor induksi
410 49.4 turun.
385 53.3 2. Efisiensi motor induksi dapat diketahui
390 52.6 dengan menghitung setiap rugi-rugi yang
395 52.8 terjadi pada motor induksi. Rugi-rugi yang
1,2
400 52.3 dihasilkan pada kondisi undervoltage dan
405 51.9 overvoltage lebih besar dibanding pada
410 51.0 saat tegangan nominal. Rugi-rugi terbesar
terdapat pada rugi inti stator yang
Dengan hasil perhitungan efisiensi dipengaruhi oleh tegangan motor induksi,
yang didapat , maka dapat dibuat grafik rugi arus kumparan stator dipengaruhi
perbandingan efisiensi untuk mempermudah oleh arus stator, sedangkan rugi arus
pengamatan. Gambar perbandingan efisiensi kumparan rotor dipengaruhi oleh slip yang
pada setiap kondisi tegangan dapat dilihat terjadi pada rotor.
pada Gambar 7. 3. Perhitungan dengan metode segregated loss
ini memiliki kelebihan yaitu dapat
dilakukan evaluasi kondisi motor induksi
tanpa menghentikan kerja motor induksi,
selain itu perhitungan lebih akurat karena
memasukkan rugi-rugi stray dan rugi-rugi

Teknosia Vol. II, No. 17, Tahun X, September 2016 39


angin dan gesekan dalam perhitungan. standard 122. American Nation Standars
Sedangkan kelemahannya, rugi-rugi angin Institute.
dan gesekan dalam perhitungan biasanya [9] Lu, Bin. 2006. “A survey of Efficiency-
tidak diukur secara actual karena agak Estimation Method for In-Service
sulit dilakukan. Induction Motors”. IEEE Transactions on
Industry Applications vol. 42.
5.2. Saran [10] William D dan Stevensen, Jr. 1993.
1. Untuk mendapatkan Efisiensi yang “Analisis Sistem Tenaga Listrik.” Jakarta.
tinggi sebaikanya dilakukan perawatan Erlangga.
yang berkelanjutan supaya tidak terjadi [11] Sendro, Parisro. 2011. “Analisa Jatuh
kerusakan yang mengakibatkan Tegangan Terhadap Kerja Motor Induksi
berkurangnya kinerja motor induksi tiga Tiga Fasa Menggunakan MATLAB”.
fasa. Universitas Sumatera Utara. Sumatera
2. Sebaiknya motor induksi disuplai Utara
dengan tegangan yang stabil guna
mendapatkan nilai efisiensi yang baik
dalam kinerjanya.
3. Untuk penelitian selanjutnya dapat
menyertakan perubahan temperatur
motor induksi sebagai perbandingan
efisiensi.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Prasetyo, Eko. 2009. Analisis Pengaruh
Jatuh Tegangan Jala-Jala Terhadap Unjuk
Kerja Motor Induksi Tiga Fasa.
Universitas Sumatera Utara. Sumatera
Utara.
[2] Hamid, Makruf Abdul dan Panusur SML
Tobing. 2014. Studi Pengaruh Perubahan
Tegangan Input Terhadap Kapasitas
Angkat Motor Hoisting ( aplikasi pada
workshop pt. Inalum ). Universitas
Sumatera Utara. Sumatera Utara.
[3] Saputra, M. Arfan dan Syamsul Amien.
2014. Analisis Pengaruh Jatuh Tegangan
Terhadap Kinerja Motor Induksi Tiga
Fasa Rotor Belitan (Aplikasi Pada
Laboratorium Konversi Energi Listrik Ft-
Usu). Universitas Sumatera Utara.
Sumatera Utara.
[4] I. Daud , K. Anayet, d.k.k. 2009.
“Parameter Calculation of 5 HP AC
Inducton Motor”. Universii Malaysia
Perlis. Malaysia.
[5] Wijaya, Mochtar.2001. Dasar-dasar
Mesin Listrik. Djambatan. Jakarta.
[6] Chapman, Stephen J, “Electric
Manchinery Fundamental”, Forth
Edition, McGraw Hill Companies, New
York, 2005.
[7] S. Corino E, d.k.k. “How the efficiency of
induction motor measured?”,
Departement of Electical Engineering and
energy, Universidad de Cantabria.
[8] Electric Machines Committee. 2004. IEEE
Standard Test Procedure for Polyphase
Induction Motors and Generator, IEEE

Teknosia Vol. II, No. 17, Tahun X, September 2016 40

Anda mungkin juga menyukai