Anda di halaman 1dari 94

i

NILAI SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS TITIK POTONG


RASIO LINGKAR PINGGANG TINGGI BADAN SEBAGAI
PREDIKTOR KEJADIAN HIPERTENSI PADA ORANG
DEWASA DI INDONESIA

(Analisis Riskesdas 2013)


Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

(SKM)

Oleh:

Renita Pertiwi

1111101000087

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA

1438 H/ 2016 M

i
i

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI
Skripsi, 6 Oktober 2016

Renita Pertiwi, NIM: 1111101000087


Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong Rasio Lingkar Pinggang
Tinggi Badan Sebagai Prediktor Kejadian Hipertensi pada Orang Dewasa di
Indonesia (Analisis Riskesdas 2013)

(xvii + 76 halaman, 16 Tabel, 3 Bagan, 4 Lampiran)

Abstrak

Latar Belakang: Hipertensi merupakan kondisi peningkatan tekanan darah secara


terus – menerus yang ditandai dengan TDS ≥140 mmHg dan atau TDD ≥90
mmHg. Meningkatnya prevalensi hipertensi perlu ditangani dengan melakukan
pencegahan melalui pemantauan terhadap status obesitas sentral sebagai salah satu
faktor risikonya. Status obesitas sentral dapat diketahui melalui pengukuran
RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan) yang merupakan alat skrining
terbaik untuk menilai kejadian hipertensi dibandingkan dengan IMT dan LP.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas titik
potong RLPTB sebagai prediktor dari kejadian hipertensi pada orang dewasa di
Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2013. Metode: penelitian ini
merupakan analisis lanjut dari Riskesdas 2013 sehingga desain studi yang
digunakan sama dengan Riskesdas, yaitu cross sectional. Adapun sampel dalam
penelitian ini berjumlah 594.364 responden yang terdiri dari 287.569 laki-laki dan
306.795 perempuan yang berusia ≥18 tahun. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan uji diagnostik tabel 2x2 untuk menghitung nilai sensitivitas dan
spesifisitas dari titik potong RLPTB 0,47 dan 0,50 pada laki-laki serta titik potong
RLPTB 0,50 dan 0,51 pada perempuan. Hasil: Titik potong 0,47 RLPTB
memiliki nilai sensitivitas 65,02% dan nilai spesifisitas 61,47% dan titik potong
0,50 RLPTB memiliki nilai sensitivitas 46,89% dan spesifisitas 71,48% pada laki-
laki. Sementara itu, titik potong 0,50 RLPTB memiliki nilai sensitivitas 70,76%
dan spesifisitas 47,23% dan titik potong 0,51 RLPTB memiliki nilai sensitivitas
66,12% dan spesifisitas 53,59% pada perempuan. Kesimpulan: pengukuran
tekanan darah perlu dilakukan sebagai upaya diagnosis dini terhadap kejadian
hipertensi apabila laki-laki memiliki nilai RLPTB ≥0,47 dan ≥0,50 bagi
perempuan di Indonesia.

Kata Kunci: hipertensi, obesitas sentral, RLPTB

Daftar Bacaan: 44 (1999 – 2015)


ii

ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH


FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
NUTRITION CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, 6th October 2016

Renita Pertiwi, SID: 1111101000087


Sensitivity and specificity of Waist to Height Ratio (WHtR) Cut-Offs as a
Predictor of hypertension in Indonesian adults (Riskesdas Analysis 2013)

(xvii + 76 pages, 16 tables, 3 charts, 4 attachment)

Abstract

Background: Hypertension is a condition of increasing blood pressure


continuously that is marked by SBP ≥140 mmHg and/ DBP ≥90 mmHg. The
increasing of hypertension prevalence needs to be dealt with the prevention
throught monitoring toward to central obesity status as one of the risk factor.
Central obesity status can be determined by the measuring of WHtR which is the
best screening tool to assess the incidence of hypertension is compared with BMI
and WC. This research aims to determine the sensitivity and specificity of cut-off
point WHtR aspredictor of hypertension on Indonesian adults that is based on
Riskesdas data in 2013. Mhetod: This study is an advanced Riskesdas 2013 data
analysis, so that the study design is the same as Riskesdas, cross sectional. The
sample of this study amounted to 594.364 individuals consist of 287.569 men and
306.795 women aged ≥18 years. Data analysis in this study using diagnostic test
on table 2x2 to calculating the sensitivity and specificity of 0,47 and 0,50 WHtR
cut-off point in males also 0,50 and 0,51 WHtR cut-off point in females. Results:
The results of this study showed that 0,47 cut-off point has contained 65,02%
sensitivity and 61,47% specificity values and 0,50 cut-off point has contained
46,89% sensitivity and 71,48% specificity values of male respondents.
Meanwhile, 0,50 cut-off point has 66,12% sensitivity and 53,59% specificity on
female respondents. Conclusion: Blood pressure measurement need to be done as
early diagnosis of hypertension when efforts have WHtR cut off ≥0,47 for men
and ≥0,50 for women in Indonesia.

Keyword: hypertension, central obesity, WHtR

Reading list: 44 (1999 – 2015)


iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Agustus 2016

Renita Pertiwi
iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

NILAI SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS TITIK POTONG RASIO


LINGKAR PINGGANG TINGGI BADAN SEBAGAI PREDIKTOR
KEJADIAN HIPERTENSI PADA ORANG DEWASA DI INDONESIA

(Analisis Riskesdas 2013)

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 5 Oktober 2016

Oleh:

Renita Pertiwi

NIM: 1111101000087

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Febrianti, M.Si Catur Rosidati, SKM, MKM


NIP. 197102212005012004 NIP. 197502102008012018

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H/ 2016 M
v

PANITIA SIDANG SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

RENITA PERTIWI
NIM: 1111101000087

Jakarta, 5 Oktober 2016

Penguji I

Ratri Ciptaningtyas, MHS


NIP. 19840404 200912 2 007

Penguji II

Hoirun Nisa, M.kes, Ph.D


NIP. 19790427 200501 2 005

Penguji III

Rika Rachmalina, M.Gz


NIP. 19800331 200912 2 002
vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Renita Pertiwi

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 07 Januari 1994

Alamat : Jalan Joglo Baru RT 05/ RW 06 Kel. Joglo Kec.


Kembangan Jakarta Barat 11640

No. Telepon : 087889117904

Email : pertiwirenita@gmail.com

Riwayat Pendidikan

2011 – 2016 : Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran


dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Hidayatullah Jakarta

2008 – 2011 : SMA Negeri 1 Sungai Pua

2005 – 2008 : SMP Negeri 48 Jakarta

1999 – 2005 : SD Negeri 06 Pagi Sukabumi Selatan


vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih serta Maha

Penyayang atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rosul tercinta yang

telah menjadi suri tauladan bagi umatnya. Dengan bekal pengetahuan, pengarahan

serta bimbingan yang diperoleh selama perkuliahan, penulis dapat menyusun

skripsi yang berjudul “Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong Rasio

Lingkar Pinggang Tinggi Badan Sebagai Prediktor Kejadian Hipertensi

Pada Orang Dewasa di Indonesia (Analisis Riskesdas 2013)”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi

Kesehatan Masyarakat.

2. Ibu Ir. Febrianti, Msi; Ibu Catur Rosidati, MKM; Ibu Ratri Ciptaningtyas

MHS; Ibu Hoirun Nisa, P.Hd dan ibu Rika Rachmalina, M.Gizi selaku

dosen pembimbing skripsi serta penguji, atas konsultasi, arahan dan

bimbingannya selama proses pembuatan skripsi ini.

3. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian

Kesehatan RI atas izin penggunaan data Riskesdas 2013.

4. Mama, Papa dan Adik serta seluruh keluarga yang telah memberikan do’a

dan semangat yang tidak pernah berhenti kepada penulis.


viii

5. Kepada seluruh teman dan sahabat, Cindy, Isti, Atul, Rachma dan Siti,

teman-teman Panci 2011, Harum, Yarra, Dwi Rahmawati, Dwi

Ramadhani, Kiyah, Bintan, Nacil, Aqma, Puput, Lidya, Indah, Donna,

Wulan, Tanza, Umami, Umi, Hatan, Ryan, Kahfi, Muslim, serta seluruh

teman-teman Kesmas Angkatan 2011 yang telah memberikan semangat

dan kontribusinya dalam membantu penulis selama pembuatan skripsi ini.

Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar di masa mendatang penulis dapat menyusun laporan

yang lebih baik lagi. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi

banyak pihak, khususnya bagi penulis serta pembacanya.

Jakarta, Oktober 2016

Penulis
ix

DAFTAR ISI

Abstrak ..................................................................................................................... i

Abstract ................................................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv

PANITIA SIDANG SKRIPSI ................................................................................. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. xvi

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah......................................................................................... 6

C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 6

D. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7

1. Tujuan Umum........................................................................................... 7
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8

1. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ............................................. 8


2. Bagi Peneliti Lain ..................................................................................... 8
3. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ................................... 8
F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 9
x

BAB II .................................................................................................................. 10

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 10

A. Hipertensi.................................................................................................... 10

1. Pengertian Hipertensi ............................................................................. 10


2. Klasifikasi Tekanan Darah ..................................................................... 10
3. Etiologi Hipertensi ................................................................................. 11
4. Gambaran Klinis Hipertensi ................................................................... 11
5. Dampak Hipertensi ................................................................................. 12
B. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Hipertensi ................................................ 11

1. Pengertian Obesitas ................................................................................ 11


2. Patofisiologi Obesitas Terkait Hipertensi ............................................... 11
C. Indeks Antropometri ................................................................................... 13

1. Indeks Massa Tubuh ............................................................................... 13


2. Lingkar Pinggang ................................................................................... 15
3. Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan .................................................. 16
D. Sensitivitas dan Spesifisitas ........................................................................ 19

E. Kerangka Teori ........................................................................................... 21

BAB III ................................................................................................................. 25

KERANGKA KONSEP ...................................................................................... 25

A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 25

B. Definisi Operasional ................................................................................... 26

BAB IV ................................................................................................................. 27

METODE PENELITIAN ................................................................................... 27

A. Desain Penelitian ........................................................................................ 27

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................................... 27

C. Populasi dan Sampel ................................................................................... 28

1. Populasi Penelitian ................................................................................. 28


xi

2. Sampel Penelitian ................................................................................... 28


D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 31

E. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................... 33

F. Manajemen Pengumpulan Data .................................................................. 36

1. Filter Data .............................................................................................. 36


2. Cleaning Data ........................................................................................ 37
3. Recoding Data ........................................................................................ 37
G. Analisis Data............................................................................................... 37

1. Analisis Univariat ................................................................................... 37


2. Analisis Uji Diagnostik .......................................................................... 37
BAB V................................................................................................................... 39

HASIL .................................................................................................................. 39

A. Karakteristik Responden Penelitian............................................................ 39

B. Nilai Sensitivitas Titik Potong 0,47 dan 0,50 RLPTB Pada Laki – laki
Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ............................................................... 41

C. Nilai Spesifisitas Titik Potong 0,47 dan 0,50 RLPTB Pada Laki-laki
Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ............................................................... 42

D. Nilai Sensitivitas Titik Potong 0,50 dan 0,51 RLPTB Pada Perempuan
Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ............................................................... 44

E. Nilai Spesifisitas Titik Potong 0,50 dan 0,51 RLPTB Pada Perempuan
Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ............................................................... 45

BAB VI ................................................................................................................. 47

PEMBAHASAN .................................................................................................. 47

A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 47

B. Karakteristik Responden Penelitian............................................................ 48

C. Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong 0,47 dan 0,50 RLPTB Pada
Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ............................................... 51
xii

D. Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong 0,50 dan 0,51 RLPTB Pada
Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ........................................... 53

BAB VII ............................................................................................................... 57

PENUTUP ............................................................................................................ 57

A. Simpulan ..................................................................................................... 57

B. Saran ........................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 59

LAMPIRAN ......................................................................................................... 64

LAMPIRAN 1 ....................................................................................................... 65

LAMPIRAN 2 ....................................................................................................... 66

LAMPIRAN 3 ....................................................................................................... 68

LAMPIRAN 4 ....................................................................................................... 74
xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah dan Hipertensi Menurut JNC VII .............. 11

Tabel 2.2 Efek Patologis Berkelanjutan dari Komplikasi Hipertensi Primer ....... 12

Tabel 2.3 Tabel 2x2 Uji Diagnostik ...................................................................... 20

Tabel 4 1 Data Kuesioner yang Digunakan Pada Penelitian................................. 36

Tabel 4 2 Uji Diagnosis Tabel 2x2 ....................................................................... 38

Tabel 5.1 Karakteristik Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan jenis Kelamin

Tahun 2013 ........................................................................................... 39

Tabel 5.2 Karakteristik Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan Kelompok Usia

tahun 2013 ............................................................................................ 40

Tabel 5.3 Status Hipertensi Pada Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan Jenis

Kelamin ................................................................................................ 41

Tabel 5 4 Tabel 2x2 Titik Potong 0,47 RLPTB Dengan Status Hipertensi Pada

Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ......................................... 41

Tabel 5.5 Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada

Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ......................................... 42

Tabel 5.6 Tabel 2x2 Titik Potong 0,47 RLPTB Dengan Status Hipertensi Pada

Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ......................................... 43

Tabel 5.7 Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada

Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ......................................... 43

Tabel 5.8 Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada

Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ...................................... 44


xiv

Tabel 5.9 Tabel 2x2 Titik Potong 0,51 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada

Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ...................................... 45

Tabel 5.10 Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada

Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ...................................... 45

Tabel 5.11 Tabel 2x2 Titik Potong 0,51 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada

Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013 ...................................... 46


xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka Teori ...................................................................................... 23


Bagan 2. Kerangka Konsep ................................................................................... 25
Bagan 3. Alur Pengambilan Sampel ..................................................................... 31
xvi

DAFTAR ISTILAH

ART : Anggota Rumah Tangga

AUC : Area Under Curve

IDF : International Diabetes Federation

IMT : Indeks Massa Tubuh

JNC : Joint National Committe

LP : Lingkar Pinggang

RLPTB : Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan

ROC : Receiver Operating Characteristic

TB : Tinggi Badan

TDD : Tekanan Darah Sistolik

TDS : Tekanan Darah Diastolik

WHO : World Health Organization


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah yang mengalami

peningkatan secara terus – menerus. Hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90

mmHg (WHO, 2013). Hipertensi juga sering disebut sebagai Sillent Killer

karena tidak menimbulkan gejala yang spesifik (Kemenkes, 2014).

Pada tahun 1980 penderita hipertensi berjumlah 600 juta orang dan

meningkat menjadi 1 miliar orang pada tahun 2008 dan 40% diantaranya

merupakan orang dewasa berusia 25 tahun keatas (WHO, 2013).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, diketahui bahwa prevalensi

hipertensi di Indonesia sebesar 25,8% (Kemenkes, 2013b). Apabila jumlah

penduduk di Indonesia saat ini berjumlah 252.124.458 jiwa, maka terdapat

65.048.110 jiwa diantaranya mengalami hipertensi di Indonesia

(Kemenkes, 2014).

Saat pengobatan yang dilakukan terhadap hipertensi tidak

memadai, hipertensi dapat menyebabkan serangan jantung, pembengkakan

jantung, gagal jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, pecahnya pembuluh

darah dan kerusakan kognitif (WHO, 2013; Kemenkes, 2014). Secara

global, kematian akibat penyakit kardiovaskular mencapai 17 juta dengan

1
2

9,4 juta merupakan akibat dari komplikasi hipertensi setiap tahunnya

(WHO, 2013).

Terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko

seperti usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, merokok, ras, obesitas,

konsumsi alkohol berlebih, tingginya asupan natrium, rendahnya asupan

kalium, kalsium dan magnesium, serta intoleransi glukosa penyakit ginjal

dan obat – obatan (Huether dan McCance, 2012). Sebagai salah satu faktor

risiko hipertensi, obesitas perlu diwaspadai. Hal ini dikarenakan tambahan

beberapa kilogram berat badan akan membuat jantung bekerja lebih keras

dan kelebihan lemak di atas pinggul (lemak viseral) lebih berisiko

terhadap kejadian hipertensi (Casey dan Benson, 2006; Pausova, 2014).

Risiko dari peningkatan jumlah lemak viseral dalam tubuh

mengakibatkan terjadinya obesitas sentral. Berdasarkan laporan Riskesdas

tahun 2013, diketahui terjadi peningkatan proporsi obesitas sentral pada

penduduk berusia ≥15 tahun, dari 18,8% pada tahun 2007 menjadi 26,6%

pada tahun 2013 (Kemenkes, 2013b). Hasil penelitian Sulastri, dkk (2012)

terkait hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada

penduduk etnis minangkabau menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara obesitas (p<0,05; OR = 1,82) dan obesitas sentral (p<0,05; OR =

2,72) dengan kejadian hipertensi.

Status obesitas dapat diketahui melalui pengukuran IMT (Indeks

Massa Tubuh) dan untuk obesitas sentral dapat diketahui melalui

pengukuran LP (Lingkar Pinggang) dan RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang


3

Tinggi Badan). Selain untuk mengukur status obesitas dan obesitas sentral,

IMT, LP dan RLPTB juga dapat digunakan sebagai alat skrining dari

hipertensi. Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan (RLPTB) merupakan

nilai dari ukuran Lingkar Pinggang dibagi dengan tinggi badan (Meilani,

2012). Titik potong 0,5 dari RLPTB dianggap sebagai alat skrining

hipertensi yang paling baik melalui hasil analisis ROC (Receiver

Operating Characteristic) dibandingkan dengan IMT (AUC (Area Under

Curve) 0,68 untuk perempuan dan 0,73 untuk laki-laki) (Lee dkk, 2008)

dan LP (AUC = 0,704 untuk laki-laki dan perempuan) (Browning dkk,

2010).

RLPTB memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan IMT

dan LP. Dibandingkan IMT, RLPTB dianggap lebih sensitif sebagai

peringatan awal dari risiko penyakit seperti obesitas dan sindrom

metabolik karena secara signifikan berhubungan secara langsung dengan

obesitas sentral serta dapat memprediksi morbiditas dan mortalitas yang

lebih baik dibandingkan dengan IMT pada studi longitudinal. Selain itu,

RLPTB dianggap lebih sensitif dari LP pada populasi yang memiliki tinggi

berbeda – beda karena terdapat hubungan negatif yang nyata antara tinggi

badan dengan faktor risiko metabolik (Ashwell dan Hsieh, 2005; Ashwell

dan Gibson, 2009; Browning dkk, 2010; Ashwell dkk, 2012).

Selain itu, RLPTB juga dianggap lebih murah daripada IMT karena

harga alat yang digunakan untuk mengukur RLPTB lebih murah

dibandingkan dengan harga timbangan berat badan. Selain itu, Pengukuran


4

tinggi serta lingkar pinggang dapat dilakukan sendiri dan hasil ukurnya

mudah untuk dihitung sehingga lebih mudah untuk digunakan

dibandingkan dengan IMT. Titik potong 0,5 dari RLPTB dapat digunakan

oleh anak – anak (>5 tahun) hingga orang dewasa, baik laki-laki maupun

perempuan dari berbagai etnis (Ashwell dan Hsieh, 2005; Ashwell dan

Gibson, 2009; Browning dkk, 2010; Ashwell dkk, 2012). Penelitian terkait

RLPTB juga telah dilakukan di berbagai negara seperti Bangladesh

(Sayeed dkk, 2003), Turki (Meseri dkk, 2013), Korea (Park dkk, 2009),

Jepang (Hsieh dkk, 2003), Inggris (Ashwell dan Gibson, 2009) dengan

hasil penelitian yang menyatakan RLPTB sebagai alat skrining terbaik

untuk memprediksi kejadian hipertensi dibandingkan dengan IMT dengan

titik potong optimal yang berkisar antara 0,50 - 0,55.

Ashwell dkk (2012) menetapkan titik potong 0,5 dari RLPTB

sebagai prediktor dari kejadian hipertensi yang paling baik dan dapat

digunakan baik pada laki-laki maupun perempuan. Namun berdasarkan

penelitian sebelumnya yang telah dilakukan di Indonesia oleh Meilani

(2012) terkait pendekatan indeks antropometri sebagai alat skrining

hipertensi pada orang dewasa di daerah urban menghasilkan nilai titik

potong optimal RLPTB yang berbeda, titik potong optimal untuk

perempuan adalah 0,51 (sensitivitas 61,82%; spesifisitas 60,98%) dan 0,47

untuk laki-laki (sensitivitas 62,10%; spesifisitas 56,99%). Selain itu,

penelitian terkait RLPTB lainnya di Indonesia juga telah dilakukan oleh

Yulestari (2015) pada penduduk pulau Jawa menghasilkan nilai titik


5

potong yang hampir sama yaitu 0,4705 untuk laki-laki (sensitivitas 68,0%;

spesifisitas 52,8%) dan 0,5063 untuk perempuan (sensitivitas 72,6%;

spesifisitas 50,0%).

Meskipun sudah ada penelitian sebelumnya terkait penggunaan

RLPTB di Indonesia, namun RLPTB masih belum diterapkan di

Indonesia. Berdasarkan rekomendasi titik potong optimal yang telah

direkomendasikan oleh Ashwell (2012), Meilani (2012) dan Yulestari

(2015) maka perlu dilakukan penelitian kembali untuk megetahui

bagaimana sensitvitas dan spesifisitas dari beberapa nilai titik potong dari

RLPTB sebagai prediktor kejadian hipertensi pada orang dewasa di

Indonesia dengan menggunakan data terbaru, yaitu data Riskesdas tahun

2013. Adapun titik potong yang akan diuji adalah titik potong 0,47 dan

0,50 untuk laki-laki serta titik potong 0,50 dan 0,51 untuk perempuan.

Penelitian ini menggunakan uji diagnostik yang menghasilkan nilai

sensitivitas serta spesifisitas yang bertujuan untuk keperluan skrining, hal

ini dikarenakan uji sensitivitas dan spesifisitas dianggap stabil dan tidak

berubah pada prevalensi subyek sehat dan sakit (Sastroasmoro dan Ismael,

2014). Data Riskesdas tahun 2013 digunakan karena pada penelitian

tersebut didapatkan berbagai macam variabel yang dibutuhkan dalam

penelitian ini serta data tersebut dapat mewakili populasi yang ada di

Indonesia.
6

B. Rumusan Masalah

Meningkatnya prevalensi hipertensi di Indonesia maupun di dunia

perlu ditangani dengan melakukan pencegahan melalui pemantauan

terhadap status obesitas sentral sebagai salah satu faktor risikonya. Status

obesitas sentral dapat diketahui melalui pengukuran RLPTB (Rasio

Lingkar Pinggang Tinggi Badan) yang merupakan alat prediktor terbaik

untuk menilai kejadian hipertensi dibandingkan dengan IMT dan LP.

Namun penggunaan RLPTB masih belum diterapkan di Indonesia. Oleh

karena itu, perlu dilakukan penelitian kembali terkait sensitivitas dan

spesifisitas dari titik potong 0,47; 0,50 dan 0,51 RLPTB sebagai prediktor

dari kejadian hipertensi pada kelompok orang dewasa di Indonesia dengan

menggunakan data Riskesdas tahun 2013.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dirumuskan beberapa

pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana karakteristik responden dalam penelitian?

2. Bagaimana nilai sensitivitas titik potong 0,47 dan 0,5 RLPTB sebagai

prediktor kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di Indonesia?

3. Bagaimana nilai spesifisitas titik potong 0,47 dan 0,5 RLPTB sebagai

prediktor kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di Indonesia?

4. Bagaimana nilai sensitivitas titik potong 0,5 dan 0,51 RLPTB sebagai

prediktor kejadian hipertensi pada perempuan dewasa di Indonesia?


7

5. Bagaimana nilai spesifisitas titik potong 0,5 dan 0,51 RLPTB sebagai

prediktor kejadian hipertensi pada perempuan dewasa di Indonesia?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai sensitivitas

dan spesifisitas titik potong Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan

(RLPTB) sebagai prediktor kejadian hipertensi pada orang dewasa

di Indonesia.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden dalam penelitian.

b. Untuk mengetahui nilai sensitivitas dari titik potong 0,47 dan

0,5 sebagai prediktor kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa

di Indonesia.

c. Untuk mengetahui nilai spesifisitas dari titik potong 0,47 dan

0,5 sebagai prediktor kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa

di Indonesia.

d. Untuk mengetahui nilai sensitivitas dari titik potong 0,5 dan

0,51 sebagai prediktor kejadian hipertensi pada perempuan

dewasa di Indonesia.

e. Untuk mengetahui nilai spesifisitas dari titik potong 0,5 dan

0,51 sebagai prediktor kejadian hipertensi pada perempuan

dewasa di Indonesia.
8

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Sebagai bahan tambahan informasi bagi civitas akademik

UIN Syarif Hidayatullah, khususnya yang berasal dari program

studi kesehatan masyarakat.

2. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

rujukan serta tambahan pengetahuan bagi peneliti lain yang tertarik

dengan metode pengukuran antropometri, terutama Rasio Lingkar

Pinggang Tinggi Badan (RLPTB) sebagai prediktor dari kejadian

hipertensi.

3. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan bagi Kemenkes RI terkait penggunaan Rasio Lingkar

Pinggang Tinggi Badan (RLPTB) sebagai alternatif alat skrining

dalam penentuan status obesitas dan sebagai prediktor dari

kejadian hipertensi pada masyarakat di Indonesia.


9

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang berjudul “Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Titik

Potong Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan Sebagai Prediktor Kejadian

Hipertensi Pada Orang Dewasa di Indonesia” ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan desain studi cross sectional, yang dilaksanakan pada

bulan April – Agustus 2016 di FKIK Universitas Islam Negeri Jakarta.

Penelitian ini menggunakan data Riskesdas tahun 2013 dengan sampel

berusia ≥18 tahun. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji diagnostik tabel 2x2 untuk mengetahui nilai sensitivitas dan

spesifisitas dari titik potong Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan

(RLPTB) sebagai prediktor dari kejadian hipertensi pada orang dewasa di

Indonesia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah yang meningkat

secara terus – menerus (WHO, 2011). Hipertensi atau tekanan darah

tinggi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat atau tenang (Kemenkes, 2014).

2. Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi tekanan darah yang digunakan untuk menjadi acuan

di Indonesia merupakan klasifikasi hipertensi menurut hasil JNC VII

(Joint National Committe on the prevention, detection, evaluation and

treatment of high blood presure) pada tahun 2003. Berikut merupakan

klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII.

10
11

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah dan Hipertensi Menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


Darah (mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Pra Hipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi tahap 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi tahap 2 160 atau >160 100 atau >100
Sumber : Chobanian, dkk (2003)

3. Etiologi Hipertensi

Hipertensi dibagi dalam dua jenis, yaitu hipertensi primer atau

hipertensi essensial dan hipertensi sekunder atau hipertensi bawaan.

Umumnya hipertensi yang banyak terjadi adalah hipertensi primer

yang 90% penyebabnya tidak diketahui dengan jelas (Lilly, 2011).

Sementara itu, hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh proses

terjadinya suatu penyakit atau pengobatan yang meningkatkan tekanan

pembuluh perifer atau volume darah seperti penyakit ginjal, penyakit

parenchymal, pheochromocytoma dan obat – obatan (Huether dan

McCance, 2012).

4. Gambaran Klinis Hipertensi

Pada dasarnya hipertensi tidak menunjukan gejala secara

spesifik dan terkadang tidak bergejala (asimptomatik) sehingga disebut

sebagai sillent killer. Gejala hipertensi yang terjadi pada tiap individu

berbeda – beda, adapun gejalanya seperti sakit kepala atau tengkuk

terasa berat, vertigo, jantung bedebar – debar, mudah lelah,

penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus) dan mimisan


12

(Kemenkes, 2014). Gejala pada penderita hipertensi biasanya muncul

ketika telah terjadi kerusakan pada organ target. Pada fase hipertensi

yang berbahaya bisa ditandai oleh nyeri kepala dan hilangnya

penglihatan (pipiledema) (Davey, 2006).

5. Dampak Hipertensi

Terjadinya kerusakan pada organ target merupakan risiko

jangka panjang dari penyakit hipertensi. Kerusakan yang terjadi pada

organ target menimbulkan beberapa penyakit, yaitu penyakit

serebrovaskular (stroke trombotik dan hemoragik), penyakit vaskular

(penyakit jantung koroner), hipertrofi ventrikel kiri (LVH) dan gagal

ginjal (Davey, 2006). Menurut Huether dan McCance (2012) terdapat

beberapa efek patologis yang mendukung komplikasi dari hipertensi

primer sebagaimana yang tercantum dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.2 Efek Patologis Berkelanjutan dari Komplikasi Hipertensi Primer

Lokasi Cedera Mekanisme Cedera Kemungkinan efek patologis


yang terjadi
Miokardium Peningkatan beban kerja Hipertropi ventrikel kiri, iskemik
Jantung dikombinasikan dengan miokardium, gagal jantung
berkurangnya aliran darah
yang melalui arteri koroner
Arteri koroner Mempercepat aterosklerosis Iskemik miokardium, infark
miokardium, kematian mendadak
Ginjal Mengurangi aliran darah, Glomerulosklerosis dan penurunan
meningkatkan tekanan arteriol, penyaringan gromerular, penyakit
menstimulasi RAAS dan SNS ginjal tahap akhir
serta peradangan
11

Lokasi Cedera Mekanisme Cedera Kemungkinan efek patologis


yang terjadi
Otak Mengurangi aliran darah dan Serangan iskemik sementara,
suplai oksigen; melemahkan cerecral trombosis, aneurisma,
dinding pembuluh darah, hemorraghe, infarksi otak akut
meningkatkan aterosklerosis
Mata (retina) Retinal vascular sclerosis, Hipertensi retinopati, retinal
meningkatkan tekanan arteri exudates dan hemorraghe
di retina
Aorta Melemahkan dinding Dissecting aneurysm
pembuluh darah

Sumber: Huether dan McCance, 2012

B. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Hipertensi

1. Pengertian Obesitas

Obesitas merupakan suatu gangguan yang disebabkan oleh

peningkatan lemak tubuh secara berlebihan dan dapat mengganggu

kesehatan (Soegih, 2009). Obesitas terjadi apabila ukuran dan jumlah

sel lemak dalam tubuh seseorang bertambah (Santoso dkk, 2012).

2. Patofisiologi Obesitas Terkait Hipertensi

Peningkatan risiko hipertensi terkait obesitas meningkat tidak

hanya didasari oleh jumlah lemak yang tedapat di dalam tubuh, tetapi

juga berkaitan dengan distribusi lemak di dalam tubuh yang lebih

banyak menyimpan lemak viseral dibandingkan dengan lemak

subkutan, hal inilah yang menjadi risiko terbesar pada terjadinya

hipertensi. Terjadinya obesitas sentral terkait hipertensi dipengaruhi

oleh 3 faktor, yaitu penambahan aliran simpatetis dari sistem saraf


12

pusat, aktivasi sistem renin-aldosterone dan induksi dari inflamasi

tingkat rendah serta stress oksidatif (Pausova, 2014).

Mekanisme terjadinya obesitas yang menyebabkan hipertensi

masih belum diketahui secara pasti, namun aktivasi dari sistem saraf

simpatik memiliki peran penting dalam patogenesis hipertensi terkait

obesitas. Mekanisme kontrol tekanan arteri dari diuresis dan

natriuresis, berdasarkan prinsip umpan balik, bergeser ke tingkat

tekanan darah yang lebih tinggi pada orang yang obesitas. Selama fase

awal obesitas, timbul retensi natrium primer sebagai akibat dari

peningkatan reabsorpsi tubular ginjal. Kemudian adanya peningkatan

Free Fatty Acid (FFA), insulin, leptin, aldosteron, aktivitas sistem

renin angoitensin (RAS) akan menstimulasi peningkatan sistem saraf

simpatik yang menyebabkan retensi cairan dan natrium yang kemudian

akan menyebabkan hipertensi (Lilyasari dkk, 2007; Kotsis dkk, 2010;

Pausova, 2014).

Gambar 2.1 Mekanisme Obesitas Terkait Hipertensi (Pausova, 2014)


13

Hubungan antara obesitas dengan aktivasi renin-angiotesi-

aldosterone system (RAAS) merupakan mekanisme tambahan dari kaitan

antara obesitas dengan peningkatan tekanan darah. RAAS merupakan

sistem kunci untuk regulasi tekanan darah yang komponennya (seperti

Angiotensin atau AGT) diproduksi pada jaringan adiposa yang diproduksi

di hati, paru-paru dan ginjal). Produksi RAAS pada jaringan adiposa ikut

berkontribusi dalam tingginya tingkat sirkulasi dari komponen RAAS

yang terlihat pada orang yang obesitas dibandingkan dengan orang yang

kurus dan dapat berkontribusi dalam peningkatan tekanan darah pada

obesitas. Beberapa komponen dari jaringan adiposa RAAS, seperti AGT

dan AT1R menunjukan tingginya jumlah lemak viseral dibandingkan

dengan lemak subkutan pada manusia (Pausova, 2012).

C. Indeks Antropometri

1. Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah ukuran dari berat badan

dalam kilogram (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter

(Kemenkes, 2011). Berdasarkan laporan hasil Riskesdas tahun 2013,

batasan IMT yang digunakan untuk menilai status gizi penduduk

dewasa di Indonesia adalah sebagai berikut:

a) Kategori kurus : IMT <18,5

b) Kategori normal : IMT ≥18,5 - <24,9

c) Kategori BB lebih : IMT ≥25,0 - <27,0


14

d) Kategori obesitas : IMT ≥27,0

Berdasarkan penelitian Nurzakiah, dkk (2010) di wilayah

Depok, Jawa Barat diketahui bahwa cut off IMT ≥27,0 memiliki

sensitivitas 51,50% dan spesifisitas 99,93% dengan prevalensi obesitas

sebesar 22,7%; sementara itu, prevalensi obesitas menggunakan BIA

yang merupakan baku emas dari pengukuran obesitas adalah 35%. Hal

ini menunjukkan bahwa titik potong IMT yang digunakan di Indonesia

saat ini kurang tepat untuk mengukur status obesitas pada penduduk

Indonesia. Pada penelitian tersebut, Nurzakiah, dkk (2010)

merekomendasikan titik potong IMT untuk obesitas sebesar 24,13

kg/m2 untuk laki-laki dan 26,15 kg/m2 untuk perempuan.

Hasil penelitian Harahap, dkk (2005) mengenai penggunaan

berbagai cut off IMT sebagai indikator obesitas terkait penyakit

degeneratif di Indonesia menyatakan bahwa pada nilai IMT 22 telah

terjadi peningkatan risiko penyakit degeneratif seperti hipertensi,

diabetes mellitus dan hiperkolestrol. Namun IMT memiliki kelemahan

karena tidak dapat mengukur secara langsung lemak tubuh atau

distribusi lemak dikarenakan pengukuran IMT hanya dapat

memprediksi lemak atau distribusi lemak tubuh (Ashwell, 2009;

Harahap, dkk, 2005).

Selain itu, penelitian Lee, dkk (2008) menyatakan bahwa IMT

merupakan diskriminator yang buruk dari faktor risiko kardiovaskular


15

seperti hipertensi, diabetes dan dislipidemia pada laki-laki dan

perempuan dibandingkan RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi

Badan). Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Guash-Ferre dkk

(2012) di Spanyol dan Zeng dkk (2014) di China, mereka

menyimpulkan bahwa IMT merupakan indikator yang lebih sensitif

untuk menilai hipertensi dibandingkan dengan LP dan RLPTB.

2. Lingkar Pinggang

Lingkar pinggang merupakan metode yang mudah untuk

mengukur obesitas sentral, yang mana lingkar pinggang memiliki

hubungan dengan risiko hipertensi sistemik, level tekanan darah, risiko

kardiovaskular dan kematian (Leblanc dan Poirier, 2014). Menurut

rekomendsi IDF tahun 2006, ukuran lingkar pinggang atau ideal untuk

laki-laki adalah 90 cm dan untuk perempuan adalah 80 cm (Kemenkes

RI, 2013c).

Pada penelitian Meilani (2012) mengenai pendekatan

antropometri sebagai alat skrining hipertensi pada orang dewasa di

daerah urban, ia merekomendasikan penggunaan lingkar pinggang

sebagai alat skrining terhadap hipertensi karena lebih mudah dan

murah, hal tersebut dikarenakan baik LP, IMT maupun RLPTB

memiliki nilai uji diagnostik yang lemah. Namun, menurut Ashwell

dan Hsieh (2005) LP kurang sensitif dibandingkan dengan RLPTB

karena hasil pengukuran LP tidak bisa disamakan pada populasi yang


16

memiliki tinggi badan yang berbeda – beda, sementara terdapat

hubungan negatif yang nyata antara tinggi badan dengan risiko

metabolik.

3. Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan

Obesitas dapat diketahui melalui berbagai pengukuran

antropometri, salah satunya adalah dengan pengukuran Rasio Lingkar

Pinggang Tinggi Badan (RLPTB). RLPTB adalah nilai dari ukuran

Lingkar Pinggang dibagi dengan tinggi badan. RLPTB merupakan

ukuran dari distribusi lemak tubuh yang berkorelasi dengan obesitas

sentral (Meilani, 2012).

Penggunaan RLPTB yang mewakili obesitas sentral dan bentuk

tubuh menjadi alat skrining baru untuk kesehatan masyarakat yang

dapat digunakan oleh seluruh orang dewasa dan anak dengan usia lebih

dari 5 tahun serta dapat digunakan pada semua kelompok etnis.

Penggunaan batas nilai 0,5 RLPTB dapat diubah menjadi pesan yang

mudah, yaitu “jaga lingkar pinggang Anda untuk kurang dari setengah

tinggi badan Anda” (Ashwell, 2011).

Pada sebuah systematic review untuk menilai kinerja masing-

masing indeks antropometri sebagai alat skrining risiko penyakit

kardiovaskuler (hipertensi dan lemak tubuh) dan diabetes pada orang

dewasa, diperoleh hasil uji diagnostik dari analisis kurva ROC (AUC =

0,704) yang menunjukkan bahwa RLPTB dengan titik potong 0,5


17

adalah alat skrining yang lebih baik untuk digunakan secara global

baik pada laki-laki maupun perempuan dibandingkan Lingkar

Pinggang dan IMT serta dapat digunakan bagi laki-laki maupun

perempuan dari berbagai kelompok etnis, yaitu etnis kulit putih, Asia,

Afro Karibia dan Hispanik (Browning dkk, 2010).

Penggunaan IMT dianggap bermasalah, termasuk kepada orang

yang mengalami kelebihan berat badan (overweight), hal ini

dikarenakan IMT hanya menggambarkan total lemak tubuh dan tidak

dapat membedakan distribusi lemak yang berbeda pada setiap individu

(Ashwell, 2009). Pada penelitian yang dilakukan oleh Hsieh dan

Yoshinaga (1999) diketahui bahwa terdapat perbedaan risiko

metabolik pada orang yang memiliki lingkar pinggang sama dengan

tinggi badan yang berbeda. Tidak hanya itu, batas nilai dari lingkar

pinggang yang ada saat ini dibedakan oleh jenis kelamin serta umur

yang spesifik dan tidak dapat digunakan oleh anak-anak karena

dianggap memiliki pola pertumbuhan yang berbeda. Oleh karena itu,

penggunaan RLPTB dianggap lebih baik dibandingkan dengan IMT

dan LP.

Sebagai gambaran dari nilai titik potong RLPTB, Ashwell

membuat sebuah chart untuk membantu penggambaran dari ukuran

RLPTB yang disebut dengan Ashwell Shape Chart. Ashwell shape

chart merupakan grafik yang didasari oleh pengukuran RLPTB

sebagai alat skrining untuk obesitas abdominal atau obesitas sentral.


18

Grafik ini memiliki 3 nilai batas yang sesuai untuk dewasa maupun

anak-anak dengan usia diatas 5 tahun. Ukuran lingkar pinggang pada

garis x (cm) dan tinggi badan pada garis y (cm). Batasan nilai RLPTB

0,4 – 0,5 (area hijau) menyatakan “baik”, nilai 0,5 – 0,6 (area kuning)

menyatakan “ambil tindakan” untuk anak-anak dan “pertimbangkan

tindakan yang akan diambil” untuk dewasa. Sementara itu nilai >0,6

(area merah) menyatakan “ambil tindakan” untuk dewasa. Nilai ≥0,5

dari RLPTB dideskripsikan sebagai distribusi lemak sentral dan nilai

≥0,6 dideskripsikan sebagai obesitas sentral (Ashwell, 2011).


19

Gambar 2.2 Ashwell Shape Chart Pengukuran Rasio Lingkar


Pingggang Tinggi Badan (RLPTB) (Ashwell, 2011).

D. Sensitivitas dan Spesifisitas

Pada uji diagnostik menggunakan tabel 2x2 akan diperoleh

beberapa nilai statistik, diantaranya adalah sensitivitas dan spesifisitas. Uji

sensitivitas dan spesifisitas digunakan dalam tes skrining untuk penyakit.


20

Hasil tes dapat berupa nilai positif, yang mengindikasikan adanya

penyakit, atau hasil dapat berupa nilai negatif, yang mengindikasikan tidak

adanya penyakit. Nilai sensitivitas dan spesifisitas memiliki hubungan

berkebalikan yang dipengaruhi oleh pemilihan nilai titik potong (Greiner

dkk, 2000). Manfaat dari tes skrining dievaluasi melalui hasil sensitivitas

dan spesifisitas (Herman, 2006). Namun, pada uji diagnostik yang

ditujukan untuk keperluan skrining, maka nilai sensitivitas uji tersebut

harus sangat tinggi meskipun nilai spesifisitasnya tidak terlalu tinggi

(Sastroasmoro dan Ismael, 2014).

Tabel 2.3 Tabel 2x2 Uji Diagnostik

Baku Emas
Positif Negatif
Indeks Positif a b a+b
Negatif c d c+d
a+c b+d
Sumber: Dahlan (2009)

Keterangan:

1) a = Positif Benar

2) b = Positif Semu

3) c = Negatif Semu

4) d = Negatif Benar

Sensitivitas merupakan nilai a:(a+c), yaitu prevalensi subyek yang

sakit dengan hasil uji diagnostik positif (positif benar) dibanding seluruh

subyek yang sakit (positif benar+negatif semu), atau kemungkinan bahwa

hasil uji diagnostik positif bila dilakukan pada sekelompok subyek yang
21

sakit. Spesifisitas merupakan nilai d:(b+d), yaitu prevalensi subyek sehat

yang memberikan hasil uji diagnostik negatif (negatif benar) dibandingkan

dengan seluruh subyek yang tidak sakit (negatif benar+positif semu),

seluruh subyek, atau kemungkinan bahwa hasil uji diagnostik akan negatif

bila dilakukan pada sekelompok subyek yang sehat (Sastroasmoro dan

Ismael, 2014).

Apabila nilai sensitivitas suatu uji adalah 100% maka seluruh

responden yang diuji dinyatakan positif mengalami penyakit. Namun,

apabila nilai sensitivitas suatu uji adalah 100% maka seluruh responden

yang diuji dinyatakan negatif atau tidak mengalami penyakit (Drobatz,

2009). Nilai dari uji sensitivitas dan spesifisitas dianggap sebagai nilai

yang stabil, hal ini dikarenakan nilai keduanya tidak berubah pada

prevalensi orang sakit dan sehat dengan prevalensi yang rendah maupun

tinggi (Sastroasmoro dan Ismael, 2014).

E. Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi

teori dari Pausova (2014) dimana peningkatan risiko hipertensi terkait

obesitas meningkat tidak hanya didasari oleh jumlah lemak yang tedapat di

dalam tubuh, tetapi juga berkaitan dengan distribusi lemak di dalam tubuh

yang lebih banyak menyimpan lemak viseral dibandingkan dengan lemak

subkutan dan hal tersebut menjadi risiko terbesar pada terjadinya

hipertensi. Obesitas dapat diukur menggunakan pengukuran IMT,


22

sementara itu untuk obesitas sentral dapat diukur menggunakan LP dan

RLPTB. IMT, LP dan RLPTB juga merupakan alat skrining dari kejadian

hipertensi.

Berdasarkan systematic riview dari penelitian Browning, dkk

(2010) yang melakukan analisis terhadap 3 jenis pengukuran antropometri,

IMT, LP dan RLPTB dugunakan sebagai alat skrining dari penyakit

kardiovaskular dan diabetes serta faktor risikonya seperti hipertensi. Hasil

dari penelitian tersebut diketahui bahwa titik potong 0,50 dari RLPTB

merupakan alat skrining hipertensi yang paling baik dibandingkan dengan

IMT dan LP untuk laki-laki maupun perempuan yang dapat digunakan

secara global. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian meta

analisis dari Ashwell dkk (2012) yang menyatakan bahwa RLPTB

merupakan alat skrining terbaik untuk hipertensi.

Selain penelitian yang dilakukan oleh Browning, dkk (2010) juga

terdapat penelitian meta analisis yang telah dilakukan sebelumnya oleh

Lee, dkk (2008) yang menyatakan bahwa RLPTB merupakan prediktor

terbaik untuk hipertensi baik pada laki-laki maupun perempuan dengan

nilai AUC (CI 95%) 0,68 untuk perempuan dan 0,73 untuk laki-laki

dibandingkan dengan IMT. Titik potong RLPTB yang ada pada penelitian

tersebut berkisar antara 0,46 – 0,62.

Tetapi berdasarkan penelitian sebelumya terkait RLPTB yang telah

dilakukan oleh Meilani (2012) dan Yulestari (2015) di Indonesia,


23

didapatkan nilai titik potong optimal dari RLPTB yang berbeda, yaitu

berkisar antara 0,47 – 0,4705 untuk laki-laki dan 0,5063 – 0,51 pada

perempuan.

Bagan 1. Kerangka Teori

Obesitas IMT

LP Hipertensi

Obesitas
sentral
RLPTB

Sumber : Adaptasi Pausova (2014); Browning, dkk (2010); Ashwell, dkk (2012),

Lee dkk (2008); Meilani (2012) dan Yulestari (2015)


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Bagan 2. Kerangka Konsep

Titik Potong
0.47, 0.50 dan Hipertensi
0.51 RLPTB

Berdasarkan kerangka teori, terdapat beberapa pengukuran

antropometri yang dapat digunakan sebagai alat skrining obesitas dan

prediktor dari hipertensi seperti IMT, LP dan RLPTB. Namun dalam

penelitian ini peneliti hanya akan meneliti mengenai beberapa titik potong

dari RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan) yang berkisar antara

0,47 – 0,51 sebagai prediktor dari hipertensi pada orang dewasa di

Indonesia. Hal ini dikarenakan peneliti hanya ingin mengetahui nilai titik

potong RLPTB yang memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas paling

optimal sebagai prediktor untuk kejadian hipertensi pada orang dewasa di

Indonesia dan membedakannya berdasarkan jenis kelamin.

25
26

B. Definisi Operasional

Skala
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
Variabel Dependen
1. Hipertensi Hasil rata-rata dari 2 kali Kuesioner Observasi kuesioner Ordinal
pengukuran tekanan darah RKD13.IND K05A, Riskesdas tahun 1 = Hipertensi (≥140
dan jika terdapat perbedaan K05B, K05C, K06A, 2013 mmHg /≥90
≥10 mmHg antara hasil K06B, K06C dan mmHg)
pengukuran tekanan darah K07A, K07B, K07C
sistolik maupun diastolik 2 = Tidak Hipertensi
yang pertama dengan (<140 mmHg / <90
pengukuran yang kedua, maka mmHg)
dilakukan pengukuran ketiga
sehingga status hipertensi
ditentukan melalui rata-rata
hasil 3 kali pengukuran
tekanan darah.
Variabel Independen
2. Rasio Hasil pengukuran dari Kuesioner RKD.IND Observasi kuesioner Ordinal
Lingkar Lingkar Pinggang (cm) dibagi K02a dan K02b untuk Riskesdas tahun 1 = nilai titik potong
Pinggang tinggi badan (cm) variabel tinggi badan 2013 dan RLPTB ≥0,47;
Tinggi Badan Kuesioner RKD.IND transformasi data 0,50; 0,51
(RLPTB) K04a dan K04b untuk
variabel Lingkar 2 = nilai titik potong
Pinggang RLPTB <0,47;
0,50; 0,51
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan desain

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan desain studi

yang digunakan dalam penelitian Riskesdas tahun 2013, yaitu cross

sectional. Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari penelitian

Riskesdas tahun 2013 terkait hipertensi sehingga didapatkan hasil berupa

nilai sensitivitas serta spesifisitas dari nilai titik potong RLPTB (Rasio

Lingkar Pinggang Tinggi Badan) sebagai prediktor dari kejadian hipertensi

pada orang dewasa di Indonesia.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 yang telah dilaksanakan

diseluruh Indonesia (33 provinsi) dan pengumpulan datanya dilakukan

pada tahun 2013. Sementara itu, analisis penelitian ini dilakukan pada

bulan April hingga Agustus tahun 2016 di FKIK Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

27
28

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Terdapat beberapa keterbatasan dalam pengambilan data

Riskesdas tahun 2013, yaitu terdapat blok sensus (BS) yang tidak

terjangkau atau terjadi konflik di wilayah tersebut, rumah tangga yang

tidak dijumpai, anggota rumah tangga yang tidak bisa diwawancarai

karena tidak ada ditempat sampai waktu pengumpulan data selesai.

Oleh karena itu, pada Riskesdas 2013 populasi berasal dari 11.986

blok sensus (BS), 294.959 rumah tangga (RT) dan 1.027.763 anggota

rumah tangga (Kemenkes, 2013). Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh total sampel dari Riskesdas tahun 2013 yang berusia ≥18 tahun

yang berjumlah 651.554 responden.

2. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini merupakan seluruh responden

Riskesdas tahun 2013 yang berusia ≥18 tahun yang diukur tekanan

darahnya. Namun untuk keperluan analisis dalam penelitian ini, maka

terdapat beberapa kriteria inklusi dan ekslusi. Adapun kriteria inklusi

dan ekslusi pada sampel penelitian ini adalah:

a. Kriteria Inklusi

1) Responden yang diukur tekanan darah

2) Responden yang diukur tinggi badan

3) Responden yang diukur lingkar pinggang


29

b. Kriteri Ekslusi

1) Responden yang sedang hamil

2) Data responden tidak lengkap (missing data)

Setelah melakukan proses cleaning data terjadi perubahan

jumlah data responden yang dianalisis. Hal ini dikarenakan adanya

data missing pada beberapa variabel serta penyesuaian dengan kriteria

inklusi dan ekslusi. Pada variabel pengukuran tekanan darah dilakukan

cleaning data dikarenakan terdapat responden yang tidak melakukan

pengukuran tekanan darah pertama maupun pengukuran tekanan darah

yang kedua serta terdapat data missing pada variabel pengukuran

tekanan darah. Setelah melakukan proses cleaning data pada variabel

pengukuran tekanan darah data yang dianalisis berjumlah 618.610

responden.

Selanjutnya terjadi proses cleaning data pada variabel tinggi

badan. Hal ini dikarenakan terdapat 4.447 orang tidak diukur tinggi

badannya. Oleh karena itu jumlah data yang dianalisis berkurang

kembali menjadi 614.163 responden. Proses cleaning juga terjadi pada

variabel lingkar pinggang dikarenakan terdapat 12.745 responden yang

tidak diukur lingkar pinggang dan terdapat missing data sebanyak

7.054 responden sehingga jumlah data yang dianalisis berkurang

kembali.
30

Pada kriteria ekslusi, peneliti memasukan variabel status

kehamilan sebagai salah satu kriteria eksklusi. Hal ini dikarenakan

pada masa kehamilan terjadi perubahan ukuran lingkar pinggang

seseorang, maka dari itu variabel tersebut perlu untuk di keluarkan.

Pada awal proses filter data diketahui ada 7.429 WUS yang sedang

hamil. WUS yang sedang hamil termasuk kedalam kriteria ekslusi

penelitian, namun berdasarkan laporan Riskesdas 2013 diketahui

bahwa WUS yang sedang hamil tidak diukur lingkar pinggangnya,

sehingga variabel tersebut sudah diekslusi bersamaan dengan data

pengukuran lingkar pinggang. Setelah proses cleaning sudah selesai,

maka didapatkan jumlah responden yang akan dianalisis sebanyak

594.364 responden yang terdiri dari 287.569 laki-laki dan 306.795

perempuan. Adapun alur pengambilan sampel dapat dilihat pada bagan

3 dibawah ini:
31

Bagan 3. Alur Pengambilan Sampel

Total populasi responden


RISKESDAS 2013 usia ≥18 tahun
(651.544)

Ekslusi responden yang tidak


diukur TD pertama (4.423) dan
TD kedua (28.521)

Responden yang diukur tekanan


darah sebanyak 618.610

Ekslusi responden yang tidak


diukur tinggi badan (4.447),
lingkar pingggang (12.745) dan
hamil (7.429)
Total sampel yang dianalisis
sebanyak 594.364 responden yang
D. Metode
terdiri Pengumpulan
dari 287.569 laki-lakiData
dan
306.795 perempuan

Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil Riskesdas tahun

2013. Data diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

(Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Instrumen

yang digunakan untuk mengumpulkan data dari Riskesdas 2013 telah

melalui uji coba instrumen yang dilakukan oleh peneliti Badan Litbangkes,

akademisi dan organisasi profesi serta proses validasi yang dilakukan oleh

tim dari Universitas Indonesia, Universitas Airlangga dan Universitas

Hasanuddin). Adapun instrumen yang digunakan adalah kuesioner rumah


32

tangga (Kuesioner RKD13.RT) dan kuesioner individu (Kuesioner

RKD13.IND) (Kemenkes RI, 2013b).

Pengumpulan data untuk rumah tangga dilakukan dengan tekniik

wawancara menggunkan kuesioner RKD13.RT dan Pedoman Pengisian

Kuesioner. Pada pengumpulan data rumah tangga respondennya

merupakan Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga atau ART (anggota

rumah tangga) yang dapat memberikan informasi. Dalam kuesioner

RKD13.RT terdapat keterangan tentang apakah seluruh anggota rumah

tangga diwawancara langsung, didampingi, diwakili atau sama sekali tidak

diwawancara (Kemenkes RI, 2013).

Sementara itu, pengumpulan data individu pada berbagai kelompok

umur yang merupakan anggota rumah tangga menggunakan teknik

wawancara dengan instrumen berupa kuesioner RKD13.IND dan Pedoman

Pengisian Kuesioner. Pada pengumpulan data tinggi badan, lingkar

pinggang dan tekanan darah dilakukan dengan metode pengukuran

menggunakan alat – alat yang telah dikalibrasi dan enumerator yang

melakukan pengukuran juga telah mendapatkan pelatihan sebelumnya.

Selain itu, para enumerator juga dibekali dengan buku pedoman

pengukuran (Kemenkes RI, 2013).


33

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesiner

yang digunakan pada saat penelitian Riskesdas tahun 2013 berlangsung,

yaitu kuesioner individu (RKD13.IND) dan kuesioner rumah tangga

(RKD13.RT). Pada kuesioner RKD13.IND dan RKD13.RT, data yang

dibutuhkan pada penelitian ini disesuaikan dengan variabel yang diteliti

serta kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan, yaitu:

1. Hipertensi

Data hipertensi diketahui melalui hasil pengukuran tekanan

darah responden Riskesdas 2013. Pengukuran tekanan darah

dilakukan sebanyak 2 kali oleh enumerator yang terlatih. Namun

apabila terdapat perbedaan tekanan darah sebesar >10 mmHg

antara pengukuran tekanan darah pertama dan pengukuran tekanan

darah kedua maka dilakukan pengukuran tekanan darah ketiga.

Kemudian peneliti menghitung nilai rata-rata dari pengukuran

tekanan darah dan kemudian diklasifikasikan berdasarkan kriteria

JNC VII (2003). Pada variabel pengukuran tekanan darah yang

ketiga, peneliti melakukan pengecekan data secara manual untuk

mengetahui apakah ada kesalahan input oleh enumerator.

Tekanan darah diukur menggunakan alat tensimeter digital

merek Omron tipe IA1 yang telah dikalibrasi sebelumnya dan

pengukuran tekanan darah yang dilakukan disesuaikan dengan


34

buku pedoman. Data tekanan darah terletak pada kuesioner

individu (RKD13.IND) Blok XII-B.

2. Lingkar Pinggang

Data lingkar pinggang diukur dengan satu alat medline

yang didisain untuk mengukur lingkar lengan dan lingkar perut.

Seluruh pengukuran antropometri dilakukan dengan menggunakan

pedoman pengukuran. Data lingkar pinggang tercatum pada

kuesioner individu (RKD13.IND) pada blok XI-K (Kemenkes RI,

2013). Data lingkar pinggang yang ada akan diubah menjadi

variabel baru bersama dengan data tinggi badan menjadi variabel

Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan (RLPTB).

3. Tinggi Badan

Variabel tinggi badan diukur dengan alat ukur tinggi badan

multifungsi dengan kapasitas ukur dua meter dan ketelitian 0,1 cm.

Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan

pedoman pengukuran. Data pengukuran tinggi badan tercantu,

pada kuesioner individu (RKD13.IND) pada blok IX-K (Kemenkes

RI, 2013). Data tinggi badan yang kemudian akan diubah menjadi

variabel baru dengan data lingkar badan menjadi variabel Rasio

Lingkar Pinggang Tinggi Badan (RLPTB).


35

4. Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan

Data Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan (RLPTB) ini

didapatkan melalui hasil perhitungan ukuran lingkar pinggang

dibagi dengan ukuran tinggi badan. Data pengukuran lingkar

pinggang dan tinggi badan didapatkan melalui hasil penelitian

Riskesdas 2013.

5. Jenis Kelamin

Variabel jenis kelamin diketahui melalui metode observasi

yang dilakukan oleh enumerator terhadap responden penelitian

pada saat di lapangan. Adapun data variabel jenis kelamin

tercantum pada kuesioner RKD.13.RT Blok IV tentang anggota

rumah tangga.

6. Usia

Variabel usia diketahui melalui wawancara kepada

responden. Data usia tercantum pada kuesioner RKD.13.RT Blok

IV tentang anggota rumah tangga. Responden yang dianalisis pada

penelitian ini berusia ≥18 tahun. Hal ini dikarenakan berdasarkan

kategori tekanan darah menurut JNC VII (2003) sesuai untuk

digunakan pada orang yang berusia ≥18 tahun. Usia minimal

responden dalam penelitian ini adalah 18 tahun dan maksimal usia

125 tahun.
36

7. Status Kehamilan

Data status kehamilan diketahui melalui metode wawancara

kepada responden. Data status kehamilan tercantum dalam

kuesioner RKD.13.IND.

Tabel 4 1 Data Kuesioner yang Digunakan Pada Penelitian

No. Variabel Sumber Data Kode Variabel


1. Hipertensi Kuesioner RKD13.IND K05a - K07c
2. Lingkar Pinggang Kuesioner RKD13.IND K02
3. Tinggi Badan Kuesioner RKD13.IND K04
4. Jenis Kelamin Kuesioner RKD13.RT B4K4
5. Usia Kuesioner RKD13.RT B4K7THN
6. Hamil Kuesioner RKD13.RT B4K11

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa data yang

digunakan pada kuesioner Riskesdas tahun 2013 ini disesuaikan

dengan kerangka konsep dalam penelitian ini.

F. Manajemen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahap manajemen data, yaitu:

1. Filter Data

Pada tahap ini peneliti memeriksa kembali kesesuaian dari

variabel yang peneliti butuhkan dengan variabel yang tertera dalam

kuesioner Riskesdas tahun 2013.


37

2. Cleaning Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan terhadap

variabel serta data yang tidak lengkap (missing data). Kemudian

data yang tidak lengkap serta data dari variabel yang akan dieklusi

akan dihapus pada tahap ini.

3. Recoding Data

Pada tahap ini peneliti membuat kode baru serta melakukan

pengkodean ulang terhadap variabel yang akan diteliti seperti

variabel lingkar pinggang dan tinggi badan yang akan diubah

menjadi variabel RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan).

G. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat bagaimana

karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, tinggi

badan, lingkar pinggang, RLPTB serta hasil pengukuran tekanan

darah respoden.

2. Analisis Uji Diagnostik

Analisis uji diagnostik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji tabel 2x2. Uji tabel 2x2 dilakukan untuk mendapatkan

nilai sensitivitas dan spesifisitas dari beberapa nilai titik potong


38

RLPTB. Hasil tersebut bertujuan untuk mengetahui nilai titik

potong RLPTB yang memiliki nilai sensitivitas serta spesifisitas

paling baik sebagai prediktor dari kejadian hipertensi pada

penduduk dewasa di Indonesia tahun 2013. Setelah nilai RLPTB

diketahui, maka hasil ukur tersebut dikategorikan ke dalam kode 1

dan 2, dimana kode 1 merupakan kategori untuk responden yang

memiliki nilai RLPTB ≥ nilai titik potong yang diuji (titik potong

0,47; 0,50 dan 0,51) dan kode 2 untuk responden yang memiliki

nilai RLPTB < nilai titik potong yang diuji (titik potong 0,47; 0,50

dan 0,51).

Adapun nilai sensitivitas dan spesifisitas didapatkan

melalui hasil perhitungan dari rumus berikut ini:

Tabel 4 2 Uji Diagnosis Tabel 2x2

Baku Emas
Positif Negatif
Positif a b a+b
Indeks
Negatif c d c+d
a+c b+d

1) Rumus Sensitivitas = a:(a+c)

2) Rumus Spesifisitas = d:(b+d)


BAB V

HASIL

A. Karakteristik Responden Penelitian

Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 5.1 Karakteristik Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan jenis


Kelamin Tahun 2013

Jenis Median
Jumlah
Kelamin Usia TB LP RLPTB TDS TDD
Laki-laki 287.569 41 162,40 77,00 0,47 123,50 80,00
Perempuan 306.795 40 151,60 78,10 0,51 121,50 81,33

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, diketahui bahwa nilai median usia

responden laki-laki adalah 41 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa 50%

responden laki-laki berusia dibawah 41 tahun dan 50% lainnya berusia

diatas 41 tahun. Selain itu, 50% responden laki-laki memiliki nilai RLPTB

dibawah 0,47 dan 50% responden laki-laki memiliki nilai RLPTB diatas

0,47. Sementara itu, nilai median usia responden perempuan adalah 40

tahun, hal ini menunjukkan bahwa 50% responden perempuan berusia

dibawah 40 tahun dan 50% lainnya berusia diatas 40 tahun. Selain itu,

50% responden perempuan memiliki nilai RLPTB dibawah 0,51 dan 50%

responden perempuan memiliki nilai RLPTB diatas 0,51 tahun.

39
40

Selain itu, karakteristik responden berdasarkan kelompok usia

dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini:

Tabel 5.2 Karakteristik Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan Kelompok


Usia tahun 2013

Kelompok Median
Jumlah
Usia TB LP TDS TDD RLPTB
Laki-laki
18 – 27 59.131 163,80 73,00 119,00 73,00 0,44
28 – 37 63.448 163,50 77,50 121,00 77,50 0,47
38 – 47 67.358 163,00 79,00 123,67 79,00 0,48
48 – 57 52.100 162,00 79,00 128,50 82,00 0,48
58 – 67 29.039 160,00 77,00 133,50 82,66 0,48
68 – 77 12.525 158,50 74,10 140,00 82,50 0,47
≥78 3.968 156,70 73,00 142,00 82,50 0,46
Perempuan
18 – 27 57.822 153,00 73,00 111,50 77,00 0,47
28 – 37 74.194 152,30 79,00 117,50 80,00 0,51
38 – 47 74.265 152,00 81,00 123,50 83,00 0,53
48 – 57 53.516 151,00 80,50 130,50 84,50 0,53
58 – 67 28.474 149,50 78,00 138,50 85,50 0,52
68 – 77 13.571 147,10 74,00 146,00 85,50 0,50
≥78 4.953 145,10 70,20 149,00 85,00 0,48

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa pada responden laki-laki

maupun perempuan yang berusia ≥78 tahun memiliki rata-rata tekanan

darah sistolik (TDS) tertinggi dibandingkan dengan kelompok usia

lainnya, baik pada responden laki-laki maupun responden perempuan.

Selain itu, responden laki-laki usia 18-27 tahun memiliki niai median

RLPTB terendah yaitu 0,44 dan responden perempuan usia 38-57 tahun

memiliki nilai median RLPTB tertinggi yaitu 0,53.

Adapun status hipertensi pada responden dapat dilihat pada tabel

5.3 berikut ini:


41

Tabel 5.3 Status Hipertensi Pada Orang Dewasa di Indonesia Berdasarkan


Jenis Kelamin

Hipertensi
Jenis Total
Ya Tidak
Kelamin N (%)
n (%) n (%)
287.569
Laki-laki 70.482 (24,51%) 217.087 (75,49%)
(100%)
306.795
Perempuan 94.141 (30,69%) 212.654 (69,31%)
(100%)

Berdasarkan tabel 5.3 diatas, diketahui bahwa jumlah responden

laki-laki yang mengalami hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 adalah

24,51% dan responden perempuan yang mengalami hipertensi sebanyak

30,69%.

B. Nilai Sensitivitas Titik Potong 0,47 dan 0,50 RLPTB Pada Laki – laki

Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Nilai sensitivitas dari titik potong 0,47 dan 0,50 RLPTB pada laki-

laki dewasa di Indonesia dapat diketahui melalui hasil analisis dari uji

diagnostik tabel 2x2. Adapun hasil uji tabel 2x2 dari titik potong 0,47

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5 4 Tabel 2x2 Titik Potong 0,47 RLPTB Dengan Status Hipertensi
Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Status Hipertensi
Total
Ya Tidak
≥0,47 45.833 103.642 149.475
RLPTB
<0,47 24.649 113.445 138.094
0,47
Total 70.482 217.087 287.569
Sensitivitas : (45.833/ 70.482) x 100% = 65,02 %
42

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa titik potong 0,47 dari

RLPTB memiliki nilai sensitivitas 65,02% Nilai tersebut menunjukkan

bahwa titik potong 0,47 RLPTB dapat menyaring 65,02% responden laki-

laki yang positif hipertensi dari total responden laki-laki yang benar-benar

mengalami hipertensi. Sementara itu, hasil uji tabel 2x2 untuk titik potong

0,50 RLPTB dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.5 Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada
Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Status Hipertensi
Total
Ya Tidak
≥0,50 33.053 61.897 94.950
RLPTB
<0,50 37.429 155.190 192.619
0,50
Total 70.482 217.087 287.569
Sensitivitas = (33.053/ 70.482) x 100% = 46,89%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai senstivitas dari titik

potong 0,50 RLPTB pada responden laki-laki adalah 46,89%. Nilai

tersebut menunjukkan bahwa titik potong 0,50 RLPTB dapat menyaring

46,89% responden laki-laki yang positif hipertensi dari total responden

perempuan yang benar-benar tidak mengalami hipertensi.

C. Nilai Spesifisitas Titik Potong 0,47 dan 0,50 RLPTB Pada Laki-laki

Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Nilai spesifisitas dari titik potong 0,47 dan 0,50 RLPTB pada

responden laki-laki di Indonesia dapat diketahui melalui hasil analisis dari


43

uji diagnostik tabel 2x2. Adapun hasil uji tabel 2x2 dari titik potong 0,47

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.6 Tabel 2x2 Titik Potong 0,47 RLPTB Dengan Status Hipertensi
Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Status Hipertensi
Total
Ya Tidak
≥0,47 45.833 103.642 149.475
RLPTB
<0,47 24.649 113.445 138.094
0,47
Total 70.482 217.087 287.569
Spesifisitas : (113.445/217.087) x 100% = 61,47%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai spesifisitas titik

potong 0,47 RLPTB pada responden laki-laki dewasa adalah 61,47%.

Nilai tersebut menunjukkan bahwa titik potong 0,47 RLPTB dapat

menyaring 61,47% responden yang negatif hipertensi dari total responden

yang bena-benar tidak mengalami hipertensi.

Tabel 5.7 Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi
Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013
Status Hipertensi Total
Ya Tidak
≥0,50 33.053 61.897 94.950
RLPTB
<0,50 37.429 155.190 192.619
0,50
Total 70.482 217.087 287.569
Spesifisitas : (155.190/ 217.087) x 100% = 71,48%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai spesifisitas titik

potong 0,50 RLPTB pada repsonden laki – laki dewasa di Indonesia

adalah 71,48%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai titik potong 0,50 dari

RLPTB mampu menyaring sebanyak 71,48% responden negatif hipertensi

dari total responden yang benar-benar tidak mengalami hipertensi.


44

D. Nilai Sensitivitas Titik Potong 0,50 dan 0,51 RLPTB Pada Perempuan

Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Nilai sensitivitas dari titik potong 0,50 dan 0,51 RLPTB pada

responden perempuan dewasa di Indonesia dapat diketahui melalui hasil

analisis dari uji diagnostik tabel 2x2. Adapun hasil uji tabel 2x2 dari titik

potong 0,50 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.8 Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada
Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Status Hipertensi
Total
Ya Tidak
≥0,50 66.618 112.200 178.818
RLPTB
<0,50 27.523 100.454 127.977
0,50
Total 94.141 212.654 306.795
Sensitivitas = (66.618/ 94.141) x 100% = 70,76%

Berdasarkan hasil uji tabel 2x2 diatas, diketahui bahwa nilai

sensitivitas titik potong 0,50 RLPTB pada responden perempuan dewasa

di Indonesia adalah 70,76%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa titik

potong 0,50 RLPTB dapat menyaring 70,76% responden perempuan yang

positif hipertensi dari total responden yang benar-benar mengalami

hipertensi. Sementara itu, nilai sensitivitas dari titik potong 0,51 RLPTB

pada responden perempuan di Indonesia dapat dilihat pada berikut ini:


45

Tabel 5.9 Tabel 2x2 Titik Potong 0,51 RLPTB dengan Status Hipertensi Pada
Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Status Hipertensi
Total
Ya Tidak
≥0,51 62.249 98.692 160.941
RLPTB
<0,51 31.892 113.962 145.854
0,51
Total 94.141 212.654 306.795
Sensitivitas = (62.249/ 94.141) x 100% = 66,12%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai sensitivitas titik

potong 0,50 RLPTB pada responden perempuan adalah 66,12%. Nilai

tersebut menunjukkan bahwa titik potong 0,51 RLPTB dapat menyaring

66,12% responden perempuan yang positif hipertensi dari total responden

perempuan yang benar-benar mengalami hipertensi.

E. Nilai Spesifisitas Titik Potong 0,50 dan 0,51 RLPTB Pada Perempuan

Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Nilai spesifisitas dari titik potong 0,50 dan 0,51 RLPTB pada

responden perempuan di Indonesia dapat diketahui melalui hasil analisis

dari uji diagnostik tabel 2x2. Adapun hasil uji tabel 2x2 dari titik potong

0,50 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.10 Tabel 2x2 Titik Potong 0,50 RLPTB dengan Status Hipertensi
Pada Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Status Hipertensi
Total
Ya Tidak
≥0,50 66.618 112.200 178.818
RLPTB
<0,50 27.523 100.454 127.977
0,50
Total 94.141 212.654 306.795
Spesifisitas = (100.454/ 212.654) x 100% = 47,23%
46

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai spesifisitas titik

potong 0,50 RLPTB pada responden perempuan adalah 47,23%. Nilai

tersebut menunjukkan bahwa titik potong 0,50 RLPTB dapat menyaring

47,23% responden perempuan yang negatif hipertensi dari total responden

perempuan yang benar-benar tidak mengalami hipertensi. Sementara itu,

nilai spesifisitas titik potong 0,51 pada responden perempuan dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.11 Tabel 2x2 Titik Potong 0,51 RLPTB dengan Status Hipertensi
Pada Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Status Hipertensi
Total
Ya Tidak
≥0,51 62.249 98.692 160.941
RLPTB
<0,51 31.892 113.962 145.854
0,51
Total 94.141 212.654 306.795
Spesifisitas = (113.962/ 212.654) x 100% = 53,59%

Berdasarkan tabel 5.8 diatas diketahui bahwa titik spesifisitas dari

titik potong 0,51 RLPTB pada responden perempuan adalah 53,59%. Nilai

tersebut menunjukkan bahwa titik potong 0,51 RLPTB dapat menyaring

53,59% responden perempuan yang negatif hipertensi dari total responden

perempuan yang benar-benar tidak mengalami hipertensi.


47

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang berpengaruh kepada

hasil penelitian. Hal ini dikarenakan peneliti menggunakan data sekunder

dari hasil penelitian Riskesdas tahun 2013. Pada saat pengumpulan data

tekanan darah, tinggi badan dan lingkar pinggang memungkinkan terjadi

bias pengukuran. Bias pengukuran dapat terjadi karena kesalahan

pengukuran oleh enumerator dan alat pengukuran yang digunakan.

Kesalahan tersebut meliputi posisi responden serta peletakan alat yang

tidak sesuai pada saat dilakukannya pengukuran, terutama pada tensi meter

digital yang digunakan untuk mengukur tekanan darah yang sangat

tergantung pada posisi responden, baterai dan serta letak manset pada saat

pengukuran.

Untuk mengatasi hal tersebut maka sebelum dilakukan

pengumpulan data Riskesdas 2013 telah dilakukan pelatihan terhadap

enumerator serta telah dilakukan uji coba terhadap instrumen yang akan

digunakan, yaitu tensi meter digital, alat ukur lingkar pinggang dan alat

ukur tinggi badan. Selain itu, selama pengumpulan data berlangsung, para

enumerator juga dibekali dengan buku pedoman pengumpulan data serta


48

dilakukannya peggantian baterai tensi meter digital pada setiap pergantian

Blok Sensus.

Selain itu, keterbatasan dalam penelitian ini adalah adanya

perbedaan rentang usia responden yang cukup jauh. Pada penelitian ini,

rentang usia responden laki-laki adalah 18 – 125 tahun dan rentang usia

responden perempuan adalah 18 – 120 tahun. Rentang usia yang cukup

jauh tersebut menimbulkan distribusi data pada penelitian ini tidak normal.

Sehingga untuk mengatasi hal tersebut, peneliti menggunakan nilai median

untuk mendeskripsikan karakteristik responden dalam penelitian ini. Hal

ini dikarenakan nilai median merupakan nilai yang tidak dipengaruhi oleh

nilai ekstrim karena mengabaikan nilai beda yang besar.

B. Karakteristik Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini merupakan sampel dari Riskesdas

tahun 2013 yang berusia ≥18 tahun. Sebelum melakukan analisis, peneliti

menetapkan beberapa kriteria inklusi dan ekslusi sampel. Populasi dari

penelitian berjumlah 651.554 responden, dan setelah disesuaikan dengan

kriteria inklusi dan ekslusi, total sampel yang dianalisis berjumlah 594.364

responden yang terdiri atas 287.569 laki-laki dan 306.795 perempuan.

Pada responden laki-laki maupun perempuan terjadi peningkatan

rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sesuai dengan bertambahnya

usia responden. Menurut Rahajeng dan Tuminah (2009), meningkatnya

risiko hipertensi sejalan dengan peningkatan usia seseorang, dimana


49

seseorang yang berusia lanjut memiliki risiko 11,5 kali untuk terkena

hipertensi. Namun, tekanan darah sistolik pada orang yang berusia lanjut

cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah diastoliknya,

hal ini dapat terjadi akibat dari proses penuaan, akumulasi kolagen,

kalsium serta degradasi elastin pada arteri. Pada saat seseorang berusia

lanjut, maka terjadi kekakuan aorta yang akan meningkatkan tekanan

darah sistolik dan pengurangan volume aorta yang pada akhirnya

mengakibatkan penurunan tekanan darah diastolik (Kemenkes, 2013c).

Nilai median RLPTB (Rasio Lingkar Pinggang Tinggi Badan)

untuk responden laki-laki adalah 0,47 dan 0,52 untuk responden

perempuan. Perbedaan yang cukup jauh antara nilai rata-rata RLPTB ini

dikarenakan adanya perbedaan nilai median lingkar pinggang dan tinggi

badan antara responden laki–laki dan perempuan. Responden perempuan

memiliki ukuran tinggi badan yang lebih pendek yaitu 151,60 cm

dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki nilai median tinggi badan

162,40 cm. Namun, responden perempuan memiliki ukuran lingkar

pinggang yang lebih besar yaitu 78,10 cm dibandingkan dengan responden

laki–laki yang memiliki ukuran lingkar pinggang 77,00 cm. Oleh karena

itu, responden perempuan memiliki nilai rata-rata RLPTB yang lebih besar

dibandingkan dengan responden laki-laki.

Laki-laki dewasa memiliki tubuh yang kurus dan massa otot yang

lebih besar serta masa lemak yang lebih rendah daripada perempuan

setelah menyesuaikan perbedaan tinggi badan. Umumnya tingkat jaringan


50

adiposa pada perempuan lebih besar, yaitu 20-30% dibandngkan dengan

laki-laki yang hanya 12-20. Perbedaan keseluruhan tubuh dipengaruhi oleh

banyaknya perbedaan distribusi jaringan tubuh. Laki-laki memiliki massa

otot yang besar, tulang yang lebih kuat dan besar serta berkurangnya

lemak pada tungkai. Sementara itu, perempuan memiliki lebih banyak

distribusi lemak disekeliling tubuh pada usia dewasa muda. Perbedaan

jenis kelamin pada komposisi tubuh terutama disebabkan oleh hormon

seks steroid yang membawa dimorfisme selama perkembangan pada masa

pubertas (Stevens dkk, 2010). Selain itu, perempuan pada usia 18-84 tahun

memiliki kelebihan jaringan adiposa subkutan abdominal sebanyak 1,8 kg

di dalam lingkar pinggangnya dibandingkan dengan laki-laki (Kuk dkk,

2005) sehingga ukuran lingkar pinggang pada perempuan lebih lebih besar

daripada laki-laki.

Berdasarkan status hipertensi, diketahui bahwa persentase

hipertensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.

Prevalensi hipertensi pada perempuan sebesar 30,69% dan 24,51% pada

laki-laki. Pada usia 40-55 tahun perempuan akan lebih rentan dan berisiko

untuk terkena penyakit yang disebabkan oleh bertambahnya usia serta

terjadinya premenopause yang mengakibatkan perempuan cenderung

memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan laki-laki, hal ini

dikarenakan penurunan kadar hormon estrogen yang dapat melindungi

perempuan dari penyakit kardiovaskular karena produksi hormon estrogen


51

yang menurun dapat meningkatkan tekanan darah (Korneliani dan Meida,

2012; Casey dan Benson, 2006).

C. Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong 0,47 dan 0,50 RLPTB

Pada Laki-laki Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Berdasarkan hasil uji tabel 2x2 terhadap titik potong 0,47 pada

responden laki-laki dewasa di Indonesia, didapatkan nilai sensitivitas

65,02% dan nilai spesifisitas 61,47%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa

titik potong 0,47 dapat mendeteksi 65,02% responden laki-laki yang

berstatus hipertensi dan dapat mendeteksi 61,47% responden laki-laki

yang berstatus tidak hipertensi. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan

penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Meilani (2012), dimana

titik potong 0,47 RLPTB pada laki-laki di wilayah urban menghasilkan

nilai sensitivitas 62,10% dan spesifisitas 56,99%. Penelitian lainnya yang

juga mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Yulestari (2015) pada penduduk usia dewasa di Pulau Jawa yang

menghasilkan nilai titik potong optimal 0,4705 RLPTB sebagai alat

skrining dari hipertensi pada laki-laki dewasa di Indonesia dengan nilai

sensitivitas 68,0% dan spesifisitas 52,8%.

Sementara itu, titik potong 0,50 RLPTB memiliki nilai sensitivitas

dan spesifisitas yang berbeda dengan titik potong 0,47; dimana nilai

sensitivitas dan spesifisitas dari titik potong 0,50 pada responden laki-laki

dewasa di Indonesia adalah 46,89% dan 71,48%. Namun, hasil penelitian


52

ini berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Lam BCC

dkk (2015) pada laki-laki dewasa di Singapura, dimana titik potong 0,501

RLPTB sebagai prediktor dari hipertensi memiliki nilai sensitivitas 67,6%

dan spesifisitas 61,8%. Adanya perbedaan nilai sensitivitas dan spesifisitas

dari titik potong 0,47 dan 0,50 dikarenakan adanya perbedaan karakteristik

responden di masing-masing penelitian. Dimana responden laki-laki

dewasa di Indonesia memiliki nilai rata-rata RLPTB yang lebih kecil

dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di negara lain yang

akhirnya mempengaruhi hasil dari nilai sensitivitas dan spesifisitas dari

RLPTB.

Ashwell (2011) menyatakan bahwa pada titik potong ≥0,5 telah

terjadi distribusi lemak viseral dan pada titik potong ≥0,6 telah terjadi

obesitas sentral. Ashwell dkk (2012) dan Browning (2010) menyatakan

bahwa titik potong 0,50 merupakan alat skrining terbaik untuk hipertensi

dibandingkan dengan IMT dan LP pada laki-laki dan perempuan mulai

dari usia >5 tahun. Namun pada responden laki-laki dewasa rekomendasi

titik potong 0,50 kurang cocok untuk digunakan sebagai alat skrining guna

memprediksi kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di Indonesia.

Karena berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa pada responden

laki-laki dewasa di setiap kelompok umur memiliki nilai rata-rata RLPTB

<0,50. Adapun hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang

menghasilkan titik potong 0,47 sebagai titik potong optimal RLPTB untuk
53

laki-laki di Indonesia sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Meilani

(2012) dan Yulestari (2015).

Berdasarkan nilai sensitivitas dan spesifisitas titik potong 0,47 dan

0,50 RLPTB, peneliti berpendapat bahwa titik potong 0,47 lebih baik

untuk digunakan sebagai prediktor kejadian hipertensi. Hal ini

dikarenakan titik potong 0,47 memiliki nilai sensitivitas yang lebih baik

dibandingkan dengan titik potong 0,50 untuk memprediksi kejadian

hipertensi pada laki-laki dewasa di Indonesia, dimana mengingat tujuan

dari dilakukannya uji diagnostik pada penelitian ini adalah untuk

keperluan skrining, maka nilai sensitivitas yang dihasilkan harus sangat

tinggi meskipun spesifisitasnya sedikit rendah. Skrining yang dilakukan

bertujuan untuk mencari penyakit pada subyek yang asimptomatik, untuk

kemudian dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut agar diagnosis dini

dapat ditegakkan (Sastroasmoro dan Ismael, 2014).

Selain itu, peneliti juga berpendapat bahwa pada laki-laki dewasa

di Indonesia yang memiliki nilai RLPTB ≥0,47 untuk melakukan

pemeriksaan tekanan darah. Hal tersebut bertujuan untuk diagnosis dini

dari terjadinya hipertensi pada laki-laki dewasa di Indonesia.

D. Nilai Sensitivitas dan Spesifisitas Titik Potong 0,50 dan 0,51 RLPTB

Pada Perempuan Dewasa di Indonesia Tahun 2013

Nilai sensitivitas dan spesifisitas dari titik potong 0,50 pada

responden perempuan dewasa di Indonesia adalah 70,76% dan 47,23%.


54

Nilai sensitivitas 70,76% dari titik potong 0,50 RLPTB menunjukkan

bahwa titik potong 0,50 dari RLPTB dapat menyaring 70,76% responden

perempuan yang benar-benar berstatus hipertensi. Sementara itu, nilai

spesifisitas 47,23% dari titik potong 0,50 RLPTB menunjukkan bahwa

titik potong 0,50 dari RLPTB dapat menyaring 47,23% responden

perempuan yang benar – benar berstatus tidak hipertensi.

Titik potong 0,51 RLPTB memiliki nilai sensitivitas dan

spesifisitas yang berbeda pada responden perempuan, yaitu 66,12% dan

53,59%. Nilai sensitivitas 66,12% dari titik potong 0,51 RLPTB

menunjukkan bahwa titik potong 0,51 RLPTB dapat menyaring 66,12%

responden yang benar-benar berstatus hipertensi. Sementara itu, nilai

spesifisitas 53,59% dari titik potong 0,51 RLPTB menunjukkan bahwa

titik potong 0,51 RLPTB dapat menyaring 53,59% responden perempuan

yang benar-benar berstatus tidak hipertensi.

Hasil penelitian yang hampir sama juga ditemukan pada penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya oleh Meilani (2012) pada perempuan

dewasa di wilayah urban Indonesia, dimana titik potong optimal RLPTB

yang dihasilkan adalah 0,51 dengan nilai sensitivitas 61,82% dan

spesifisitas 60,98%. Pada penelitian yang dilakukan di Korea (Park dkk,

2009) juga didapatkan titik potong optimal 0,51 RLPTB untuk perempuan

dengan nilai sensitivitas 76,6% dan spesifisitas 67,4%. Namun pada

penelitian yang dilakukan di China (Zeng dkk, 2014) ditemukan titik

potong optimal RLPTB yang berbeda dan lebih rendah untuk perempuan,
55

yaitu 0,49 dengan nilai sensitivitas 73,3% dan spesifisitas 73,0%. Hasil

penelitian yang berbeda juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan di

Singapura oleh Lam BCC dkk (2015) dimana nilai titik potong optimal

RLPTB pada perempuan adalah 0,531 dengan nilai sensitivitas 61,0% dan

spesifisitas 81,6%.

Berdasarkan nilai sensitivitas dan spesifisitas yang dihasilkan dari

uji tabel 2x2 pada titik potong 0,50 dan 0,51 RLPTB pada perempuan

dewasa di Indonesia, peneliti berpendapat bahwa titik potong 0,50

merupakan titik potong RLPTB yang paling baik untuk digunakan sebagai

alat skrining hipertensi pada perempuan dewasa di Indonesia. Hal ini

dikarenakan titik potong 0,50 RLPTB memiliki nilai sensitivitas yang

lebih tinggi dibandingkan dengan titik potong 0,51 yaitu 70,76% meskipun

nilai spesifisitas dari titik potong 0,50 lebih rendah daripada spesifisitas

titik potong 0,51, yaitu 47,23%. Menurut Sastroasmoro dan Ismael (2014)

uji diagnostik yang akan digunakan untuk keperluan skrining harus

memiliki nilai sensitivitas yang sangat tinggi meskipun nilai

spesifisitasnya sedikit rendah.

Ashwell dkk (2012) serta Browning dkk (2010) juga

merekomendasikan nilai titik potong 0,50 dari RLPTB sebagai alat

skrining hipertensi terbaik yang dapat digunakan secara global

dibandingkan dengan IMT dan LP berdasarkan nilai AUC 0,704. Menurut

Ashwell (2011) pada titik potong ≥0,50 telah terjadi distribusi lemak

sentral. Pada penelitian ini, diketahui bahwa responden perempuan di


56

setiap kelompok usia memiliki rata-rata nilai RLPTB >0,50 setelah usia

>27 tahun kecuali pada usia ≥78 tahun yang memiliki nilai rata-rata

RLPTB <0,50 sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi lemak viseral

pada perempuan dewasa di Indonesia terjadi pada usia >27 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti juga berpendapat bahwa

pada perempuan dewasa di Indonesia yang memiliki nilai RLPTB ≥0,50

maka perlu melakukan pengecekan tekanan darah untuk diagnosis dini

dari terjadinya hipertensi pada perempuan dewasa di Indonesia.


BAB VII

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan, yaitu:

1. Responden laki-laki memiliki nilai median RLPTB yang lebih

rendah dibandingkan dengan nilai RLPTB perempuan, yaitu 0,47

dan 0,51. Responden perempuan memiliki persentase hipertensi

lebih tinggi yaitu 30,69% dibandingkan dengan hipertensi pada

responden laki-laki yaitu 24,51%.

2. Pada responden laki-laki nilai titik potong 0,47 RLPTB memiliki

nilai sensitivitas 65,02% dan nilai spesifisitas 61,47%. Sementara

itu, nilai titik potong 0,50 memiliki nilai sensitivitas 46,89% dan

spesifisitas 71,48% pada responden laki-laki..

3. Pada responden perempuan nilai titik potong 0,50 RLPTB

memiliki nilai sensitivitas 70,76% dan spesifisitas 47,23%.

Sementara itu, nilai 0,51 memiliki nilai sensitivitas 66,12% dan

spesifisitas 53,59% pada responden perempuan.

57
58

B. Saran

1. Bagi peneliti lain

Berdasarkan hasil penelitian, ada baiknya peneliti selanjutnya

mempertimbangkan hasil keluaran lainnya dari uji diagnostik tabel 2x2

seperti nilai duga positif (NDP), nilai duga negatif (NDN), rasio

kemungkinan positif (RKP) dan rasio kemungkinan negatif (RKN)

serta melakukan uji diagnostik lebih lanjut seperti analisis ROC

(Receiver Operating Characteristic) untuk menentukan titik potong

optimal dari RLPTB sebagai prediktor dari kejadian hipertensi pada

penduduk dewasa di Indonesia.

2. Bagi Kementrian Kesehatan RI

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti ingin memberikan

masukan kepada Kementrian Kesehatan RI untuk memberikan

himbauan kepada laki-laki yang memiliki nilai RLPTB ≥0,47 dan

perempuan yang memiliki nilai RLPTB ≥0,50 untuk melakukan

pengukuran tekanan darah sebagai langkah diagnosis dini dari

hipertensi di tempat pelayanan kesehatan terdekat seperti Posbindu

PTM.
DAFTAR PUSTAKA

Ashwell, Margaret. 2009. Obesity Risk: Importance of The Waist-to-height Ratio.


Nursing Standard, 17 juni 2009, vol.23 no. 41, 49-54

Ashwell, Margaret. 2011. Charts Based on Body Mass Index and Waist-to-Height
Ratio to Assess the Health Risks of Obesity: A Review. The Open Obesity
Journal, 2011, 3, 78-84

Ashwell, Margaret dkk. 2012. Waist-to-height ratio is a better screening tool than
waist circumference and BMI for adult cardiometabolic risk factors:
systematic review and meta-analysis. Obesity reviews (2012) 13, 275.–
286. doi: 10.1111/j.1467-789X.2011.00952.x

Ashwell, Margaret dan Shiun Dong Hsieh. 2005. Six Reasons Why the Wiast-to-
height Ratio is A Rapid and Effective Global Indicator for Healht Risks
of Obesity and How its Use Could Simplify the International Public
Health Message on Obesity). International Journal of Food Sciences and
Nutrition, August 2005; 56 (5): 303_/307. DOI:
10.1080/09637480500195066

Ashwell, Margaret dan Sigrid Gibson. 2009. Waist to Height Ratio Is a Simple
and Effective Screening Tool for Cardiovascular Risk Factors Analysis of
Data from the British National Diet Nutrition Survey of Adults Aged 19-
64 Years. Obes Facts 2009;2:97-103 DOI: 10.1159/000203363

Browning L, dkk. 2010. A Systematic Review of Waist-to-height Ratio As A


Screening Tool For The Prediction of Cardiovaskular Disease and
Diabetes: 0,5 Could Be A Suitable Global Boundary Value. Nutrition
Research Reviews (2010), 23, 247–269.
doi:10.1017/S0954422410000144

Chobanian, AV dkk. 2003. The JNC 7 Express The Seventh Report of The Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment
of High Blood Pressure. U.S Department of Helath And Human Service

59
60

Casey, Anggie, dan Herbert Benson. 2006. Panduan Harvard Medical School:
Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Popouler

Dahlan, M. Sopiyudin. 2009. Penelitian Diagnostik: Teori Dan Praktik Dengan


SPSS Dan Stata. Jakarta: Salemba Medika

Davey, Patrick. 2006. At A Glance Medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga

Drobatz, Kenneth J. 2009. Measure of Accuracy and Performance of Diagnostic


Tests. Journal of Veterinary Cardiology (2009) 11, S33eS40.
doi:10.1016/j.jvc.2009.03.004

Greiner, M dkk. 2000. Principles and Practical Application of The Receiver-


Operating Characteristic Analysis for Diagnostic Tests. Journal of
Veterinary Cardiology (2009) 11, S33eS40.

Guasch-Ferre, Marta dkk. 2012. Waist-to-Height Ratio and Cardiovascular Risk


Factors in Elderly Individuals at High Cardiovascular Risk. PLoS ONE
7(8): e43275. doi:10.1371/journal.pone.0043275

Harahap, Heryudarini dkk. 2005. Penggunaan Berbagai Cut-Off Indeks Massa


Tubuh Sebagai Indikator Obesitas Terkait Penyakit Degeneratif di
Indonesia. Gizi Indonesia 2005, 31

Herman, Cheryl. 2006. Clinical Pearl What Makes a Screening Exam “Good”?.
Virtual Mentor. Ethics Journal of the American Medical Association
January 2006, Volume 8, Number 1:34-37

Hsieh S dan Yoshinaga H. 1999. Do people with similar waist circumference


share similar health risks irrespective of height?. Tohoku Journal of
Experimental Medicine.188, 1, 55-60

Hsieh, SD dkk. 2003. Waist-to-height ratio, a simple and practical index for
assessing central fat distribution and metabolic risk in Japanese men and
women. International Journal of Obesity (2003) 27, 610–616
61

Huether, Sue. E dan Kathryn L. McCance. 2012. Understanding Pathophysiology


Fifth Edition. Elsevier

Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan


Obesitas pada Anak Sekolah. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Kemenkes RI. 2013a. Panduan Peringatan Hari Kesehatan Sedunia 2013 7 April
2013. Jakarta: Balitbangkes

Kemenkes RI. 2013b. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta:


Balitbangkes

Kemenkes RI. 2013c. Pedoman Teknis Dan Tatalaksana Hipertensi. Jakarta:


Kemenkes RI

Kemenkes RI. 2014. InfoDATIN: (Pusat Data dan Informasi Kementerian


Kesehatan RI) Hipertensi. Jakarta: Balitbangkes

Kotsis, V dkk. 2010. Mechanisms of Obesity-Induced Hypertension. Hypertension


Research (2010) 33, 386–393; doi:10.1038/hr.2010.9

Kuk JL, Lee S, Heymsfield SB, Ross R . 2005. Waist Circumference And
Abdominal Adipose Tissue Distribution: Influence Of Age And Sex. Am J
Clin Nutr 81, 1330–1334.

Lam BCC dkk. 2015. Comparison of Body Mass Index (BMI), Body Adiposity
Index (BAI), Waist Circumference (WC), Waist-To-Hip Ratio (WHR) and
Waist-To-Height Ratio (WHtR) as Predictors of Cardiovascular Disease
Risk Factors in an Adult Population in Singapore. PLoS ONE 10(4):
e0122985. doi:10.1371/journal.pone.0122985
62

Leblanc, Marie-Eve dan Paul Poirier. 2014. Nutrition In The Prevention And
Treatment Of Abdominal Obesity chapter 14: Blood Pressure Regulation
in Abdominal Obesity. Elseiver ISBN: 978-0-12-407869-7

Lee, Crystal Man Ying, dkk. 2008. Indices of Abdominal Obesity Are Better
Discriminators of Cardiovascular Risk Factors Than BMI: a Meta-
Analysis. Elseivier. Journal of Clinical Epidemiology 61 (2008) 646e653.
doi: 10.1016/j.jclinepi.2007.08.012

Lilly, Leonard S. 2012. Pathophysiology of Heart Disease:a Collaborative


Project of Medical Students and Faculty. Philadelphia: Lippincott
Williams Walkins, a Wolters Kluwer Business

Lilyasari O dkk. 2007. Hipertensi Dengan Obesitas: Adakah Peran Endotelin-I?.


J Kardiol Ind 2007; 28:460-475; ISSN 0126/3773

Meilani, Mira. 2012. Pendekatan Indeks Antropometri Sebagai Alat Skreening


Hipertensi Pada Orang Dewasa Di Daerah Urban (Analisis Riskesdas
2007) (Tesis). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Depok

Meseri, Reci dkk. 2013. Waist:height ratio: a superior index in estimating


cardiovascular risks in Turkish adults. Public Health Nutrition: 17(10),
2246–2252 doi:10.1017/S136898001300267X

Nurzakiah, dkk. 2010. Faktor Risiko Obesitas pada Orang Dewasa Urban dan
Rural. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 1, Agustus
2010

Park, Sung-Hee dkk. 2009. Waist Circumference and Waist-to-Height Ratio as


Predictors of Cardiovascular Disease Risk in Korean Adults. Circulation
Journal Vol.73, September 2009

Pausova, Zdenka. 2014. Nutrition In The Prevention And Treatment Of


Abdominal Obesity Chapter 9: Visceral Fat and Hypertension: Sex
Differences. Elseiver ISBN: 978-0-12-407869-7
63

Rahajeng, Ekowati dan Sulistyowati Tuminah. 2009. Prevalensi Hipertensi dan


Determinannya di Indonesia. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 12,
Desember 2009

Santoso, Budi Imam dkk. 2012. Air Bagi Kesehatan Edisi Kedua. Jakarta: Centra
Communications

Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael. 2014. Dasar – Dasar Metodologi


Penelitian Klinis Edisi ke-5. Jakarta: Sagung Seto

Sayeed, MA dkk. 2003. Waist-to-height Ratio is a Better Obesity Index than Body
Mass Index and Waist-to-hip Ratio for Predicting Diabetes,
Hypertension and Lipidemia. Bangladesh Med. Res. Counc. Bull. 2003;
29(1): 1-10

Soegih, R. Rachmad dan Kunkun K.W. 2009. Obesitas Permasalahan dan Terapi
Praktis. Jakarta: Sagung Seto

Stevens, J dkk. 2010. Association Between Gender, Age and Waist


Circumference. European Journal of Clinical Nutrition (2010) 64, 6–15

WHO. 2013. A Global Brief On Hypertension Sillent Killer, Global Public Health
Crisis. Geneva: WHO

Yulestari. 2015. Hubungan Obesitas Sentral Dengan Kejadian Hipertensi


Berdasarkan Rasio Lingkar Perut Tinggi Badan pada Penduduk Dewasa
di Pulau Jawa tahun 2013. (Tesis). Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Depok

Zeng, Qiang dkk. 2014. Optimal cut-off values of BMI, waist circumference and
waist:height ratio for defining obesity in Chinese adults. British Journal
of Nutrition (2014), 112, 1735–1744. doi:10.1017/S0007114514002657
LAMPIRAN

64
65

LAMPIRAN 1
66

LAMPIRAN 2
Kuesioner Riskesdas 2013

1) Terkait jenis kelamin, usia dan status kehamilan


67

2) Terkait pengukuran tekanan darah

3) Terkait pengukuran tinggi badan dan lingkar pinggang


68

LAMPIRAN 3

1. Output Cleaning Data Riskesdas Tahun 2013

Jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 312690 48.0 48.0 48.0

Perempuan 338864 52.0 52.0 100.0

Total 651554 100.0 100.0

a. Apakah dilakukan pengukuran tekanan darah yang pertama :

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 647131 99.3 99.3 99.3

Tidak 4423 .7 .7 100.0

Total 651554 100.0 100.0

Eksklusi tidak ukur td1 = 4.423 responden

a. Apakah dilakukan pengukuran tekanan darah yang kedua :

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 618610 100.0 100.0 100.0

Eksklusi tidak ukur td 2 dan missing = 28.521 responden

a. Apakah ART diukurTinggi/Panjang Badan?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 614163 99.3 99.3 99.3

Tidak 4447 .7 .7 100.0

Total 618610 100.0 100.0

Ekslusi tidak diukur tinggi/ panjang badan = 4.447 responden


69

a. Apakah ART diukurTinggi/Panjang Badan?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 614163 100.0 100.0 100.0

a. Apakah ART diukur Lingkar Perut

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 594364 97.9 97.9 97.9

Tidak 12745 2.1 2.1 100.0

Total 607109 100.0 100.0

Ekslusi tidak diukur lingkar perut = 12.745 responden

a. Apakah ART diukur Lingkar Perut

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 594364 100.0 100.0 100.0

Jenis kelamin * risk_Hipertensi Crosstabulation

Count

risk_Hipertensi

Hipertensi tidak hipertensi Total

Jenis kelamin Laki-laki 70482 217087 287569

Perempuan 94141 212654 306795

Total 164623 429741 594364


70

2. Output Uji Normalitas Data Responden


Descriptives

Statistic Std. Error

Umur tahun Mean 41.66 .028

95% Confidence Interval for Lower Bound 41.61


Mean
Upper Bound 41.72

5% Trimmed Mean 41.09

Median 41.00

Variance 226.967

Std. Deviation 15.065

Minimum 18

Maximum 125

Range 107

Interquartile Range 22

Skewness .437 .005

Kurtosis -.359 .009

Height (cm) Mean 162.300 .0127

95% Confidence Interval for Lower Bound 162.275


Mean Upper Bound 162.325

5% Trimmed Mean 162.433

Median 162.400

Variance 46.413

Std. Deviation 6.8127

Minimum 96.0

Maximum 199.8

Range 103.8

Interquartile Range 8.8

Skewness -.701 .005

Kurtosis 4.189 .009


71

Descriptives

Statistic Std. Error

LIPER Mean 77.716 .0187

95% Confidence Interval for Lower Bound 77.679


Mean Upper Bound 77.752

5% Trimmed Mean 77.334

Median 77.000

Variance 101.080

Std. Deviation 10.0539

Minimum 50.0

Maximum 150.0

Range 100.0

Interquartile Range 13.3

Skewness .673 .005

Kurtosis 1.004 .009

TDS_RATA2 Mean 1.2676E2 .03385

95% Confidence Interval for Lower Bound 1.2669E2


Mean Upper Bound 1.2682E2

5% Trimmed Mean 1.2535E2

Median 1.2350E2

Variance 329.569

Std. Deviation 1.81540E1

Minimum 53.50

Maximum 300.00

Range 246.50

Interquartile Range 18.00

Skewness 1.473 .005

Kurtosis 3.687 .009


72

Descriptives

Statistic Std. Error

TDD_RATA2 Mean 80.8924 .02044

95% Confidence Interval for Lower Bound 80.8524


Mean Upper Bound 80.9325

5% Trimmed Mean 80.4872

Median 80.0000

Variance 120.113

Std. Deviation 1.09596E1

Minimum 30.00

Maximum 200.00

Range 170.00

Interquartile Range 13.50

Skewness .745 .005

Kurtosis 2.121 .009

RLPTB Mean .4792 .00011

95% Confidence Interval for Lower Bound .4789


Mean Upper Bound .4794

5% Trimmed Mean .4767

Median .4727

Variance .004

Std. Deviation .06120

Minimum .28

Maximum 1.02

Range .74

Interquartile Range .08

Skewness .730 .005

Kurtosis 1.349 .009


73

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov

Statistic df Sig.

Umur tahun .058 287569 .000

Height (cm) .047 287569 .000

LIPER .057 287569 .000

TDS_RATA2 .113 287569 .000

TDD_RATA2 .062 287569 .000

RLPTB .047 287569 .000

a. Lilliefors Significance Correction


74

LAMPIRAN 4

Output Hasil

a) Output hasil analisis karakteristik responden laki-laki

Statistics

Umur tahun Height (cm) LIPER RLPTB TDS_rata2 TDD_rata2

N Valid 287569 287569 287569 287569 287569 287569

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 41.66 162.300 77.716 .4792 126.7558 80.8924

Minimum 18 96.0 50.0 .28 53.50 30.00

Maximum 125 199.8 150.0 1.02 300.00 200.00

b) Output Karakteristik responden perempuan

Statistics

Umur tahun Height (cm) LIPER RLPTB TDS_rata2 TDD_rata2

N Valid 306795 306795 306795 306795 306795 306795

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 41.72 151.582 78.774 .5203 126.4778 82.8749

Minimum 18 73.0 40.0 .28 65.00 30.00

Maximum 120 199.5 150.0 1.05 300.00 200.00

c) Output hasil tabel 2x2

Jenis kelamin * risk_Hipertensi Crosstabulation

Count

risk_Hipertensi

Hipertensi tidak hipertensi Total

Jenis kelamin Laki-laki 70482 217087 287569

Perempuan 94141 212654 306795

Total 164623 429741 594364


75

a. Tabel 2x2 untuk responden laki – laki

 Titik potong 0,47


RLPTB 0,47 * risk_Hipertensi Crosstabulation

Count

risk_Hipertensi

Hipertensi tidak hipertensi Total

RLPTB 0,47 >=0,47 45833 103642 149475

<0,47 24649 113445 138094

Total 70482 217087 287569

 Titik potong 0,50


RLPTB_RISK * risk_Hipertensi Crosstabulation

Count

risk_Hipertensi

Hipertensi tidak hipertensi Total

RLPTB_RISK >=0.5 33053 61897 94950

<0.5 37429 155190 192619

Total 70482 217087 287569

b. Tabel 2x2 untuk responden perempuan

 Titik potong 0,50


RLPTB 0,50 * risk_Hipertensi Crosstabulation

Count

risk_Hipertensi

Hipertensi tidak hipertensi Total

RLPTB 0,50 >=0,50 66618 112200 178818

<0,50 27523 100454 127977

Total 94141 212654 306795


76

 Titik potong 0,51


RLPTB 0,51 * risk_Hipertensi Crosstabulation

Count

risk_Hipertensi

Hipertensi tidak hipertensi Total

RLPTB 0,51 >=0,51 62249 98692 160941

<0,51 31892 113962 145854

Total 94141 212654 306795

Anda mungkin juga menyukai