TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Sejarah
Asma adalah penyakit yang setua artefak. Kertas papirus Mesir yang
ditemukan sekitar tahun 1870 berisi resep untuk asma yang ditulis dalam huruf
hieroglif yang menuliskan campuran herbal yang dipanaskan di atas batu agar
Yunani “Hippocrates” adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah “asma
(asthma)”, asma berasal dari bahasa Yunani, yakni azein yang artinya “sulit
lebih dari 2.000 tahun yang lalu, tetapi sampai sekarang penyakit ini masih
dianggap sebagai penyakit yang disebabkan oleh “roh”. Pada abad ke-17 dan ke-
napas. Pada tahun 1678, dokter Thomas Willis mendeskripsikan asma sebagai
obstruksi dari luar tubuh”. Sir John Floyer pada tahun 1698 pertama kali
menyatakan bahwa asma disebabkan oleh spasme (kejangnya) otot polos bronkus.
2.1.2 Definisi
saluran napas yang reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan; 2)
yang sudah tidak memiliki kerangka cincin-cincin tulang rawan, sehingga terjadi
Penyebab asma adalah alergi atau peka terhadap berbagai bahan seperti: butir-
butir sari bunga, bulu kucing, spora jamur, dan sebagainya. Pada waktu serangan
asma, sering ekspirasinya disertai bunyi: “ngiik, ngiiiik” yang panjang, karena
udara yang dihembuskan keluar melalui pipa yang sangat sempit. Dengan adanya
bunyi tersebut, di daerah Jawa penyakit asma dinamakan pula sakit mengi
(Irianto, 2014).
Adapun definisi asma bronkial, ada 3 hal yang penting yaitu sebagai
2.2 Epidemiologi
Angka kejadian asma pada anak dan bayi lebih tinggi daripada orang
dewasa, meskipun demikian asma dapat timbul sembarang waktu. Ada bayi
berumur kurang dari satu tahun sudah menderita asma, tetapi tidak heran bila ada
kakek atau nenek yang berumur 80 tahun baru menderita asma. Jika pada masa
sedangkan penderita asma usia dewasa dan orang tua rata-rata berkisar antara 2-
asma. Walaupun belum ada angka-angka yang resmi dari penelitian yang pernah
asma. Tinggi rendahnya angka kejadian ini dipengaruhi oleh banyak faktor, antara
lain faktor umur penderita, jenis kelamin, bakat alergi, bangsa, keturunan,
melaporkan bahwa pada tahun 2008, sekitar 38,4 juta orang (10,2 juta anak-anak
dan 28,2 juta orang dewasa) di Amerika Serikat telah didiagnosis asma pada suatu
saat dalam hidup mereka. Di Amerika Serikat, 3.816 orang meninggal akibat asma
pada tahun 2004 dan diperkirakan sebesar 3.587 orang meninggal pada tahun
2005. Terdapat variasi menurut usia pada data tersebut, yaitu pasien yang berusia
diatas 65 tahun lebih sering meninggal akibat asma dibandingkan kelompok umur
lainnya. Pasien wanita biasanya lebih sering meninggal akibat gejala asma yang
mereka alami, dan 64% kematian akibat asma pada tahun 2004 terjadi pada wanita
(Clark, 2013).
2.2.2 Determinan
Determinan dari Asma Bronkial dapat dilihat dari host dan environment
i. Host
genetika dimana yang diturunkan adalah bakat alergi dan hipersensitifitas saluran
pernafasan, jenis kelamin wanita pada usia dewasa lebih berisiko menderita asma
bronkial, dan pada individu obesitas (indeks massa tubuh > 30 kg/m2) dapat
menderita asma bronkial akibat terjadinya perubahan fungsi jalan napas karena
dimana environment ini juga merupakan agent dari penyakit asma bronkial
tersebut. Beberapa faktor pencetus asma bronkial antara lain (Ayres, 2003):
1. Ekstrinsik (alergik)
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan
dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada
faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebut di atas, maka akan terjadi
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini
menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
2.3. Patogenesis
Sampai saat ini patogenesis dan etiologi asma belum diketahui dengan
pasti, namun berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa dasar gejala asma
adalah inflamasi dan respon saluran napas yang berlebihan (Sundaru & Sukamto,
2010).
Inflamasi ditandai dengan adanya kalor (panas dengan vasodilatasi) dan rubor
(kemerahan karena vasodilatasi), tumor (eksudasi plasma dan edema), dolor (rasa
sakit karena rangsangan sensoris), dan functio laesa (fungsi yang terganggu).
Akhir-akhir ini syarat terjadinya radang harus disertai satu syarat lagi yaitu
infiltrasi sel-sel radang. Ternyata keenam syarat tadi dijumpai pada asma tanpa
dijumpai adanya inflamasi dan hipereaktivitas saluran napas. Oleh karena itu
paling tidak dikenal 2 jalur untuk mencapai kedua keadaan tersebut. Jalur
imunologis yang terutama didominasi oleh IgE dan jalur saraf autonom. Pada jalur
IgE, masuknya alergen ke dalam tubuh akan diolah oleh APC (Antigen Presenting
Cells = sel penyakit antigen), untuk selanjutnya hasil olahan alergen akan
membentuk IgE, serta sel-sel radang lain seperti mastosit, makrofag, sel epitel,
inflamasi, juga merangsang sistem saraf autonom dengan hasil akhir berupa
Yang membedakan asma dengan organ normal adalah sifat saluran napas
pasien asma yang sangat peka terhadap berbagai rangsangan seperti iritan (debu),
zat kimia (histamin, metakolin) dan fisis (kegiatan jasmani). Pada asma alergik,
selain peka terhadap rangsangan tersebut di atas pasien juga sangat peka terhadap
alergen yang spesifik. Sebagian HSN diduga didapat sejak lahir, tetapi sebagian
seseorang yaitu:
erat dengan gejala asma dan HSN. Konsep ini didukung oleh fakta bahwa
gejala asma.
2. Kerusakan epitel
kerusakan bervariasi dari yang ringan sampai berat. Perubahan struktur ini akan
ujung-ujung saraf autonom sering lebih mudah terangsang. Sel-sel epitel bronkus
3. Mekanisme neurologis
4. Gangguan intrinsik
Otot polos saluran napas dan hipertrofi otot polos pada saluran napas diduga
Meskipun bukan faktor utama, obstruksi saluran napas diduga ikut berperan pada
HSN.
2.4 Klasifikasi
1. Ekstrinsik (alergik)
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan
dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada
faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebut di atas, maka akan terjadi
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini
menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
3. Asma gabungan
Tipe asma gabungan merupakan bentuk asma yang paling umum. Asma
Asma umumnya dimulai semasa anak-anak, tetapi dapat terjadi pada usia
berapa pun. Pasien mungkin memiliki riwayat yang menunjukkan atopi, termasuk
Pasien seperti itu dikatakan menderita asma alergika. Banyak pasien seperti itu
mengalami peningkatan IgE serum total, peningkatan IgE spesifik, dan eosinofilia
darah tepi. Jika tidak ada riwayat umum tentang alergi dan tidak ada alergen
eksternal yang dapat dikenal, digunakan istilah asma nonalergika (West, 2010).
yang menyebabkan gejala akibat iritan non spesifik, seperti asap, udara dingin,
(konsentrasi provoaktif 20). Serangan dapat terjadi setelah olahraga, terutama saat
hawa dingin. Konsumsi aspirin adalah penyebab pada beberapa individu karena
ansietas yang berat. Otot napas tambahan menjadi aktif. Paru mengalami
hiperinflasi, dan ronki nyaring terdengar di semua lapangan. Nadi menjadi cepat
dan mungkin terdapat pulsus paradoksikus (tekanan sistolik dan nadi yang sangat
menurun sewaktu inspirasi). Sputum sedikit dan kental. Foto toraks menunjukkan
dehidrasi, dan takikardia yang jelas. Dada mungkin menjadi senyap, tetapi
2010).
2.6 Pencegahan
asma lebih ditujukan pada mereka yang sudah divonis menderita asma, sedangkan
pencegahan asma ini lebih bersifat umum dan ditujukan terhadap mereka yang
tidak menderita asma. Usaha pencegahan ditujukan agar orang yang sehat tidak
terkena asma, di mana tindakan-tindakan yang dilakukan lebih umum dan lebih
Seseorang dengan pola hidup dan makan sehat umumnya memiliki kesehatan
yang lebih terjaga. Stamina tubuh juga lebih terjamin sehingga lebih mudah
mencegah diri dari berbagai penyakit, termasuk mencegah asma (Mumpuni &
Wulandari, 2013).
ii. Berolahraga
dan menjaga stabilitas pernapasan. Berolahraga setiap hari sangatlan penting, baik
mereka yang terkena asma maupun tidak (Mumpuni & Wulandari, 2013). Latihan
pemanasan dapat membantu mengatasi gejala asma yang dipicu oleh olahraga saat
Stres, makanan tinggi kolesterol, bekerja siang malam tanpa henti, minuman
keras, maupun narkoba adalah berbagai hal tidak baik yang merusak kesehatan.
Tubuh yang lemah akan mudah terserang penyakit, termasuk rentan alergi dan
Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Seluruh
pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu
sekitar yang bersih dan sehat akan membantu kita terhindar dari berbagai
penyakit. Bersihkan rumah setiap hari dengan membebaskan rumah dari debu,
hal-hal lain yang merusak kebersihan dan kesehatan (Mumpuni & Wulandari,
2013).
Wortel, pepaya, tomat, ikan, beras merah, dan lain-lain yang menjadi penguat
stamina tubuh. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui
secara pasti berapa kebutuhan kalori untuk menguatkan stamina tubuh (Mumpuni
Bagi yang tidak menderita asma, ada baiknya menghindari segala hal pemicu
asma, seperti tungau, debu, bulu binatang (kucing, anjing, burung, kelinci, kecoak,
ramai atau penuh sesak, kehujanan, pergantian suhu udara yang ekstrem, aktivitas
fisik berlebihan atau olahraga yang melelahkan, uap zat-zat kimia dan polusi
udara lainnya (asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat, dan lain-lain), zat
aditif buatan. Hal ini dikarenakan semua itu dapat memicu penyakit asma
Pada serangan penyakit asma yang ringan dan jarang, penderita dapat memakan
obat-obatan seperti bronkodilator, baik dalam bentuk tablet, kapsul, maupun sirup
2.6.2.1 Diagnosa
1. Anamnesis (wawancara)
bagian yang amat penting dalam membuat diagnosis penyakit pada umumnya,
Beberapa hal yang harus ditanyakan dari pasien asma antara lain (Depkes,
2009):
a. Apakah ada batuk yang berulang terutama pada malam menjelang dini hari?
b. Apakah pasien mengalami mengi atau dada terasa berat atau batuk setelah
terpajan alergen atau polutan (pencetus)?
c. Apakah pada waktu pasien mengalami selesma (commond cold) merasakan
sesak di dada dan selesmanya menjadi berkepanjangan (10 hari atau lebih)?
d. Apakah ada mengi atau rasa berat di dada atau batuk setelah melakukan
aktivitas atau olahraga?
e. Apakah gejala-gejala tersebut di atas berkurang/hilang setelah pemberian obat
pelega (bronkodilator)?
f. Apakah ada batuk, mengi, sesak di dada jika terjadi perubahan musim/cuaca
atau suhu yang ekstrim (perubahan yang tiba-tiba)?
g. Apakah ada penyakit alergi lainnya (rinitis, dermatitis atopi, konjunktivitis
alergi)?
h. Apakah dalam keluarga (kakek/nenek, orang tua, anak, saudara kandung,
saudara sepupu) ada yang menderita asma atau alergi?
2. Pemeriksaan fisik
asma sendiri. Asma yang berat pada anak sering mengganggu pertumbuhannya
seseorang menderita asma atau tidak. Tetapi ada beberapa penyakit yang kadang-
kadang sulit dibedakan dengan asma atau penyakit asma sendiri yang gejalanya
sianosis dapat dijumpai pada pasien asma. Dalam praktek jarang dijumpai
kesulitan dalam membuat diagnosis asma, tetapi sering pula dijumpai pasien
belum dapat memastikan diagnosis asma karena banyak keadaan atau penyakit
(Sundaru, 2002):
i. Spirometri
spirometri tidak saja berguna untuk diagnosis asma, tetapi juga bermanfaat untuk
hasil pengobatan asma, saat ini tersedia alat yang disebut Flow Meter, salah
satunya adalah Mini Wright Peak Flow Meter. Alat ini sangat praktis karena
hasil pengukuran dengan flow meter tidak seteliti pemeriksaan spirometri, tetapi
alat ini cukup membantu penderita dalam memantau penyakitnya di rumah atau
dimana saja.
napas. Tujuan pemeriksaan rontgen pada asma ialah untuk melihat adanya
penyakit paru lain seperti tuberkulosis atau komplikasi asma, seperti infeksi paru
Pemeriksaan ini bertujuan selain untuk melihat adanya infeksi atau anemi (kurang
sel darah merah), juga untuk melihat adanya tanda-tanda penyakit alergi yang
berhubungan dengan asma seperti pemeriksaan jumlah eosinofil (jenis sel darah
putih tertentu), kadar zat anti IgE dan kadar IgE spesifik.
Tes ini bertujuan untuk membantu diagnosis asma khususnya dalam hal
histamin, metakolin atau hawa dingin atau kegiatan jasmani, dalam beberapa
menit saluran napas penderita asma yang tadinya normal akan menyempit. Pada
orang normal, tes provokasi ini tidak memberikan reaksi penyempitan saluran
napas, tetapi pada penderita asma selain menunjukkan penyempitan saluran napas
kadang-kadang sampai menimbulkan gejala asma seperti sesak, batuk, dan mengi.
2.6.2.2 Pengobatan
i. Asma Intermitten
Terjadi karena serangan jarang, serta fungsi parunya normal, pasien tidak
memerlukan obat jangka panjang. Obat penghilang sesak hanya dipakai kalau
perlu saja seperti bila ada gejala atau bila mau olahraga atau masuk ke lokasi yang
akan menyebabkan sesak seperti gudang atau tempat berdebu. Obat yang
atau Ventolin). Obat yang lain sebagai alternatif dapat dipakai seperti teofilin,
agonis beta 2 oral tetapi efeknya lambat dan efek sampingnya lebih besar
(Sundaru, 2002).
adalah teofilin lepas lambat (Quibron, Euphyllin). Agonis beta 2 hirup hanya
dipakai untuk menghilangkan gejala dan pemakaiannya tidak boleh melebihi 3-4
ditambahkan agonis beta 2 hirup aksi panjang baik formoterol atau salmeterol.
Obat kombinasi tersebut telah beredar di Indonesia dengan nama Seretide dan
Symbicort. Kedua jenis obat ini menurut penelitian sangat baik selain
memberikan perbaikan gejala asma dan fungsi paru juga meningkatkan kepatuhan
makan obat. Hal ini karena 2 sediaan obat dijadikan satu, sehingga membuat
kortikosteroid hirup dan agonis beta 2 aksi panjang merupakan terapi yang paling
efektif dan paling dianjurkan. Tentu saja tersedia alternatif lain seperti teofilin
lepas lambat agonis beta 2 oral aksi panjang, dan antilekotrin sebagai pengganti
kadang diberikan empat kali sehari untuk memberikan hasil yang lebih baik
(Sundaru, 2002).
segera diobati dengan obat-obat antiasma yang dapat menghilangkan gejala asma.
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok untuk asma akut terdiri atas
i. Simpatomimetik
suatu hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal anak ginjal, sehingga obatnya
ampuh, tetapi sayangnya mempunyai banyak efek samping dan hanya dapat
Tujuan dari pemberian obat teofilin adalah untuk melebarkan saluran napas
dengan cara melemaskan otot saluran napas yang mengerut. Meskipun efeknya
(Sundaru, 2002).
iii. Atropin
obat utama antiasma. Usaha penelitian di bidang farmasi telah berhasil membuat
bagian kortek (tepi luar) anak ginjal. Sistemik berarti cara kerja obat melalui
aliran darah. Tujuan dari pemberian obat tersebut adalah untuk melebarkan