PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lemak dan minyak adalah senyawa ester non polar yang tidak larut
dalam air, yang dihasilkan oleh tanaman dan hewan. Lemak dan minyak
yang dihasilkan dari tanaman disebut lemak nabati sedangkan yang berasal
dari hewan disebut lemak hewani.
(Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan, Jakarta: PT. Dian Rakyat. Halaman
154)
2.1.1 Reaksi Pembentukan Lemak dan Minyak
Dalam struktur lemak dan minyak, asam lemak terikat pada gliserol melalui
ikatan kovalen sehingga terbentuk ester gliserol. Ikatan yang terbentuk
adalah antara gugus karboksil pada asam lemak dan gugus hidroksil pada
gliserin. Setiap pembentukan ikatan kovalen akan membebaskan satu
molekul air sehingga reaksinya disebut reaksi polimersi kondensasi. Karena
gliserin memiliki tiga gugus hidroksil maka gliserin dapat mengikat
maksimum tiga rantai asam lemak dan dapat melepaskan maksimal tiga
molekul air untuk membentuk trigliserida.
2
Gambar reaksi pembentukan lemak sederhana trigliserida
3
Lemak dan minyak adalah kelompok lipid sederhana dari eter gliserol
yang disusun oleh asam lemak dan gliserin. Dalam struktur lemak dan
minyak, molekul gliserin mengikat tiga rantai asam lemak dan membentuk
senyawa ester yang bersifat non polar. Lemak dan minyak tidak membentuk
struktur molekul yang panjang sebagaimana pada struktur polisakarida.
Panjang struktur molekul lemak dan minyak tergantung pada jenis asam
lemak yang terikat pada gliserin.
Lemak dan minyak berbeda dari sifat fisiknya pada suhu ruang. Istilah lemak
(fat) umumnya digunakan untuk ester gliserol berbentuk cair. Perbedaan sifat
fisik ini disebabkan oleh komposisi asam lemak penyusunnya. Lemak
mengandung asam lemak jenuh lebih banyak,sedangkan minyak mengandung
asam lemak tidak jenuh lebih banyak. Karena titik leleh lemak jenuh lebih
tinggi daripada lemak tidak jenuh maka lemak cenderung berbentuk padat,
sedangkan minyak berbentuk cair pada suhu ruang. Diantara contoh lemak
yang berbentuk padat adalah butter dan margarin, sedangkan contoh minyak
yang berbentuk cair adalah minyak sawit, minyak kanola, minyak kedelai,
dan lain-lain. Sifat fisik lemak dan minyak dari sumber yang berbeda
umumnya berbeda karena adanya perbedaan dalam proporsi asam lemak
penyusunnya dan struktur kimia dari masing-masing trigliserida.
(Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan. PT. Dian Rakyat. Jakarta Halaman
156-157)
4
Fatty Acid (MUFA) memiliki 1 (satu) ikatan rangkap, dan Poly
Unsaturated Fatty Acid (PUFA) dengan 1 atau lebih ikatan rangkap.2
5
dengan MUFA atau SFA. Asam lemak ini banyak ditemukan pada
minyak ikan dan nabati seperti saflower, jagung dan biji matahari.
(Sartika. 2008. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 2, No.
4. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam Lemak
Trans terhadap Kesehatan)
Gambar
Asam Lemak Jenuh
Gambar
Asam
Lemak Tak Jenuh Tunggal
2.2.2 GLISERIN
6
Gliserin adalah senyawa organik polar yang terdiri atas tiga
atom karbon yang mengikat tiga gugus hidroksil (-OH). Ketiga gugus
karboksil ini bersifat reaktif dan dapat diesterifikasi oleh asam lemak.
Struktur molekul gliserin dapat dilihat pada gambar dibawah:
7
tingkat kejenuhannya semakin banyak mengandung asam lemak rantai
pendek dan ikatan tidak jenuh, semakin lunak dan cair lemak tersebut.
Sebaliknya semakin banyak mengandung asam lemak-jenuh rantai
panjang, seperti asam palmitat dan asam stearat yang terdapat pada
lemak hewan, semakin padat lemak tersebut sifat trigliserida juga
ditentukan oleh posisi ω (omega) dan posisi asam lemak pada molekul
gliserol.
1. Titik Cair
Dalam minyak dan lemak terdapat berbagai jenis trigliserida
karenanya titik cair minyak dan lemak tidak tajam tetapi merupakan
suatu kisaran suhu. Kekuatan ikatan antar radikal asam lemak dalam
kristal mempengaruhi pembentukan kristal yang berarti juga
mempengaruhi titik cair lemak. Makin kuat ikatan antar molekul asam
lemak, makin banyak panas yang diperlukan untuk pencairan kristal.
Asam lemak dengan ikatan yang tidak begitu kuat memerlukan energi
panas yang lebih sedikit untuk mencairkan kristal-kristalnya,
karenanya titik cairnya akan menjadi lebih rendah.
Titik cair suatu lemak atau minyak dipengaruhi juga oleh sifat
asam lemak, yakni daya tarik antar asam lemak yang berdekatan dalam
kristal. Gaya ini ditentukan oleh panjang rantai C. Jumlah ikatan
rangkap dan bentuk cis atau trans pada asam lemak tidak jenuh. Makin
panjang rantai C titik cair akan semakin tinggi. Sebagai contohnya asm
butirat ( C = 4 ) mempunyai titik cair -8◦C, sementara asam stearat ( C
= 16 ) mempunyai titik cair 63◦C
Titik cair menurun dengan bertambahnya demgan ikatan
rangkap. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut: ikatan antar
molekul asam lemak tidak jenuh kurang kuat, sebab rantai pada ikatan
rangkap (cis) tidak lurus. Makin banyak ikatan rangkap, maka ikatan
makin lemah yang berarti titik cair makin rendah. Demikian pula,
asam lemak jenuh mempunyai titik cair yang lebih tinggi daripada
8
asam lemak tidak jenuh. Adanya bentuk trans pada asam lemak
menyebabkan lemak atau minyak mempunyai titik cair yang lebih
tinggi daripada adanya bentuk cis.
2. Bobot Jenis
Bobot jenis merupakan perbandingan berat suatu volume minyak atau
lemak pada suhu 25◦C dengan berat air pada volume dan suhu yang
sama
9
c= bobot piknometer dan air
3. Indeks Bias
Pengukuran indeks bias lemak/minyak berguna untuk menguji
kemurnian lemak/minyak. Indeks bias meningkat dengan
bertambhanya rantai C, derajat ketidakjenuhan, dan suhu yang
semakin tinggi. Indeks bias ini terkait erat dengan bilangan iodium
karenanya dapat digunakan untuk pengendalian proses hidrogenasi.
Alat yang digunakan untuk menentukan indeks bias minyak
atau lemak adalah refraktometer. Penentuan indeks bias minyak
dilakukan pada suhu 25◦C sementara untuk lemak pada suhu 40◦C.
Nilai indek bias dipengaruhi oleh suhu dan dapat dihitung dengan cara
berikut:
R = R’ + k (T”-T)
R = Indeks bias pada suhu T◦C
R’= Indeks bias pada suhu T’◦C
k= faktor koreksi, untuk minyak= 0,000385
(Rohman Abdul, Sumantri, 2007, Analisis Makanan, Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press: Halaman 74-78)
4. Sifat fisik yang paling jelas adalah tidak larut dalam air. Hal ini
disebabkan oleh adanya asam lemak berantai berkarbon panjang dan tidak
adanya gugus polar.
10
melibatkan gugus fungsional (ester) dan ikatan-ikatan rangkap pada
rantai asam lemak.
11
Reaksi hidrogenasi adalah reaksi adisi hidrogen ke dalam
rantai asam lemak tidak jenuh pada sisi karbon yang mengandung
ikatan rangkap. Rekasi hidrogenasi mengubah lemak tidak jenuh
menjadi lemak jenuh. Reaksi hidrogenisasi akan dipercepat dengan
proses pemanasan dan adanya katalisator metal, misalnya nikel.
4. Reaksi Penyabunan
Reaksi penyabunan terjadi apabila lemak, misalnya gliseril
palmitat (tripalmitin) dipanaskan dengan adanya alkali (sodium
hidroksida) yang dapat menyebabkan ester gliserin terkonversi
menjadi garam Na-palmitat dan gliserin. Prinsip reaksi ini digunakan
dalam proses produksi sabun secara komersial.
12
Reaksi oksidasi ini akan memicu pembentukan produk
primer, sekunder, dan tersier yang berisifat volatil sehingga
menyebabkan lemak atau produk yang mengandung lemak menjadi
berbau tengik dan tidak layak dikonsumsi.
Oksidasi lemak adalah salah satu reaksi kimia yang
menyebabkan kerusakan lemak, terutama lemak yang mengandung
asam lemak tidak jenuh. Reaksi oksidasi lemak melibatkan ikatan
rangkap pada rantai karbon. Reaksi oksidasi lemak dapat dipicu oleh
adanya oksigen, enzim peroksidase, radiasi (cahaya), dan ion metal
polivalen. Apabila lemak yang mengandung asam lemak tidak jenuh
(R – H) teroksidasi oksigen dan dipicu oleh adanya panas maka
ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh akan
terputus dan oksigen akan menjadi bagian dari molekul. Pada
mulanya, atom karbon yang terdapat ikatan jenuhnya akan
membentuk radikal bebas dengan membebaskan atom hidrogen.
Selanjutnya, radikal bebas yang aktif ini akan mengkat oksigen untuk
membentuk radikal peroksida. Radikal peroksids juga bersifat reaktif
dan segera akan mengambil ayom hidrogen yang terikat pada karbon
yang memiliki ikatan rangkap dari asam lemak lainnya sehingga
terbentuk radikal bebas baru. Pengikatan hidrogen oleh peroksida
akan membentuk hidroperoksida (ROOH), sedangkan radikal bebas
yang baru akan mengulang reaksi yang serupa dengan sebelumnya.
Karena adanya reaksi pembentukan radikal bebas baru oleh peroksida
ini sebagai hasil reaksi oksidasi maka rekasi oksidasi lemak ini
bersifat autooksidasi.
(Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan. PT. Dian Rakyat. Jakarta
Halaman 176-179 )
13
Lemak dan minyak merupakan sumber energy paling padat,
yang menghasilkan 9 kkalori untuk tiap gram, yaitu 21/2 kali besar
energy yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah
yang sama. Sebagai simpanan lemak, lemak merupakan cadangan
energy tubuh paling besar. Simpanan ini berasal dari konsumsi
berlebihan salah satu atau kombinasi zat-zat energy : karbohidrat,
lemak, dan protein. Lemak tubuh pada umumnya disimpan sebagai
berikut : 50% di jaringan bawah kulit (subkutan), 45% di sekeliling
organ dalam rongga perut dan 5% di jaringan intramuscular
2. Sumber asam lemak esensial
Lemak merupakan sumber asam lemak esensial asam linoleat
dan linolenat
3. Alat angkut vitamin larut lemak
Lemak mengandung vitamin larut lemak tertentu. Lemak susu
dan minyak ikan laut tertentu mengandung vitamin A dan B dalam
jumlah berarti. Hampir semua minyak nabati merupakan sumber
vitamin E. minyak kelapa sawit mengandung banyak karotenoid
(provitamin A). lemak membantgu transportasi dan absorbsi vitamin
larut lemak yaitu A,D,E,K
4. Menghemat protein
Lemak menghemat penggunaan protein untuk sintesis protein,
sehingga protein tidak digunakan sebagai sumber energy
6. Sebagai pelumas
14
Lemak merupakan pelumas dan membantu pengeluaran sisa
pencernaan
7. Memelihara suhu tubuh
Lapisan lemak dibawah kulit mengisolasi tubuh dan mencegah
kehilangan panas tubuh secara cepat dengan demikian lemak berfungsi
juga dalam memelihara suhu tubuh
8. Pelindung organ tubuh
Lapisan lemak yang menyelubungi organ-organ tubuh seperti
jantung, hati dan ginjal membantu menahan organ-organ tersebut tetap
di tempat nya dan melindunginya terhadap benturan dan bahaya lain.
(Almatsier, Sunita., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama Hal 60-61)
15
tubuh tidak dapat dihidrolisis secara sempurna tanpa kehadiran
karbohidrat. Tanpa karbohidrat akan diperoleh hasil antara pembakaran
lemak berupa bahan-bahan keton yang dapat menimbulkan ketosis.
Tubuh mempunyai kapasitas tak terhingga untuk menyimpan lemak.
Namun, tidak sepenuhnya dapat menggantikan karbohidrat sebagai
sumber energy. Otak, system saraf dan sel darah merah membutuhkan
glukosa sebagai sumber energy.
(Almatsier, Sunita., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama Hal 70-71)
a. Butter
Butter dibuat dari lemak susu (krim). Dalam proses
pembuatan butter, krim susu dipisahkan dengan cara sentrifugasi,
kemudian lemak yang terpisah dipasteurisasi untuk
menginaktifkan enzim lipase dan membunuh mikroba. Butter
difermentasi sitrat dengan penambahan kultur bakteri. Proses
fermentasi ini dapat menghasilkan residu senyawa kimia yang
memberikan flavor khas pada butter, seperti asam lemak dan
diasetil. Butter mengandung sekitar 80% lemak dan merupakan
emulsi air dalam lemak (w/o). Tekstur butter dipengaruhi oleh
jenis asam lemak yang menyusun lemak.
b. Margarin
16
Margarin adalah produk turunan lemak nabati/hewani
yang merupakan emulsi air dalam minyak (w/o)yang
mengandung minimal 80% lemak. Margarin dibuat dengan cara
mencampurkan lemak dan minyak nabati/hewani tertentu dengan
ingredien lain serta difortifikasi dengan vitamin larut lemak,
seperti vitamin A dan vitamin D. Adanya provitamin A (beta-
karoten)memberikan warna kuning pada margarin. Sehingga bila
digunakan dalam proses pengolahan maka lemak/minyak dapat
berkontribusi pada pembentukan warna kuning dari produk.
c. Shortening
Shortening adalah lemak semi-padat yang dapat
menghasilkan tekstur renyah dan rasa gurih dalam berbagai
produk yang berasal dari tergu, seperti produk bakteri. Shortening
dikenal juga sebagai lemak putih atau mentega putih. Shortening
dapat berasal dari lemak hewani, lemak nabati atau campuran dari
keduanya. Lemak hewani yang biasanya digunakan di negara-
negara Eropa, Amerika, Australia seperti tallow (lemak sapi) atau
lard (lemak babi). Proses yang dilakukan untuk membuat
shortening hewani adalah pemisahan dari jaringan otot.
Pencampuran , pengadukan dan pembentukan tekstur.
BAB III
17
ANALISA KUANTITATIF DAN KUALITATIF
1. Bilangan Asam
Bilangan asam atau nilai asam dan juga dikenal dengan indeks
keasaman didefinisikan sebgai banyaknya miligram kalium hidroksida
(KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam bebas dalam 1 gram
minyak, lemak, resin, balsam, atau senyawa-senyawa organik serupa
dengan komposisi yang kompleks.
Bilangan asam juga dapat diungkapkan sebagai banyaknya
natrium hidroksida (NaOH) 0.1 N yang dibutuhkan untuk menetralkan
asam bebas dalam 10 gram minyak atau lemak. Bilangan ini
ditentukan dengan cara titrasi terhadap sejumlah sampel dalam alkohol
atau dalam larutan alkohol-eter menggunakan larutan baku alkali
dengan indikator fenolftalein atau PP.
18
dititrasi berwarna gelap dapat ditambahkan pelarut yang cukup banyak
dan atau indikator bromotimol biru sampai terbentuk warna biru.
Selain itu, bilangan asam juga sering dinyatakan sebagai kadar asam
lemak bebas.
19
BM = berat molekul asam lemak
2. Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan atau nilai penyabunan atau bilangan
KOETTSDORFER didefinisikan sebagai banyaknya mg KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan lemak secara sempurna dari 1 g lemak
atau minyak
20
Minyak dan lemak alami merupakan ester gliserol yang
biasanya tersusun atas asam –asam lemak yang mempunyai atom C
antara 16-18 atom karbon sehingga besarnya bilangan penyabunan
dari masing-masing lemak atau minyak alami tidak berbeda jauh.
Penentuan bilangan penyabunan dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya gliserida yang asam lemaknya tersusun atas atom karbon
kurang dari 16 atau atom karbon lebih dari 18 karena besarnya
bilangan penyabunan berbanding terbalik dengan rata-rata berat
molekul asam penyusun trigliserida ( minyak dan lemak).
3. Bilangan ester
Bilangan ester merupakan jumlah miligram KOH yang
diperlukan untuk menyabunkan 1 gram minyak atau lemak. Bilangan
ester = ( bilangan penyabunan – bilangan asam )
4. Bilangan Hehner
Kebanyakan lemak tidak larut dalam air, akan tetapi lemak
yang mengandung asam lemak dengan berat molekul rendah sedikit
larut dalam air, misal lemak susu. Bilangan Hehner merupakan
presentase jumlah asam lemak yang tidak larut dalam air ( termasuk
juga bahan yang tidak tersabunkan ) yang terdapat dalam 100 gram
minyak atau lemak.
21
lain yang telah ditimbang kemudian dikeringkan pada suhu 100◦ -
105◦ setelah dingin ditimbang, kemudian dihitung persentase asam
lemak yang tidak larut dalam air dan bahan yang tidak tersabunkan.
Bilangan Hehner =
A = Bobot residu pada penentuan bulangan Hehner (dalam gram)
G = Bobot sampel minyak pada penentuan bilangan penyabunan
(dalam gram)
5. Bilangan Iodium
Bilangan iodium atau angka iodium didefinisikan sebagai
banyaknya iodium yang diserap oleh 100 gram minyak, lemak atau
senyawa-senyawa lain. Bilangan ini merupakan pengukuran
kuantitatif yang menyatakan banyaknya asam-asam lemak tidak
jenuh baik dalam bentuk bebas atau dalam bentuk ester, yang
terdapat dalam minyak atau lemak karena asam lemak ini mempunyai
sifat yang mampu menyerap iodium
22
ditambah 2 ml larutan pati 0.5%. Titrasi dilanjutkan sampai warna
biru tepat hilang.
Bilangan iodium =
23
NO Senyawa Bilangan Iodium
24
emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan lemak
bereaksi dengan soda membentuk sabun.Sabun mempunyai daya aktif
permukaan, sehingga tetes-tetes minyak menjadi tersebar seluruhnya.
Bahan dan Alat
1. Minyak kelapa
2. Alkohol 96%
3. Kloroform
4. Eter
5. Air suling (aquades)
6. Larutan 0,5%
7. Tabung reaksi
8. Penjepit tabung
9. Pipet ukur
10. Pipet tetes
Prosedur
1. Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering. Berturut-turut isilah
dengan air suling, alkohol 96%, eter, klororform, dan larutan
0,5% sebanyak 1 ml
2. Tambahkan pada setiap tabung 2 tetes minyak kelapa
3. Kocoklah sampai homogen, lalu biarkan beberapa saat
4. Amati sifat kelarutannya
25
akan membentuk lapisan di sekeliling minyak sebagai akibat
menurunnya tegangan permukaan dan diadsorpsi melapisi butir-butir
minyak satu sama lain.
Bahan dan Alat
1. Minyak kelapa
2. Larutan 0,5%
3. Larutan sabun
4. Larutan protein 2%
5. Larutan empedu encer
6. Tabung reaksi
7. Pipet ukur atau tetes
Prosedur
1. Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering.
Tabung 1 : isi 2 ml air dan 2 tetes minyak kelapa
Tabung 2 : isi 2 ml air, 2 tetes minyak kelapa, dan 2 tetes
0,5%
Tabung 3 : isi 2 ml air, 2 tetes minyak kelapa, dan 2 tetes larutan
sabun
Tabung 4 : isi 2 ml larutan protein 2%, dan 2 tetes minyak kelapa
Tabung 5 : isi 2 ml larutan empedu encer dan 2 tetes minyak kelapa
2. Kocoklah setiap tabung dengan kua, lalu biarkan beberapa saat
3. Amati terjadinya pembentukan emulsi
26
lemak tidak jenuh kebanyakan berasal dari tanaman (minyak nabati)dan
beberapa di antaranya merupakan asam lemak esensial seperti asam oleat,
asam linoleat, dan asam linolenat. Asam lemak tidak jenuh dapat
menghilangkan air brom karena adisi brom pada ikatan rangkap.
Bahan dan Alat
1. Minyak kelapa
2. Margarin atau lemak padat
3. Kloroform
4. Air brom
5. Tabung reaksi
6. Pipet ukur atau tetes
Prosedur
1. Masukkan 2 tetes minyak kelapa ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 2 ml kloroform
3. Tambahkan setes demi setetes air brom sambil dikocok hingga warna
merah air brom tidak berubah
4. Hitung jumlah tetesan yang dibutuhkan
5. Ulangi percobaan menggunakan margarin atau lemak padat
6. Bandingkan jumlah tetesan yang dihasilkan
27
5. Tabung reaksi
6. Alat pemanas
Prosedur
Hidrolisi minyak kelapa (saponifikasi)
1. Masukkan 5 ml minyak kelapa ke dalam erlenmeyer
2. Tambahkan 1,5 g NaOH dnn 25 ml alkohol 95%
3. Panaskan sampai mendidih selama 15 menit
4. Untuk mengetahui apakah reaksi penyabunan telah sempurna,
ambillah 3 tetes larutan kemudian larutkan dalam air. Bila larut, maka
menunjukkan reaksi telah sempurna
5. Setelah sempurna, uapkan alkohol yang tersisa sampai habis
6. Dinginkan, lalu tambhakan 75 ml air dan panaskan sampai semua
sabun larut
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-2891-1992. Cara Uji Makanan
dan Minuman. Badan Standarisasi Nasional: Jakarta
28
Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan. Jakarta : PT. Dian Rakyat.
Rohman Abdul, Sumantri, 2007, Analisis Makanan, Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press
Sartika. 2008. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 2, No. 4.
Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam Lemak Trans terhadap
Kesehatan
Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
29