Anda di halaman 1dari 26

MODUL FUNDAMENTAL OF NURSING 3

DISKUSI KELOMPOK PEMICU 6


ANEMIA, SARIAWAN, DAN KELELAHAN

Disusun Oleh :
Zulfa Nurmanita Luthfiyandani ( 11161040000003)
Annajmi Indillah (11161040000007)
Mutiara Martin (11161040000010)
Risa Lusiana (11161040000016)
Intan Fauziah Dwi Lestari (11161040000022)
Namira Safitri (11161040000031)
Fitri Fadila (11161040000036)
Sofia Dwi Mardianti (11161040000080)
Dawda Kairaba Kijera (11161040000089)

Kelompok 3 PSIK A
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmat-Nya yang telah memberikan kesehatan yang berlimpah, sehingga
penelitian ini dapat berjalan dengan lancar dan diselesaikan oleh kelompok 3.
Makalah yang berjudul “Anemia, sariawan, dan kelelahan” ini, bertujuan
untuk membahas bab-bab yang termasuk di dalam FON 3.
Selama diskusi ini berlangsung, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun, berkat kerjasama semangat dan tidak lupa rahmat dari Tuhan yang Maha
Esa, kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini juga bukan hanya karena
kemampuan kami semata, melainkan adanya orang-orang terdekat kami yang
senantiasa mendukung dan membimbing kami. Sehubungan dengan itu, kami selaku
kelompok 3, terutama sangat berterimakasih dan mengapresiasikan Dosen
pembimbing, yang senantiasa membimbing kami dan selalu mendukung kami,
sehingga maka lah kami dapat terselesaikan dengan baik. Kami juga banyak
berterimakasih kepada teman-teman terdekat kami yang tidak dapat kami sebutkan
satu persatu, yang selalu senantiasa menemani kami dan bekerja bersama kami, serta
para anggota kelompok 3 yang masih tetap bersemangat demi menyelesaikan
makalah ini hingga akhir dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penulis sangat menyadari bahwa
kami masih banyak kekurangan, dan tidak luput dari kesalahan. Maka dari itu, kami
sangatlah mengharapkan masukan berupa kritik maupun saran dari berbagai pihak
yang membaca dan mempelajari makalah ini, agar makalah ini dapat lebih baik dan
dapat lebih berguna untuk kedepannya.

Ciputat, Desember 2017

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................2

Daftar Isi ................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 5

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 7

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8

2.1 Definisi Anemia ........................................................................................ 8

2.2 Etiologi Anemia ........................................................................................ 8

2.3 Klasifikasi Anemia .................................................................................... 9

2.4 Tanda dan Gejala Anemia ....................................................................... 10

2.5 Patofisiologi Anemia ............................................................................... 10

2.6 Pengkajian Umum dan Khusus Anemia.................................................. 11

2.7 Definisi Sariawan .................................................................................... 12

2.8 Etiologi Sariawan .................................................................................... 13

2.9 Tanda Dan Gejala Sariawan ....................................................................14

2.10 Patofisiologi Sariawan............................................................................. 15

2.11 Pengkajian Khusus Sariawan ..................................................................16

2.12 Definisi Kelelahan ................................................................................... 16

2.13 Tanda dan Gejala Kelelahan ...................................................................16

2.14 Jenis-jenis Kelelahan ............................................................................... 17

2.15 Etiologi Kelelahan ................................................................................... 18

2.16 Patofisiologi Kelelahan ........................................................................... 18

3
2.17 Pengkajian Khusus Kelelahan .................................................................19

ANALISA DATA .............................................................................................. 20

Diagnosa Keperawatan ....................................................................................... 21

Asuhan Keperawatan.......................................................................................... 22

BAB III KESIMPULAN...................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak,
remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang
karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik.
Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan
laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan
penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.
Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik yang
mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan
konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh
dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara
berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi,
serta kesehatan fisik (Bakta, 2006).
Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi,
karena itu prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi, terutama anemia
defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B12. Setelah menentukan diagnosis
terjadinya anemia, maka selanjutnya perlu disimpulkan tipe anemia itu
sendiri. Penatalaksanaan anemia yang tepat sesuai dengan etiologi dan klasifikasinya dapat
mempercepat pemulihan kondisi pasien.
Stomatitis atau lebih dikenali oleh masyarakat awam dengan “sariawan” merupakan
salah satu penyakit yang ulang kambuh pada mukosa mulut yang paling sering terjadi.
Stomatitis merupakan salah satu kasus yang sering dijumpai oleh dokter gigi diseluruh dunia
sehingga dihasilkan beberapa penelitian-penelitian yang berhubungan dengan stomatitis.
Prevalensi stomatitis bervariasi tergantung pada daerah populasi yang diteliti. Dari
penelitian-penelitian epidemiologi menunjukkan pada umumnya, prevalensi stomatitis
berkisar 15-25% dari populasi. Di Amerika, prevalensi tertinggi ditemukan pada mahasiswa
keperawatan 60%, mahasiswa kedokteran gigi 56% dan mahasiswa profesi 55%. Resiko
terkena stomatitis cenderung meningkat pada kelompok sosioekonomi menengah ke atas, ini
berhubungan dengan meningkatnya beban kerja yang dialami kalangan profesi atau jabatan-

5
jabatan yang memerlukan tanggung jawab yang cukup besar, pada wanita dan individu yang
stres, seperti mahasiswa yang sedang menghadapi ujian.
Kata kelelahan (fatigue) menunjukkan keadaan yang berbeda–beda, tetapi semuanya
berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur, 1996).
Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Istilah kelelahan mengarah pada
kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan (Budiono, dkk., 2003).
Kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performansi
kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan
kegiatan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2003).

6
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa pengertian anemia?
2 Apa tanda dan gejala anemia?
3 Apa penyebab anemia?
4 Bagaimana patofisiologi anemia?
5 Bagaimana diagnosa, outcome, serta intervensi bagi klien anemia?
6 Apa pengertian sariawan?
7 Apa tanda dan gejala sariawan?
8 Apa penyebab sariawan?
9 Bagaimana patofisiologi sariawan?
10 Bagaimana diagnosa, outcome, serta intervensi bagi klien sariawan?
11 Apa pengertian kelelahan?
12 Apa tanda dan gejala kelelahan?
13 Apa penyebab kelelahan?
14 Bagaimana patofisiologi kelelahan?
15 Bagaimana diagnosa, outcome, serta intervensi bagi klien kelelahan?

1.3 Tujuan Penulisan


1 Untuk memahami pengertian dari anemia
2 Untuk mengetahui tanda dan gejala anemia
3 Untuk mengetahui penyebab anemia
4 Untuk mengetahui patofisiologi anemia
5 Untuk mengetahui diagnosa, outcome, serta intervensi bagi klien anemia
6 Untuk mengetahui pengertian dari sariawan
7 Untuk mengetahui tanda dan gejala sariawan
8 Untuk mengetahui penyebab sariawan
9 Untuk mengetahui patofisiologi sariawan
10 Untuk mengetahui diagnosa, outcome, serta intervensi bagi klien sariawan
11 Untuk mengetahui pengertian dari kelelahan
12 Untuk mengetahui tanda dan gejala kelelahan
13 Untuk mengetahui penyebab kelelahan
14 Untuk mengetahui patofisiologi kelelahan
15 Untuk mengetahui diagnosa, outcome, serta intervensi bagi klien kelelahan

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Anemia


Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah
merahatau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di
bawah normal. Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas
hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah.
Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb.Anemia
terjadi karena kadar hemoglobin (Hb) dalam darah merah sangat kurang. Di Indonesia
sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut Anemia
Kekurangan Zat Besi atau Anemia Gizi Besi.

2.2 Etiologi Anemia


1 Kehilangan darah atau perdarahan hebat seperti:
 Perdarahan akut (mendadak)
 Kecelakaan,
 Pembedahan,
 Persalinan,
 Pecah pembuluh darah,
 Perdarahan kronik (menahun),
 Perdarahan menstruasi yang sangat banyak,
 Hemofilia.
2 Berkurangnya pembentukan sel darah merah seperti:
 Defesiensi zat besi,
 Defesiensi vitamin B12,
 Defesiensi asam folat,
 Penyakit kronik.
3 Gangguan produksi sel darah merah seperti:
 Ketidaksanggupan sumsum tulang belakang membentuk sel- sel darah.

8
2.3 Klasifikasi Anemia
Ada 2 penggolongan Anemia yaitu:
A. Berdasarkan Morfologinya:
1 Anemia Mikrositik Hipokrom
a) Anemia Defisiensi Zat besi
Anemia yang disebabkan oleh kurangnya persediaan besi untk
eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) sehingga
pembentukan hemoglobin berkurang.
b) Anemia Penyakit Kronik
Anemia pada penyakit ini merupakan jenis anemia terbanyak kedua
setelah anemia defisiensi yang dapat ditemukan pada orang dewasa di
Amerika Serikat.
2 Anemia Makrositik
a) Defisiensi vitamin B12
Anemia yang diakibatkan oleh karena kekurangan vitamin B12 dikenal
dengan nama anemia pernisiosa.
b) Defisiensi Asam folat
Adalah bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA. Jumlah asam
folat dalam tubuh berkisar 6-10 mg, dengan kebutuhan perhari 50mg. Asam
folat dapat diperoleh dari hati, ginjal, sayur hijau, ragi. Asam folat sendiri
diserap dalam duodenum dan yeyenum bagian atas, terikat pada protein
plasma secara lemah dan disimpan didalam hati. Tanpa adanya asupan folat,
persediaan folat biasanya akan habis kira-kira dalam waktu 4 bulan.
3 Normositik Normokron
a) Anemia karena perdarahan
Adalah Perdarahan yang banyak saat trauma baik di dalam maupun di
luar tubuh akan menyebabkan anemia dalam waktu yang relatif singkat.
Perdarahan dalam jumlah banyak biasanya terjadi pada maag khronis yang
menyebabkan perlukaan pada dinding lambung. Serta pada wanita yang
sedang mengalami menstruasi dan post partus.
B. Berdasarkan beratnya :
1 Anemia aplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh ketidaksanggupan sum sum tulang
belakang membentuk sel darah merah.

9
2 Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis, yaitu pemecahan
eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya.

2.4 Tanda Dan Gejala Anemia


1 Lesu, lemah, letih, lelah, lunglai (5L),
2 Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva pucat.
3 Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat.
4 Nyeri tulang, pada kasus yang lebih parah, anemia menyebabkan tachikardi, dan
pingsan.

2.5 Patofisiologi Anemia


Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam
tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini,
bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat
pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang
tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke
atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel
darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal
ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).

10
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).

2.6 Pengkajian Umum dan Khusus


A. Pengkajian Umum
1. Identitas
Nama : Nn. P
Usia : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Auditor keuangan
2. Keluhan utama
- Lelah
- Badan terasa pegal
- Nyeri pada mulut sejak dua hari yang lalu
3. Riwayat penyakit sebelumnya
- Tidak ada
4. Pengkajian Umum (anamnesa)
1) Apa yang dimaksud pasien mengenai keluhan lelah atau penat?
2) Apakah pasien merasa lelah sepanjang waktu?
3) Apakah lelah yang dimaksud lelah tidak bisa berolahraga, merasa sesak saat
beraktivitas, atau jenuh?
4) Kapan pertama kali timbul gejala?
5) Apa yang dapat mernicu gejala?
6) Adakah gejala fisik lain?
7) Adakah perubahan sosial yang signifikan saat ini?
8) Mengapa pasien mencari bantuan medis saat ini?
9) Menurut pasien apa masalahnya?
10) Adakah sesak napas?
11) Adakah penurunan berat badan?
12) Adakah demam?
13) Atau adakah kehilangan nafsu makan?

11
14) Adakah tanda-tanda anemia, hipotiroidisme, penyakit addison, keganasan yang
mendasar, gagal jantung, gagal ginjal, infeksi kronis atau apnea abstruse saat
tidur?
15) Adakah tanda-tanda penyakit psikiatri (depresi, anoreksia, mood menurun,
anhedonia, terbangun dini hari, ide bunuh diri, dan sebagainya?
5. Pemeriksaan fisik
- Konjungtiva anemis
- TD 120/70 mmHg, N 80x/mnt, P 12x/mnt, S 37,5 O C
- Rongga mulut tampak merah dan terdapat sariawan disekitar dan dalam mulut
- Paru-paru vesikuler
- Bunyi jantung S1/S2
- Kekuatan otot 5555/5555
- Sendi-sendi normal tak tampak tanda-tanda infeksi

B. Pemeriksaan Khusus Anemia


- Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )
- Kadar Ht menurun ( normal 37% – 41%)
- Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
- Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
- Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia
aplastik)

2.7 Definisi Sariawan


Stomatitis Atfosa Rekuren atau yang lebih dikenal dengan sariawan adalah radang
yang terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan
permukaan agak cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok.
Stomatitis atau yang lebihh di kenal dengan sariawan dapat menyerang selaput lender
pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, liddah, gusi, serta langit-langit dalam rongga mulut.
Meskipn tidak tergolong berbahaya, namun sariawan sangat mengganggu. Adapula yang
mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik abnormal pada mulut.
Mulut merupakan pintu masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang
bersifat merusak. Mukosa mulut dapat mengalami kelainan yang bukan merupakan suatu
penyakit tetapi merupakan kondisi herediter. Padda keaddaan normal didalam rongga mulut

12
terdapat bermacam-macam kuman yang merupakan bagian dari pada “Flora Mulut” dan tidak
menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen. Jika daya tahan mulut atau tubuh
menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi pathogen dan menimbulkan
gangguan atau menyebabkan berbagai infeksi atau penyakit. Daya tahan mulut dapat
menurun karena gangguan mekanik (Trauma/Cedera). Gangguan kimiawi atau termik,
defesiensi vitamin, kekurangan darah atau anemia, dsb.
Pada individu tertentu dapat terjadi reaksi alergi terhadap jenis makanan tertentu
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada mukosa mulut, begitu juga dengan factor
psikis dan hormonal. Ini semua dapat terjadi pada gangguan mulut yang
disebut “Stomatitis”.

2.8 Etiologi Sariawan


Stomatitis merupakan penyakit yang di akibatkan dengan adanya jamur pada mulut
dan saluran kerongkongan. Jamur yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan candidi
albicans bukanlah jamur aneh dan berbahaya.
Hampir disetiap jengkal tubuh kita mengandung jamur ini termasuk di daerah mukosa
dan alat kelamin, namun addanya janur ini tidak menimbulkan keluhan yang berarti. Dulu
jamur ini lebih dikenal dengan sebutan jamur monolia. Jamur ini sering menimbulkan
keluhan dikarenakan daya tahan tubuh manusia (Imuno) yang menurun sehingga pertahanan
terhadap jamur dan bakteri lainnya berkurang.
Dengan demikian penyakit yang ringan pada mulut ini bissa mengindikasi penyakit
yang lebih berat. Meski penyakit ini tidak begitu beat namun tetap saja keberadaan penyakit
ini dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.
Sampai saat ini penyebab utama dari sariawan belum diketahui. Namun para ahli telah
menduga banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya stomatitis ini, diantaranya yaitu :
1 Penyebabnya yang berasal dari keadaan dalam mulut seperti :
 Kebersihan mulut yang kurang
 Letak susunan gigi
 Makanan/minuman yang panas dan pedass
 Rokok
 Pasta gigi yang tidak cocok
 Lipstick
 Infeksi jamur

13
 Overhang tambahan atau karies, ptotesa (Gigi Tiruan)
 Luka padda bibir akibat tergigit/benturan.
2 Bagian dari penyakit sistemik yaitu :
 Reaksi alergi : sariawan timbul setelah memakan jenis makanan tertentu. Jenis
makanan inni berbeda untuk tiap-tiap penderita
 Hormonal Imbalance
 Stress mental
 Kekurangan vitamin B12 dan mineral
 Gangguan pencernaan
 Radiasi
Infeksi virus dan bakteri juga diduga sebagai pencetus timbulnya sariawan ini. Ada
pula yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik abnormal pada rongga
mulut dan imunologik sangat erat hubungannya dengan psikologis (stress). Faktor psikologis
(Stress) telah diselidiki berhubungan dengan timbulnya stomatitis (Sariawan) disebagian
besar masyarakat.

2.9 Tanda dan Gejala Sariawan


Stomatitis di tandai dengan gejala berupa rasa panas atau terbakar yang terjadi satu
atau dua hari yang kemudian bisa menimmbulkan luka (Ulser) di rongga mulut. Bercak luka
yang ditimbulkan akibat dari sariawan ini agak kaku dan sangat peka terhadap gerakan lidah
atau mulut sehingga rasa sakit atau rasa panas yang dirasakan ini dapat membuat seseorang
yang terkena susah makan, minum ataupun sulit dalam berkomunikasi.
Penderita penyakit ini biasanya juga banyak mengeluarkan liur. Biasanya sariawan
inni akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 4 – 20 hari. Bila penyakit ini tidak sembuh
selama 20 hari maka penderita harus ddiperiksa lebih lanjut untuk menentukan apakah ada
ssel kankernya atau tidak.
1 Masa prodmoral atau penyakit 1-24 jam :
Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar.
2 Stadium pre ulcerasi
Adanya edema/peembengkakan setempat dengan tebentuknya macula pavula
serta terjadi peninggian 1-3 hari.
3 Stadium ulcerasi

14
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, batas
sisinya merah dan edema beerbedda yaitu 1- minggu.
Gambaran klinis dari stomatitis:
 Lesi bersifat Ulcerasi
 Bentuk oval/bulat
 Sifat tersebar
 Batasnya jelas
 Biasa sendiri-sendiri (Singulas) dan kelompok (Multiple)
 Tep merah
 Lesi dangkal
 Lesi sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut

2.10 Patofisiologi Sariawan


Identifikasi pada pasien dengan resiko tinggi, memungkinkan dokter gigi untuk
memulai evaluasi pra-perawatan dan melakukan tindakan profilaktis yang terukur untuk
meminimalkan insidens dan morbiditas yang berkaitan dengan toksisitas rongga mulut.
Faktor resiko paling utama pada perkembangan komplikasi oral selama dan terhadap
perawatan adalah pra-kehadiran penyakit mulut dan gigi, perhatian yang kurang terhadap
rongga mulut selama terapi dan faktor lainnya berpengaruh pada ketahanan dari rongga
mulut. Faktor resiko lainnya adalah : tipe dari kanker (melibatkan lokasi dan histology),
penggunaan antineoplastik, dosis dan administrasi penjadwalan perawatan, kemudian area
radiasi, dosisnya, jadwal dilakukan radiasi (kekerapan dan durasi dari antisipasi
myelosuppresi) serta umur pasien. Keadaan sebelum hadirnya penyakit seperti adanya
kalkulus, gigi yang rusak, kesalahan restorasi, penyakit periodontal, gingivitis dan
penggunaan alat prostodontik, berkontribusi terhadap berkembangnya infeksi lokal dan
sistemik. Kolonisasi bakteri dan jamur dari kalkulus, plak, pulpa, poket periodontal,
kerusakan operculum, gigi palsu, dan penggunaan alat-alat kedokteran gigi merupakan
sebuah lahan yang subur buat organisme opportunistik dan pathogenistik yang mungkin
berkembang pada infeksi lokal dan sistemik. Tambalan yang berlebih atau peralatan lain yang
melekat pada gigi, membuat lapisan mulut lebih buruk, menebal dan mengalami atropi,
kemudian menghasilkan ulserasi local (stomatitis).

15
2.11 Pengkajian Khusus Sariawan
a) Pengkajian psikososial
- Kaji apakah keluarha tidak memperhatikan kebersihan mulut
- Kaji stress, gaya hidup, fungsi, dan penampilan dari rongga mulut
b) Pengkajian pola nutrisi dan metabolism
- Kaji apakah kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C,
B12, mineral, zat besi, serta pola makan yang buruk
c) Pengkajian pola istirahat dan tidur : apakah mengalami gangguan tidur akibat
nyeri

2.12 Definisi Kelelahan


Kata kelelahan (fatigue) menunjukkan keadaan yang berbeda–beda, tetapi semuanya
berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur, 1996).
Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Istilah kelelahan mengarah pada
kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan (Budiono, dkk., 2003).
Kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi,
performansi kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus
melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2003).
Menurut Nurmianto (2005), kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah
tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya
kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot secara statispun (static muscular loading)
jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain
Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan
yang bersifat berulang (repetitive).
Kelelahan juga merupakan masalah yang dapat menimpa semua tenaga kerja dalam
melaksanakan pekerjaannya. Penyebab terjadinya kelelahan yaitu intensitas dan lamanya
kerja fisik dan mental, iklim kerja, penerangan, kebisingan, rasa khawatir, konflik, tanggung
jawab, status gizi dan kesehatan. Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar
tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga terjadilah pemulihan (Grandjean, 1988).

2.13 Tanda dan Gejala Kelelahan


Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subyektif dan
obyektif antara lain;

16
 Perasaan lesu, ngantuk dan pusing,
 Kurang mampu berkonsentrasi,
 Berkurangnya tingkat kewaspadaan,
 Persepsi yang buruk dan lambat,
 Berkurangnya gairah untuk bekerja,
 Menurunnya kinerja jasmani dan rohani (Budiono, dkk., 2003).
Beberapa gejala tersebut dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan efekt ivitas
kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala tersebut manifestasinya timbul berupa keluhan oleh
tenaga kerja dan seringnya tenaga kerja tidak masuk kerja (Budiono, dkk., 2003).

2.14 Jenis-jenis Kelelahan


Kelelahan kerja berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh
(Suma’mur, 1996). Grandjean (1988) mengatakan kelelahan kerja dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu:
1 Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)
Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik
untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi, dan saat gejala yang
ditunjukan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin
rendahnya gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal
yang kurang menguntungkan seperti: melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja,
sehingga dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Gejala Kelelahan otot dapat
terlihat pada gejala yang tampak dari luar atau external signs.
2 Kelelahan Umum (General Fatigue)
Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang luar biasa. Semua
aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan tersebut.
Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa
berat dan merasa “ngantuk”. Kelelahan umum biasanya ditandai berkurangnya kemauan
untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik,
keadaan dirumah, sebab- sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi.

17
2.15 Etiologi Kelelahan
Berdasarkan penyebab kelelahan, penyebab kelelahan dibedakan atas kelelahan
fisiologis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor lingkungan (fisik) ditempat kerja,
antara lain: kebisingan, suhu dan kelelahan psikologis yang disebabkan oleh faktor psikologis
(konflik-konflik mental), monotoni pekerjaan, bekerja karena terpaksa, pekerjaan yang
bertumpuk-tumpuk (Grandjean, 1988).

2.16 Patofisiologi Kelelahan


Keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu
saraf pusat (cortex cerebri), yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistic yaitu sistem
penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terdapat
dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan
kecenderungan untuk tidur. Sistem penggerak terdapat dalam formasio retikularis yang
dapat merangsang peralatan dalam tubuh kearah bekerja, berkelahi, melarikan diri dan
sebagainya.
Sistem penghambat dan penggerak kelelahan (Suma’mur, 1996). Maka keadaan
seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja diantara dua sistem antagonis
dimaksud. Apabila sistem penghambat lebih kuat seseorang dalam keadaan lelah. Sebaliknya
manakala sistem aktivitas lebih kuat seseorang dalam keadaaan segar untuk bekerja. Konsep
ini dapat dipakai menjelaskan perist iwa-peristiwa sebelumnya yang tidak jelas. Misalnya
peristiwa seseorang dalam keadaan lelah, tiba-tiba kelelahan hilang oleh karena terjadi
peristiwa yang tidak diduga sebelumnya atau terjadi tegangan emosi. Dalam keadaan ini,
sistem penggerak tiba-tiba terangsang dan dapat mengatasi sistem penghambat. Demikian
juga kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan walaupun beban kerjanya tidak
seberapa. Hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat dari pada sistem
penggerak (Satalaksana, 1979).
Kelelahan yang terus menerus terjadi setiap hari akan berakibat terjadinya kelelahan
yang kronis. Perasaan lelah tidak saja terjadi sesudah bekerja pada sore hari, tetapi juga
selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelumnya. Perasaan lesu tampak sebagai suatu
gejala. Gejala-gejala psikis ditandai dengan perbuatan-perbuatan anti sosial dan perasaan
tidak cocok dengan sekitarnya, sering depresi, kurangnya tenaga serta kehilangan inisiatif.
Tanda-tanda psikis ini sering disertai kelainan-kelainan psikolatis seperti sakit kepala,
vertigo, gangguan pencernaan, tidak dapat tidur dan lain-lain.

18
Kelelahan kronis demikian disebut kelelahan klinis. Hal ini menyebabkan tingkat
absentisme akan meningkat terutama mangkir kerja pada waktu jangka pendek disebabkan
kebutuhan istirahat lebih banyak atau meningkatnya angka sakit. Kelelahan klinis terutama
terjadi pada mereka yang mengalami konflik-konflik mental atau kesulitan-kesulitan
psikologis. Sikap negatif terhadap kerja, perasaan terhadap atasan atau lingkungan kerja
memungkinkan faktor penting dalam sebab ataupun akibat (Suma’mur, 1996).
Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat, terdapat sistem
aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi kadang-kadang salah satu
dari padanya lebih dominan sesuai dengan keperluan. Sistem aktivasi bersifat simpatis,
sedangkan inhibisi adalah parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam keserasian dan
keseimbangan, kedua sistem tersebut harus berada pada kondisi yang memberikan stabilitasi
kepada tubuh (Suma’mur, 1989).

2.17 Pengkajian Khusus Kelelahan


- Kaji dampak keletihan pada kualitas hidup
- Pantau bukti adanya keletihan fisik dan emosi yang berlebihan
- Pantau dan catat pola tidur
- Pantau lokasi dan sifat ketidaknyamanan/nyeri selama bergerak dan beraktivitas
- Pantau asupan nutrisi untuk menjamin kekuatan energy

19
ANALISA DATA

Data Subjektif Data Objektif

 Mengeluh lelah  Kesadaran : Composmentis


 Mengeluh badan terasa pegal  Rongga mulut tampak kemerahan dan
 Mengeluh nyeri pada perut terdapat Sariawan
 Pasien mengatakan setiap bangun tidur terasa  Terdapat sariawan disekitar dan didalam
lelah rongga mulut
 Pasien mengatakan pekerjaan sebagai Auditor  Konjungtiva Anemis
Keuangan  Pemeriksaan TTV
 Pasien mengatakan sering lembur  TD : 120/70 mmhg
 Pasien mengatakan waktu tidur jam 01:00 –  P : 12x/menit
04:00  N : 80x/menit
 Pasien mengatakan sering kelelahan dan  S : 37,5ᵒC
Merasa tak bertenaga, Lesu  Paru-paru : Vesikuler
 Pasien mengatakan sering makan cair jus buah  Bunyi Jantung S1/S2
dan susu (sejak 2 hari yang lalu)  Edema Negative
 (Sebelum sakit) Pasien makan 3x/hari dengan  Kekuatan otot 5555/5555
menu Nasi dan Tempe/Tahu, Menolak Sayur  Sendi-sendi normal tak tampak infeksi
 BAB/BAK : Normal

20
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Data Masalah Etiologi


Ds : Pasien mengeluh nyeri pada
mulut, Makan cair jus buah dan susu
(sejak 2 hari yg lalu) Kerusakan membran mukosa oral Malnutrisi

Do : Rongga mulut tampak merah dan


terdapat sariawan

DX : Kerusakan membran mukosa oral b.d Malnutrisi


Ds : Pasien mengatakan cepat lelah ,
badan terasa pegal, setiap bangun tidur
merasa lelah,tak bertenaga, waktu
tidur 01:00- 04:00 Keletihan Gangguan tidur

Do : pasien tampak lesu, konjungtiva


anemis

Dx : Keletihan b.d Gangguan Tidur


Ds : pasien mengatakan sering
lembur, Pekerjaan sebagai Auditor
Keuangan, waktu tidur 01:00 – 04:00 Gangguan pola tidur Pola tidur tidak menyehatkan

Do : pasien tampak lesu, konjungtiva


anemis

DX : Gangguan Pola Tidur b.d Pola Tidur Tidak Menyehatkan

21
ASUHAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa NOC NIC


1. Keletihan b/d gangguan tidur  Konservasi Energi  Manajemen Energi
Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji status pasien
keperawatan selama 2x24 yang menyebabkan
jam, pasien diharapkan kelelahan
dapat mempertahankan 2. Perbaiki defisit
aktivitasnya, dengan kriteria status fisiologis
hasil: 3. Monitor intake
1. Keseimbangan nutrisi untuk
aktivitas dan mengetahui sumber
istirahat energi yang adekuat
2. Menyadari 4. Bantu pasien untuk
keterbatasan energi menjadwalkan
3. Mengatur aktivitas periode istirahat
untuk konservasi 5. Ajarkan pasien
energi mengenai
4. Mempertahankan pengelolaan
intake nutrisi yang kekuatan dan tekniki
cukup manajemen waktu
5. Melaporkan untuk mencegah
kekuatan yang cukup kelelahan
untuk beraktivitas 6. Lakukan ROM
aktif/pasif untuk
menghiloangkan
ketegangan otot
7. Anjurkan tidur siang
jika diperhatikan
2. Gangguan pola tidur b/d pola  Tidur  Peningkatan Tidur
tidur tidak menyehatkan Setelah dilakukan skep 1. Tentukan pola tidur /
selama 2x24 jam, aktivitas pasien
gangguan tidur pasien 2. Perkirakan tidur /
teratasi, dengan kriteria siklus bangun pasien
hasil: didalam perawatan
1. Jam tidur normal perencanaan
2. Pola tidur baik 3. Jelaskan pentingnya
3. Kulaitas tidur baik tidur yang cukup
4. Perasaan segan 4. Sesuai lingkungan
setelah tidur untuk peningkatan
5. Efisiensi tidur baik tidur
5. Diskusikan dengan
pasien mengenai
teknik untuk
meningkatkan tidur
6. Atur rangsangan
lingkungan untuk
mempertahankan
siklus siang-malam

22
yang normal

3. Kerusakan membran mukosa  Kesehatan mulut  Pemulihan kesehatan


oral b/d malnutrisi Setelah dilakukan suhan mulut
keperawatan selama 1. Monitor kondisi
3x24 jam, kondisi mulut mulut pasien
pasien baiki, dengan 2. Monitor perubahan
kriteria hasil: dalam pengecapan
1. Kebutuhan mulut rasa, pembengkakan,
baik kenyamanan
2. Bibir lembab 3. Tentukan frekuensi
3. Mukosa mulut dan perawatan mulut
lidah lembab 4. Anjurkan
4. Warna membran menggunakan sikat
mukosa normal gigi yang
5. Integritas mukosa lembut/spons mulut
mulut, lidah dan gigi sekali pakai
baik 5. Berikan obat kumur
6. Tidak berbau mulut pada pasien
6. Dorong pasien untuk
menghindari
makanan pedas, asin,
asam, kering, kasar
dan keras
7. Dorong pasien untuk
meningkatkan
asupan cairan

23
BAB III
KESIMPULAN

1 Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal
2 Penyebab umum dari penyakit anemia yaitu: kehilangan darah akibat dari perdarahan
hebat, berkurangnya pembentukan sel darah merah, dan gangguan produksi sel darah
merah.
3 Tanda–tanda dari penyakit anemia yakni: lesu, lemah, letih, lelah, lunglai
(5L), Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva pucat.
Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat, serta nyeri tulang, pada kasus yang lebih parah, anemia menyebabkan
tachikardi, dan pingsan.
4 Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau
hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat dipengaruhi
oleh usia,jenis kelamin,dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
5 Sariawan merupakan bahasa wam untuk berbagai jenis lesi/benjolan yang timbul di
rongga mulut. Namun biasanya jenis sariwan yang sering timbul sehari-hari pada
rongga mulut kita disebut (dalam istilah kedokteran) Stomatitis Aftosa Rekuren.
6 Stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak
putih kekuningan. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok.
Stomatitis dapat menyerang selaput lender pipi bagian dalam, bibir bagian dalam,
lidah, gusi serta, langit-langit dalam rongga mulut. Meskipun tidak tergolong
berbahaya, namun stomatitis atau sariawan sangat mengganggu. Adapula yang
mengatakan bahwa stomatitis merupakan reaksi imunologik abnormalpada rongga
mulut.
7 Kata kelelahan (fatigue) menunjukkan keadaan yang berbeda–beda, tetapi semuanya
berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur,
1996). Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Istilah kelelahan
mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan
(Budiono, dkk., 2003).

24
8 Kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi,
performansi kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus
melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2003).
9 Menurut Nurmianto (2005), kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah
tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang
terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot secara statispun (static
muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan
mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon, dan
lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive).

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Bulechek, Gloria. 2013. Nursing Interventions Classification. Sinagpura : Elsevier


2. Dewanto, George. 2009. Panduan Praktek Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit.
Jakarta : EGC
3. Gibney, MJ. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC
4. Handayani, Wiwik. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
5. Moorhed, Sue. 2013. Nursong Outcome Classification. Singapura : Elsevier
6. Nurarif, Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic Noc. Yogyakarta : Mediaction Publishing
7. PPNI. 2016. SDKI Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi I. Jakarta : EGC
8. Price, Sylvua. 2013. Patofisiologi. Jakarta : EGC
9. Suma’mur, PK. 2009. Hiegiene Perusaahn dan Keselamatan Kerja. Jakarta : CV
Agung Sero
10. Tambayong, Jan. 2009. Patofisiologi. Jakarta : EGC
11. Wilkinson, Judith. 2016. Diagnosa Keperawatan NOC NIC. Jakarta : EGC

26

Anda mungkin juga menyukai