Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah hal pokok yang sangat amat penting untuk dimiliki oleh
setiap kalangan masyarakat. Pendidikan merupakan sebuah pondasi yang memegang
peranan penting dalam menentukan masa depan bangsa. Apabila disuatu Negara
masyarakatnya sudah memiliki pendidikan yang baik maka Negara tersebut akan lebih
mudah untuk mengembangkan potensi negaranya. John Dewey mengemukakan bahwa
pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara
intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Pendidikan merupakan
suatu proses pembelajaran yang pasti didapatkan oleh setiap orang, pendidikan
membuat seseorang bisa berfikir lebih kritis, analitis dan rasional serta mampu
membuat seorang individu bisa bersikap lebih dewasa dalam memecahkan suatu
masalah. Pendidikan tidak semata-mata hanya untuk formalitas tetapi pendidikan
merupakan dasar fundamental serta cara berpikir seseorang.

Pembahasan mengenai pendidikan tidak akan jauh dari proses Belajar. Belajar
merupakan kegiatan yang dilakukan sepanjang hayat tanpa mengenal usia. Manusia
setiap harinya tentunya melakukan pembelajaran baik formal maupun informal. Belajar
merupakan kebutuhan pokok dari setiap individu yang berlangsung sepanjang hayat,
belajar terus dilakukan oleh individu Proses belajar merupakan proses interaksi edukatif
yang terikat pada tujuan, terarah pada tujuan, dan dilaksanakan khusus untuk mencapai
tujuan (Suastra, 2017). ). Dalam proses pembelajaran siswa berada dalam posisi proses
mental yang aktif sementara guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran.
Proses belajar- mengajar merupakan kegiatan utama di sekolah. Dalam proses ini siswa
membangun makna dan pemahaman dengan bimbingan guru. Satu hal yang perlu
menjai perhatian guru, bahwa yang belajar dan diharapkan berhasil mencapai tujuan
adalah murid atau peserta didik itu sendiri. Oleh karena itu, yang paling penting dalam
interaksi belajar mengajar adalah siswa. Diharapkan dalam proses belajar, tercipta
suasana disekoah yang termotivasi dan aktif. Guru diberikan kebebasan untuk
mengelola kelas yang meliputi strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran
yang efektif, disesuaikan dengan karakteristik dari mata pelajaran, karakteristik siswa,
guru, dan sumber daya yang tersedia di sekolah.
1
Terdapat dua komponen penting dalam proses belajar yakni siswa dan guru
yang saling berinteraksi satu sama lain. Dalam melakukan peroses pembelajaran agar
tecipta suasana yang kondusif, aktif, termotivasi, efektif, efisien, dan dinamis maka,
guru perlu menentukan model pemebelajaran yang tepat. Model pembelajaran
merupakan seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek
sebelum dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang
terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar
mengajar. Model pembelajaran dapat diartikan juga sebagai rencana atau pola yang
digunakan dalam mengatur berbagai hal yang akan dilakukan dikelas. Sehingga dapat
disimpulkan model pembelajarn ini sangat penting utuk digunakan dalam kegiatan
pembelajaran dikelas.
Dikarenakan pentingnya penerapan model pembelajaran ini maka dalam
makalah ini akan dibahas mengenai Model pembelajaran Kontekstual dan Inkuiri.
Kedua model pembelajaran ini cukup relevan diterapkan disekolah karena siswa
mampu berperan aktif untuk menemukan pengetahuan- pengetahuan baru.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka muncul


beberapa rumusan masalah sebagai berikut.

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kontekstual?

1.2.2 Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Inkuiri?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan makalah ini adalah:

1.3.1 Mampu mendeskripsikan dan megidentifikasi model pembelajaran


Kontekstual.

1.3.2 Mampu mendeskripsikan dan mengidentifikasi model pembelajaran Inkuiri.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini, adalah
sebagai berikut:

2
1.4.1 Bagi Penulis
Manfaat yang penulis dapatkan dari penyusunan makalah ini adalah
memberikan pengetahuan yang lebih mendalam tentang materi-materi yang
terkait dengan model pembelajaran Kontekstal dan model pembelajaran Inkuiri.
Pengetahuan ini nantinya bisa diterapkan ketika terjun langsung ke sekolah saat
sudah menjadi seorang pengajar.

1.4.2 Bagi Pembaca


Manfaat bagi pembaca makalah ini adalah, pembaca dapat
memperoleh informasi yang dapat menambah wawasan pembaca terkait
dengan model pembelajaran Kontekstual dan model pembeajaran Inkuiri.
Selain itu makalah ini juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pedoman
belajar dan pembuatan makalah selanjutnya terkait dengan materi ini.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Model Pembelajaran Kontekstual
Pengertian Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu


proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa
memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer)
dari satu permasalahan konteks ke permasalahan konteks lainnya. CTL merupakan suatu
konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran kontekstual
dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi
prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.
Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu
relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik
mampu mencapai kompetensi secara maksimal. Dalam kelas kontekstual, tugas guru
adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan
strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim
yang bekerja ber-sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah
peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. Pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Komponen Model Pembelajaran Kontekstual


4
Pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen, yaitu
sebagai berikut.
1. Contructivism (Kontruktivisme)
Proses pembelajaran mengarahkan siswa untuk membangun sendiri pengetahuan mereka
melalui keterlibatan aktif. Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Sedangkan guru bertugas
untuk memfasilitasi sehingga pengetahuan menjadi bermakna dan relevan bagi siswa.
2. Modelling (Pemodelan)
Pemodelan dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu
maksudnya adanya model yang ditiru. Model bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu,
contoh: cara melakukan pengukuran yang benar. Model tak hanya dari guru tapi juga dari
siswa atau ahli.
3. Learning Community (Masyarakat belajar)
Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan teman
atau orang lain (Nurhadi,2002:15). Masyarakat belajar terjadi bila ada komunikasi dua
arah yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.

4. Inquiry (Menemukan)
Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis
dan analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri. Sasaran utama pembelajaran dengan inquiry adalah sebagai berikut.
 Keterlibatan siswa secara maksimal, yang melibatkan mental intelektual sosial
emosional siswa.
 Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran.
 Mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukannya dalam
proses inquiry.
5. Questioning (Bertanya)
Bertanya merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang berlangsung secara
informatif untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Kegiatan bertanya akan mendorong siswa sebagai partisipan aktif dalam proses
pembelajaran. Kegiatan ini menurut Nurhadi (2002) berguna untuk:
1) Menggali informasi, baik administratif maupun akademis.

5
2) Mengecek pemahaman siswa.

3) Membangkitkan respon kepada siswa.


4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.
5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.
6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.
7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa.
8) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
6. Reflection (Refleksi)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
tentang apa-apa yang dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima (Nurhadi,2002:18). Realisasinya
dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut.
1) Pernyataan langsung, tentang apa-apa yang diperoleh hari itu.
2) Catatan atau jurnal di buku siswa.
3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu.
4) Diskusi.
5) Hasil karya.
7. Authentic Assessment (Penilaian yang sebenarnya)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
mengenai perkembangan belajar siswa (Nurhadi,2002:19). Penilaian yang dilakukan
bukan hanya karena bisa menjawab serangkaian pertanyaan di atas kertas, tapi juga
kemampuannya dalam mengaplikasikannya, inilah yang disebut authenthic. Hal-hal yang
bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa antara lain: proyek kegiatan dan
laporannya, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, dan tes tulis.
Perbedaan Pembelajaran Konvensional dengan Pembelajaran Kontekstual
Dalam prakteknya dilapangan, pola pembelajaran kontekstual sangatlah berbeda
dengan pembelajaran konvesional yang selama ini diterapkan. Perbedaan yang sangat
mencolok antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran kontekstual yaitu
pembelajaran konvesinal cenderung menggunakan teori belajar behavioristik, yang
menekankan bahwa proses belajar merupakan perubahan perilaku dari tidak tahu
menjadi tahu, serta guru menyimpulkan bahwa peserta didik ke sekolah dengan pikiran
kosong, padahal seperti yang kita ketahui belum tentu semua peserta didik seperti itu.,
Karena kemampuan satu siswa dengan siswa yang lain berbeda-beda. Artinya dalam
6
model belajar konvensional, pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran
pengajar kepikiran pebelajar. Dimana pengetahuan merupakan copy dari realita yang
langsung dapat diterima. Guru yang menganut model pembelajaran ini berekeinginan
untuk mengubah perilaku-perilaku yang tampak secara signifikan pada siswa. Dalam hal
ini siswa hanya sebagai penerima informasi (pengetahuan) secara pasif. Sedangkan guru
yang mendominasi menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Pada pembelajaran kontekstual (teori kognitif Gestalt-Field), belajar merupakan
suatu proses perolehan atau perubahan pandangan-pandangan, harapan-harapan, atau
pola-pola berpikir pengamat memberi perhatian pada prosese-proses mental atau apa
yang terjadi didalam pikiran pebelajar. Dalam hal ini siswa telah memiliki konsepsi awal
(prakonsepsi) sebelum proses pembelajaran dilakukan. Konsepsi awal tersebut akan
mengalami dua kemungkinan setelah guru memberikan konsep yang lebih jelas kepada
siswa. Apabila konsep awal siswa sesuai dengan konsep baru yang diberikan guru, maka
konsep awal yang dimilki siswa tersebut akan mengalami assimilasi (penguatan). Namun
apabila konsep awal tidak sesuai dengan konsep baru yang diberikan guru maka akan
mengalami akomodasi kemudian adaptasi (belajar kembali) hingga mencapai tahap yang
disebut kesetimbangan (eqilibrasi) dimana siswa menjadi peserta aktif, bukan hanya
pengamat yang pasif. Sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan motivator. Jadi,
keberhasilan dalam proses belajar mengajar ditentukan oleh siswa itu sendiri.
Perbedaan pola pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konvensional
seperti yang dikemukakan diatas memberikan kesan bahwa pembelajaran kontekstual
tampil dengan sejumlah keunggulan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional
yang dilakukan selama ini. Perbedaan tersebut juga menunjukan bahwa dalam
pembelajaran kontekstual menekankan kegiatan pembelajaran pada konsep student
centered.

Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Kontekstual, tentu saja


terlebih dahulu guru harus membuat desain/skenario pembelajarannya, sebagai pedoman
umum dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaannya. Pada intinya
pengembangan setiap komponen Kontekstual tersebut dalam pembelajaran dapat
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Fase 1 Fase 2

7
Guru menjelaskan kompetensi yang harus Siswa dibagi ke dalam kelompok
dicapai siswa serta manfaat dari proses kecil,sesuai dengan jumlah siswa. Guru
pembelajaran serta pentingnya materi menyajikan model atau feomena dan setiap
pelajaran yang akan dipelajari. kelompok diberi tugas untuk melakukan
observasi. Melalui observasi siswa
Guru menggali pengetahuan awal siswa
ditugaskan mencatat berbagai hal sesuai
serta menganalisis mikonsepsi siswa
dengan tujuan pembelajaran (modelling).
(konstruktivisme)
Fase 3 Fase 4

Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas Siswa melakukan observasi dan mencatat
yang harus dikerjakan oleh setiap hasil observasinya yang telah mereka
kelompok/individu siswa guna mencapai tentukan sebelumnya , serta menganalisis
tujuan pembelajaran (questioning) hasil observasinya (inkuiri)
Fase 5 Fase 6

Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka Dengan bantuan guru, siswa


sesuai dengan kelompoknya masing- menyimpulkan hasil observasinya.
masing. Selanjutnya masing-masing Simpulan tersebut merupakan pengetahuan
kelompok melaporkan hasil diskusinya atau ketrampilan baru yang diperoleh
dalam pleno kelas. Setiap kelompok dalam proses pembelajaran melalui
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penemuan. Guru melakukan penilaian
kelompok lainnya (masyarakat belajar) autentik dan memberi tugas kepada siswa
untuk meningkatkan pemahaman ,
memperluas dan memperdalam
pengetahuan/ketrampilannya berkaitan
dengan topik/materi yang telah dipelajari.
Siswa juga melakukan refleksi diri melalui
self-evaluation

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana


kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa
yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan
dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai

8
tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic
assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang
apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan
mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program
pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya.
Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan
dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual
lebih menekankan pada skenario pembelajarannya. Atas dasar itu, saran pokok dalam
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah
sebagai berikut.
1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa
yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi Pokok
dan Pencapaian Hasil Belajar.
2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu.
4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa.
5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati
partisipasinya dalam pembelajaran.

Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual

Adapun beberapa keunggulan dari pembelajaran Kontekstual adalah:


1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan
dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara
fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori
siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada
siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana
seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan
filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan
”menghafal”.
3. Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara
penuh, baik fisik maupun mental.

9
4. Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di
lapangan.
5. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari
guru.
6. Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
bermakna.
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran Kontekstual adalah sebagai berikut:
1. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual
berlangsung.
2. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang
kurang kondusif . .
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan
sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar
menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks
ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa
agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
2.2. Model Pembelajaran Inkuiri
Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri dalam bahasa inggris “Inquiry” berarti pertanyaan atau pemeriksaan atau
penyelidikan. Inkuiri adalah model pembelajaran yang memberikan siswa kebebasan
berpikir dan memungkinkan siswa untuk menggunakan segala potensinya, terutama
proses mentalnya untuk menemukan sendiri konsep-konsep atau prinsip -prinsip dalam
fisika serta dapat melatih proses mental lainnya yang mencirikan seorang ilmuwan.
Dengan model pembelajaran penemuan ini, materi pelajaran yang didapatkan siswa
akan lebih tahan lama, mudah diingat, lebih mudah diaplikasikan pada kondisi yang
berbeda, dapat memunculkan motivasi belajar serta dapat melatih kecakapan berpikir
secara terbuka.
Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang mampu untuk
mendorong peserta didik menjadi insan yang cerdas, kritis dan berwawasan luas (Sadia,
2014).
Piaget memberikan definisi pendekatan inkuiri sebagai pendidikan yang
mempersiapkan situasi bagi peserta didik untuk melakukan eksperimen sendiri.

10
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang
mereka ajukan (Syaiful, 2006).
Jadi, model pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa
untuk memecahkan masalah yang diberikan guru yang dikembangkan berdasarkan cara
berfikir yang bersifat penemuan yaitu menarik kesimpulan berdasarkan data-data yang
teramati. Atas dasar ini model pembelajaran inkuiri menekankan pada pengalaman
lapangan seperti mengamati gejala atau mencoba suatu proses kemudian mengambil
kesimpulan.
Sebagai strategi pembelajaran, inkuiri dapat diimplementasikan secara terpadu
dengan strategi lain sehingga dapat membantu pengembangan pengetahuan dan
pemahaman serta kemampuan melakukan kegiatan inkuiri oleh siswa.

Ciri-ciri Model Pembelajaran Inkuiri


Proses belajar mengajar dengan model inkuiri menurut Kuslan dan Stone
(Syaiful, 2006) ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menggunakan keterampilan proses
b. Jawaban yang dicari siswa tidak diketahui terlebih dahulu
c. Siswa berhasrat untuk menemukan pemecahan masalah
d. Suatu masalah ditemukan dengan pemecahan siswa sendiri
e. Hipotesis dirumuskan oleh siswa untuk membimbing percobaan atau eksperimen
f. Para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data dengan mengumpulkan data
mengadakan pengamatan, membaca/ menggunakan sumber lain.
g. Siswa melakukan penelitian secara individu/kelompok untuk mengumpulkan data
yang diperlukan untuk menguji hipotesis tersebut.
h. Siswa mengolah data sehingga mereka sampai pada kesimpulan.

Berdasarkan pada ciri-ciri model pembelajaran inkuiri diatas maka guru


berusaha membimbing melatih dan membiasakan siswa terampil berfikir karena mereka
mengalami keterlibatan secara mental maupun secara fisik seperti terampil
menggunakan Alat, terampil untuk merangkai peralatan percobaan dan sebagainya.
Pelatihan dan pembiasaan siswa untuk terampil berfikir dan terampil secara fisik
tersebut merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih
besar yaitu tercapainya ketrampilan proses ilmiah sekaligus terbentuknya sikap ilmiah
disamping penguasaan konsep, prinsip, hukum dan teori.

11
Jenis-Jenis Model Pembelajaran Inkuiri
Terdapat 7 jenis model pembelajaran inkuiri yaitu (Sadia, 2014):
1. Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Dalam model inkuiri terbimbing peran guru yaitu membimbing peserta didik
untuk melakukan kegiatan inkuiri dengan jalan mengajukan pertanyaan awal dan
mengarahkan siswa pada suatu diskusi. Proses ini dilakukan melalui tuntunan lembar
kerja siswa (LKS) yang lebih rinci. LKS tersebut biasanya berisi pertanyaan-
pertanyaan maupun langkah-langkah yang menuntun peserta didik agar dapat
menemukan suatu konsep maupun prinsip ilmiah yang menjadi target pembelajaran.
Ada beberapa catatan yang harus diperhatikan dalam pemerapan model pembelajaran
inkuiri terbimbing sebagai berikut:
a) Konsep-konsep serta prinsip-prinsip ilmiah harus ditemukan oleh peserta didik
melalui kegiatan pembelajaran.
b) Masalah pada setiap kegiatan inkuiri dapat dituliskan kedalam bentuk
pertanyaan.
c) Inkuiri harus dilakukan melalui kegiatan percobaan atau eksperimen.
d) Proses berpikir ilmiah, kritis dan kreatif merupakan wujud dari operasi mental
diharapkan terjadi selama proses inkuiri.
e) Guru harus menyediakan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses inkuiri.
f) Sebelum siswa melakukan kegiatan inkuiri guru perlu mendiskusikan
pertanyaan-pertanyaan agar proses inkuiri dapat berjalan lebih efektif.
2. Inkuiri Bebas (Free Inquiry)
Model pembelajaran inkuiri bebas adalah model pembelajaran yang dimana
peserta didik melakukan penelitian secara individu. Kegiatan pembelajaran dimulai
dari mengidentifikasi dan merumuskan masalah secara mandiri. Kemudia dilanjutkan
dengan proses perumusan hipotesis, merancang dan melakukan percobaan,
mengumpulkan data, menganalisis data, menginterpretasi hasil analisis data,
melakukan pembahasan temuannya dan menarik simpulan. Keseluruhan rangkaian
proses inkuiri perserta didik tidak dibimbing oleh guru ataupun jika dibimbing oleh
guru hanya sekedar. Jika guru menyediakan LKS maka,LKS tersebut bersifat terbuka
dan peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengembangkan penyelidikannya
atau eksperimennya secara individual. Namun, proses inkuirinya terarah pada
pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru. Kelebihan dari belajar
melalui model pembelajaran inkuiri bebas yaitu:
a) Adanya kemungkinan peserta didik dalam memecahkan masalahsecara terbuka
dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara.
b) Ada kemungkinan peserta didik menemukan cara atau solusi baru yang belum
pernah ditemukan oleh orang lain.
12
c) Peserta didik memperoleh kesempatan lebih banyak untuk mengembangkan
keterampilan berpikir kreatif.
d) Peserta didik memperoleh kesempatan untuk menjadi mandiri dan konsep dirinya
menjadi lebih positif.
Disamping memiliki kelebihan, model pembelajaran inkuiri bebas ini juga
memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:
a) Waktu yang diperlukan dalam proses inkuiri bebas ini lebih lama.
b) Dikarenakan peserta didik diberikan kesempatan untuk memilih sendiri
permasalahan maka ada kemungkinan masalah yang diselidiki berada di luar
konteks kurikulum.
c) Ada kemungkinan masing-masing kelompok atau individu peserta didik memilih
topik yang berlainan hal ini menyebabkan guru memerlukan waktu yang lebih
lama untuk memeriksanya.
3. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (Modified Free Inquiry)
Model inkuiri bebas yang dimodifikasi merupakan gabungan antara inkuiri
bebas dengan inkuiri terbimbing. Model inkuiri bebas yang dimodifikasi, permasalah
yang diselidiki oleh peserta didik berpedoman pada materi kurikulum dan
masalahnya diberikan oleh guru. Di sini guru masih memberikan bimbingan, akan
tetapi kadar bimbingannya lebih kecil dari inkuiri terbimbing dan pola bimbingannya
pun juga tidak terstruktur. Guru membatasi bimbingannya agar peserta didik
berupaya terlebih dahulu, akan tetapi jika peserta didik menemukan kendala dan
tidak dapat dipecahkan maka guru memberikan bimbingan secara tidak langsung
dengan cara memberikan contoh-contoh yang relevan dan dapat memberikan arahan
pada peserta didiknya untuk menemukan solusi. Guru dapat memberikan LKS,
namun sifat LKS tersebut tidak terstruktur secara rinci sehingga peserta didik masih
memiliki kebebasan dalam proses inkuiri ini.
4. Model Pembelajaran Inkuiri Invitasi (Invitation to Inquiry)
Model inkuiri invitasi ini peserta didik dilibatkan dalam proses pemecahan
masalah dengan cara yang dilakukan oleh para ilmuwan. Suatu undangan diberikan
kepada peserta didik yang berupa suatu permasalahan yang harus dipecahkan.
Permasalahan yang diberikan dirancang secara khusus dan akurat agar menantang
peserta didik untuk melakukan penyelidikan sesuai dengan langkah-langkah yang
dilakukan oleh ilmuwan.
5. Model Pictorial Riddle
Model pictorial riddle merupakan model pembelajaran inkuiri yang dapat
mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok melalui
peragaan gambar maupun situasi yang sesungguhnya untuk meningkatkan
13
keterampilan berpikir kritis dan kreatif dari peserta didik. Riddle yang berupa
gambar, poster ataupun simulasi disajikan oleh guru dan ditindaklajuti dengan
pertanyaan-pertanyaan untuk dicari pemecahannya melalui suatu proses inkuiri.
6. Synectics Lesson
Synectics lessonmerupakan model inkuiri yang memusatkan keterlibatan dari
peserta didik dalam membuat berbagai macam kiasan untuk menantang dan
mengemban kemampuan kemampuan kreatifnya serta menggugah potensi
intelektualnya. Ide-ide kratif peserta didik akan muncul melalui kegiatan pemecahan
masalah yang secara implisit ada di dalam kiasan tersebut. Pemecahan masalah
berlangsung dalam tahapan proses inkuiri.
7. Model Klarifikasi Nilai (Value Clarification)
Model klasifikasi nilai merupakan model pembelajaran inkuiri yang
memfokuskan peserta didik pada tata aturan maupun nilai-nilai pada suatu proses
pembelajaran.
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
Guide Inquiry atau pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model
pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau
petunjuk cukup luas kepada siswa (Suastra, 2009). Sebagian perencanaannya dibuat oleh
guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri
terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa.
Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan
kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berfikir lambat atau siswa yang mempunyai
intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan
dan siswa yang mempunyai intelegensi tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu
guru harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang bagus dan pandai mengendalikan
siswa.
Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar
lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami
konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas
yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara
individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara
mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh
pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan

14
bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi,
sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang
diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat
menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran matematika. Di samping itu,
bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama
berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga
guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang
diperlukan oleh siswa. Inkuiri jenis ini cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran
mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang ilmu tertentu.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran inkuiri terbimbing
antara lain:
1. Problem untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan dan
pernnyataan biasa.
2. Konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan
belajar harus dituliskan dengan jelas dan tepat.

3. Alat atau bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa untuk
melakukan kegiatan.

4. Diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa atau


kelas untuk didiskusikan sebelum para siswa melakukan kegiatan inquiy.

5. Kegiatan metode inquiy oleh siswa berupa kegiatan percobaan/penyelidikan yang


dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang
telah ditetapkan oleh guru.

6. Proses berpikir kritis dan ilmiah menunjukkan tentang mental operation siswa yang
diharapkan selama kegiatan berlangsung.

7. Pertanyaan yang bersifat open-ended harus berupa pertanyaan yang mengarah pada
pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siswa.

8. Catatan guru berupa catatan-catatan yang meliputi :

a. Penjelasan tentang hal-hal atau bagian–bagian yang sulit dari kegiatan–kegiatan


atau pelajaran.
b. Isi atau materi pelajaran yang relevan dengan kegiatan.

15
c. Faktor-faktor variabel yang dapat mempengaruhi hasil–hasilnya terutama penting
sekali apabila kegiatan percobaan atau penyelidikan tidak berjalan (gagal).

Karakteristik Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


Dalam inkuiri terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan baik oleh guru
dan luaran pembelajaran sudah dapat diprediksikan sejak awal. Inkuiri jenis ini cocok
untuk diterapkan dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip
yang mendasar dalam bidang ilmu tertentu. Terdapat beberapa karakteristik dari inkuiri
terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu (Sanjaya, 2008):
a. siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi spesifik hingga
membuat inferensi atau generalisasi,
b. sasarannya adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau obyek kemudian
menyusun generalisasi yang sesuai,
c. guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data, materi
dan berperan sebagai pemimpin kelas,
d. tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil
observasi di dalam kelas,
e. kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran,
f. biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa,
g. guru memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil generalisasinya
sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam kelas.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran inkuiri terbimbing


Setiap model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar
memiliki kelebihan dan kekurangan. Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki
kelebihan tertentu. Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang
dikemukakan oleh Bruner (Shavoong, 2012) yaitu :
a. Model pembelajaran inkuiri meningkatkan potensi intelektual siswa. Hal ini
dikarenakan siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari permasalahan yang diberikan dengan pengamatan dan pengalaman
sendiri. Ketergantungan siswa terhadap kepuasan ekstrinsik bergeser kearah
kepuasan intrinsik. Siswa yang telah berhasil menemukan sendiri sampai dapat
memecahkan masalah yang ada akan meningkatkan kepuasan intelektualnya yang
datang dari dalam diri siswa.

16
b. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat langsung
dalam proses penemuan.

c. Belajar melalui inkuiri dapat memperpanjang proses ingatan. Pengetahuan yang


diperoleh dari hasil pemikiran sendiri akan lebih mudah diingat.

d. Belajar dengan inkuiri, siswa dapat memahami konsep-konsep sains dan ide-ide
dengan baik.

e. Proses pembelajaran inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri


siswa. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran inkuiri lebih besar, sehingga
memberikan kemungkinan kepada siswa untuk memperluas wawasan dan
mengembangkan konsep diri secara baik.

f. Model pembelajaran inkuiri dapat menghindarkan siswa belajar dengan hafalan.


Pembelajaran inkuiri menekankan kepada siswa untuk menemukan makna
lingkungan sekelilingnya.

g. Model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencerna


dan mengatur informasi yang didapatkan.

Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran inkuiri terbimbing juga


memiliki kekurangan. Adapun kekurangan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing
(Shavoong, 2012), yaitu:
a. Model pembelajaran inkuiri mengandalkan suatu kesiapan berpikir tertentu , siswa--
siswa yang mempunyai kemampuan berpikir lambat bisa kebingungan dalam
berpikir secara luas membuat abstraksi, menemukan hubungan antara konsep--
konsep dalam suatu mata pelajaran, atau menyusun apa yang telah mereka peroleh
secara tertulis atau lisan. Siswa - siswa yang mempunyai kemampuan berpikir tinggi
bisa memonopoli strategi penemuan, sehingga menyebabkan frustasi bagi siswa-
siswa lain.
b. Tidak efisien, khususnya untuk mengajar siswa yang berjumlah besar sebagai contoh
banyak waktu yang dihabiskan untuk membantu seorang siswa dalam menemukan
teori-teori tertentu.

c. Harapan-harapan dalam model pembelajaran ini dapat terganggu oleh siswasiswa


dan guru-guru yang telah terbiasa dengan pengajaran tradisional.

17
d. Dalam beberapa bidang ilmu (misalnya sains), fasilitas yang dibutuhkan untuk
menguji ide-ide tertentu tidak tersedia.

e. Beberapa pendidik menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri tidak memberikan


kesempatan untuk berpikir kreatif, karena konsep-konsep yang ditemukan telah
dipilih guru dan proses-proses penemuannya dibawah bimbingan guru.

Sintak Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
(Sumber: Suastra, 2009)

Fase Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Berkarakter


Elisitasi gagasan  Guru menggali gagasan/ide awal Dalam fase ini
awal (sebelum dari siswa yang berkaitan dengan siswa akan mampu
inkuri) topik yang akan dibicarakan. membentuk dan
 Guru menganjurkan siswa untuk mengembangkan karakter
membuat hipotesis terkait kreatif, bersahabat, dan
dengan kegiatan yang akan demokratis.
dilakukan. Guru tidak
mengomentari hipotesis siswa.
Pengujian  Siswa melakukan kegiatan Dalam fase ini
gagasan awal pengujian terhadap hipotesis karakter siswa yang bisa
siswa (selama yang diajukan dan dipandu dikembangkan adalah rasa
inkuiri) dengan LKS. ingin tahu, disiplin, kerja
 Guru memfasilitasi selama siswa keras, jujur, peduli
melakukan kegiatan inkuiri. lingkungan,
tanggungjawab, dan
kreatif.
Negosiasi makna  Siswa melakukan diskusi kelas Dalam fase ini akan
(setelah inkuiri) terkait hasil penyelidikan, menumbuhkan keberanian
kegiatan dipandu oleh guru siswa untuk berbeda dari
untuk mendiskusikan konsep yang biasanya yang
pokok. merupakan salah satu
aspek kemapuan berpikir
kreatif. Karakter yang bisa
dibentuk pada fase ini

18
adalah demokratis, kreatif
dan tanggungjawab.
Penerapan konsep  Siswa menerapkan konsep- Pada fase ini
pada situasi baru konsep yang dimilikinya dalam karakter siswa yang bisa
situasi baru, misalnya dikembangkan yaitu
pamecahan masalah, latihan disiplin, kreatif, kerja
soal, dll. keras, jujur dan tanggung
jawab.
Pembuatan  Siswa membuat kesimpulan Pada fase ini
kesimpulan dan terhadap hasil pengamatan yang karakter siswa yang bisa
repleksi telah mereka lakukan dan dikembangkan yaitu
melakukan refleksi terhadap disiplin, kerja keras, jujur
perkembangan belajarnya. dan tanggung jawab.

Model Pembelajaran Inkuiri Bebas.


Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri bebas yang mensyaratkan keterlibatan
aktif siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap
pelajaran matematika, khususnya kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis
siswa. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri bebas merupakan pendekatan
pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa,
sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar
ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri adalah sebagai fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang
perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa
masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah
menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah.
Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri bebas
adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai sains dan
akan lebih tertarik terhadap sains jika mereka dilibatkan secara aktif dalam “melakukan”
penyelidikan. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk memahami
konsep-konsep matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa.

19
Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berpikir
ilmiah tersebut.
Dalam inkuiri bebas, siswa difasilitasi untuk dapat mengidentifikasi masalah dan
merancang proses penyelidikan. Siswa dimotivasi untuk mengemukakan gagasannya dan
merancang cara untuk menguji gagasan tersebut. Untuk itu siswa diberi motivasi untuk
melatih keterampilan berpikir kritis seperti mencari informasi, menganalisis argument
dan data, membangun dan mensintesis ide-ide baru, memanfaatkan ide-ide awalnya
untuk memecahkan masalah serta menggeneralisasikan data.
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman
belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini
menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi
kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan
masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.
Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa
dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah
lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi
jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi
yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.

Syarat-syarat Terlaksananya Ikuiri Bebas


Pendekatan inkuiri dalam mengajar mencakup pendekatan modern yang sangat
didambakan untuk dilaksanakan di setiap sekolah. Pendekatan inquiri merupakan
pendekatan mengajarkan yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara
berpikir ilmiah. Adanya tuduhan bahwa sekolah menciptakan “kultur bisu” tidak akan
terjadi apabila inkuiri digunakan. Inkuiri dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-
syarat sebagai berikut (Suryosubroto, 2002):
a. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas
(persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa atau yang
problematic) dan sesuai dengan daya nalar siswa,
b. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi
belajar yang menyenangkan,
c. Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup,
d. Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi,
e. Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar, dan
f. Puru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa
Adapun peranan guru dalam pembelajaran inkuiri bebas antara lain:
20
1. Guru sebagai diagnosis, yang berusaha mengetahui kebutuhan siswa dan kesiapan
siswa.
2. Guru sebagai fasilitator;
a. Menyiapkan tugas atau problema yang akan dipecahkan oleh para siswa.
b. Memberika klasifikasi-klasifikasi.
c. Menyiapkan setting kelas.
d. Menyiapkan alat-alat dan fasilitas belajar yang diperlukan
e. Memberikan kesempatan pelaksanaan.
3. Guru sebagai dinamisator:
a. Merangsang terjadinya interaksi
b. Merangsang membesarkan hati siswa untuk lebih bergairah dalam kegiatan-
kegiatannya

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri Bebas


Sama halnya dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing, model
pembelajaran Inkuiri Berbimbing juga memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu.
Kelebihan model pembelajaran Inkuiri Bebas diantaranya yaitu (Sriyono, 1992):
a. Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan
keterampilan dan proses kognitif siswa.
b. Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin
merupakan suatu pengetahuan yang sifatnya sangat kukuh.
c. Membangkitkan semangat pada siswa, mislanya siswa merasakan jerih payah
penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk maju sesuai dengan kemempuananya
sendiri
e. Menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa
terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar.
f. Membantu memperkuat pribadi siswa dan menambah kepercayaan diri sendiri.

Sintak Model Pembelajaran Inkuiri Bebas

Tabel 2. Model Sintak Model Pembelajaran Inkuiri Bebas


(Sumber: Suastra, 2009)

Fase Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Berkarakter


Orientasi  Guru menjelaskan topik, tujuan, Karakter yang bisa
dan hasil belajar yang diharapkan dibentuk dan dikembangkan
dapat dicapai oleh siswa dan dalam fase ini yaitu

21
pokok-pokok kegiatan yang harus menghargai guru, disiplin
dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan. Pada tahap ini
dijelaskan langkah-langkah
inkuiri serta tujuan setiap
langkah, mulai dari langkah
merumuskan merumuskan
masalah sampai dengan
merumuskan kesimpulan.

 Siswa mendengarkan dengan


seksama agar siswa dapat
memahami tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai serta pokok-
pokok kegiatan yang harus
dilakukan.

Merumuskan  Guru menyajikan persoalan yang Karakter yang bisa


masalah menantang siswa untuk dibentuk dan dikembangkan
memecahkan teka-teki. Teka-teki dalam fase ini yaitu kreatif,
dalam rumusan masalah tentu ada percaya diri,
jawabannya, dan siswa didorong
untuk mencari jawaban yang
tepat.

Merumuskan  Guru memotivasi/mendorong Karakter yang bisa


Hipotesis siswa untuk dapat merumuskan dibentuk dan dikembangkan
jawaban sementara atau dapat dalam fase ini yaitu kreatif,
merumuskan berbagai perkiraan percaya diri, tanggung
kemungkinan jawaban dari suatu jawab
permasalahan yang dikaji.

 Siswa merumuskan hipotesis dari


pertanyaan/masalah yang
diajukan guru.

Pengumpulan  Guru menyediakan alat dan Karakter yang bisa


22
data fasilitas yang diperlukan bagi dibentuk dan dikembangkan
siswa. dalam fase ini yaitu disiplin,
kejujuran,
 Siswa mengumpulkan data
melalui percobaan untuk menguji
hipotesis yang diajukan.

Uji Hipotesis  Guru memberikan motivasi serta Karakter yang bisa


mengamati kegiatan dibentuk dan dikembangkan
pembelajaran. dalam fase ini yaitu kreatif,
percaya diri, kejujuran
 Siswa menguji hipotesis yang
diajukan dari data yang didapat
saat percobaan.

Perumusan  Guru memotivasi siswa agar Karakter yang bisa


Kesimpulan berani menyimpulkan hasil uji dibentuk dan dikembangkan
dan mengamati serta menampung dalam fase ini yaitu percaya
hasil kesimpulan yang sudah diri, tanggung jawab,
didapatkan oleh siswa. rasional, dan kejujuran

 Siswa mendeskripsikan temuan


yang diperoleh berdasarkan hasil
pengujian hipotesis

Evaluasi  Guru mengavaluasi hasil belajar Karakter yang bisa


siswa dari kesimpulan atau dibentuk dan dikembangkan
konsep yang didapatkan. dalam fase ini yaitu
menghargai, mengetahui
 Siswa mendengarkan dan
kemampuan diri
mencatat hasil evaluasi yang
dilakukan oleh guru.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep


belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari

2. Pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen,


yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan
(inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment).

3. Inkuiri adalah model pembelajaran yang memberikan siswa kebebasan berpikir


dan memungkinkan siswa untuk menggunakan segala potensinya, terutama proses
mentalnya untuk menemukan sendiri konsep-konsep atau prinsip -prinsip dalam
fisika serta dapat melatih proses mental lainnya yang mencirikan seorang
ilmuwan.

4. Terdapat 7 jenis model pembelajaran inkuiri yaitu Model Inkuiri Terbimbing,


Inkuiri Bebas (Free Inquiry), Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi (Modified Free
Inquiry), Model Pembelajaran Inkuiri Invitasi (Invitation to Inquiry), Model
Pictorial Riddle, Synectics Lesson, Model Klarifikasi Nilai (Value Clarification).
5. Guide Inquiry atau pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model
pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan
atau petunjuk cukup luas kepada siswa
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan kepada para pembaca (khususnya para guru) untuk
lebih mendalami model pembelajran ini, agar penerapan model pembelajaran ini di dalam
kelas menjadi lebih maksimal.

24
25

Anda mungkin juga menyukai