Anda di halaman 1dari 65

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang dengan selesainya penyusunan Modul Pengenalan Audit Keselamatan
Jalan. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta pendidikan dan
pelatihan di bidang jalan yang berasal dari kalangan pegawai pemerintah daerah
dan Aparatur Sipil Negara (ASN).

Modul Pengenalan Audit Keselamatan Jalan ini disusun dalam 5 (lima) bab yang
terdiri dari Pendahuluan dan Kegiatan Belajar. Penyusunan modul yang
sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam
memahami segala kebutuhan terkait jalan berkeselamatan. Penekanan orientasi
pembelajaran pada modul ini diisi oleh adanya pergeseran aktivitas peserta latih
dan pelatih yakni dengan menonjolkan peran serta aktif peserta latih.

Akhirya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim
penyusun atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Harapan kami tidak lain modul ini dapat
memberikan manfaat.

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan,


Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ........................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 2
1.2. Deskripsi Singkat ................................................................................... 2
1.3. Standar Kompetensi .............................................................................. 2
1.4. Kompetensi Dasar ................................................................................. 2
1.5. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok .................................................... 3
1.6. Estimasi Waktu ...................................................................................... 4
BAB 2 KEBUTUHAN AUDIT KESELAMATAN JALAN ................................................ 5
2.1. Definisi Audit Keselamatan Jalan .......................................................... 6
2.2. Sasaran Audit Keselamatan Jalan .......................................................... 7
2.3. Kebutuhan akan Audit Keselamatan Jalan ............................................ 9
2.4. Rangkuman.......................................................................................... 10
2.1. Latihan ................................................................................................. 11
BAB 3 KETENTUAN AUDIT KESELAMATAN JALAN ............................................... 12
3.1. Ketentuan Umum Audit Keselamatan Jalan........................................ 13
3.2. Ketentuan Teknis Audit Keselamatan Jalan ........................................ 22
3.3. Rangkuman.......................................................................................... 27
3.4. Latihan ................................................................................................. 27
BAB 4 PENGERJAAN AUDIT KESELAMATAN JALAN ............................................. 28
4.1. Latar Belakang ..................................................................................... 29

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN ii


4.2. Persiapan dan Pembentukan Tim ....................................................... 31
4.3. Penyiapan Data dan Informasi ............................................................ 31
4.4. Diskusi dan Penajamanan Masalah ..................................................... 31
4.5. Inspeksi Lapangan ............................................................................... 32
4.6. Analisis dan Evaluasi............................................................................ 33
4.7. Penulisan Laporan ............................................................................... 35
4.8. Paparan Hasil Audit ............................................................................. 35
4.9. Tindak Lanjut ....................................................................................... 36
4.10. Rangkuman ...................................................................................... 36
4.11. Latihan ............................................................................................. 36
BAB 5 PRINSIP KESELAMATAN PADA PERENCANAAN DAN DESAIN JALAN ....... 38
5.1. Latar Belakang ..................................................................................... 39
5.2. Prinsip Keselamatan dan Perencanaan Jalan ...................................... 39
5.3. Prinsip Keselamatan Jalan di dalam Desain Jalan ............................... 43
5.4. Median dan Penghalang ...................................................................... 45
5.5. Fasilitas Pejalan Kaki............................................................................ 46
5.6. Fasilitas bagi Kendaraan Roda Dua ..................................................... 47
5.7. Rangkuman.......................................................................................... 48
5.8. Latihan ................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 50
GLOSARIUM......................................................................................................... 51

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN iii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Audit Jalan Tol Baru ............................................................................ 10


Gambar 2 Tahapan Proses Audit Keselamatan Jalan .......................................... 16
Gambar 3 Diagram Alir Pelaksanaan Audit Keselamatan Jalan .......................... 30
Gambar 4 Desain Persimpangan Stagged ........................................................... 44
Gambar 5 Desain Persimpangan yang Perlu Perlebaran Lokal ........................... 45
Gambar 6 Median dan Penghalang Jalan ............................................................ 46
Gambar 7 Fasilitas Jalur Sepeda dalam Jalan Perkotaan .................................... 48

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN iv


PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Petunjuk penggunaan modul Diklat Jalan Berkeselamatan ini digunakan untuk


mempermudah peserta dalam memahami materi Pengenalan Audit Keselamatan
Jalan. Adapun teknik penggunaannya adalah sebagai berikut :
1. Peserta Diklat Jalan Berkeselamatan membaca dengan seksama setiap
bab dan coba dibandingkan dengan pedoman dari peraturan yang ada
dan ketentuan terkait, kemudian disesuaikan dengan pengalaman
peserta yang telah dialami di lapangan.
2. Jawablah pertanyaan dan latihan, apabila masih belum dapat menjawab
dengan sempurna, hendaknya peserta Diklat Jalan Berkeselamatan
latihan mengulang kembali materi yang belum dikuasai.
3. Selanjutnya buatlah rangkuman, kemudian buatlah latihan dan diskusi
dengan sesame peserta Diklat Jalan Berkeselamatan untuk
memperdalam materi.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN v


BAB 1
PENDAHULUAN

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 1


1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Di dalam memasuki era globalisasi sangat diperlukan peningkatan kualitas
sumber daya manusia agar mampu berkompetisi dalam persaingan global. Hal ini
mengisyaratkan kepada kita bahwa peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan
sikap perilaku aparatur sipil negara harus menjadi prioritas utama.
Salah satu upaya yang strategis dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan
dan sikap perilaku aparatur sipil negara adalah melalui Pendidikan dan Pelatihan
Jalan Berkeselamatan dengan Modul Pengenalan Audit Keselamatan Jalan
Dengan demikian para aparatur sipil negara diharapkan mampu memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat. Diklat ini merupakan diklat teknis yang
diselenggarakan bagi para aparatur sipil negara dengan standar kompetensi
Pejabat Fungsional Ahli Muda bidang perencana dan pelaksana jalan dan
jembatan tingkat dasar
Diklat teknis ini dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan tentang
pengetahuan, ketrampilan dan perilaku (sikap) dalam perencanaan jalan dan
jembatan sesuai dengan tugas pokok jabatan fungsional teknik jalan dan
jembatan.

1.2. Deskripsi Singkat


Mata Diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan dan pengertian tentang
audit keselamatan jalan, yang disajikan dengan menggunakan metoda pelatihan
orang dewasa (andragogi) yang meliputi ceramah, tanya jawab, pemaparan dan
diskusi.

1.3. Standar Kompetensi


Setelah selesai mengikuti pembelajaran mata diklat ini diharapkan peserta
mampu memahami audit keselamatan jalan serta penata laksanaan audit
keselamatan jalan dalam mewujudkan jalan berkeselamatan.

1.4. Kompetensi Dasar


Kompetensi dasar yang akan dicapai dari pembelajaran ini antara lain:

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 2


1. Peserta mampu memahami audit keselamatan jalan, sasaran
dilakukannya dan mengapa dibutuhkan audit keselamatan jalan.
2. Peserta mampu memahami tentang tujuan dan manfaat
dilaksanakannya audit keselamatan jalan, ketentuan umum dan
ketentuan teknis audit keselamatan jalan.
3. Peserta mampu memahami tentang pengerjaan audit keselamatan jalan
sejak tahap persiapan sampai dengan laporan hasil audit.
4. Peserta mampu memahami prinsip keselamatan dalam perencanaan dan
desain Jalan

1.5. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Dalam modul Pengenalan Audit Keselamatan Jalan terdapat 4 (empat) materi
yang akan dibahas, yaitu:
1. Pengantar Audit Keselamatan Jalan, meliputi:
a. Definisi Audit Keselamatan Jalan
b. Sasaran Audit Keselamatan Jalan
c. Kebutuhan akan Audit Keselamatan Jalan
2. Ketentuan Audit Keselamatan Jalan, meliputi:
a. Ketentuan Umum Audit Keselamatan Jalan
b. Ketentuan Teknis Audit Keselamatan Jalan
3. Pengerjaan Audit Keselamatan Jalan, meliputi:
a. Persiapan dan Pembentukan Tim
b. Penyiapan Data
c. Diskusi dan Penajamanan Masalah
d. Inspeksi Lapangan
e. Analisis dan Evaluasi
f. Penulisan Laporan
g. Paparan Hasil Audit
h. Tindak Lanjut
4. Prinsip Keselamatan dalam Perencanaan dan Desain Jalan, meliputi:
a. Prinsip Keselamatan dalam Perencanaan

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 3


b. Prinsip Keselamatan Jalan di Dalam Desain Jalan
c. Median dan Penghalang
d. Fasilitas Pejalan Kaki
e. Fasilitas bagi Kendaraan Roda Dua

1.6. Estimasi Waktu


Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata diklat “Pengenalan Audit Keselamatan Jalan” pada peserta diklat teknis ini
adalah 4 (empat) jam pelajaran.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 4


BAB 2
KEBUTUHAN AUDIT KESELAMATAN JALAN

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 5


2. Kebutuhan Audit Keselamatan Jalan

Indikator keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat


memahami definisi, sasaran dan kebutuhan audit
keselamatan jalan

2.1. Definisi Audit Keselamatan Jalan


Terdapat berbagai definisi dan pengertian tentang audit keselamatan jalan yang
pada prinsipnya menjelaskan hubungan antara kegiatan penanganan jalan,
pengujian yang obyektif dalam melihat potensi kecelakaan lalu lintas di jalan.
Audit keselamatan jalan dapat didefinisikan sebagai pemeriksaan suatu proyek
jalan atau lalu lintas, jalan eksisting atau baru, oleh suatu tim ahli yang
independen, yang melaporkan kinerja keselamatan dan potensi tabrakan pada
proyek tersebut.
Definisi lain dari audit keselamatan jalan (road Safety Audit) adalah suatu bentuk
pengujian formal dari suatu ruas jalan yang ada dan yang akan datang atau
proyek lalu lintas, atau berbagai pekerjaan yang berinteraksi dengan pengguna
jalan, yang dilakukan secara independen, oleh penguji yang dipercaya dalam
melihat potensi kecelakaan dan penampilan keselamatan suatu ruas jalan
[Austroads, 1993]
Audit keselamatan jalan merupakan salah satu upaya untuk mengenali potensi
bahaya yang timbul dari prasarana jalan terhadap lalu lintas maupun lingkungan
di sekitarnya.
Audit keselamatan jalan merupakan suatu pengujian formal terhadap potensi
konflik lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas dari suatu desain jalan baru atau jalan
yang sudah terbangun, sehingga audit ini dinilai penting terutama untuk
membantu pemilik proyek dan pengelola jalan untuk mengidentifikasi
permasalahan keselamatan jalan dari proyek ataupun jalan yang sudah
dioperasikan. (Pedoman AKJ 2005)

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 6


Audit keselamatan dilakukan dengan memegang prinsip-prinsip umum yang
berlaku untuk penilaian kesesuaian, seperti :
- Adanya transparansi,
- Sistematis, dilakukan dengan metoda yang dapat dipertanggung-jawabkan,
- Dilakukan secara terbuka dengan kesepakatan pihak-pihak yang terlibat
dalam audit, baik sebagai auditor maupun sebagai auditee.
Agar pelaksanaan audit dapat dilakukan dengan prinsip-prinsip di atas disediakan
sebuah pedoman audit keselamatan jalan untuk dipergunakan sebagai acuan
dalam melakukan audit keselamatan jalan di Indonesia.
Pada dasarnya metodologi audit keselamatan yang diadopsi oleh berbagai
lembaga audit di berbagai negara hampir tipikal. Beberapa penyesuaian
dilakukan untuk menyesuaikan substansi audit dengan isu atau permasalahan
yang umum/ banyak berkembang pada negara pengguna. Komposisi dan perilaku
lalu lintas yang khas diadaptasikan dalam pedoman audit dari metoda audit yang
ada.
Adaptasi terhadap lingkungan di Indonesia dilakukan agar dapat melihat aspek-
aspek normatif, infrastruktur maupun lingkungan yang secara khusus
berpengaruh terhadap keselamatan jalan di Indonesia, seperti manajemen
proyek maupun pembinaan jalan, komposisi sepeda motor, kendaraan tak
bermotor, kondisi lansekap dan aktifitas masyarakat yang spesifik di sekitar
prasarana jalan dan lalu lintas.

2.2. Sasaran Audit Keselamatan Jalan


Sasaran utama audit keselamatan jalan adalah menjamin keselamatan tingkat
tinggi bagi semua proyek jalan baru sejak dari hari pertama dioperasikan; ini
berarti keselamatan diberikan perhatian seksama diseluruh tahap desain dan
konstruksi proyek.
Adapun obyek sasaran audit keselamatan jalan adalah desain jalan, yang
mencakup desain geometrik, bangunan pelengkap, fasilitas/ perlengkapan jalan
dan kondisi lingkungan sekitar jalan.
Ada beberapa sasaran lain untuk audit keselamatan jalan, termasuk :
 Mengurangi biaya seumur hidup dari jalan/ desain (desain yang tidak aman
dapat menjadi mahal untuk diperbaiki setelah terbangun)

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 7


 Meminimalkan risiko tabrakan di jaringan jalan yang berdekatan, (terutama
dalam kemacetan) dan di jalan/ skema/ desain jalan baru.
 Meningkatkan perlunya rekayasa keselamatan jalan pada desain jalan raya.
 Meningkatkan keselamatan semua pengguna jalan di jalan yang ada dan yang
baru.
Audit keselamatan jalan bukan hanya pemeriksaan pemenuhan terhadap
parameter standar jalan, akan tetapi juga termasuk penaksiran/ memperkirakan
tentang tata cara/ bagaimana pengguna jalan akan menggunakan jalan itu dan
kemungkinan mereka menghadapi masalah keselamatan pada jalan baru.
Tim audit keselamatan jalan harus dan akan menempatkan diri mereka dalam
kacamata pengguna jalan pada masa depan dan memeriksa keberfungsian jalan
bagi mereka. Audit keselamatan jalan merupakan proses yang penting dan
terstruktur yang membutuhkan pemeriksaan terperinci terhadap sebuah skema/
jaringan jalan, sebuah laporan tertulis dari tim audit, dan ada tanggapan balik
oleh manajer proyek yang menyatakan mengapa tindakan yang
direkomendasikan telah atau tidak dapat dipakai.
Audit keselamatan jalan mengikuti serangkaian proses yang membutuhkan suatu
tim auditor yang independen, artinya tak seorangpun dari anggota tim pernah
memiliki keterkaitan dengan desain. Secara ideal mereka harus berijazah
rekayasa keselamatan jalan, namun profesional lain juga dapat menambah
masukan yang berharga untuk sebuah audit yang lebih baik.
Audit keselamatan jalan akan lebih efektif bila dilaksanakan sejak tahap desain
dan perencanaan sebuah proyek jalan baru. Audit keselamatan jalan berbeda
dengan investigasi blackspot yang berdasarkan pada data kecelakaan. Data
kecelakaan memberikan keterangan/ sebuah pandangan mengenai detail
kecelakaan di lokasi dan dengan tim penyelidik yang berpengalaman, tindakan
pencegahan kecelakaan yang efisien/ biayanya murah/ rendah dapat
dikembangkan dan dilaksanakan.
Audit keselamatan jalan biasa dilakukan sebelum jalan dibangun, karena itu
belum/ tidak ada data kecelakaan. Tim audit keselamatan jalan menggunakan
keahlian dan pengetahuan teknik yang sama dengan tim investigasi blackspot
namun menerapkannya secara proaktif. Tim audit keselamatan jalan berusaha
untuk memperkirakan dan mengantisipasi jenis tabrakan/ kecelakaan yang
mungkin terjadi di jalan yang baru bila jalan tersebut dibangun sesuai desain.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 8


Hasil dari audit keselamatan jalan adalah sebuah laporan yang mengidentifikasi
masalah keselamatan jalan dan membuat rekomendasi untuk menghilangkan /
mengurangi dampaknya. Tanggung jawab untuk melaksanakan rekomendasi itu
tetap pada manajer proyek.

2.3. Kebutuhan akan Audit Keselamatan Jalan


Perencana jalan dan pelaksana kegiatan jalan sering harus mempertimbangkan
untuk membatasi pemenuhan semua kebutuhan dan persyaratan pada sebuah
desain jalan karena alasan keterbatasan biaya, kesulitan pengerjaan dan
terbatasnya waktu pelaksanaan, sedangkan pertimbangan/ kompromi pada
desain, kesulitan pengerjaan dan waktu tersebut dapat berakibat memunculkan
resiko kecelakaan yang lebih tinggi/ meningkat saat jalan terbangun dan
dioperasikan.
Ada anggapan umum bahwa keselamatan jalan akan terpenuhi dengan
sendirinya karena jalan sudah dirancang sesuai dengan standar terbaru,
dilaksanakan sesuai standar dan diasumsikan akan lebih baik daripada jalan lama.
Sehingga seolah-olah tidak ada keraguan dan tidak ada lagi yang perlu
dipersoalkan dengan keselamatan jalan.
Pengalaman membuktikan bahwa keselamatan jalan tidak selalu dapat dipenuhi
dengan menerapkan hanya dengan kesesuaian dengan standar saja. Sebuah
proyek peningkatan jalan sehingga kecepatan rata-rata kendaraan meningkat
akan berpotensi beresiko tabrakan yang lebih sering terjadi dan dapat saja
tingkat keparahan juga meningkat.
Tim audit keselamatan jalan adalah tim yang terdiri dari para spesialis yang akan
dapat memberi rekomendasi-rekomendasi keselamatan yang dapat dilaksanakan
untuk dimasukkan ke dalam desain jalan dan membantu manajer proyek untuk
mewujudkan sebuah jalan yang berkeselamatan. Kegiatan audit keselamatan
jalan menempatkan masalah keselamatan jalan sebagai prioritas atau lebih tinggi
prioritasnya dalam kegiatan sebuah proyek. Rekomendasi terhadap masalah
keselamatan inilah yang dibutuhkan dan akan dapat dilaksanakan oleh pemilik
proyek agar jalan yang dihasilkan dapat lebih berkeselamatan.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 9


Gambar 1 Audit Jalan Tol Baru

Jalan tol baru ini di audit pada tahap pra-pembukaan. Perubahan yang disetujui
dilakukan sebelum jalan tol dibuka untuk lalu lintas.

2.4. Rangkuman
1. Sebuah audit keselamatan jalan adalah:
- Kegiatan yang Proaktif
- Sebuah proses formal (tidak hanya sebuah pemeriksaan informal).
- Dilakukan oleh orang-orang yang berpengalaman dan terlatih,
yang independen terhadap desain.
- Sebuah penilaian dari masalah keselamatan di jalan dalam desain
jalan (atau dapat juga merupakan identifikasi masalah
keselamatan dari jalan yang ada).
2. Sebuah audit keselamatan jalan bukanlah :
- Kegiatan yang Reaktif
- Sebuah nama baru untuk sebuah pemeriksaan lokasi yang
terperinci.
- Sebuah pemeriksaan, atau pengecekan informal.
- Sebuah pengecekan kesesuaian dengan standar.
- Sebuah pengganti pengecekan desain regular.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 10


- Sebuah investigasi blackspot.

2.1. Latihan
1. Jelaskan perbedaan yang paling prinsip antara Audit Keselamatan Jalan
dengan Investigasi Blackspot.
2. Sebuah perencanaan jalan dibuat oleh ahli perencana jalan, apa
sebabnya masih dibutuhkan audit keselamatan jalan? Jelaskan

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 11


BAB 3
KETENTUAN AUDIT KESELAMATAN JALAN

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 12


3. Ketentuan Audit Keselamatan Jalan

Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat


memahami adanya ketentuan umum dan ketentuan teknis
pelaksanaan audit keselamatan jalan

3.1. Ketentuan Umum Audit Keselamatan Jalan


Audit keselamatan jalan merupakan bagian dari strategi pencegahan kecelakaan
lalu lintas dengan suatu pendekatan perbaikan terhadap kondisi desain geometri,
bangunan pelengkap jalan, fasilitas pendukung jalan yang berpotensi
mengakibatkan konflik lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas melalui suatu konsep
pemeriksaan jalan yang komprehensif, sistematis dan independen.
Tujuan utama audit keselamatan jalan adalah untuk:
a. Mengidentifikasi potensi permasalahan keselamatan bagi pengguna jalan
dan yang memiliki beberapa pengaruh lainnya dari proyek jalan, dan
b. Memastikan bahwa semua perencanaan/ desain jalan baru dapat beroperasi
semaksimal mungkin secara aman dan selamat.
Manfaat Audit Keselamatan Jalan adalah untuk :
a. Mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan pada
suatu ruas jalan
b. Mengurangi parahnya korban kecelakaan;
c. Menghemat pengeluaran negara untuk kerugian yang diakibatkan
kecelakaan lalu-lintas,
d. Meminimumkan biaya pengeluaran untuk penanganan lokasi kecelakaan
suatu ruas jalan melalui pengefektifan desain jalan.
Jadi ketentuan umum bertujuan agar pelaksanaan audit keselamatan jalan yang
baik dan benar diharapkan akan dapat menjamin terwujudnya manfaat dalam
segi keselamatan bagi pengguna jalan.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 13


3.1.1. Prinsip-Prinsip Audit Keselamata Jalan
Prinsip yang harus dipenuhi pada pelaksanaan audit keselamatan jalan,
antara lain :
a. Ruang lingkup dan organisasi pelaksana audit harus jelas tertuang di
dalam proposal proyek audit;
b. Pelaksana audit merupakan tim yang tidak terkait dengan
perencanaan proyek;
c. Tim pelaksana audit harus memiliki pengetahuan dan pengalaman di
dalam bidang keselamatan jalan;
d. Temuan audit harus terdokumentasi dan dilaporkan dalam setiap
tahapan pelaksanaan audit;
e. Pelaksanaan audit harus dilakukan dengan prosedur yang jelas dan
sistematis;
f. Pelaksanaan audit mengacu kepada standar geometrik dan prinsip-
prinsip keselamatan jalan seperti yang tertuang di dalam NSPM.
Pelaksanaan audit keselamatan jalan dilakukan oleh sebuah tim yang
independen sama sekali dari desain dan pelaksanaan konstruksi jalan, serta
harus dipimpin oleh seorang auditor keselamatan jalan senior yang
terdaftar, dengan jumlah anggota lebih dari 1 (satu) orang. Tim audit
keselamatan jalan terdiri dari personil yang berpengalaman di bidang
rekayasa dan keselamatan jalan, penyelidikan dan pencegahan tabrakan,
rekayasa lalu lintas serta desain jalan.

3.1.2. Tahapan Audit Keselamatan Jalan


Audit keselamatan jalan pada awalnya dilakukan pada empat tahapan,
yaitu :
a. Pada tahap pra rencana (pre design stage),
b. Pada tahap draft desain (draft engineering design stage),
c. Pada tahap detail desain (detailed engineering design stage), dan
d. Pada tahap percobaan beroperasinya jalan atau pada ruas jalan yang
telah beroperasi secara penuh (operational road stage).

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 14


Pada butir (D) di atas, dengan mengacu pada Instruksi Dirjen. Bina Marga
nomor 02/IN/Db/2012 tentang Panduan Teknis Rekayasa Keselamatan
Jalan Direktur Jenderal Bina Marga diperbaiki dan dilengkapi menjadi 6
(enam) tahapan yaitu:
1. Tahap Perencanaan (pre design stage)
2. Tahap Desain Awal (draft engineering design stage)
3. Tahap Detail Desain (detailed engineering design stage)
4. Tahap Pekerjaan Jalan (during road construction stage)
5. Tahap Pra Pembukaan (pre road opening stage)
6. Audit dari jalan yang Ada (operational road stage)
Dengan memberikan masukan keselamatan khusus pada tahap
perencanaan (pre design/ Feasibility Study) dari sebuah jaringan jalan maka
audit keselamatan jalan dapat mempengaruhi masalah dasar seperti
pemilihan rute, standar jalan, dampaknya terhadap keselamatan dan
kelancaran dengan jaringan jalan berdekatan yang ada, dan persimpangan
atau perlengkapan persimpangan (interchange provision).
Pelaksanaan pemeriksaan pada desain awal jalan (draft engineering design
stage) yang sudah selesai, sebuah audit akan memeriksa masalah khas
geometrik jalan termasuk alinyemen horizontal dan vertikal, tata letak/ lay
out simpang empat, persimpangan dan bangunan pelengkap jalan serta
fasilitasi bagi pedestrian.
Audit tahap detail desain dilakukan saat dalam penyelesaian detail desain
jalan namun sebelum persiapan dokumen kontrak. Pertimbangan yang
khas mencakup tata letak geometrik, kebutuhan dan jenis marka garis,
rambu, pencahayaan, perambuan, perincian persimpangan, jarak pada
obyek sisi jalan (rintangan/ frangibility tabrakan) dan ketentuan bagi
pengguna jalan yang rentan. Perhatian terhadap detail dalam tahap desain
ini dapat mengurangi banyak biaya dan gangguan terkait dengan
perubahan di saat terakhir yang bila tidak dilakukan dapat mempengaruhi
sebuah audit pra pembukaan.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 15


Gambar 2 Tahapan Proses Audit Keselamatan Jalan

Audit tahap pekerjaan jalan (tahap konstruksi) adalah mencakup


pemeriksaan keselamatan dari rencana manajemen lalu lintas pada
berbagai tahap konstruksi proyek jalan sejak pekerjaan dimulai, dan audit
ini memeriksa keselamatan pengguna jalan di lokasi pekerjaan jalan selama
masa konstruksi. Titik berat pemeriksaan adalah rambu/ marka, batas
kecepatan yang aman, pagar keselamatan sementara, pencahayaan, rute
pejalan kaki, dan apresiasi pengemudi terhadap jalur yang benar pada/ di
lokasi pekerjaan konstruksi.
Audit keselamatan jalan tahap pra pembukaan merupakan audit
pemeriksaan rinci proyek jalan yang baru selesai sebelum pembukaan
untuk dioperasikan sebagai jalan umum. Tim audit melaksanakan
pemeriksanaan menggunakan kendaraan, sepeda motor dan berjalan kaki
untuk menjamin bahwa keselamatan yang dibutuhkan semua pengguna
jalan sudah terpenuhi/ tersedia. Inspeksi yang juga perlu dilakukan pada
malam hari karena sangat penting untuk memeriksa perambuan, delineasi,
pencahayaan dan masalah pada kondisi malam hari yang kurang
pencahayaan.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 16


Audit keselamatan jalan untuk jalan yang sudah beroperasi/ jalan eksisting,
disebut sebagai Inspeksi Keselamatan Jalan bertujuan untuk menjamin
bahwa ciri-ciri keselamatan jalan sesuai dengan klasifikasi fungsional jalan,
dan untuk mengidentifikasi ciri-ciri apapun yang dapat berkembang seiring
berjalannya waktu untuk sebuah masalah keselamatan (misalnya
pepohonan yang menghalangi jarak pandang, genangan air yang
membahayakan pengendara). Banyak masalah keselamatan yang
ditemukan di dalam tahap inspeksi keselamatan jalan ini yang
kemungkinan harus ditanggulangi dengan pelaksanaan pemeliharaan
sekalipun penanganan sederhana dengan biaya murah (seperti memotong
pohon, memelihara rambu, marka garis, dan menanggulangi masalah objek
berbahaya pada sisi jalan). Audit jalan yang ada berguna walaupun
penanganannya dapat saja membutuhkan dana yang besar. Diperlukan
ketersediaan sumber daya yang memadai untuk menjadi sebuah program
penanganan yang lebih dari sekedar audit terhadap jalan yang ada.

3.1.3. Informasi Penting dalam Dokumen atau Proposal


Pemilik proyek/ Kepala Satuan Kerja membuat proposal yg berisi informasi
penting, yang akan digunakan oleh tim audit keselamatan jalan. Data/
informasi yang harus tertuang di dalam dokumen atau proposal proyek
audit, antara lain :
a. Jenis proyek yang akan diaudit;
b. Lokasi proyek (persimpangan atau ruas jalan);
c. Alokasi waktu dan jadwal pelaksanaan audit, serta;
d. Sistem pelaporan audit.
Pemilik proyek harus harus melengkapi tim audit keselamatan jalan dengan
seperangkat gambar yang komprehensif, berikut segala laporan yang
relevan dan informasi latar belakang terkait sehingga tim memperoleh
pemahaman yang baik mengenai proyek, sasaran utama, dan
permasalahan jalan tersebut.

3.1.4. Lingkup Pekerjaan Audit


Pada prinsipnya audit keselamatan jalan dapat dilakukan pada setiap
lingkup/ jenis kegiatan pekerjaan jalan kecuali pemeliharaan, akan tetapi
karena hasil audit nanti adalah rekomendasi yang membutuhkan tindak

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 17


lanjut maka lingkup/ jenis kegiatan pekerjaan jalan yang diaudit adalah
antara lain:
a. Kegiatan pembangunan jalan baru,
b. Kegiatan peningkatan jalan,
c. Kegiatan peningkatan desain persimpangan,
d. Kegiatan peningkatan jalur pejalan kaki dan jalur sepeda,
e. Kegiatan pembangunan/ peningkatan akses jalan ke permukiman,
perkantoran, industri dan lain sebagainya

3.1.5. Organisasi dan Tugas Pelaksana Audit


Pelaksanaan audit keselamatan jalan pada suatu proyek dilakukan secara
formal oleh organisasi yang dibentuk oleh pemilik proyek atau pembina
jalan;
Pelaksanaan audit keselamatan jalan melibatkan 3 (tiga) pihak, yaitu :
a. Klien (client), yaitu pihak pemilik proyek yang bertanggung jawab
terhadap proyek atau jalan yang sudah beroperasi;
b. Perencana atau desainer (planner/designer), yaitu pihak yang
bertanggung jawab terhadap perencanaan / desain proyek,
c. Pemeriksa (auditor), yaitu pihak yang melakukan pemeriksaan/
audit.
Jumlah auditor disesuaikan dengan kebutuhan dan besarnya kegiatan
proyek yang akan diaudit. Untuk kegiatan dengan skala kecil membutuhkan
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang auditor.
Tugas-tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam organisasi
pelaksana audit keselamatan jalan antara lain:
a. Pemberi tugas :
1. Pemilik proyek (pimpinan kementerian pekerjaan umum, dinas
pembina jalan propinsi, pembina jalan daerah atau lembaga/
instansi yang memiliki kewenangan pelaksanaan pembangunan/
pengawasan suatu proyek jalan) bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan audit

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 18


2. Orang yang bertanggung jawab pelaksanaan audit ini bisa secara
langsung dilakukan oleh pimpinan instansi yang bersangkutan atau
kepala satuan kerja/ pimpinan proyek yang telah mendapat
wewenang penuh dari pimpinan instansi pelaksana proyek
tersebut.
b. Perencana/ desainer proyek :
1. Perencana/ desainer proyek harus mampu menindak-lanjuti
temuan audit ke dalam desain proyek
2. Perencana/ desainer proyek bertanggung jawab kepada pemilik
proyek untuk melakukan/ merealisasikan usulan-usulan sesuai
hasil temuan yang diberikan oleh tim audit
c. Ketua tim audit :
1. Diharuskan seorang senior auditor (auditor keselamatan
berpengalaman).
2. Berperan dalam mengorganisasi dan sekaligus memimpin
pelaksanaan audit di lapangan.
3. Bertanggung jawab di dalam pelaksanaan audit dan juga
bertanggung jawab atas keaslian/ keabsahan hasil audit.
d. Anggota tim audit :
1. Bertugas untuk membantu persiapan dan melaksanakan audit
serta memberi masukan dari sudut pandang pengetahuan/ latar
belakang masing-masing anggota tim audit
2. Bertanggung-jawab atas hasil-hasil pelaksanaan/ temuan audit
kepada ketua tim audit

3.1.6. Kriteria Auditor Tim Audit


Tim pelaksana audit keselamatan jalan (auditor) sepenuhnya dibentuk oleh
pemilik proyek dengan cara merekrut tenaga auditor atau menggunakan
jasa konsultan audit keselamatan atau lembaga tertentu yang telah
berpengalaman dalam pelaksanaan audit keselamatan jalan.
Persyaratan tim audit dan anggota tim audit, antara lain :

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 19


a. Ketua tim audit harus memiliki pengalaman dan memiliki sertifikat
auditor yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi auditor keselamatan
jalan;
b. Bila lembaga sertifikasi untuk auditor belum tersedia, maka seseorang
yang diangkat menjadi ketua tim audit harus pernah mengikuti
pelatihan tentang audit keselamatan jalan yang dilaksanakan oleh
lembaga pendidikan dan pelatihan yang dipercaya mampu
melaksanakan pelatihan audit keselamatan jalan;
c. Ketua tim audit harus memiliki pengalaman yang luas dalam
pelaksanaan audit keselamatan jalan;
d. Ketua dan atau anggota tim audit harus memiliki pengalaman dan
pelatihan-pelatihan dalam bidang-bidang berikut :
1. Rekayasa keselamatan jalan (road safety engineering);
2. Penyelidikan dan pencegahan kecelakaan (accident investigation &
prevention);
3. Rekayasa dan manajemen lalu lintas (traffic engineering &
management);
4. Desain jalan (road design).

3.1.7. Kebebasan/Kewenangan Tim Audit


Untuk menjaga kebebasan pelaksanaan audit dan keabsahan hasil-hasil
audit, maka :
a. Tim audit harus merupakan tim yang independen, yaitu tim yang tidak
terkait langsung dalam proses perencanaan desain proyek jalan yang
akan di audit;
b. Tim audit tidak diperkenankan ikut serta di dalam proses perbaikan (re-
desain) setelah hasil audit diserah-terimakan kepada pemilik proyek;
c. Tim audit hanya memberi masukan/ usulan perbaikan bagian-bagian
desain geometrik jalan, bangunan pelengkap dan fasilitas pendukung
yang dinilai memiliki potensi dalam menimbulkan konflik lalu lintas dan
kecelakaan lalu lintas berdasarkan hasil pelaksanaan audit.
Wewenang tim audit di dalam pelaksanaan audit antara lain:

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 20


a. Tim audit harus memiliki akses untuk mendapatkan data dan informasi
selengkapnya baik secara langsung maupun tidak langsung, dari
pemilik proyek maupun pelaksana proyek;
b. Tim audit diberi wewenang untuk melakukan pemeriksaan (baik di
lapangan maupun di kantor proyek) setelah mendapatkan surat
penugasan dari pemilik proyek untuk bisa akses ke lokasi proyek dan
kepada dokumen-dokumen yang berkaitan dengan perencanaan/
desain proyek;
c. Tim audit harus memaparkan semua hasil temuannya kepada pemilik
proyek dan tidak diperkenankan mempublikasikan/ membeberkannya
kepada pihak lain.

3.1.8. Pelaksanaan Audit


a. Audit keselamatan jalan dilakukan sesuai dengan prosedur serta jenis
proyek yang akan diaudit;
b. Bagian-bagian yang akan diperiksa dari setiap tahapan audit mengacu
kepada daftar periksa seperti yang termuat dalam lampiran A, B, C, dan
D, buku Pedoman Audit keselamatan Jalan Pd T-17-2005-B;
c. Bagian-bagian yang akan diperiksa dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dengan cara menambah item-item lain yang dianggap perlu
pada daftar periksa;
d. Evaluasi hasil audit lebih difokuskan kepada jawaban-jawaban yang
berindikasi tidak sesuai dengan standar yang ditandai dengan jawaban
“Tidak” atau “T” dari hasil pemeriksaan melalui daftar periksa;
e. Evaluasi hasil audit dan usulan-usulan perbaikan desain jalan serta
penanganan ruas-ruas jalan eksisting mengacu kepada NSPM dan
berbagai referensi penting lainnya.
Buku Pedoman Audit keselamatan Jalan Pd T-17-2005-B mencantumkan
lampiran :
Lampiran A : adalah daftar periksa untuk AKJ tahap Pra Rencana
Lampiran B : adalah daftar periksa untuk AKJ tahap Draft Desain
Lampiran C : adalah daftar periksa untuk AKJ tahap Detail Desain

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 21


Lampiran D : adalah daftar periksa untuk AKJ jalan yang sudah ada/
operasional.
Lampiran D juga digunakan untuk daftar periksa AKJ tahap Pra Operasional.
Pengembangan selanjutnya untuk AKJ tahap Konstruksi dapat merefer
pada Panduan Teknis 3: “Keselamatan di Lokasi Pekerjaan jalan” Buku
Serial Rekayasa Keselamatan Jalan.

3.2. Ketentuan Teknis Audit Keselamatan Jalan


Ketentuan teknis AKJ ini memuat tentang kriteria audit keselamatan jalan dan
ketentuan prosedur sesuai Pedoman Audit Keselamatan Jalan Pd T-17-2005-B.

3.2.1. Kriteria Audit Keselamatan Jalan


Kriteria audit keselamatan jalan merupakan pemeriksaan bagian-bagian
jalan yang yang terdiri dari beberapa daftar periksa dan fokus serta
rinciannya pengujian pada setiap tahapan kegiatan jalan sesuai dengan
yang tertera dalam daftar periksa lampiran A, B, C dan D, Pedoman Audit
Keselamatan Jalan Pd T-17-2005-B sebagai berikut :
a. Kriteria Audit tahap Pra Rencana
Audit keselamatan tahap pra rencana merupakan tahap awal suatu
pelaksanaan audit. Tahap pra-rencana menitik beratkan kepada
perencanaan tata guna lahan, rencana pengembangan jaringan jalan,
area permukiman yang berkembang akibat pertumbuhan lalu-lintas di
sekitarnya.
Secara umum audit untuk tahap pra-rencana bertujuan untuk
memasukkan pertimbangan keselamatan pada (lihat Daftar periksa A)
:
 Pemilihan route jalan;
 Perencanaan kelas dan fungsi jalan;
 Perencanaan tata guna lahan di sekitar jalan;
 Perencanaan akses dan pemilihan desain persimpangan;
 Perencanaan alinyemen jalan;
 Antisipasi pertumbuhan aktivitas di sepanjang jalan, dsb.
b. Kriteria Audit tahap Draft Desain

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 22


Audit tahap draft desain merupakan lanjutan dari tahap pra-rencana.
Audit dalam tahap draft desain lebih menitik beratkan kepada standar
draft desain geometrik dan lay-out jalan, pada dasarnya bertujuan
untuk memeriksa desain (lihat Daftar periksa B) :
 Geometri dari alinyemen jalan;
 Lay-out jalan dan persimpangan;
 Jarak pandang;
 Ruang bebas samping;
 Jaringan pejalan kaki/ sepeda;
 Fasilitas penyeberangan, dan;
 Teluk bus dan atau fasilitas pemberhentian kendaraan umum.
c. Kriteria Audit tahap Detail Desain
Audit keselamatan tahap detail desain merupakan kelanjutan audit
dari tahap draft desain. Audit keselamatan jalan dalam tahap ini
menitik-beratkan kepada detail desain atau penyempurnaan desain
dari tahap audit rencana desain di atas. Audit keselamatan jalan dalam
tahap penyempurnaan desain bertujuan untuk memeriksa detail
desain (lihat Daftar periksa C) :
 Geometri jalan yang telah dibuat;
 Lay-out dan desain akses/ persimpangan yang dipilih;
 Lay-out dan desain teluk bus, fasilitas penyeberangan dan jaringan
jalan untuk sepeda;
 Marka jalan dan penempatan rambu;
 Tata letak landsekap, dan;
 Tata letak lampu penerangan jalan.
d. Kriteria Audit tahap Operasional
Audit tahap operasional jalan digunakan jalan untuk ruas-ruas yang
sudah beroperasi disebut juga sebagai Inspeksi jalan dan juga pada
tahap mulai beroperasinya (pra operasi) suatu jalan. Audit
keselamatan jalan dalam tahap-tahap ini bertujuan untuk memeriksa
(lihat Daftar periksa D) :

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 23


 Konsistensi penerapan standar geometrik jalan secara
keseluruhan;
 Konsistensi penerapan desain akses/ persimpangan;
 Konsistensi penerapan marka jalan, penempatan rambu, dan
bangunan pelengkap jalan;
 Pengaruh desain jalan yang terimplementasi terhadap lalu-lintas
(konflik lalu-lintas);
 Pengaruh pengembangan tata guna lahan terhadap kondisi lalu-
lintas;
 Karakteristik lalu lintas dan pejalan kaki;
 Pengaruh perambuan, marka, dan lansekap terhadap lalu-lintas;
 Kondisi permukaan jalan, dan;
 Kondisi penerangan jalan, dsb.
e. Kriteria audit tahap konstruksi dapat mengacu pada Panduan Teknis 3:
“Keselamatan di Lokasi Pekerjaan jalan” Buku Serial Rekayasa
Keselamatan Jalan, dengan tata cara yang spesifik karena sangat
dinamis dan berkaitan kerja sama yang intensif antara penyedia jasa
dan pengguna jasa dalam kepentingan keselamatan pengguna jalan
yang tetap harus dijaga bersamaan dengan kegiatan pekerjaan jalan.

3.2.2. Ketentuan Prosedur


a. Pembentukan dan pemilihan tim auditor:
 Pembentukan dan pemilihan tim auditor sepenuhnya
dilakukan oleh pemilik proyek;
 Auditor atau tim audit yang dipilih disesuaikan dengan
kemampuan dan pengalaman yang relevan dengan audit
keselamatan yang akan diterapkan;
 Minimum diperlukan 2 auditor atau bergantung dengan
skala proyek yang akan diaudit.
Sebuah audit keselamatan jalan harus dilakukan oleh tim yang
terdiri dari 2 (dua) atau 3 (tiga) orang yang cukup berpengalaman
dibidang rekayasa keselamatan jalan, penyelidikan dan
pencegahan tabrakan, rekayasa lalu lintas, dan desain jalan.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 24


Manfaat dari sebuah tim audit yang terdiri lebih dari hanya
seorang ahli auditor adalah:
 Berbagai pandangan berbeda mengenai masalah
keselamatan akibat latar belakang dan pengalaman yang
berbeda dalam tim
 Lintas kesuburan ide yang akan dihasilkan dalam diskusi
 Keuntungan memperoleh lebih banyak pengetahuan yang
tersedia.
 Lebih banyak orang dalam tim meningkatkan deteksi
masalah keselamatan yang kurang nyata/ tersembunyi.
Pada proyek jalan yang tidak sibuk dengan kecepatan
operasional yang rendah, yang sepertinya cukup untuk diaudit
oleh seorang auditor, sebaiknya tidak mengambil resiko memilih
jalan pintas dengan menunjuk ”seorang” auditor keselamatan
karena alasan batas kecepatan yang rendah walaupun risiko yang
terlihat mungkin sangat rendah.
b. Penyiapan data dan Informasi serta latar belakang audit
Penyiapan data dan informasi serta pembuatan latar belakang
dan tujuan audit dilakukan perencana proyek jalan;
Data dan informasi yang dibutuhkan antara lain:
 Gambar rencana;
 As build drawing;
 Data lalu-lintas;
 Informasi data kecelakaan (jika ada);
 Hasil audit keselamatan sebelumnya bila telah dilakukan;
 Desain standar yang digunakan atau yang telah
diimplementasikan;
 Informasi pengaruh kondisi lingkungan jalan.
c. Diskusi formulasi masalah
Diskusi formulasi masalah ini dilakukan oleh pemilik proyek
dihadapan perencana proyek dan team audit;

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 25


Diskusi ini antara lain:
 Menjelaskan tujuan dan sasaran audit keselamatan jalan
yang akan dilakukan,
 Mendiskusikan metoda dan penggunaan daftar periksa,
 Mendiskusikan perencanaan, desain dan konstruksi dari
proyek tersebut, dsb.
d. Inspeksi lapangan
Inspeksi lapangan bertujuan untuk mendapatkan berbagai
masukan atau temuan dari lapangan mengenai proyek jalan yang
dilakukan baik pada malam dan siang hari oleh tim audit;
Inspeksi lapangan ini menggunakan daftar periksa, sesuai dengan
jenis daftar periksa dari proyek yang akan di audit;
Survai lapangan lanjutan diperlukan bilamana hasil penerapan
daftar periksa ternyata memerlukan data yang sepesifik (seperti
volume lalu lintas, kecepatan, konflik lalu-lintas, dsb).
e. Analisis dan evaluasi data dan informasi
Review kembali semua data dan informasi dan desain yang
diperoleh dari perencana proyek;
Review terhadap data dan informasi yang dimaksud diperoleh
dari perencana yang dapat dilakukan secara paralel dengan
pelaksanaan inspeksi lapangan audit yang bertujuan guna
mendapatkan berbagai masukan penting berkaitan dengan data
dan informasi proyek yang disampaikan kepada team audit;
Evaluasi hasil pemeriksaan lapangan yang dilaksanakan oleh
team audit, merupakan hasil temuan dari inspeksi lapangan;
Analisis dan evaluasi hasil-hasil temuan pemeriksaan mengacu
kepada NSPM serta prinsip-prinsip keselamatan seperti yang
diberikan pada Lampiran-E;
Usulan-usulan perbaikan atau penanganan yang diberikan juga
mengacu kepada NSPM serta prinsip-prinsip keselamatan seperti
yang diberikan pada Lampiran-E.
f. Penulisan laporan audit

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 26


Penulisan laporan audit dilakukan oleh team audit;
Laporan antara lain berisi informasi proyek, latar belakang
masalah, maksud dan tujuan audit, hasil temuan, kesimpulan
dan saran, serta ringkasan hasil audit yang dilengkapi dengan
tanda tangan team audit
g. Pemaparan laporan akhir dari hasil audit
Pemaparan laporan akhir dilakukan di depan pemilik proyek dan
para perencana proyek jalan yang diperiksa oleh team audit;
Pemaparan ini dimaksudkan untuk menjelaskan hasil temuan
dan kesimpulan serta saran-saran yang dibuat oleh team audit.
h. Tindak lanjut
Tindak lanjut ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pemilik
proyek/ satuan kerja yang dalam hal ini bersama perencana
proyek untuk menindak-lanjuti hasil audit ke dalam desain jalan
(redesain) dan pelaksanaannya di lapangan.

3.3. Rangkuman
1. Tujuan utama audit keselamatan jalan adalah untuk mengidentifikasi
permasalahan keselamatan bagi pengguna jalan pada proyek jalan dan
memastikan bahwa semua perencanaan/ desain jalan baru ketika
beroperasi dapat semaksimal mungkin berkeselamatan.
2. Audit keselamatan jalan adalah pemeriksaan yang formal,
komprehensif, sistematis dan dilakukan oleh pihak yang independen,
pemeriksaan bisa dilakukan terhadap desain perencanaan ataupun
terhadap kondisi jalan yang sudah beroperasi.

3.4. Latihan
Jelaskan pendapat Saudara ketika melaksanakan audit keselamatan pada jalan
yang sudah beroperasi berupa Inspeksi Keselamatan Jalan. Karena agak berbeda
dengan audit keselamatan jalan pada umumnya dilaksanakan pada obyek desain
yang dapat berupa desain perencanaan ataupun detail desain.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 27


BAB 4
PENGERJAAN AUDIT KESELAMATAN JALAN

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 28


4. Pengerjaan Audit Keselamatan Jalan

Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat


memahami tahap pengerjaan audit keselamatan jalan

4.1. Latar Belakang


Pengerjaan Audit keselamatan jalan dilakukan dalam 8 (delapan) tahap seperti
tergambar dalam diagram alir di bawah ini :

PENANGGUNG
PERSIAPAN & JAWAB/
TAHAP 1 PEMBENTUKAN TIM AUDIT PELAKSANA:
(Pembentukan Tim/ Auditor)
Pemilik
PENANGGUNG
PENYIAPAN DATA & INFORMASI JAWAB/
TAHAP 2 (Pengumpulan data, informasi, peta, PELAKSANA:
desain dlsb) Perencana
PENANGGUNG
DISKUSI/ FORMULASI MASALAH JAWAB/
(Formulasi masalah, tujuan & sasaran PELAKSANA:
TAHAP 3 AKJ serta rencana) Pemilik Proyek,
Perencana,Tim
Audit
PENANGGUNG
INSPEKSI LAPANGAN JAWAB/
(Pemeriksaan dgn chek list) PELAKSANA: Tim
Audit
TAHAP 4
PERLU DATA Y
TAMBAHAN? SURVAI LANJUTAN

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 29


PENANGGUNG
ANALISIS & EVALUASI JAWAB/
TAHAP 5 (Analisis data - hasil temuan) PELAKSANA: Tim
dgn chek list) Audit
PENANGGUNG
PENULISAN LAPORAN JAWAB/
TAHAP 6 (Kesimpulan dan saran, PELAKSANA: Tim
penulisan laporan) Audit
PENANGGUNG
JAWAB/
PELAKSANA:
TAHAP 7 PEMAPARAN Pemilik Proyek,
(Pemaparan dan Diskusi hasil Audit)
Perencana,Tim
Audit
PENANGGUNG
JAWAB/
PELAKSANA:
TAHAP 8 TINDAK LANJUT
Pemilik Proyek,
(Redesain dan Implementasi)
Perencana,Tim
Audit

Gambar 3 Diagram Alir Pelaksanaan Audit Keselamatan Jalan

Pengerjaan audit keselamatan jalan disesuaikan dengan kebutuhan, karena


untuk pemeriksaan audit keselamatan jalan pada jalan yang sudah beroperasi
bukan desain yang menjadi obyek periksa/ audit, akan tetapi gambar terlaksana
yang harus diperiksa konsistensinya terhadap kondisi lapangan. Tahap inpeksi
lapangan sebaiknya tetap dapat dilakukan walaupun jalan belum terbangun.

Belum ada ketentuan yang mengharuskan sebuah tim audit keselamatan jalan
harus memeriksa sebuah kegiatan pekerjaan sejak dari tahap awal/ pre desain,
jadi dapat saja audit keselamatan jalan baru dilaksanakan saat pelaksanaan
kegiatan proyek baru akan dimulai. Hanya perlu dipahami bahwa semakin
terlambat melakukan audit keselamatan, maka kemungkinan perbaikannya
mempunyai konsekuensi biaya perbaikan yang lebih tinggi.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 30


4.2. Persiapan dan Pembentukan Tim
Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah :
a. Pemilik proyek membuat persiapan dan menjelaskan rencana audit serta
rencana pembentukan tim audit dengan mengundang orang-orang yang
berpengalaman dalam melakukan audit keselamatan jalan;
b. Pemilik proyek membentuk organisasi pelaksana audit;
c. Pemilik proyek menentukan / memilih tim audit berdasarkan kriteria tim
audit;
d. Pemiliki proyek membuat surat penugasan kepada tim audit untuk segera
melakukan perencanaan dan pelaksanaan audit;
e. Pemilik proyek membuat surat penugasan kepada tim teknis proyek
(perencana proyek) untuk dapat melayani seluruh kebutuhan data dan
informasi mengenai proyek.
Tim audit yang dibentuk oleh pemilik proyek bersama organisasi pelaksana audit
akan menyiapkan rencana pelaksanaan audit/ proposal. Tim teknis yang akan
menindak lanjuti rekomendasi hasil dari tim audit untuk perbaikan desain.

4.3. Penyiapan Data dan Informasi


Tahap ini mencakup pengumpulan data dan formulasi masalah :
a. Kumpulkan semua data dan informasi berkaitan dengan proyek jalan yang
akan diaudit termasuk peta lokasi dan gambar desain jalan;
b. Kumpulkan data informasi lalu lintas bila ada;
c. Kumpulkan data dan informasi lokasi kecelakaan bila ada;
d. Arsipkan semua data dan informasi yang telah terkumpul untuk membantu
pengecekan data dan informasi yang telah didapatkan.

4.4. Diskusi dan Penajamanan Masalah


a. Review latar-belakang dan masalah proyek;
b. Diskusikan tujuan dari pelaksanaan audit;
c. Tentukan sasaran audit;
d. Lakukan penjadwalan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan sasaran yang
akan dicapai.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 31


4.5. Inspeksi Lapangan
Beberapa hal yang dikerjakan dalam tahap ini, antara lain :
a. Persiapan inspeksi lapangan;
1. Siapkan data, peta lokasi, dan dokumen serta surat-surat penting lainnya;
2. Siapkan daftar periksa dan gandakan sesuai kebutuhan;
3. Siapkan peralatan survey (alat tulis kantor, kamera foto, kamera video,
alat ukur panjang, hand tolly, speed-gun, dsb) yang mungkin diperlukan;
4. Siapkan formulir survey sesuai kebutuhan bila diperlukan data yang
spesifik.
b. Pemeriksaan lapangan menggunakan daftar periksa Audit Keselamatan Jalan;
1. Lakukan pemeriksaan lapangan menggunakan daftar periksa AKJ yang
telah disiapkan;
2. Gunakan daftar periksa berdasarkan petunjuk penggunaan daftar periksa
seperti berikut :
a. Daftar periksa hanya digunakan sesuai dengan jenis audit
keselamatan jalan yang akan dilakukan;
b. Isilah kolom jawaban dengan jawaban singkat pada kolom Y/ T,
seperti T (tidak, tidak sesuai atau tidak memenuhi syarat/ standard),
Y (ya, sesuai atau memenuhi syarat/standard), beri penjelasan
singkat bila diperlukan keterangan tambahan atau dimensi pada
kolom KETERANGAN;
c. Bila memerlukan jawaban dalam bentuk ukuran / dimensi, isilah
dengan ukuran seperti yang anda lihat di lapangan;
d. Lakukan pemeriksaan sesuai urutan permasalahan seperti tertera
dalam Daftar periksa.
3. Setelah selesai dilakukan, kumpulkan hasil daftar periksa dan arsipkan.
c. Survey lapangan lanjutan :
1. Lakukan evaluasi terhadap hasil audit (daftar periksa) dan hasil
pemotretan baik menggunakan kamera video maupun kamera foto;
2. Survey lanjutan diperlukan bila terdapat hal-hal yang spesifik seperti
kebutuhan data pejalan kaki dan sepeda, titik konflik lalu lintas,
kecepatan, dsb;

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 32


3. Lakukan survey lapangan sesuai kebutuhan yang mengacu kepada
manual atau pedoman survey yang standar;
4. Pengambilan data cukup 1 (satu hari) dan dilakukan untuk pengambilan
sampel terbatas (misal: pengambilan data lalu lintas pada waktu peak
time atau pada jam-jam yang diindikasikan sering terjadi kecelakaan lalu
lintas, dsb.);
5. Kumpulkan semua hasil survey lanjutan dan arsipkan.

4.6. Analisis dan Evaluasi


Evaluasi ini mencakup analisis hasil temuan, membuat kesimpulan dan saran.
Beberapa hal yang dilakukan antara lain:
a. Analisis hasil penerapan daftar periksa :
1. Periksa satu persatu hasil daftar periksa dan fokuskan kepada hasil
pemeriksaan yang berindikasi jawaban “T” atau “Tidak”;
2. Identifikasi bagian-bagian desain jalan yang kurang memenuhi standar;
3. Identifikasi bagian-bagian bangunan pelengkap jalan yang kurang
memenuhi persyaratan teknis;
4. Identifikasi bagian-bagian fasilitas pendukung jalan yang dianggap
kurang memenuhi persyaratan teknis, dsb.
b. Gambar/ sketsa jalan :
1. Buat sketsa/ peta lokasi yang diamati;
2. Tuangkan hasil pengukuran ke dalam peta yang dibuat;
3. Tandai bagian-bagian yang kurang memenuhi standar (misal: lebar jalan,
lebar bahu yang kurang memadai, dsb)
c. Analisis survey melalui hasil kamera video :
1. Identifikasi bagian-bagian desain geometri, bangunan pelengkap jalan,
fasilitas pendukung yang kurang memenuhi persyaratan teknis dari hasil
video kamera ke peta lokasi;
2. Identifikasi pada peta lokasi-lokasi yang berpotensi menimbulkan konflik
lalu lintas;
3. Identifikasi pada peta lokasi-lokasi yang berpotensi menimbuklan konflik
lalu lintas dengan pejalan kaki;

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 33


4. Identifikasi pada peta bagian-bagian jalan, bangunan pelengkap, dan
fasilitas jalan yang mengganggu jarak pandang dan ruang bebas samping;
5. Identifikasi pada peta bangunan-bangunan atau aktivitas samping jalan
yang mengganggu jarak pandang dan ruang bebas samping;
6. Identifikasi pada peta bagian-bagian jalan yang mengalami kerusakan;
7. Identifikasi pada peta perambuan-perambuan yang dianggap kurang
tepat;
8. Identifikasi pada peta marka jalan yang kurang sempurna;
9. Identifikasi pada peta pergerakan penyeberangan pejalan kaki;
10. Identifikasi jenis tata guna lahan yang berkembang di sekitar jalan;
11. Identifikasi pada peta lokasi-lokasi kecelakaan (bila data tersedia), dsb.
d. Analisis hasil survey lapangan (bila diperlukan) :
1. Hitung volume lalu lintas dan komposisi kendaraan yang melewati titik
pengamatan;
2. Hitung rata-rata kecepatan setempat pada lokasi yang diamati;
3. Tentukan titik dan tingkat konflik dari survey konflik yang dilakukan;
4. Hitung rata-rata pergerakan pejalan kaki pada lokasi yang diamati (jika
survey dilakukan);
5. Perkirakan tingkat pertumbuhan lalu lintas ke depan, dsb.
e. Hasil temuan dan saran perbaikan.
Beberapa hal yang dilakukan dalam bagian ini adalah :
1. Susun hasil temuan pada tabel yang dilengkapi dengan gambar atau hasil
pemotretan dan siapkan kolom untuk saran penanganan dan acuan
(NSPM) yang diacu,
2. Identifikasi saran penanganan berdasarkan NSPM serta prinsip-prinsip
keselamatan,
3. Identifikasi desain teknis dari penanganan yang diusulkan yang mengacu
kepada NSPM serta manual-manual lainnya,
4. Lengkapi kolom saran penanganan dengan acuan nspm yang sesuai,
5. Tuangkan usulan penanganan tersebut dalam sebuah sketsa dalam
beberapa alternatif penanganan.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 34


4.7. Penulisan Laporan
a. Susun laporan audit berdasarkan hasil temuan, kesimpulan, dan saran;
b. Sistematika laporan dibuat seperti berikut :
1. Judul proyek;
2. Latar belakang proyek;
3. Permasalahan (mengapa diperlukan audit);
4. Tujuan dan sasaran audit;
5. Organisasi tim audit dan deskripsi tugas anggota tim audit;
6. Hasil temuan audit :
a. Daftar temuan audit;
b. Data-data hasil survey lapangan;
c. Foto-foto lapangan;
7. Kesimpulan dan saran;
8. Lampiran, antara lain:
a. Peta eksisting jalan;
b. Sketsa usulan perbaikan;
c. Daftar periksa dari hasil audit yang dilakukan;
d. Fomulir-formulir survey lainnya;
e. Dokumentasi pelaksanaan audit.
c. Laporan hasil audit harus ditanda tangani oleh ketua tim, dan laporan
diserahkan kepada pemilik proyek yang disertai dengan berita acara
penyerahan laporan.

4.8. Paparan Hasil Audit


a. Hasil laporan audit sementara diserahkan sebelum pemaparan;
b. Pemaparan hasil audit dilakukan di depan tim audit, tim perencana proyek,
dan pemilik proyek;
c. Pemaparan dilanjutkan dengan diskusi berkaitan dengan hasil-hasil temuan
serta usulan-usulan dari peserta diskusi;
d. Perbaikan atas laporan audit dimungkinkan selama tidak bertentangan
dengan hasil temuan audit;

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 35


e. Laporan akhir hasil audit diserahkan paling lama tiga hari setelah pemaparan
hasil audit kepada pemilik proyek.

4.9. Tindak Lanjut


Hingga tahap ini proses kegiatan audit yang dilakukan oleh tim audit dianggap
selesai, kecuali bilamana dalam proses redesain serta pengimplementasiannya
pemilik proyek mengganggap masih memerlukan pengawasan dari tim audit
yang sifatnya konsultasi. Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah :
a. Pemilik proyek menyerahkan hasil-hasil temuan audit dalam berupa laporan
audit kepada tim perencana;
b. Tim perencana ditugaskan untuk menindak-lanjuti hasil-hasil temuan dengan
mengapresiasi hasil temuan tersebut ke dalam desain;
c. Bila hasil redesain (bila dianggap perlu redesain) dianggap sudah memenuhi
standar berdasarkan NSPM dan manual yang ada;
d. Hasil redesain tersebut dapat diimplementasikan setelah mendapat
pengesahan dari tim audit.

4.10. Rangkuman
1. Setelah tim audit keselamatan jalan terbentuk dan mendapat data
informasi dari pemilik proyek dan perencana, maka tim audit dapat
bekerja secara independen sejak tahapan inspeksi lapangan (survai),
analisa dan evaluasi dan perumusan laporan, tanpa ada intervensi dari
pihak manapun.
2. Tim audit melakukan pemeriksaan sesuai dengan formulir daftar
periksa standar audit keselamatan jalan yang sudah dipahami dan
disepakati bersama.
3. Laporan yang sudah dipaparkan dan pemilik proyek dan perencana
bukan menjadi tanggung jawab tim audit keselamatan jalan untuk
melakukan tindak lanjutnya.

4.11. Latihan
Pada suatu proyek peningkatan kapasitas jalan nasional perkotaan dari 2 lajur 2
arah tidak terbagi ditingkatkan menjadi 4 lajur 2 arah terbagi, yang pada
kenyataannya bahwa dalam ruas jalan tersebut terdapat sebuah pusat
perbelanjaan yang ramai dan merupakan rute trayek bus kota. Dalam

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 36


pemeriksaan detail desain yang dibandingkan dengan hasil inspeksi lapangan
ternyata detail desain hanya mengakomodasi desain geometrik jalan dan
bangunan pelengkap jalan saja;
Masalahnya: desain perlengkapan jalan terutama yang terkait dengan pusat
perbelanjaan dan rute bus kota tersebut tidak/ belum diakomodasi
keberadaannya.
Apakah pendapat dan bagaimana saran Saudara bila Saudara ditunjuk sebagai
salah satu dari tim audit keselamatan jalan pada ruas jalan tersebut? Jelaskan.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 37


BAB 5
PRINSIP KESELAMATAN PADA PERENCANAAN
DAN DESAIN JALAN

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 38


5. PRINSIP KESELAMATAN PADA
PERENCANAAN DAN DESAIN JALAN

Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta memahami


prinsip keselamatan pada perencanaan dan desain jalan

5.1. Latar Belakang


Untuk dapat melakukan penilaian fokus-fokus dalam daftar periksa audit
keselamatan jalan, maka analisa dan evaluasi menggunakan banyak sekali prinsip
keselamatan yang sebaiknya diterapkan pada perencanaan dan desain jalan.
Prinsip keselamatan dalam perencanaan dan desain jalan berkembang secara
dinamis dari waktu ke waktu.

5.2. Prinsip Keselamatan dan Perencanaan Jalan

5.2.1. Hirarki Jalan


Di dalam perencanaan jalan pada suatu jaringan jalan harus disesuaikan
dengan fungsinya (arteri, kolektor atau lokal). Prinsip yang penting terkait
keselamatan dalam penyesuaian/ pengaturan hirarki jalan pada konsep ini
adalah:
a. Tingkatan hirarki jalan harus mengimplementasikan fungsi jalan yang
diinginkan;
b. Jaringan jalan yang mengikuti konsep hirarki jalan pada dasarnya untuk
mengontrol pergerakan lalu lintas dari satu hirarki ke tingkatan hirarki
lainnya;
c. Implentasi hirarki yang tepat akan membuat pergerakan lalu lintas
dapat meminimalkan konflik terutama di persimpangan tak bersinyal;
d. Jaringan jalan yang bersistem grid dapat dimodifikasi sesuai dengan
hirarkinya;
e. Jumlah akses sedapat mungkin dikurangi terutama untuk menghindari
munculnya potensi-potensi konflik lalu lintas;

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 39


f. Jumlah dan jarak antar akses harus sesuai standar;
g. Suatu jalan yang bersimpangan dengan jalan lain harus dengan jalan
yang setingkat atau setingkat di bawah atau di atas hirarkinya;
h. Akses jalan dari pemukiman (jalan lokal) sedapat mungkin dihindari
langsung ke jalan arteri.

5.2.2. Pemanfaatan Ruang


Pengaturan pemanfaatan ruang dimaksudkan untuk dapat
meminimumkan konflik lalu lintas dengan pejalan kaki dan mengurangi
kebutuhan melakukan perjalanan. Beberapa prinsip keselamatan jalan
berkaitan dengan pengaturan pemanfaatan ruang antara lain:
a. Perencanaan pemanfaatan ruang harus sesuai dengan
peruntukkannya (contoh: pengembangan pemukiman harus terpisah
dari area industri atau pusat perdagangan atau pusat perkantoran);
b. Pengaturan pemanfaatan ruang harus diterapkan secara tepat,
demikian juga dengan pengaturan lalu lintasnya;
c. Pengembangan pemanfaatan ruang yang tidak terkendali cenderung
menimbulkan kondisi lalu lintas yang tidak tertib dan berpotensi
konflik.

5.2.3. Pengaturan Jalan Masuk


Jalan masuk (akses) langsung ke jalan utama atau jalan masuk yang terlalu
dekat dengan persimpangan harus dihindarkan, dan akses dilarang pada
tempat-tempat yang berbahaya terutama pada tikungan jalan. Prinsip-
prinsip keselamatan jalan dalam pengaturan jalan masuk antara lain:
a. Jumlah persimpangan harus diupayakan seminimal mungkin;
b. Desain persimpangan dibuat lebih sederhana serta bila mungkin
dilengkapi service roads;
c. Lalu lintas didesain berjalan mengikuti hirarki jalan hingga secara
bertahap mencapai jalan utama;
d. Jalan dengan hirarki yang lebih tinggi harus selalu diberi prioritas;
e. Di persimpangan, rambu/ marka jalan stop dan prioritas (give way)
harus dipasang pada jalan-jalan yang hirarkinya lebih rendah;

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 40


f. Pembina/ penyelenggara jalan harus membuat sistem kontrol para
pengembang berupa izin untuk membuat akses baru ke jalan umum
sesuai standar;
g. Jalan masuk ke tempat parkir atau fasilitas umum (rumah sakit, pusat
perbelanjaan, dll) tidak diperkenankan dekat ke persimpangan, hal ini
dimaksudkan untuk menghindari konflik lalu lintas yang berujung
kepada potensi kecelakaan atau kemacetan lalu lintas di sekitar
persimpangan;
h. Jarak antara jalan masuk ke persimpangan yang diperkenankan
minimum berjarak 50 m.

5.2.4. Jalan Arteri


Proyek peningkatan dan perbaikan kapasitas jalan menjadi jalan arteri
harus mempertimbangkan pengunaan jalan yang ada serta harus
menjamin terpenuhinya keperluan pengguna jalan lokal serta
keamanannya. Beberapa prinsip keselamatan dalam hal ini antara lain :
a. Beberapa pertimbangan di dalam perencanaan jalan arteri primer :
1. Perencanaan jalan dengan ruas jalan 4 lajur 2 arah tanpa pemisah
jalur (median) khusus untuk jalan arteri primer perlu
mempertimbangkan aspek keselamatan;
2. Ruas jalan dengan 4 lajur 2 arah khusus untuk jalan arteri primer
antar kota (seperti jalur pantura) disarankan menggunakan
pemisah jalur berupa median;
3. Untuk ruas jalan arteri yang tidak terbagi (khususnya seperti jalur
pantura, jalinsum) disarankan untuk melengkapinya dengan
perambuan serta alat-alat penurun kecepatan yang memadai;
4. Segmen ruas jalan (khusus pada tikungan) yang berpotensi dengan
cahaya lampu lalu lintas yang menyilaukan sebaiknya dilengkapi
dengan alat penghalang cahaya (screen glare);
5. Untuk segmen ruas jalan yang berpotensi kecelakaan akibat
kecepatan tinggi disarankan untuk melengkapi median dengan
penghalang tabrakan (guardrail).
b. Beberapa penyesuaian yang perlu pada pembangunan suatu jalan
arteri primer antara lain :

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 41


1. Menurunkan kelas jalan lama untuk menghindarkan lalu lintas
menerus, menurunkan kecepatan sesuai dengan kelas jalan, dan
memperjelas tingkatan hirarki jalan;
2. Menghubungkan jalan lama dengan jalan baru melalui beberapa
ruas terbatas;
3. Melarang/ membatasi akses langsung dari persil/ lahan ke jalan
arteri;
4. Mempersiapkan jalan masuk untuk pengembangan dimasa yang
akan datang.
c. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada jalan arteri :
1. Turunkan kecepatan lalu lintas menerus pada ruas yang melalui
banyak pejalan kaki;
2. Teknik-teknik penurunan kecepatan berkaitan dengan di atas
antara lain:
a. Pemasangan rambu hati-hati pada lokasi-lokasi yang banyak
dilalui pejalan kaki dan sepeda,
b. Pembuatan pita penggaduh (rumble strip) untuk
memperingatkan pengemudi untuk menurunkan kecepatan,
c. Pembuatan gerbang untuk memperingatkan pengemudi
bahwa mereka
d. memasuki areal bekecepatan rendah

5.2.5. Jalan Akses ke Permukiman


Pembuatan jalan akses bertujuan untuk menyediakan lingkungan jalan
yang aman dan nyaman bagi masyarakat, terutama bagi pejalan kaki dan
sepeda. Jalan akses harus mempertimbangkan keamanan, sosial, dan
lingkungan, dan hal ini dapat dicapai dengan :
a. Mengurangi arus lalu lintas dan melarang lalu lintas yang tidak
diperuntukkan pada lokasi tersebut;
b. Pengaturan lalu lintas didesain berkecepatan rendah;
c. Menggunakan jalan berbentuk “cul-de-sac and loop” untuk
menghindarkan lalu lintas menerus;

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 42


d. Membuat persimpangan “T” untuk menghindarkan konflik lalu lintas
yang tinggi;
e. Menandai batas kawasan perumahan/ pemukiman sehingga terbentuk
citra adanya gerbang ke lokasi perumahan/ pemukiman tersebut;
f. Membuat parkir di luar badan jalan dan jauh dari tempat bermain
anak-anak;
g. Menggunakan kerb tinggi untuk mengurangi kesan lebar pada jalan,
tetapi masih memungkinkan kendaraan besar masuk untuk keperluan
darurat.

5.3. Prinsip Keselamatan Jalan di dalam Desain Jalan

5.3.1. Pengharapan Pengemmudi


Desain jalan yang aman adalah sesuai dengan prinsip-prinsip geometri
jalan serta dilengkapi dengan fasilitas perambuan diharapkan dapat
membimbing pengemudi untuk merespon kondisi jalan di depannya untuk
menghindarkan manuver atau pergerakan yang tidak diharapkan,
menghindarkan perilaku yang ilegal, serta menghindarkan pengemudi dari
penggunaan kecepatan yang tidak sesuai dengan desain kecepatan jalan
yang ada.
Beberapa prinsip dasar perbaikan/ pembuatan desain jalan yang dapat
meningkatkan pengharapan pengemudi antara lain melalui:
a. Peningkatan kondisi lingkungan jalan, sehingga pengemudi dapat
dengan leluasa untuk menguasai kondisi lingkungan jalan;
b. Pemasangan rambu peringatan dan marka yang dapat menuntun
pengemudi ketika menuju/ melalui tempat-tempat berbahaya;
c. Pengemudi dan pejalan kaki harus dituntun secara konsisten melalui
perambuan, marka, serta penjaluran yang cukup jelas terbaca dan
dipahami;
d. Mempertegas hirarki jalan melalui feature design guna menggiring lalu
lintas mengikuti jalurnya;
e. Mempertegas karakteristik alinyemen jalan, bila perlu dilengkapi
dengan delineasi khususnya jalan antar kota yang berpotensi
berkecepatan tinggi.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 43


5.3.2. Desain Persimpangan
Desain persimpangan jalan yang baik akan menghasilkan pergerakan
menerus pada jalan utama dan transisi dari satu rute ke rute lain dengan
waktu tunda yang minimum serta keamanan yang maksimum. Beberapa
prinsip penting dalam membuat desain persimpangan antara lain :
a. Mempertimbangkan beberapa aspek antara lain dapat dilakukan
melalui:
1. Pembuatan ruang bebas samping yang memadai;
2. Pemenuhan jarak pandang yang memadai;
3. Melengkapi rambu dan marka jalan;
4. Membuat pulau jalan dan pelindungnya yang berguna untuk
melindungi pengguna jalan;
5. Pembatasan pergerakan membelok;
6. Pemisahan dan penjaluran yang aman untuk pejalan kaki;
b. Persimpangan dengan prioritas hanya digunakan jika lalu lintas harian
rata-ratanya rendah;
c. Desain persimpangan “T” merupakan pilihan utama dengan
memprioritaskan jalan lurus (utama), sedangkan persimpangan “Y”
sedapat mungkin dihindarkan;
d. Bentuk persimpangan staggered (bila tempat cukup memungkinkan),
merupakan salah satu pilihan yang baik guna menghindari konfik dan
kemacetan lalu lintas;

Gambar 4 Desain Persimpangan Stagged

e. Desain persimpangan memerlukan pelebaran lokal pada persimpangan


untuk kendaraan yang akan berbelok pada jalan utama;
MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 44
f. Menghindarkan adanya persimpangan T di tikungan.

Gambar 5 Desain Persimpangan yang Perlu Perlebaran Lokal

5.4. Median dan Penghalang


Median dan penghalang bermanfaat untuk memisahkan lalu lintas dan
menghindarkan kecelakaan dengan tipe tabrak depan-depan. Median dan
penghalang harus didesain sedemikian rupa agar tidak menjadi penyebab
kecelakaan. Beberapa hal penting untuk mendesain median dan penghalang,
adalah :
a. Pertimbangan Desain Median dan Penghalang :
1. Median penghalang sedapat mungkin didesain untuk menghindarkan
kendaraan berputar arah (U-turn) pada sembarang tempat serta
menghindarkan kemungkinan terjadinya tabrak depan-depan;
2. Median penghalang didesain untuk menyalurkan pejalan kaki ke arah
tempat penyeberangan yang aman;
3. Desain median penghalang harus mempertimbangkan untuk akses bagi
kendaraan darurat;
4. Desain ujung median dibuat sedemikian rupa agar tidak menimbulkan
bentuk yang dapat menganggu keamanan lalu lintas;
5. Jika penghalang pada median tidak diperlukan, lebar median yang ideal
adalah minimum 5 meter (arteri primer);
6. Minimum lebar median yang dapat melindungi pejalan kaki pada lokasi
penyeberangan adalah 1,2 meter.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 45


Gambar 6 Median dan Penghalang Jalan

b. Pertimbangan Desain Penghalang Pejalan Kaki


1. Pagar penghalang/ pelindung pejalan kaki didesain untuk dapat
mengarahkan pejalan kaki ke lokasi yang lebih aman dan harus dapat
menghindarkan pejalan kaki dari jalur lalu lintas yang sibuk;
2. Pagar pengaman idealnya ditempatkan pada ruas jalan yang memiliki
akses ke lokasi sekolah, tempat-tempat rekreasi, pusat-pusat
perbelanjaan, dan lajur pejalan kaki;
3. Pagar pengaman pada lokasi peyeberangan harus didesain sedemikian
hingga dapat memaksa pejalan kaki untuk melihat lalu-lintas kendaraan
yang mengarah kepadanya sebelum menyeberangi jalan;
4. Pagar penghalang pejalan kaki didesain terbatas pada jalan primer,
tetapi dapat juga dipertimbangkan pada jalan lokal dan akses pada
persimpangan dan lokasi-lokasi yang rawan kecelakaan;
5. Pagar penghalang selain berfungsi untuk melindungi pejalan kaki, juga
berfungsi untuk menghindarkan pemarkiran kendaraan yang tidak pada
tempatnya atau menghalangi akses langsung ke lokasi perumahan atau
perkantoran.

5.5. Fasilitas Pejalan Kaki


Pejalan kaki merupakan kelompok pemakai jalan yang paling lemah, sehingga
penyediaan fasilitas yang memenuhi keperluannya harus mendapat

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 46


pertimbangan. Desain fasilitas pejalan kaki antara lain harus
mempertimbangkan :
a. Membuat lajur pejalan kaki yang terhindar dari halangan, dengan
pertimbangan lebar lajur efektif minimum 1 m untuk 50-60 pejalan kaki/
menit ditambah 1 m untuk kerb dan dinding samping;
b. Membuat fasilitas penyeberangan yang aman (antara lain jembatan
penyeberangan atau terowongan penyeberangan pejalan kaki khususnya
pada lalu lintas berkecepatan tinggi);
c. Membuat penghalang (pagar penghalang) untuk mengarahkan pejalan kaki
secara aman;
d. Mempertimbangkan desain kecepatan rendah (30 km/ jam) atau
pembuatan alat-alat yang berfungsi untuk mereduksi kecepatan, khususnya
pada lokasi yang banyak pejalan kaki menggunakan jalan;
e. Mempertimbangkan suatu area pejalan kaki (pedestrian area) pada daerah
perbelanjaan;
f. Membuat pelindung tengah (central refuges) pada jalan-jalan yang lebar,
agar pejalan kaki memiliki tempat yang aman untuk menunggu dan
melanjutkan penyeberangan;
g. Melengkapi alat pemandu penyeberangan (rambu-rambu) khususnya pada
lokasi penyeberangan yang banyak digunakan anak-anak sekolah;
h. Tempat parkir harus dijauhkan (minimum 30 m) dari lokasi penyeberangan;
i. Lokasi pemberhentian bus harus didesain sedemikian rupa dapat
memudahkan pejalan kaki berjalan secara aman dari dan ke lokasi
penyeberangan jalan atau lokasi yang dituju.

5.6. Fasilitas bagi Kendaraan Roda Dua


Kendaraan roda dua dan kendaraan tak bermotor lainnya merupakan bagian
dari lalu lintas, sehingga penyediaan fasilitas bagi kendaraan ini diperlukan
terutama pada lokasi-lokasi yang banyak memiliki pengguna jalan tipe
kendaraan tersebut. Untuk beberapa lokasi yang dianggap membutuhkan
fasilitas ini dasar pertimbangannya adalah :
a. Pembuatan lajur sepeda yang terpisah dari lajur lalu lintas kendaraan
lainnya;
b. Pembuatan lebar lajur lambat kurang lebih 2 m;
MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 47
c. Pemisahan lajur perlu dilakukan dengan pemisah atau kerb;
d. Pemisahan phase lampu lalu lintas;
e. Pembuatan garis pemberhentian khusus bagi sepeda pada persimpangan
yang ditempatkan lebih dekat ke persimpangan;
f. Pembuatan lajur penyeberangan untuk sepeda yang terpisah dari lajur
pejalan kaki;
g. Pembuatan ramp khusus untuk sepeda pada jembatan penyeberangan yang
dipakai bersama.

Gambar 7 Fasilitas Jalur Sepeda dalam Jalan Perkotaan

5.7. Rangkuman
1. Prinsip-prinsip keselamatan adalah hal yang paling penting dalam
pelaksanaan audit keselamatan jalan dan penerapannya dapat
dilakukan pada setiap tahapan desain
2. Hirarki jalan dapat mengontrol pergerakan lalu lintas dari satu hirarki
ke tingkatan hirarki lainnya dan implentasi hirarki yang tepat dapat
meminimalkan konflik terutama di persimpangan
3. Penyelenggara jalan harus mengendalikan pembuatan akses baru ke
jalan umum sesuai standar dan mengusahakan agar akses jalan masuk
ke jalan utama minimal
4. Penerapan prinsip-prinsip geometri jalan yang dilengkapi dengan
perambuan dapat membimbing pengemudi untuk merespon kondisi

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 48


jalan, menghindar dari pergerakan yang tidak diharapkan, menghindari
dari perilaku yang ilegal, serta menghindari dari penggunaan kecepatan
yang berlebih.
5. Median jalan, lajur khusus dan pagar pengaman pejalan kaki, lajur
khusus bagi peseda atau dan pengendara motor adalah upaya-upaya
pemisahan antar jenis pemakai jalan berbeda yang bertujuan untuk
meningkatkan keselematan

5.8. Latihan
1. Saudara sebagai pelaksana kegiatan peningkatan kapasitas jalan dari
fungsi jalan kolektor menjadi fungsi jalan arteri. Sebutkan beberapa hal
terkait dengan audit keselamatan jalan yang sebaiknya diperiksa dan
disarankan dalam detil desain kegiatan peningkatan tersebut.
2. Dampak dari peningkatan fungsi jalan ke jalan dengan hirarki yang lebih
tinggi adalah peningkatan volume dan kecepatan operasional lalu
lintas. Jelaskan upaya yang Saudara lakukan pada lokasi pasar yang
terdapat pada ruas jalan tersebut untuk menyesuaikan perubahan/
peningkatan tersebut.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 49


DAFTAR PUSTAKA

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 50


GLOSARIUM

Abutmen/Kepala atau Pangkal Jembatan (Abutment): bangunan bawah


jembatan yang terletak pada kedua ujung jembatan, berfungsi sebagai
pemikul seluruh beban pada ujung bentang dan gaya-gaya lainnya yang
didistribusikan pada tanah pondasi.
Alat Pengendali Isyarat Lalu Lintas - APILL (Traffic Control Signal): perangkat
peralatan teknis yang menggunakan isyarat lampu untuk mengatur lalu lintas
orang dan/atau kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan.
APILL untuk pejalan kaki berupa:

 APILL yang Dioperasikan oleh Pejalan Kaki (Pedestrian Operated


Signals - Pos): APILL yang memiliki tiga aspek dan ditempatkan di
tengah blok antar simpang. APILL ini dilengkapi dengan tombol tekan
yang dipasang di tiang utamanya untuk memberi tahu kehadiran
pejalan kaki yang menunggu. Selain itu, ada tampilan isyarat penjalan
kaki menghadap ke seberang. Tampilan merah, kuning, dan hijau
untuk pengemudi/pengendara, sedangkan ikon manusia berdiri
berwarna merah atau manusia berjalan berwarna hijau untuk pejalan
kaki.
 Penyeberangan PELICAN (Pedestrian Light Controlled Crossing -
Pelican Crossing): tipe penyeberangan yang dioperasikan oleh pejalan
kaki, yang memiliki fase kuning berkedip yang ditampilkan sesaat
sebelum fase hijau bagi pengemudi.
 Penyeberangan PUFFIN (Pedestrian User Friendly Intelligent Crossing
- PUFFIN Crossing): penyeberangan ini beroperasi mirip APILL pejalan
kaki lainnya, namun memiliki detektor untuk menengarai kehadiran
pejalan kaki yang bergerak lambat (misal manula) sehingga mampu
menambah waktu jalan dan/atau waktu bebas APILL untuk
membantu mereka.
Alinyemen (Alignment): proyeksi garis sumbu jalan.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 51


 Alinyemen Horizontal (Horizontal Alignment): proyeksi garis sumbu
jalan pada bidang horizontal.
 Alinyemen Vertikal (Vertical Alignment): proyeksi garis sumbu jalan
pada bidang vertikal yang melalui sumbu jalan.
Area Bebas (Clear Zone): daerah di dekat lajur lalu lintas yang harus dijaga
terbebas dari hazard sisi jalan.
Audit Keselamatan Jalan (Road Safety Audit): suatu pemeriksaan formal
jalan atau proyek lalu lintas oleh tim ahli independen yang melaporkan
potensi kecelakaan dan kinerja keselamatan suatu ruas jalan (Austroads,
2009).
Bahu Jalan (Shoulder): bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan
dengan jalur lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti,
keperluan darurat, dan untuk pendukung samping bagi lapis pondasi bawah,
dan lapis permukaan.
Bahaya Sisi Jalan: semua objek tetap yang terdapat di sisi jalan di dalam
daerah bebas yang dapat memperbesar tingkat keparahan kecelakaan.
Bundaran (Roundabout): persimpangan tempat kendaraan berjalan searah
mengelilingi pulau lalu lintas.
Caping (Crown): bentuk mahkota pada potongan melintang di dua lajur jalan
yang memiliki dua arah kemiringan melintang.
Efek Lapis Tipis Air (Aqua Planing): terjadi ketika ada lapis tipis air yang
menyelimuti roda sehingga kendaraan tergelincir tidak terkendali di jalan
yang basah.
Garis Pandang (Line of Sight): garis langsung pada pandangan tak terhalang
antara pengemudi dan sebuah objek dengan tinggi tertentu di atas jalan.
Jalan Terbagi (Divided Road): jalan dua arah yang dipisahkan dengan median,
pagar, atau objek fisik lain. Jalur Jalan (Carriageway): bagian jalan yang
diperuntukkan untuk lalu lintas kendaraan
Jarak Berhenti yang Berkeselamatan (Safe Stopping Distance - SSD): jarak
yang dibutuhkan oleh pengemudi kendaraan untuk menangkap hazard,
bereaksi, dan mengerem untuk berhenti. Untuk keperluan perancangan,
kondisi cuaca basah dan pengereman dengan roda terkunci diperhitungkan.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 52


Jarak Mendahului (Overtaking Distance): jarak yang dibutuhkan sebuah
kendaraan untuk mendahului kedaraan lain.
Jarak Mengerem (Braking Distance): jarak yang dibutuhkan oleh rem
kendaraan untuk menghentikan kendaraan.
Jarak Pandang (Sight Distance): jarak di sepanjang tengah-tengah suatu jalur
dari mata pengemudi ke suatu titik dimuka pada garis yang sama yang dapat
dilihat oleh pengemudi [RSNI T-14-2004].
Jarak Pandang Berkeselamatan di Persimpangan (Safe Intersection Sight
Distance - ISD): jarak pandang yang diperlukan pengendara pada jalan major
untuk mengamati kendaraan pada jalan minor sehingga dapat mengurangi
kecepatannya, atau berhenti bila diperlukan.
Jarak Pandang Henti (Stopping Sight Distance): jarak pandangan pengemudi
ke depan untuk berhenti dengan aman dan waspada dalam keadaan biasa,
didefinisikan sebagai jarak pandangan minimum yang diperlukan oleh
seorang pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu
melihat adanya halangan di depannya. Jarak pandang henti diukur
berdasarkan anggapan bahwa tinggi mata pengemudi adalah 108 cm dan
tinggi halangan adalah 60 cm diukur dari permukaan jalan [RSNI T-14-2004].
Jarak Pandang Manuver (Maneuver Sight Distance): jarak pandang yang
dibutuhkan oleh pengemudi kendaraan yang waspada untuk menyadari objek
di atas jalan dan melakukan tindakan menghindar.
Jarak Pandang Masuk (Entering Sight Distance - ESD): jarak pandang yang
diperlukan pengendara pada jalan minor untuk memotong/masuk ke jalan
major, tanpa mengganggu arus di jalan major.
Jarak Pandang Mendahului (Overtaking Sight Distance): jarak pandang yang
dibutuhkan oleh pengemudi untuk memulai dan menyelesaikan dengan
selamat manuver mendahului.
Jarak Pandang Pendekat (Approach Sight Distance - ASD): jarak pandang
henti pada suatu persimpangan.
Kanalisasi: sistem pengendalian lalu lintas dengan menggunakan pulau lalu
lintas atau marka jalan.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 53


Kecepatan Operasional (Operating Speed): 85 persentil kecepatan
kendaraan pada suatu waktu saat kondisi lalu lintas lancar yang
memungkinkan kendaraan untuk bebas memilih kecepatan.
Kecepatan Operasional Truk (Operating Speed of Trucks): kecepatan 85
persentil truk yang diukur pada suatu waktu saat kondisi lalu lintas lancar yang
memungkinkan kendaraan untuk bebas memilih kecepatan.
Kecepatan Rencana (Design Speed): kecepatan maksimum kendaraan yang
aman yang dapat dipertahankan sepanjang bagian jalan tertentu bila kondisi
sedemikian baik sehingga ketentuan desain jalan merupakan faktor yang
menentukan.
Kelandaian (Grade): kelandaian memanjang jalan yang dinyatakan dalam
persen.
Kemiringan Balik (Adverse Crossfall): kemiringan perkerasan yang terbalik di
tikungan horizontal akan menimbulkan gaya sentrifugal pada kendaraan
sehingga tidak mampu bertahan di jalur tikungan dan menimbulkan risiko
“keluar jalan”.
Kemiringan Galian atau Timbunan (Batter): kemiringan sisi jalan, rasionya 1
unit Vertikal (V) X lebih dari 1 unit Horizontal (H). Kemiringan ini dapat berupa
kemiringan galian (memotong lahan berbukit) atau kemiringan timbunan (di
jalan yang dibangun di atas lahan sekitarnya). Rasio kemiringan timbunan 4H
: 1V atau kurang dianggap layak dilalui, namun dengan kemiringan 6H : 1V
lebih baik untuk keselamatan sisi jalan.
Kemiringan Melintang (Crossfall): kemiringan melintang jalan untuk drainase
permukaan.
Lajur Belok (Turning Lane): lajur khusus untuk lalu lintas berbelok.
Lajur Lalu Lintas (Traffic Lane): bagian dari jalur tempat lalu lintas bergerak,
untuk satu kendaraan.
Lajur Mendahului (Overtaking Lane): lajur khusus yang memungkinkan
kendaraan lebih lambat didahului. Lajur ini harus diberi marka garis agar
semua lalu lintas diarahkan dahulu ke lajur sebelah kiri karena lajur tengah
digunakan untuk mendahului.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 54


Lajur Pendakian (Climbing Lane): lajur khusus yang disediakan pada bagian
ruas jalan yang melampaui panjang kritis tanjakan untuk menampung
kendaraan berat saat menanjak.
Lajur Penyelamat dengan Bantalan Penahan (Arrester Bed): fasilitas
keselamatan yang digunakan untuk melambatkan dan menghentikan
kendaraan dengan mengkonversi energi kinetiknya melalui pergeseran
agregat dalam gundukan pasir atau tanah keras. Bantalan penahan
merupakan perangkat keselamatan yang berguna di sisi jalan menurun yang
sering menimbulkan tabrakan truk dengan rem blong.
Lajur Percepatan (Acceleration Lane): lajur khusus yang berfungsi untuk
menyesuaikan kecepatan kendaraan pada saat bergabung dengan lajur cepat.
Lajur Tambahan (Auxiliary Lane): lajur yang disediakan khusus untuk belok
kiri/kanan, perlambatan/percepatan, dan tanjakan.
Lalu Lintas (Traffic): gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan
(prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang,
dan/atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung).
Lengkung Peralihan (Transition Curve): lengkung yang disisipkan diantara
bagian jalan yang lurus dan bagian jalan yang melengkung berjari-jari tetap R
dimana bentuk lengkung peralihan merupakan clothoide.
Lengkung Vertikal (Vertical Curve): bagian jalan yang melengkung dalam
arah vertikal yang menghubungkan dua segmen jalan dengan kelandaian
berbeda.
Lokasi Rawan Kecelakaan (Blackspot): suatu lokasi dimana memiliki angka
kecelakaan yang tinggi, serta terjadi secara berulang dalam suatu rentang
waktu.
Manajemen Bahaya Sisi Jalan (Road Side Hazard Management): manajemen
sisi jalan yang bertujuan untuk menurunkan tingkat keparahan kecelakaan.
Median Jalan (Median): bagian dari jalan yang tidak dapat dilalui oleh
kendaraan dengan bentuk memanjang sejajar jalan, terletak di sumbu/
tengah jalan, dimaksudkan untuk memisahkan arus lalu lintas yang
berlawanan.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 55


Panjang Lengkung Peralihan (Transition Length for Alignment): panjang jalan
yang dibutuhkan untuk mencapai perubahan dari bagian lurus ke bagian
lingkaran dari tikungan.
Panjang Pencapaian Superelevasi (Transition Length for Superelevation):
panjang jalan yang dibutuhkan untuk mencapai kemiringan melintang dari
kemiringan normal sampai dengan kemiringan penuh superelevasi.
Pejalan Kaki (Pedestrians): pemakai jalan yang berjalan kaki, termasuk
mereka yang menarik gerobak, bekerja di jalan, berjalan di sepanjang, atau
menyeberangi jalan.
Persimpangan (Intersection): pertemuan jalan dari berbagai arah, yang dapat
merupakan simpang sebidang yaitu simpang 3, simpang 4 atau lebih dan/atau
berupa simpang tak sebidang.
Persimpangan dengan Kanalisasi (Channelised Intersection): persimpangan
yang menggunakan sistem kanalisasi.
Persimpangan Normal: persimpangan di sebuah jalur jalan yang
menunjukkan perincian dimensi, lokasi furnitur, dan fitur bangunan jalan
yang normal.
Persimpangan Tak Sebidang (Interchange): separasi gradasi dua atau lebih
jalan yang mempunyai setidaknya satu jalur jalan yang menghubungkan.
Artinya, paling tidak satu jalur jalan mengambil lalu lintas dari salah satu jalan
ke yang lain. Banyak tipe persimpangan tak sebidang.
Potongan Melintang (Cross Section): elemen transversal di elemen
memanjang jalan.
Potongan Memanjang (Longitudinal Section): potongan memanjang,
biasanya dengan skala vertikal yang lebih besar dibandingkan skala
horizontal, yang menunjukkan perubahan desain di sepanjang sebuah garis
memanjang sebuah jalan, atau garis lain yang ditentukan.
Potongan Normal Melintang Jalan (Normal Cross Section): potongan
melintang jalan yang tidak dipengaruhi oleh superelevasi ataupun pelebaran
jalan di tikungan.
Pulau Lalu Lintas (Traffic Island): bagian dari persimpangan yang ditinggikan
dengan kereb, yang dibangun sebagai pengarah arus lalu lintas serta

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 56


merupakan tempat lapak tunggu untuk pejalan kaki pada saat menunggu
kesempatan menyeberang.
Rambu Lalu Lintas (Traffic Sign): bagian dari perlengkapan jalan berupa
lambang, huruf, angka, kalimat dasar atau perpaduannya, diantaranya
berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai
jalan.
Segitiga Pandang (Sight Triangle): area antara dua jalur jalan yang
bersimpangan dimana kendaraan dari kedua jalur dapat terlihat oleh setiap
pengemudi.
Segmen Jalan Rawan Kecelakaan (Black Length): segmen jalan–biasanya
beberapa kilometer yang memiliki catatan sering terjadi kecelakaan dan
menimbulkan korban.
Simpang Tak Sebidang (Grade Separation): pemisahan pergerakan lalu lintas
yang berkonflik dengan penggunaan lintas atas atau lintas bawah.
Tambahan Pemotongan Bukit (Bench): tambahan potongan bukit di sebuah
sisi sempit jalan yang dibangun dalam kemiringan galian atau kemiringan
alami untuk meningkatkan jarak pandang horizontal di tikungan. Tambahan
ini juga dapat mengontrol erosi dengan lebih baik, menjadi drainase, dan
perlindungan dari tanah longsor.
Tikungan Balik (Reverse Curve): sebuah potongan alinyemen jalan yang
terdiri dari dua tikungan yang membelok ke arah berlawanan dan mempunyai
titik tangen bersama atau dihubungkan oleh tangen pendek.
Tikungan Bertolak Belakang (Broken Back Curve): dua tikungan horizontal di
arah yang sama, yang dipisahkan oleh potongan jalan lurus. Tikungan
bertolak belakang merupakan tipe khas tikungan mejemuk dan umumnya
dianggap lebih berisiko keselamatan daripada yang lain.
Tikungan Horizontal (Horizontal Curve): tikungan dalam tampak bidang
sebuah jalur jalan.
Tikungan Majemuk (Compound Curve): tikungan yang terdiri dari dua atau
lebih tikungan beradius berbeda di arah yang sama dan berbagi titik tangen
yang sama.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 57


Tikungan Substandar (Sub-Standard Curve): tikungan dengan radius
horizontal di bawah radius minimal yang diperlukan untuk kecepatan
operasional lalu lintas.
Titik Putar (Hinge Point): titik di potongan melintang sebuah jalan yang
perkerasan di sekitarnya dirotasi untuk membentuk superelevasi.

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 58


Tim Penyusun

Ir. Agus Nugroho, MM

Ir. Dwi Sapto Haryanto

Ir. Erwin Kusnandar, MT

Ir. Janny Agustin, M.Sc

Ir. Joulla Marsela, MM

Drs. Rozali Ahmad, M.Sc

MODUL 10 | PENGENALAN AUDIT KESELAMATAN JALAN 59

Anda mungkin juga menyukai