kelompok 5
Disusun Oleh:
Puji syukur penulis curahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena limpahan
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Ketuban Pecah Dini” dengan lancar.
Dalam menyelesaikan makalah ini tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
dosen pengajar yang telah membimbing penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan juga
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua, dan untuk itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
D. WOC
E. MANIFESTASI KLINIS
F. PENETA LAKSANAAN
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. PENGKAJIAN
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. INTERVENSI
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketuban Pecah Dini (KPD) sering kali menimbulkan konsekuensi yang
dapat menimbulkan morbiditas dan mortilitas pada ibu maupun bayi terutama
kematian perinatal yang cukup tinggi. Penyebab kematian ibu terbanyak
adalah perdarahan 60-70% preeklamsi dan eklamsi 10-20%, infeksi 10-20%.
Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan salah satu penyebab terjadinya infeksi.
Pada sebagian besar kasus ketuban pecah dini berhubungan dengan infeksi
intra partum.
Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera
bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus
menunggu terjadinya proses persalinan, sehingga masa tunggu akan
memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.
Dengan masih tingginya angka kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD)
maka penyusun membuat makalah yang berjudul ”Asuhan Keperawatan pada
Ibu Hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada ibu hamil yang mengalami
Ketuban Pecah Dini (KPD)?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu hamil yang
mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) meliputi biopsikososial
spiritual.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengidentifikasi pengkajian terhadap ibu hamil yang
mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).
b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan terhadap ibu hamil
yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).
c. Dapat menetapkan intervensi terhadap ibu hamil yang
mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).
d. Melaksanakan implementasi terhadap ibu hamil yang
mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).
e. Melaksanakan evaluasi terhadap ibu hamil yang mengalami
Ketuban Pecah Dini (KPD).
f. Mendokumentasikan hasil implementasi terhadap ibu hamil
yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
B. Etiologi
Penyebab pasti dari KPD ini belum jelas. Akan tetapi, ada beberapa
keadaan yang berhubungan dengan terjadinya KPD ini, di antaranya adalah
sebagai berikut :
Fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal.
Trauma : amniosintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual.
Peningkatan tekanan intra uteri, kehamilan kembar atau
polihidromnion.
Infeksi vagina, serviks atau korioamnionitis, streptokokus, serta
bakteri vagina.
Selaput amnion yang mempunyai struktur yang lemah atau selaput
terlalu tipis.
Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi.
Kelainan pada serviks atau alat genetalia seperti ukuran serviks yang
pendek (<25 cm) pada usia kehamilan 23 minggu.
Multipara dan peningkatan usia ibu.
Defisiensi nutrisi.
Stres maternal.
Stres fetal.
Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan ibu
Kelebihan berat badan sebelum kehamilan
Penambahan berat badan yang sedikit selama kehamilan
Merokok selama kehamilan
C. Patofisiologis
Ketuban pecah dini biasanya terjadi karena berkurangnya kekuatan
membrane atau penambahan tekanan intra uteri ataupun oleh sebab kedua-
duanya. Kemungkinan tekanan intra uteri yang kuat adalah penyebab
independent dari ketuban pecah dini dan selaput ketuban yang tidak
adekuat akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi akan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban
D. WOC
Etiologi
↓
Mengeluarkan air ketuban
E. Manifestasi Klinis
Ibu biasanya datang dengan keluhan utama keluarnya cairan
amnion/ketuban melewati vagina. Selanjutnya jika masa laten panjang,
dapat terjadi koriomnionitis. Untuk mengetahui bahwa telah terjadi
infeksi ini adalah mula-mula dengan terjadinya takikardia pada janin.
Takikardi pada ibu muncul kemudian, ketika ibu mulai demam, maka
diagnosis koriomnionitis dapat ditegakkan, dan diperkuat dengan terlihat
adanya pus dan bau pada sekret.
F. Penatalaksanaan
Beberapa langkah dalam penatalaksanaan ketuban pecah dini adalah
sebagai berikut :
Pencegahan
Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung usaha
untuk mengurangi atau berhenti.
Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil.
Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester akhir
bila ada faktor predisposisi.
Penatalaksanaan ketuban pecah dini bergantung pada umur
kehamilan dan tanda infeksi intrauterin.
Pada umumnya lebih baik untuk membawa pasien dengan KPD ke
rumah sakit dan melahirkan bayi yang berumur >37 minggu dalam
24 jam dari pecahnya ketuban untuk meminimalisirkan infeksi intra
uterin.
Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) kolaborasi
dengan dokter di antaranya dalam pemberian antibiotik dan cegah
infeksi, pematangan paru, amnionfusion. Tindakan aktif
(terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan amniotomi (secio
cesaria) ataupun partus pervaginam.
Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan
apakah langkah konservatif (mempertahankan kehamilan) ataukah
aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan), sebaiknya perlu
mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi dan ibu janin, fasilitas
perawatan intensif, kondisi, waktu, dan tempat perawatan,
kondisi/status imunologi ibu, dan kemampuan finansial keluarga.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia, infeksi.
Golongan darah dan faktor Rh.
Rasio lesitin terhadap sfingomielin (rasio US) : menentukan maturitas
janin.
Tes Ferning dan kertas nitrazine : memastikan pecah ketuban.
Ultrasonografi : menentukan usia gestasi, ukuran janin, gerakan
jantung janin, dan lokasi plasenta.
Pelvimetri : identifikasi posisi janin.
Amniocentesis : kelainan kromosom (termasuk translokasi,
aneuploidi), gangguan autosomal, x-linked gangguan, penyakit
metabolik, kegagalan enzime, penyakit hematopoietik, dan
immunodeficiencies.
BAB III
PEMBAHASAN
1. PENGKAJIAN
d. Pemeriksaan fisik
Kepala : Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
Leher : Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid,
karena adanya proses menerang yang salah.
Mata : Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning
Telinga : Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
Hidung : Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
Dada : Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi
areola mamae dan papila mamae.
Abdomen : Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
Genitaliua : Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban,
bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
Anus : Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
Ekstermitas : Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung
atau ginjal.
Muskulis skelet : Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan
gerak karena adanya luka episiotomi.
Tanda-tanda vital : Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan
darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
(Ibrahim christina, 1993: 50)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan peredaran karakteristik kontraksi
b. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan kondisi janin yang menurun
c. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan ketegangan ototrahim.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
3. INTERVENSI
NO. DIAGNOSA PERENCANAAN RASIONAL
NOC NIC
1. Nyeri akut Control nyeri Manajemen nyeri 1. Dengan
A. KESIMPULAN
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks(Saifudin, 2000).
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam
rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensial. Oleh karena itu,
tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu
dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai
kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dan gejala
korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis, diindikasikan untuk
segera berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita guna menginduksi
persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC)
bergantung pada usia gestasi, presentasi dan berat korioamnionitis.
B. SARAN
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan
keluarganya. Perawat harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang
menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis.
Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan
hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan keluarganya.
Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan
kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA