Anda di halaman 1dari 16

Oleh :

Alhaqier Indallah Abu beryl


Masjid Khoirul Ibaad Ciwastra Bandung
TASYAHHUD

Tasyahhud

Tasyahhud pada rakaat ke dua. Pada tasyahhud


pertama, duduk di atas kaki kiri seraya bersholawat
kepada nabi SAW. Sementara jari jari tangannya
menggenggam, kecuali jari telunjuk yang
ditunjukkan sewaktu mengucapkan “Laa ilaaha
illallah”. Pada Tasyahhud akhir, menyempurnakan
bacaan dengan do’a yang diriwayatkan dari nabi
dan duduk di atas paha kirinya
Usai shoalat mengucapkan:
“Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh” dan menoleh ke kanan
sehingga pipinya terlihat dari belakang,
kemudian menoleh ke kiri,
Lalu berniat mengakhiri sholat sewaktu
mengucapkan salam dan meniatkan
salamnya bagi para malaikat dan kaum
muslimin di sebelah kanan kirinya.
Membedakan antara Rukun
dan Sunnah

Rukun sholat ada 12:


6. Bediri tegak seusai rukuk
1. Niat
7. Sujud dengan thuma’ninah
2. Mengucapkan Allahu Akbar
8. Duduk tegak seusai sujud
3. Berdiri
9. Duduk membaca tasyahhud
4. Membaca Surat al Fatihah
akhir
5. Membungkuk pada saat ruku’
10. Membaca tasyahhud akhir
sehingga kedua telapak
11. Bersholawat atas Nabi
tangannya menyentuh kedua
12. Mengucapkan salam
lutut dengan thuma’ninah
pertama
Syarat amalan Hati

Khusyu’ (“Dan dirikan sholat untuk mengingat-Ku “ Thaha: 14.


Rasulullah bersabda: “betapa banyaknya orang yang mendirikan
shalat, namun bagian yang diperolehnya hanya rasa lelah dan
kepayahan
Shalat: dzikir, qiraat, munajat, dan dialog. Hal ini tidak bisa
terwujud kecuali menghadirkan hati. Secara sempurna dapat
dilakukan dengan memahami, mengagungkan, merasa
cemas, berharap dan merasa malu.
Kesimpulan: Setiap kali pengetahuan mengenai Allah
bertambah, bertambah pula kekhusyu’an dan keahdiran hati
Jika mendengar adzan, hadirkan hati guna mengingat
kengerian seruan pada hari kiamat dan bersiap siap
lahir batin untuk menyambut dan bergegas
memenuhinya. Karena orang yang bergegas
memenuhi seruan ini adalah mereka yang diseru
dengan lembut pada hari kiamat. Jika hati depenuhi
dengan rasa gembira dalam memenuhinya, maka
akan demikian terhadap seruan itu. Rasulullah
bersabda: “ Buatlah kami gembnira dengannya, wahai
bilal” Penyejuk mata beliau adalah shalat
Bersuci: mensucikan batin dari segala sesuatu
selain Allah swt untuk menyempurnakan shalat.
Jika anda menutup aurat dengan pakaian, apa
yang menutup aurat bathin Anda dari Allah?
Beradablah di hadapan Allah, ketahuilah bahwa
Dia melihat anda dan rahasia anda, maka
bersikap rendah hatilah lahir dan bathin. Coba
lihat, seandainya anda berdiri di hadapan raja,
kira kira bagimana anda? Padahal Allah tidak
sebanding dengan raja manapun. Semua
manusia adalah hamba-Nya.
Apabial engkau melakukaknnya,
janganlah engkau berbohong atas
ucapan anda: “Aku menhadapkan
wajahku” dan ucapan anda: “dengan
lurus dan berserah diri” , “Aku bukan
orang orang musyrik.” Juga ucapan :
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidup dan matiku untuk Allah”
Perhatikanlah, tidak seyogyanya ini semua berupa
kebohongan belaka sehingga kelak menjadi penyebab
kebinasaan Anda. Seyogyanya anda juga mengingat
kebesaran dan keagungan Allah swt. sewaktu anda ruku’ dan
sujud. Anda menyadari kecilnya diri anda, sementara Allah
Ta’ala dengan rahmat-Nya membuat anda layak untuk
bermunajat kepada-Nya. Maka jangan pernah meremehkan
adab dan kehadiran hati Anda di hadapan-Nya.
Rasulullah bersbda:
Sesungguhnya Allah mengahadap ke arah orang orang yang
sedang sholat selama orang itu tidak menoleh. Maka jagalah
lahir bathinnmu dari menoleh.
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya
hamba benar benar mendirikan shalat,
namun pahala shalatnya tidak dicatat,
tidak separuhnya, tidak pula sepertiganya,
juga tidak seperempatnya, tidak
seperlimanya, tidak pula seperenamnya
dan tidak juga sepersepuluhnya. Pahala
shalat hanya dicatat bagi seseorang
sebanyak bacaan yang dipahaminya.”
Salah seorang mengatakan: “seorang hamba
bersujud, pada saat itu dia mengira telah
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Namun
seandainya dosa dosanya dibagikan kepada
penduduk kota, niscaya mereka akan celaka”. Dia
pun ditanya: Bagaimana bisa demikian?“ Dia
bersujud di hadapan Allah namun hatinya tunduk
pada hawa nafsu dan gambaran gambaran
kebathilan telah menguasainya”. Jawab ulama
tersebut
IMAM DAN KETELADANAN

Rasulullah bersabda: “para imam adalah


para penjamin” tidak seyogyanya
seseorang menjadi imam bagi orang orang
yang tidak menyukainya, karena hal itu lebih
selamat. Lebih tepat bila orang yang
menhjadi imam adalah orang yang memikul
beban beban mereka. Karena itu Rasulullah
selalu menjadi imam.
Seyogyanya dia menjaga waktu waktu sholat sehingga dia
mendirikan sholat pada awal waktunya, karena awal waktu adalah
keridhaan Allah SWT . Sedangkan akhir waktu adalah pemaafan
Allah. Keridhaan Allah lebih utama dari pada pemaafannya.
Seyogyanya dia memiliki tiga waktu diam. Demikianlah yang
diriwayatkan dari Nabi SAW yang pertama adalah sewaktu
membaca do’a iftitah dengan suara pelan. Yang kedua setelah
membaca surat al fatihah dan sebelum membuka bacaan surat.
Lamanya separuh diam yang pertama. Yang ketiga adalah seuasi
membaca surat dan sebelum untuk ruku’, ini yang paling sebentar
Tidak sepatutnya makmum mendahului gerakan imam.
Bahkan seharusnya dia tidak bergerak turun untuk ruku’
selama imam belum mantap melakukan ruku’. Demikian
pula halnya dalam setiap rukun. Dikatakan “Orang-orang
keluar dari sholat ada tiga golongan. Pertama, golongan
yang membawa paha 25 sholat, mereklah orang yang
bertakbir dan rukuknya setelah imam. Kedua, golongan
yang membawa paha satu shalat, merekalah orang yang
bersamaan dengan imam. Ketiga, golongan yang tidak
membawa pahal, merekalah orang yang mendahului
gerakan imam.”
Para ulama berbeda pendapat mengenai imam:
“apakah dalam rukuk dia menantinya samapi
orang yang baru bergabung agar memperoleh
keutamaan berjamah?” Bisa jadi yang lebih utama
dia tidak mengapa melakukannya bdengan ikhlas
apabila suatu perbedaan lahir tidak tampak.”
Dalam qunut shalat shubuh, imam mengucapkan:
‘Allahumahdina...dan makmum mengaminkan

Anda mungkin juga menyukai