Anda di halaman 1dari 65

Perbaikan dan Perkuatan Tanah

Perbaikan dan perkuatan tanah merupakan usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas karakteristik tanah, utamanya parameter kuat geser tanah yang akan mendukung sebuah
struktur sehingga mampu menahan beban struktur yang akan dibangun dengan deformasi yang
dizinkan. Secara garis besar perbaikan dan perkuatan tanah dimaksudkan untuk :

Menaikkan daya dukung & kuat geser

Menaikkan modulus

Mengurangi kompressibilitas

Mengontrol stabilitas volume (shringking & swelling)

Mengurangi kerentanan terhadap liquifaksi

Memperbaiki kualitas material untuk bahan konstruksi

Memperkecil pengaruh lingkungan

https://junaidawally.blogspot.com/2015/09/perbaikan-dan-perkuatan-tanah-dengan.html?m=1

Perkuatan tanah adalah salah satu cara metoda perbaikan tanah. Perbaikan
tanah dimaksudkan untuk :

1. Meningkatkan kuat geser tanah

2. Mengurangai compresibilitas.

3. Mengurai Swelling.

4. Mengurangi permeabilitas.

Metoda perbaikan tanah yang kita kenal adalah :

Perbaikan tanah cara mekanis yaitu dengan uji pemadatan.

Perbaikan tanah cara dewatering yaitu pengeringan.

Perbaikan tanah cara kimia yaitu stabilisasi tanah dengan bahan kimia
seperti semen, kapur, dll.

Perbaikan tanah cara menambah bahan perkuatan.

Perkuatan tanah lebih disukai dilaksanakan karena konstruksi perkuatan


akan langsung berfungsi begitu dibuat. Sehingga selesai konstruksi maka
konsruksi tersebut dapat digunakan. Hal lain yang juga menjadi
pertumbangan karena penambahan kuat geser tanah akibat penambahan
perkuatan sangat besar. Berbeda dengan pemadatan, dewatering dan
stabilisasi tanah penambahan kuat geser tanah tidak terlalu besar.

Maksud dilakukan perkuatan tanah adalah :

Meningkatkan Daya Dukung Tanah.

Pondasi dangkal seperti pondsi telapak, timbunan jika dianalisa maka


bentuk keruntuhan seperti gambar dibawah ini. Terzaghi membagi ada tiga
macam keruntuhan yaitu :

Keruntuhan Umum (General Shear Failure). Keruntuhan ini terjadi pada


tanah lempung kenyal.

Jika beban pondasi sangat besar maka tanah tidak mampu memikul
beban. Untuk meningkatkan daya dukung tanah kita dapat memakai
cerucuk.

Tambahan daya dukung tanah terjadi karena adanya tambahan


tanahan geser dari cerucuk.

Sehingga daya dukung menjadi :


Keruntuhan Lokal (Lokal Shear Failure). Keruntuhan ini terjadi pada
tanah lempung agak kenyal. Pada kondisi seperti ini factor daya dukung
Terzaghi tidak dapat digunakan. Untuk itu maka factor daya dukung
harus dikoreksi.

Jika beban pondasi sangat besar maka tanah tidak mampu memikul
beban. Untuk meningkatkan daya dukung tanah kita dapat memakai
cerucuk. Tambahan daya dukung tanah terjadi karena adanya
tambahan tanahan geser dari cerucuk.

Sehingga daya dukung menjadi :


Keruntuhan Punching (Punching Shear Failure). Keruntuhan ini terjadi
pada tanah lempung lunak. Pada kondisi seperti ini dukung Terzaghi
dan daya dukung yang dikoreksi seperti diatas tidak berlaku, karena
daya dukung yang didapat akan sangat kecil. Besar daya dukung
tergantung dari daya dukung cerucuk yang digunakan sebagai tiang
pancang. Besar daya dukung adalah sebagai berikut :

Daya dukung tanpa perkuatan tanah :

Tambahan daya dukung tanah terjadi karena adanya tambahan cerucuk


berupa daya dukung tiang pancang adalah sebagai berikut :

Dimana :

Ap = Luas Penanmpang tiang pancang

L = Panjang tiang pancang

n = jumlah tiang pancang

f = Effesiensi tiang pancang.


Mengurangi Penurunan.

Mengurangi deformasi lateral.


Perkuatan tanah dapat dilakukan pada lereng. Dapat dilakukan perkuatan
tanah pada lereng misalnya dengan memasang arah horizontal seperti
memasang geotextile, geogrid atau bahan perkuatan dari metal.

Lereng tanpa perkuatan maka factor keamanan terhadap longsor adalah :

Dimana :

SF = Faktor keamanan

MT = Momen tahanan

MR = Momen runruh
Pada kondisi dipasang perkuatan tanah arah horizontal maka untuk
meruntuhkan lereng harus menarik perkuatan tanah , sehingga factor
keamanan terhadap longsor adalah :

Dimana :

 = gaya geser pada permukaan perkuatan tanah

ap = Luas permukaan perkuatan tanah

hi = jarak vertical kepusat kelongsoran.

Pada kondisi dipasang perkuatan tanah dengan tiang pancang maka untuk
runtuh harus memutus tiang pancang. Dengan demikian maka factor
keamanan terhadap longsor adalah :

Dimana :

p = Tahanan geser tiang pancang

di = diameter penampang tiang pancang

R = Jari-jari kebidang longsor.

Perkuatan tanah biasanya digunakan pada pondasi, pembangunan jalan,


perkuatan lereng, bendungan dll. Biaya untuk pembanguan dengan
menggunakan perkuatan tanah akan terara ekonomis jika pekerjaannya besar.
Tetapi jika pekerjaannya kecil maka akan terjadi pemborosan. Untuk dinding
penahan tanah dengan ketingian > 5.00 meter, akan menghemat biaya 20% -
60%. Tetapi untuk dinding penahan tanah yang kecil maka akan menjadi
mahal.

Bahan perkuatan tanah yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :

Bahan dari metal

Bahan dari geotextile

Perkuatan tanah dengan memasukan bahan perkuatan kedalam tanah harus


memenuhi syarat antara lain :
Tahan terhadap korosi terutama untuk metal. Material dari metal akan mudah
berkarat jika kena air. Unutk air untuk itu maka bahan perkuatan harus diberi
antikarat.

Tahan terhadap degradasi bahan kimia. Bahan perkuatan tanah dari metal
maupun diri polimer akan mudah bereaksi jika kena bahan kimia. Untuk itu maka
bahan perkuatan perlu dipilih yang sesuai kondisi tanah.

Tahan terhadap degradasi biologokal. Bahan perkuatan terutamah dari bahan


polimer akan terjadi degradasi jika kena biologi yang ada ditanah.

Tahan terhadap pengaruh yang lainnya. Dilihat spesifikasi perkuatan yang


dipakai.

Untuk bahan metal, pengurangan ketebalan akibat korosi adalah sebagai


berikut :

Minimum pengurangan ketebalan

Maximum pengurangan ketebalan

Dimana :

t = pengurangan ketebalan.

Y = waktu dalam tahun.

Kekuatan tarik sisa setelah sekian tahun adalah :

Dimana :

tarik = tegangan tarik.

o = tegangan awal (rencana)

Kh = 1.2 – 2.8, diambil 2

To = tebal awal

t = kehilangan ketebalan.

https://id.scribd.com/doc/91182875/PERKUATAN-TANAH-LUNAK-2011-2012

Secara Bahasa,
Geosynthetics (geosintetik) bersal dari kata geo (bumi), dan synthetics (buatan), sehingga
geosintetik merupakan material buatan manusia yang digunakan untuk pekerjaan yang
berhubungan dengan bumi atau tanah.

Secara Istilah,

Geosintetik merupakan material buatan manusia, terutama polymer (sejenis plastik) yang
digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan ketekniksipilan yang berhubungan dengan tanah dan
batuan.

Keunggulan menggunakan geosintetik :

1. Karena terbuat dari bahan polimer maka bahan ini tidak terdegradasi atau rusak oleh mikroba.

2. Relatif lebih ekonomis dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional (seperti


beton bertulang dll.)

3. Telah diakui secara internasional melalui ASTM dan ISO.

Geosintetik secara umum dibedakan berdasarkan sifat bahan yaitu :

a. Geosintetik yang dapat meloloskan air (permeable) dikenal sebagai geotekstil.

b. Geosintetik yang kedap air (impermeable) dikenal sebagai geomembran.

Beberapa pengertian yang berhubungan dengan geosintetik berdasarkan International


Geosynthetic Socciety (IGS) antara lain :

1. Geotekstil ; bahan yang dapat meloloskan air dari anyaman (woven) atau tanpa anyaman (non-
woven) dari benang-benang atau serat-serat sintetik yang digunakan dalam pekerjaan tanah.

2. Geogrid ; geotekstil yang berupa lubang-lubang berbentuk segi empat (geotextile grid) atau
lubang berbentuk jaring (geotextile net), biasanya terbuat dari bahan Polyester (PET) atau High
Density Polyethyline (HDPE).

3. Geocomposite ; kombinasi dua atau lebih tipe geosintetik.


4. Geomembrane ; geosintetik yang bersifat impermeable atau tidak tembus air, biasanya dibuat
dari bahan High Density Polyethylene (HDPE).

5. Geocell ; geosintetik berbentuk sel-sel sebagai bahan penahan erosi atau perkuatan, terbuat
dari bahan High Density Polyethylene (HDPE).

6. Geospacer ; bahan sintetis yang ditempatkan di antara dua bahan sintetis lain biasanya
digunakan pada konstruksi drain.

Fungsi geosintetik :

1. Perkuatan (Reinforcement) ; sebagai kekuatan tanah dan perataan beban. example : untuk
perkuatan lereng, perkuatan tanah dasar timbunan tanggul, jalan, lapangan parkir, run way dll.

2. Separator (Separation) ; untuk mencegah bercampurnya agregat pilihan dengan lapisan asli
tanah lunak. example : sebagai pemisah antara lapisan tanah lunak dengan lapisan batu pecah
sub base jalan.

3. Drainase (Drainage) ; untuk mengalirkan air baik secara horisontal maupun secara vertikal.
example : geosintetik untuk vertical drain.

4. Filtrasi (Filtration) ; sebagai pelindung dimana air bisa melewati bahan ini tetapi bahan
tersebut dapat menahan butiran-butiran tanah. example : pada struktur tebing pelindung pantai.

5. Penahan cairan (Containment) ; sebagai penahan air. example : pada bangunan embung,
pelapis tanggul sungai, tempat pengolahan limbah berbahaya.

https://www.google.com/amp/s/aboutsoil.wordpress.com/2012/07/27/perbaikan-tanah-
dengan-geosintetik/amp/
Geosintetik berasal dari kata geo yang berarti tanah dan sintetik yang berarti
tiruan. Jadi geosintetik berarti bahan tiruan (sintetik) atau bahan yang bukan merupakan
bahan alami yang penggunaannya berhubungan dengan tanah atau batuan (Suryolelono,
2000). Bahan sintetis ini dapat berupa bahan-bahan yang berasal dari polimerisasi hasil
industri-industri minyak bumi, serat-serat sintetis, kain, baja dan lain lain. Dalam
perkembangan selanjutnya geosintetik adalah bahan sintetis berupa serat-serat sintetis yang
dianyam, tanpa anyam atau bentuk lainnya yang digunakan dalam pekerjaan pekerjaan
tanah.

Geosintetik secara umum dibedakan berdasar sifat permeabilitasnya yaitu bahan


lolos air (permeable) dikenal sebagai geotekstil dan bahan bersifat kedap air (impermeable)
dikenal sebagai geomembran. Bentuk bahan geotekstil berupa lembaran dengan anyaman,
tanpa anyaman dari kumpulan benang-benang sintetis. Sesuai dengan kebutuhan di
lapangan, bentuk geosintetik semakin bervariasi, misalnya bentuk grid, dan bentuk
komposit . Macam-macam bentuk geosintetik seperti terlihat pada Gambar 2.1.

Geosintetik secara luas digunakan dibidang teknik sipil, geoteknik, lingkungan,


pertanian, sehingga bentuk maupun tipe geosintetik mengalami perkembangan sesuai
dengan kebutuhan. Umumnya pemakaian geosintetik adalah untuk penanggulangan
masalah erosi, sebagai pemisah dua material yang berbeda gradasinya, sebagai bahan filter,
perkuatan tanah dasar fondasi pada pekerjaan timbunan, perkuatan dinding penahan tanah
dan sebagai bahan kedap air (geomembran). Dalam perkembangan selanjutnya geosintetik
juga digunakan sebagai perkuatan lapis perkerasan aspal, terutama sebagai pencegah
perambatan retak pada pekerjaan overlay (Austin and Gilchrist, 1996; Button and Lytton,
2003; Grabowski and Pozarycki, 2008; dan Khodaii dkk., 2009).
7
a. Geotekstil dengan anyaman b. Geotekstil tanpa anyaman
c. Geomembram d. Geogrid

e. Geokomposit untuk perkuatan lapis aspal f. Geokomposit untuk drainase


Gambar 2.1. Macam-macam Bentuk Geosintetik (PT.Tetrasa Geosinindo, 2005)

Secara garis besar peran geosintetik pada bangunan sipil dibagi menjadi dua yaitu
peran mekanik dan peran hidrolis. Peran mekanik umumnya berhubungan dengan
pekerjaan-pekerjaan struktur, antara lain perkuatan tanah, perataan beban dan pemisah dua

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/5644/SE
NJA%2520RUM%2520BAB%2520II.pdf%3Fsequence%3D3%26isAllowed
%3Dy&ved=2ahUKEwjJ3PGHherhAhUL7HMBHWZHDegQFjABegQIAxAB&usg=AOvVaw3SU4sV_cyy
d4wkV7a1aCfx

Stabilitas terhadap guling

Agar bangunan aman terhadap guling, maka resultante semua gaya yang

bekerja pada bagian bangunan di atas bidang horisontal, termasuk gaya angkat,

harus memotong bidang ini pada teras. Tidak boleh ada tarikan pada bidang irisan

mana pun. Besarnya tegangan dalam bangunan dan pondasi harus tetap

dipertahankan pada harga-harga maksimal yang dianjurkan.

Tekanan tanah lateral yang diakibatkan oleh tanah urug di belakang dinding

penahan, cenderung menggulingkan dinding dengan pusat rotasi pada ujung kaki

depan pelat fondasi. Momen penggulingan ini dilawan oleh momen akibat berat

sendiri dinding penahan dan momen akibat berat tanah diatas fondasi.

Sedangkan untuk kontruksi pangkal jembatan, pilar jembatan, dinding saluran

dan lain-lain perlu diperhatikan terhadap gerusan yang diakibatkan oleh aliran air

sehingga mengurangi besarnya tekanan pasif. Untuk ini tekanan tanah pasif dapat

diabaikan dalam perhitungan ( Suryolelono, 1994 ).


Faktor aman terhadap penggulingan ( SF) didefinisikan sebagai :

SF = > 1,5

Dimana :

ΣMt = momen tahan terhadap guling ( kNm )

ΣMg = momen total sesungguhnya yang menyebabkan guling ( kNm)

Tahanan tanah pasif oleh tanah yang berada di depan kaki dinding depan sering

diabaikan dalam hitungan stabilitas. Jika tahanan tanah pasif yang ditimbulkan

oleh pengunci dasar fondasi diperhitungkan, maka nilainya harus direduksi untuk

mengantisipasi pengaruh-pengaruh erosi, iklim, dan retakan akibat tegangan-

tegangan tarik tanah dasar yang kohesif.

https://www.google.com/url?

sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.uny.ac.id/1971/1/KAJIAN%2520ULANG

%2520STABILITAS%2520GESER%2520DAN%2520GULING%2520PARAFET%2520DI

%2520SUNGAI

%2520G.pdf&ved=2ahUKEwjpjpWQjerhAhUXaI8KHQ6OCh0QFjAAegQIAhAB&usg=AOvVa

w2-7uSiCG8zQWefhUdBK6Z1

Stabilitas terhadap geser


Gaya aktif tanah (Pα) selain menimbulkan terjadinya momen juga

menimbulkan gaya dorong sehingga dinding akan bergeser. Bila dinding penahan

tanah dalam keadaan stabil, maka gaya-gaya yang bekerja dalam keadaan

seimbang (∑F = 0 dan ∑M = 0). Perlawanan terhadap gaya dorong ini terjadi pada

bidang kontak antara tanah dasar dinding penahan tanah dengan tanah dasar

pondasi ( Suryolelono,1994).

Rumus yang digunakan :


.( )

SF = ……………………………………………………………...(2-43)

( )

di mana:

(H) = keseluruan gaya horizontal yang bekerja pada bangunan (kN)

(V)= keseluruhan gaya vertikal (kN)

= koefisien gesekan

SF = faktor keamanan
Tabel 2.3 Harga-harga perkiraan untuk koefisien gesekan

(KP-02 perencanaan bendung, 1986 )

Bahan F

Pasangan batu pada pasangan batu 0,60 – 0,75

Batu keras berkualitas baik 0,75

Kerikil 0,50

Pasir 0,40

Lempung 0,30

Untuk bangunan-bangunan kecil, seperti bangunan-bangunan yang

dibicarakan di sini, di mana berkurangnya umur bangunan, kerusakan besar dan

terjadinya bencana besar belum dipertimbangkan, harga-harga faktor keamanan

(SF) yang dapat diterima adalah: 2,0 untuk kondisi pembebanan normal dan 1,25

untuk kondisi pembebanan ekstrem.

Kondisi pembebanan ekstrem dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tak ada aliran di atas mercu selama gempa, atau

Banjir rencana maksimum.


Apabila, untuk bangunan-bangunan yang terbuat dari beton, harga yang aman

untuk faktor gelincir yang hanya didasarkan pada gesekan saja (persamaan 2-43)

ternyata terlampaui, maka bangunan bisa dianggap aman jika faktor keamanan

dari rumus itu yang mencakup geser (persamaan 2-44), sama dengan atau lebih

besar dari harga-harga faktor keamanan yang sudah ditentukan.

.( ) .

Σ(H) ≤ …………………………………………………..(2-44)

di mana:

2
c = satuan kekuatan geser bahan (kN/m )

A = luas dasar yang dipertimbangkan ( m2 )


Harga-harga faktor keamanan jika geser juga dicakup, sama dengan harga-harga yang

hanya mencakup gesekan saja, yakni 2,0 untuk kondisi normal dan 1,25 untuk kondisi

ekstrem.

Untuk beton, c (satuan kekuatan geser) boleh diambil 1.100 kN/m ( = 110

Tf/m ). Persamaan (2-44) mungkin hanya digunakan untuk bangunan itu sendiri.

Kalau rumus untuk pondasi tersebut akan digunakan, perencana harus yakin bahwa

itu kuat dan berkualitas baik berdasarkan hasil pengujian. Untuk bahan pondasi

nonkohesi, harus digunakan rumus yang hanya mencakup gesekan saja (persamaan 2-

43).

Stabilitas Terhadap Daya Dukung Tanah

Besarnya daya dukung tanah yang diizinkan berbeda-beda tergantung jenis tanah dasar

pondasi yang dapat berupa tanah lempung, pasir atau campuran lempung pasir dan jenis

tanah keras berupa cadas, batu dan lain-lain. Analisa stabilitas terhadap daya dukung tanah

inipun dibedakan terhadaap jenis tanah tersebut :

Jenis tanah berupa tanah lempung, tanah pasir atau tanah campuran.

Jenis berupa tanah keras.


Bila dalam pelaksanaan, beban bangunan melampaui besarnya daya dukung tanah yang

diizinkan, maka terjadi keruntuhan daya dukung seperti yang tergambar di bawah ini.

https://ilmutehniksipil.blogspot.com/2016/02/analisis-stabilitas-konstuksi-retaining.html?

m=1

Perencanaan Perkuatan Timbunan di Atas Tanah Lunak

3.4.1 Pertimbangan Perencanaan

Landasan pendekatan perencanaan timbunan yang diperkuat adalah perencanaan


untuk mencegah keruntuhan. Gambar 3.2 menunjukkan mode keruntuhan yang dapat
terjadi pada timbunan yang diperkuat. Ketiga kemungkinan keruntuhan tersebut
memberikan indikasi jenis analisis stabilitas yang dibutuhkan. Selain itu, penurunan
timbunan dan potensi rangkak pada perkuatan juga harus dipertimbangkan.

a. Keruntuhan daya dukung


b. Keruntuhan rotasional

Keruntuhan akibat pergerakan lateral

(Sumber: Hotlz dkk, 1998)

Gambar 3.2. Mode Keruntuhan pada Timbunan yang Diperkuat

Stabilitas timbunan di atas tanah lunak lazimnya dihitung dengan menggunakan


metode analisis tegangan total. Analisis ini cukup konservatif karena pada analisis ini
diasumsikan tidak terjadi peningkatan kekuatan pada tanah dasar.

Metode analisis tegangan efektif dengan menggunakan parameter efektif juga dapat
dilakukan, akan tetapi dibutuhkan estimasi tekanan air pori lapangan yang akurat.
Selain itu dibutuhkan pula pengujian triaksial terkonsolidasi-tak terdrainse (CU) untuk
26
mendapatkan parameter efektif untuk analisis. Karena estimasi tekanan air pori
lapangan tidak mudah dilakukan, maka selama konstruksi harus dipasang pisometer
untuk menghitung kecepatan penimbunan. Dengan demikian prosedur perencanaan
yang digunakan pada pedoman ini menggunakan analisis tegangan total, karena
dianggap lebih sesuai dan lebih sederhana untuk perencanaan perkuatan timbunan.

3.4.2 Prosedur Perencanaan Perkuatan Timbunan

Prosedur perencanaan dengan metode analisis tegangan total diperlihatkan pada

Gambar 3.3 sebagai berikut:


Gambar 3.3. Bagan Alir Perencanaan Perkuatan Timbunan di Atas Tanah Lunak
27
Langkah 1: Tetapkan dimensi timbunan dan kondisi pembebanan.

Tinggi timbunan, H;

Panjang timbunan, L;

Lebar atas/puncak timbunan, W;

Kemiringan lereng, b/H; lihat Gambar 3.4.

Beban luar (beban tambahan atau surcharge, beban sementara, beban dinamik atau
beban lalu lintas);

Pertimbangan lingkungan (kembang susut, erosi, dan penggerusan)

Kecepatan tahap konstruksi (batasan proyek dan rencana kecepatan tahap


konstruksi).

Gambar 3.4. Simbol untuk Dimensi Timbunan


Untuk analisis stabilitas, Panduan Geoteknik 4 No Pt T-10-2002-B (DPU,
2002b) memberikan panduan dalam menentukan beban lalu lintas
berdasarkan kelas jalan seperti diperlihatkan pada Tabel 3.1. Beban lalu lintas
tersebut dimodelkan sebagai beban merata yang harus diperhitungkan pada
seluruh lebar permukaan timbunan.

Beban lalu lintas tidak perlu dimasukkan dalam analisis penurunan pada tanah
lempung. Untuk gambut berserat pembebanan pada Tabel 3.1 harus
ditambahkan, dan diperhitungkan pada seluruh lebar permukaan timbunan. Untuk
kasus tanah dasar yang sangat lunak (cu antara 1-5 kPa), timbunan rendah
kurang dari 1m serta untuk jalan akses maka tidak diperlukan beban lalu lintas
dalam analisis stabilitas.

28
Tabel 3.1. Beban Lalu Lintas untuk Analisis Stabilitas

Fungsi Sistem Lalu Lintas Beban Lalu Lintas

Jaringan Harian Rata- (kN/m2)

rata (LHR)

Primer Arteri Semua 15

Kolektor > 10.000 15

< 10.000 12

Sekunder Arteri > 20.000 15

< 20.000 12

Kolektor > 6.000 12

< 6.000 10

Lokal > 500 10

< 500 10

Sumber: Panduan Geoteknik 4 No Pt T-10-2002-B (DPU, 2002b)

Langkah 2: Buat profil tanah dan tentukan sifat teknis tanah pondasi

Berdasarkan penyelidikan tanah pondasi tentukan:

Stratigrafi dan profil tanah pondasi

Lokasi muka air tanah (kedalaman, fluktuasi);

Sifat teknik tanah pondasi adalah sebagai berikut:

Kuat geser tak terdrainase (undrained) cu untuk kondisi jangka pendek (akhir
konstruksi);
Parameter kuat geser terdrainase (drained), c’ dan φ’, untuk kondisi jangka
panjang;

Parameter konsolidasi (Cc, Cr, cv, σp’);

Faktor kimia dan biologis yang dapat merusak perkuatan seperti daerah tambang,
pembuangan limbah dan daerah industri.

Variasi sifat tanah terhadap kedalaman dan sebaran daerah

Langkah 3: Tentukan sifat fisik tanah timbunan

Klasifikasi tanah;

Hubungan kadar air-kepadatan;

Kuat geser tanah timbunan (φ');

Faktor kimia dan biologis yang dapat merusak perkuatan.

Langkah 4: Tentukan faktor keamanan minimum dan kriteria penurunan

timbunan

Faktor keamanan minimum yang disarankan adalah:

Kapasitas daya dukung global: 1,5;

Stabilitas geser global (rotasional) pada akhir konstruksi: 1,3;


29
Stabilitas internal, jangka panjang: 1,5;

Pergerakan lateral (gelincir): 1,5;

Pembebanan dinamik: 1,1;

Kriteria penurunan timbunan: tergantung pada persyaratan proyek.

Langkah 5: Cek kapasitas daya dukung

Kasus apabila lapisan tebal tanah lunak jauh lebih besar daripada lebar timbunan:

Hitung kapasitas daya dukung ultimit:

qult = cu Nc ................................................................................ [3-1]

dengan pengertian :

qult = kapasitas daya dukung ultimit (kN/m2)

cu = kuat geser tak terdrainase/undrained (kN/m2)

Nc = faktor daya dukung = 5.14 + B


0.5
D

= lebar dasar timbunan (m)

D = ketebalan rata-rata tanah lunak (m)

Hitung beban maksimum pada kondisi tanpa geosintetik:

Pmax = γm H + q ........................................................................ [3-2]


dengan pengertian :

Pmax = beban maksimum (kN/m2)

γm = berat isi tanah timbunan (kN/m3)

H = tinggi timbunan (m)

q = beban merata (kN/m2)

Hitung faktor keamanan daya dukung (tanpa perkuatan geotekstil) 1:

FK =q ............................................................................. [3-3]
ult

Pmax

dengan pengertian :

FKU = faktor keamanan daya dukung tanpa perkuatan

4) Hitung beban maksimum pada kondisi dengan geosintetik 2:

P = A g γ m + q. W ............................................................... [3-4]

avg
B

dengan pengertian :

Pavg = beban maksimum pada kondisi dengan geosintetik (kN/m2)


Apabila faktor keamanan telah memenuhi syarat, maka tidak diperlukan perkuatan geosintetik

Dengan adanya geosintetik, diasumsikan akan terjadi distribusi beban yang merata pada seluruh lebar
geosintetik

30
Ag = luas penampang melintang timbunan (m2)

= beban merata (kN/m2)

W = Lebar atas/puncak timbunan (m)


B = lebar dasar timbunan (m)

Hitung faktor keamanan daya dukung, FKR, (dengan perkuatan geotekstil):

FK =q .............................................................................. [3-5]
ult

Pavg

Kasus apabila lapisan tanah lunak tidak terlalu tebal, lakukan analisis peremasan
(squeezing). Jika tebal lapisan tanah lunak (D s) di bawah timbunan kurang dari
panjang lereng b, maka faktor keamanan terhadap keruntuhan akibat peremasan
dihitung dengan persamaan berikut:

FK = 2 cu + 4,14 cu ≥ 1,3 [3-6]


....................................
Peremasan

γ mDs tanβ Hγm

dengan pengertian :

c = kuat geser tak terdrainase/undrained (kN/m2)


u

γm = berat isi tanah timbunan (kN/m3)

Ds = tebal tanah lunak di bawah timbunan (m)

β = sudut kemiringan lereng (derajat) H


= tinggi timbunan (m)
Jika faktor keamanan daya dukung telah memenuhi syarat, maka lanjutkan pada
Langkah 6. Jika tidak, pertimbangkan untuk memperlebar timbunan, melandaikan
lereng, menambah berm, melakukan konstruksi bertahap, memasang drainase
vertikal, atau alternatif lain seperti relokasi alinyemen jalan atau menggunakan
struktur jalan layang.

Langkah 6: Cek stabilitas terhadap geser rotasional

Lakukan analisis bidang keruntuhan rotasional pada timbunan yang tidak


diperkuat untuk menentukan bidang keruntuhan kritis dan faktor keamanan
(Gambar 3.5):

FK =MR ............................................................................... [3-7]

U
M

dengan pengertian :

FKU = faktor keamanan geser rotasional tanpa perkuatan

MD = momen pendorong (kN.m) = w. x

MR = momen penahan (kN.m) = (Στs.L).R

31
(Sumber: Hotlz dkk, 1998)

Gambar 3.5. Analisis Stabilitas Geser Rotasional Tanpa Perkuatan Geosintetik

Apabila faktor keamanan pada timbunan yang tidak diperkuat lebih besar daripada
nilai minimum yang disyaratkan, maka tidak dibutuhkan perkuatan. Lanjutkan ke
Langkah 7;

Apabila faktor keamanan lebih kecil daripada nilai minimum yang dibutuhkan, maka
hitung kekuatan geosintetik yang dibutuhkan (T g) untuk memperoleh faktor
keamanan yang ditargetkan (lihat Gambar 3.6):

Tg = FKR.MD - MR [3-8]
..... .. ... .. .. ... .. ... .. .. ... .. ... .. .. ... .. ... .. .. ... .. ... .. .. ... ..

R.cos(θ - β )

dengan pengertian :
Tg = FKR.MD - MR [3-8]

Tg = kekuatan geosintetik yang dibutuhkan untuk stabilitas geser rotasional (kN)

FKR = faktor keamanan terhadap geser rotasional yang ditargetkan

MD = momen pendorong (kN.m)

MR = momen penahan (kN.m)

= jari-jari lingkaran (m)

= sudut antara garis tangen busur lingkaran dan garis horizontal (o)

= sudut orientasi perkuatan geosintetik Tg dengan garis horizontal (o)


32
RFD

RFID

Tg,ult

β= θ/2
β= θ
- Momen penahan dari perkuatan
geosintetik: Mr = Tg [R cos (θ - β )] ,

dengan φ ≤ β ≤ θ

- Faktor keamanan dengan perkuatan:

M  T .R.cos (θ - β )
FKR  MR  Mr  R g

MD MD

- Kekuatan geosintetik yang dibutuhkan:


FK .M - M
Tg = R D R

R.cos(θ - β )

(Sumber: Hotlz dkk, 1998)

Gambar 3.6. Kekuatan Geosintetik yang Dibutuhkan untuk Stabilitas Rotasional

Untuk menentukan nilai β, nilai perkiraan di bawah ini dapat dipertimbangkan:


= 0 untuk tanah pondasi yang getas dan sensitif (contohnya lempung marina
yang terlindikan) atau jika suatu lapisan kerak permukaan (crust) akan

dipertimbangkan dalam analisis untuk meningkatkan daya dukung

untuk D/B < 0.4 dan tanah dengan kompresibilitas sedang hingga tinggi
(contohnya lempung lunak dan gambut)

untuk D/B ≥ 0.4 dengan tanah yang sangat kompresibel (contohnya


lempung lunak dan gambut); dan perkuatan dengan regangan potensial
(εrencana ≥ 10%) serta jika deformasi yang besar dapat diijinkan.

= 0 jika terdapat keraguan !

Kekuatan geosintetik yang dibutuhkan untuk stabilitas geser rotasional (T g) harus


dinaikkan untuk memperhitungkan kerusakan saat pemasangan dan durabilitas:

Tg,ult = Tg. RFID......................................................................... [3-9]

dengan pengertian:

= kekuatan geosintetik ultimit yang dibutuhkan untuk stabilitas geser


rotasional (kN)

= faktor reduksi kerusakan saat instalasi; Nilainya bervariasi antara 1,05


sampai dengan 3,0, tergantung pada gradasi material timbunan dan
berat geosintetik per berat isi. Nilai minimum biasanya diambil 1,1;

= faktor reduksi ketahanan terhadap mikroorganisme, senyawa kimia,


oksidasi panas dan retak tegangan (stress cracking). Nilainya
bervariasi antara 1,1 sampai dengan 2,0. Faktor reduksi minimum
adalah 1,1.
33
Langkah 7: Cek stabilitas terhadap pergerakan (gelincir) lateral

Lakukan analisis stabilitas pergerakan lateral atau analisis stabilitas gelincir baji
(Gambar 3.7);

Apabila faktor keamanan hasil perhitungan lebih besar daripada FK minimum yang
dibutuhkan, maka perkuatan untuk moda keruntuhan ini tidak dibutuhkan;

Apabila faktor keamanan tidak mencukupi, maka tentukan kekuatan geosintetik yang
dibutuhkan untuk stabilitas gelincir lateral, Tls (lihat Gambar 3.7);

FKR = b.ca + Tls atau:

1γ K + q.H.K
H2

m a a
2

T = 1.FK . H + 2.q− b.c ...................................... [3-10]


H.Ka.γ

ls R a
2 m

dengan pengertian :

Tls = kekuatan geosintetik yang dibutuhkan untuk stabilitas gelincir lateral (kN)

FKR = faktor keamanan pergerakan (gelincir) lateral yang ditargetkan

= tinggi timbunan (m)


2
− φ
Ka = tan 45 = koefisien tekanan tanah aktif

γm = berat isi tanah timbunan (kN/m3)

= beban (kN/m2)

= lebar lereng timbunan (m)

ca = kohesi antara geosintetik-timbunan (kN/m2);

ca sebaiknya diasumsikan 0 untuk tanah pondasi yang sangat lunak dan

timbunan rendah.

(Sumber: Hotlz dkk, 1998)

Gambar 3.7. Putusnya Perkuatan dan Tergelincirnya Timbunan pada Tanah Pondasi
34
RFCR

RFID

RFD

Tls,ult

Kekuatan geosintetik yang dibutuhkan untuk stabilitas gelincir lateral (T ls) harus
dinaikkan untuk memperhitungkan kerusakan saat instalasi, rangkak dan
durabilitas:

Tls,ult = Tls . RFCR . RFID. RFID .................................................. [3-11]

dengan pengertian:

= kekuatan geosintetik ultimit yang dibutuhkan untuk stabilitas geser


rotasional (kN);

= faktor reduksi rangkak, yaitu perbandingan kuat tarik puncak terhadap


kuat batas rangkak dari uji rangkak di laboratorium. Tabel 3.2
memperlihatkan rentang umum nilai RFCR untuk geosintetik berjenis
polimer;

= faktor reduksi kerusakan saat instalasi; Nilainya bervariasi antara 1,05


sampai dengan 3,0 tergantung pada gradasi material timbunan, teknik
pemadatan, struktur produk dan berat geosintetik per berat isi. Faktor
reduksi minimum adalah sebesar 1,1 untuk mempertimbangkan
ketidakpastian pengujian.

= faktor reduksi ketahanan terhadap mikroorganisme, senyawa kimia,


oksidasi panas dan retak tegangan (stress cracking). Nilainya
bervariasi antara 1,1 sampai dengan 2,0. Faktor reduksi minimum
adalah 1,1.

Tabel 3.2. Rentang RFCR Geosintetik Jenis Polimer (Holtz dkk, 1998)
Jenis polimer RFCR

Poliester 1,6 – 2,5

Polipropilena 4,0 – 5,0

Polietilena 2,6 – 5,0

Untuk kasus umum, tentukan kuat tarik rencana Td yang merupakan nilai terbesar
dari Tg,ult (persamaan 3.9) dan Tls,ult (persamaan 3.11);

Periksa gelincir di atas perkuatan (lihat Gambar 3.8).

FK  b.γ m.H.tanφsg atau:

1 γ H2 K  q.H.K

m a a
2

FK 
2.b.γ m.tanφsg .
..............................................................
[3-12]

Ka (γ m H  2q)

dengan pengertian :

FK = faktor keamanan gelincir lateral timbunan di atas perkuatan


H = tinggi timbunan (m)

35
Ka

γm

φsg

2
− φ
= tan 45 = koefisien tekanan tanah aktif

= berat isi tanah timbunan (kN/m3)

= beban (kN/m2)

= lebar lereng timbunan (m)

= sudut geser antara geosintetik-timbunan (derajat); sebagai perkiraan awal, asumsikan φsg
= 2/3 φ.
(Sumber: Hotlz dkk, 1998)

Gambar 3.8. Tergelincirnya Timbunan di atas Perkuatan

Langkah 8: Tetapkan persyaratan deformasi geosintetik yang diizinkan dan


hitung modulus perkuatan, J, berdasarkan uji tarik lebar (ASTM D 4595).

Gunakan persamaan berikut untuk menghitung modulus perkuatan:

J T [3-13]
ls, ult
=

εgeosintetik .........................................................................

dengan pengertian:

= modulus perkuatan (kN/m)


Tls, ult = kekuatan geosintetik ultimit yang dibutuhkan untuk stabilitas geser

rotasional (kN)

∈geosintetik = batas regangan (%)

Batasan regangan ∈ berdasarkan jenis tanah timbunan adalah:

Tanah tak berkohesi: ∈geosintetik = 2% sampai dengan 5%

Tanah berkohesi: ∈geosintetik = 2%

36
Batasan regangan untuk timbunan di atas gambut adalah:

Gambut: ∈geosintetik = 2% sampai dengan 10%

Langkah 9: Tetapkan persyaratan kekuatan geosintetik pada arah longitudinal


timbunan (arah alinyemen timbunan).

A. Cek kapasitas daya dukung dan stabilitas geser rotasional di ujung timbunan
(Langkah 5 dan Langkah 6);

Gunakan kekuatan dan elongasi dari Langkah 7 dan Langkah 8 untuk mengontrol
penyebaran timbunan selama konstruksi serta penyimpangan pada konstruksi
selanjutnya;

Karena kekuatan sambungan yang tegak lurus terhadap alinyemen timbunan


menentukan syarat kekuatan, maka syarat kekuatan sambungan merupakan nilai
terbesar yang ditentukan dari Langkah 9A atau Langkah 9B.

Langkah 10: Tetapkan sifat geosintetik yang dibutuhkan.

Tentukan kekuatan tarik rencana dan elongasi rencana menurut ASTM D 4595 atau
RSNI M-05-2005. Modulus geosintetik harus ditentukan dengan modulus sekan
yang didefinisikan dengan titik regangan nol dan titik batas regangan rencana
(dari Langkah 8);

Tetapkan kekuatan sambungan (Tkeliman) yang diukur dengan metode uji ASTM D
4884 atau ISO 10321:2008, yaitu sama dengan kekuatan yang dibutuhkan pada
arah memanjang timbunan;

Tentukan nilai gesekan antara tanah dengan geosintetik φ sg berdasarkan ASTM D


5321 atau ISO 12957-1:2005 dengan menggunakan contoh tanah setempat.
Sebagai perkiraan awal, untuk tanah timbunan pasir dapat asumsikan φ sg = 2/3φ
(φ adalah sudut geser tanah pasir). Untuk tanah lempung, harus dilakukan
pengujian pada situasi apapun;

Pilih persyaratan ketahanan dan kinerja konstruksi geosintetik berdasarkan kondisi


setempat.

Langkah 11: Perkirakan besar dan kecepatan penurunan timbunan yang


mengakibatkan keruntuhan timbunan.

Langkah 12: Tetapkan tahapan dan prosedur konstruksi (lihat subbab 3.6.).

37
Langkah 13: Tetapkan persyaratan observasi konstruksi (lihat subbab 3.6.4).

Instrumentasi. Sebagai syarat minimum, pasang piezometer, plat penurunan dan


patok geser. Pertimbangkan juga untuk memasang inklinometer untuk memantau
pergerakan lateral terhadap kedalaman.

Inspeksi geosintetik. Yakinkan agar pengawas lapangan memahami:

Penyerahan geosintetik untuk proses penerimaan sebelum dilakukan instalasi;

Syarat-syarat pengujian;

Prosedur pengurugan dan pemadatan;

Pengecekan keutuhan jahitan.

Langkah 14: Lakukan rapat prakonstruksi.

Langkah 15: Lakukan konstruksi dan pengawasan pelaksanaan.

Contoh perencanaan timbunan yang diperkuat dengan geotekstil disajikan pada


Lampiran B.

3.5 Pertimbangan Biaya

Analisis biaya untuk konstruksi timbunan yang diperkuat dengan geosintetik


sebaiknya mempertimbangkan hal-hal berikut:

Biaya pembelian dan pengiriman geosintetik;


Biaya penyiapan lokasi, yang meliputi biaya pembersihan lahan, perataan lahan dan
pembuatan lantai kerja;

Biaya instalasi geosintetik, yang meliputi biaya konstruksi di lapangan dengan


menggunakan lantai kerja maupun tidak menggunakan lantai kerja;

Biaya pembelian, pengangkutan, penimbunan dan pemadatan material timbunan


serta biaya untuk material tambahan yang dibutuhkan jika terjadi penurunan
timbunan. Catatan: gunakan bahan berbutir yang lolos air untuk penghamparan
timbunan lapis pertama di atas geosintetik.

3.6 Prosedur Pelaksanaan

3.6.1 Penyiapan Tanah Dasar

Tebang seluruh pohon dan tunggul pohon sampai rata dengan permukaan tanah;

Jangan memindahkan atau mencabut akar maupun hamparan rumput;

Sisakan beberapa vegetasi penutup seperti rumput dan alang-alang;

38
Untuk kondisi tanah yang bergelombang akibat banyaknya gundukan dan sisa
penebangan pohon, pertimbangkan pembuatan lantai kerja sebagai dasar
penempatan perkuatan.

3.6.2 Prosedur Penempatan Geosintetik

a. Tempatkan geosintetik dengan arah panjang gulungan (arah mesin) tegak lurus
terhadap arah memanjang timbunan. Arah sambungan tidak boleh sejajar dengan
arah memanjang timbunan, sehingga:

Gulungan geosintetik harus dikirim dengan jumlah panjang geosintetik arah mesin
tak tersambung yang sama dengan atau kelipatan yang lebih besar dari lebar
dasar rencana timbunan.

Geosintetik sebaiknya dibuat dengan lebar pembuatan (arah mesin) yang selebar
mungkin untuk menghindari sambungan;

Lebar pembuatan (arah mesin) tersebut sebaiknya disambung di pabrik untuk


menghasilkan lebar yang sesuai untuk penanganan pengiriman dan
penanganan di lapangan.

Buka gulungan geosintetik secara hati-hati dengan posisi melintang terhadap arah
memanjang timbunan. Usahakan jangan menyeret gulungan geosintetik;

Penyambungan geotekstil dilakukan sesuai kebutuhan dan setiap jahitan harus


diperiksa. Penyambungan geogrid dilakukan dengan menggunakan jepit, kabel,
pipa, dan lainnya;

Geosintetik harus direntangkan secara manual untuk menghindari terjadinya kerutan


atau lipatan. Untuk mencegah terangkatnya geosintetik oleh angin dapat
digunakan pemberat seperti dari kantung pasir, ban bekas atau bahan lainnya;

Sebelum dilakukan penghamparan timbunan, periksa dan perbaiki geosintetik bila


terdapat cacat (berlubang, koyak atau sobekan) dengan cara-cara berikut:
cacat yang berukuran besar diperbaiki dengan memotong panel yang rusak dan
menggantinya dengan panel jahitan baru;

cacat yang berukuran lebih kecil dari yang tertera pada no. 1) diperbaiki dengan
memotong dan membuang panel jahitan yang rusak saja, kemudian
menjahitnya kembali apabila memungkinkan;

cacat yang berukuran kurang dari 15 cm (lubang-lubang kecil) diperbaiki melalui


penambalan geosintetik dengan lebar minimum 100 cm. Tumpang tindih
(overlap) dapat diperlukan bergantung pada sudut geser antara geosintetik
dengan geosintetik.

39
3.6.3 Prosedur Penimbunan, Penghamparan dan Pemadatan

Tahapan konstruksi untuk tanah pondasi yang sangat lunak (saat terjadi
pembentukan gelombang lumpur) diperlihatkan pada Gambar 3.9. Tahapannya
diuraikan sebagai berikut;

Tumpahkan material di ujung-ujung geosintetik untuk membentuk kaki timbunan atau


jalan akses;

Gunakan truk dan peralatan yang sesuai dengan asumsi perencanaan kinerja
konstruksi;

Tumpahkan material di atas lapisan sebelumnya, jangan menumpahkannya


langsung di atas geosintetik;

Batasi ketinggian gundukan timbunan, sebaiknya kurang dari 1,0 m di atas


lapisan geosintetik untuk menghindari terjadinya keruntuhan daya dukung
setempat. Segera sebarkan gundukan tersebut untuk menghindari penurunan
setempat;

Gunakan buldoser atau loader ringan atau alat lainnya untuk menyebarkan
material timbunan;

Kaki timbunan sebaiknya diperpanjang hingga selebar satu atau dua panel ke
arah sisa rencana timbunan.

Setelah pembuatan kaki timbunan, maka hamparkan material timbunan di antara


kaki berm timbunan. Penghamparan ini harus sejajar dan simetris terhadap
alinyemen memanjang timbunan. Penghamparan dimulai dari tepi kaki
timbunan hingga masuk ke bagian tengah agar membentuk bentuk huruf U
(membentuk lengkung ke arah luar). Hal ini dimaksudkan untuk mengurung
lapisan lumpur yang ada di lokasi penimbunan (lihat tampak atas
penghamparan pada Gambar 3.10);
Untuk penimbunan lapis pertama, posisi alat konstruksi harus sejajar dengan
alinyemen memanjang timbunan. Alat tidak diperbolehkan untuk berbelok atau
memutar arah. Alat berat harus dibatasi ukuran dan beratnya untuk membatasi
alur roda dari penghamparan pertama sebesar 75 mm. Jika terbentuk alur lebih
dari 75 mm, kurangi ukuran/berat dari alat berat.

Lapis pertama hanya boleh dipadatkan dengan menekannya (tracking in place)


menggunakan buldoser, loader atau alat lainnya;

Setelah tinggi timbunan mencapai sekurang-kurangnya 0,6 m di atas tanah asli,


lapisan-lapisan berikutnya dapat dipadatkan dengan pemadat roda besi bergetar
atau alat pemadat lain yang sesuai. Apabila terjadi pelunakan lokal akibat getaran
maka matikan alat getarnya dan gunakan berat sendiri alat sebagai media

40
pemadatan. Untuk timbunan tak berbutir dapat digunakan jenis alat pemadatan
yang lain.

Tahapan pelaksanaan:

hamparkan gulungan geotekstil secara menerus menjadi beberapa pita (strip) yang melintang arah rencana
timbunan, sambungkan strip-strip tersebut;

timbun ujung-ujung jalan akses dan jaga agar geotekstil tidak sampai terlipat;

lakukan penimbunan di bagian terluar untuk menahan geotekstil;

lakukan penimbunan di bagian tengah bawah untuk menutup seluruh geotekstil;

lakukan penimbunan di bagian tengah dalam untuk mempertahankan tarik pada geotekstil;

lakukan penimbunan akhir di bagian tengah luar.

(Sumber: Hotlz dkk, 1998)


Gambar 3.9. Tahapan Konstruksi untuk Timbunan dengan Perkuatan Geotekstil di
Atas Tanah yang Sangat Lunak
(Sumber: Hotlz dkk, 1998)

Gambar 3.10. Penimbunan di Antara Kaki Berem di Atas Tanah yang Sangat
Lunak (CBR < 1) dengan Kemungkinan Adanya Lapisan Lumpur

41
Pada kondisi ketika lapisan lumpur tidak ditemukan dan tanahnya relatif agak
lunak, lakukan langkah-langkah pemasangan berikut (lihat Gambar 3.11):

Tempatkan geosintetik tanpa lipatan atau kerutan, jika perlu tarik dengan tangan
sampai rapih sebelum penghamparan bahan timbunan.

Hamparkan bahan timbunan dengan simetris, dari bagian tengah ke bagian luar
hingga membentuk huruf U (membentuk lengkung ke arah dalam) seperti
diperlihatkan dalam tampak atas penghamparan pada Gambar 3.11. Gunakan
penghamparan tersebut untuk mempertahankan tarik pada geosintetik.

Batasi gundukan timbunan untuk menghindari terjadinya penurunan lokal.

Batasi ukuran dan berat dari alat konstruksi agar alur roda pada penghamparan
lapis pertama timbunan tidak lebih dari 75 mm.

Untuk penghamparan timbunan lapis pertama, sebaiknya digunakan pemadat


roda besi atau pemadat roda karet untuk memadatkannya, tetapi jaga agar
tidak dipadatkan secara berlebihan. Apabila terjadi gelombang atau terjadi
pelunakan setempat, penghamparan pertama sebaiknya dipadatkan dengan
dorongan atau tracking alat berat.
(Sumber: Hotlz dkk, 1998)

Gambar 3.11 Penimbunan di Atas Geotekstil pada Kondisi Tanah Agak Lunak
(CBR > 1) dimana Tidak Ada Kemungkinan Terjadinya Gelombang Lumpur

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://darmadi18.files.wordpress.com/2013/05/perku
atan-tanah-dengan-
geosintetik.pdf&ved=2ahUKEwiXoqaokurhAhV37HMBHd0tCZMQFjAAegQIAhAB&usg
=AOvVaw3lBG75cHvEAveizH_8nvu9
8
material yang berbeda gradasinya (anti kontaminasi). Sedangkan peran hidrolis berhubungan
dengan fungsi geosintetik sebagai bahan drain dalam pekerjaan drainase dan sebagai filter
untuk pekerjaan filtrase.

Kuat tarik, kuat geser yang tinggi serta nilai rangkak yang rendah merupakan bahan
yang dapat dipergunakan untuk perkuatan tanah dalam arti memperbaiki sifat-sifat mekanis
tanah tersebut. Sedangkan kuat tarik, kuat tembus (puncture resistance), dan kuat sobek (burts
resistance) merupakan karakteristik yang diperlukan dalam penggunaan geosintetik sebagai
pemisah antara 2 lapisan bahan yang saling berhubungan seperti misalnya subgrade dan
subbase pada struktur perkerasan jalan.

Sebagai bahan drainase geosintetik dapat mengalirkan air melalui tampang


geosintetik (arah transversal), baik secara horisontal maupun vertikal dengan dan tanpa
kolektor. Fungsi drain juga untuk menurunkan tegangan air pori, sehingga tegangan efektif
serta lekatan tanah dapat dipertahankan. Selain itu geosintetik juga dapat berfungsi sebagai
filter, yaitu mengijinkan air lewat dengan mudah melalui bahan geosintetik, tetapi bahan
tersebut dapat menahan butiran butiran tanah. Pengaliran melaui bahan ini merupakan
pengaliran normal, yaitu tegak lurus lembaran geosintetik. Bentuk, peran, fungsi, dan aplikasi
geosintetik yang diperlukan pada bangunan teknik sipil dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Anda mungkin juga menyukai