OLEH
ANDINI PERWITA SARI
03101402021
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
SKRIPSI
OLEH
ANDINI PERWITA SARI
03101402021
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
RINGKASAN
Andini Perwita Sari ; Dibimbing oleh Ir. A. Taufik Arief, MS. dan Hj. Weny
Herlina, ST, MT.
RINGKASAN
vi Universitas Sriwijaya
SUMMARY
Andini Perwita Sari ; Supervised by Ir. A. Taufik Arief, M.S, and Hj. Weny
Herlina, S.T, M.T.
SUMMARY
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ...................................................................................... ii
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi .................................................... iii
Halaman Pernyataan Integritas ....................................................................... iv
Kata Pengantar ................................................................................................ v
Ringkasan ........................................................................................................ vi
Daftar Isi .......................................................................................................... viii
Daftar Gambar ................................................................................................. x
Daftar Tabel ..................................................................................................... xi
Daftar Lampiran .............................................................................................. xii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian.................................................................................... 2
1.3. Perumusan Masalah .............................................................................. 2
1.4. Pembatasan Penelitian ........................................................................... 2
1.5. Tahapan Penelitian ................................................................................ 3
LAMPIRAN
ix Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x Universitas Sriwijaya
DAFTAR TABEL
Halaman
xi Universitas Sriwijaya
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Universitas Sriwijaya
2
Untuk meningkatkan laju produksi minyak pada sumur yang terindikasi scale
maka harus dilakukan tindakan perawatan untuk membersihkan sumur tersebut.
Dalam menentukan performa sumur ini digunakan analisa Vogel untuk
mendapatkan kurva IPR sumur sebelum dan setelah dilakukan proses acidizing.
Kemudian nantinya akan di lihat tingkat keberhasilan kegiatan pengasaman ini
dengan cara evaluasi. Setelah dilakukan evaluasi, maka dapat diketahui
keberhasilan dari kegiatan pengasaman tersebut yang terlihat dari laju alir
produksi sumur.
Universitas Sriwijaya
3
Data
Pemahaman tentang Sekunder
penyebab terbentuknya Data analisis air formasi,
scale,penangan scale, data produksi sumur dan
jenis scale dan metode data acidizing
yang digunakan
PengolahanData :
1. Analisis Jenis Scale
2. Analisis penanggunalangan scale yang efektif
3. Pemilihan metode yang tepat
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN UMUM
Universitas Sriwijaya
4
5
Universitas Sriwijaya
6
Lokasi Penelitian
Universitas Sriwijaya
7
Universitas Sriwijaya
8
b. Perencanaan Operasi.
Perencanaan Operasi yang ada di PT Pertamina EP Asset I Field Jambi
merupakan bagian dari Perencanaan Operasi yang berada di kantor pusat Pertamina
(Jakarta). Tapi tugas Perencanaan Operasi pada PT Pertamina EP Asset I Field
Jambi adalah sebagai mengkoordinir sumur - sumur yang ada dan melakukan
kegiatan pengawasan pekerjaan di lapangan, sedangkan perencanaan operasi dari
Pertamina (Jakarta) ialah bertujuan untuk memberikan perencanaan kegiatan berupa
software yang kemudian akan di serahkan kebagian Perencanaan Operasi PT
Pertamina EP Asset I Field Jambi untuk melakukan kegiatan Operasi yang telah
disiapkan oleh Pertamina Jakarta ke lapangan. Perencanaan Operasi meliputi fungsi
lain seperti Pumping Unit, Pump Shop, Laboratorium, Anggaran.
Pumping Unit berfungsi untuk mengurus semua pompa di setiap sumur, untuk
merawat pompa, dan juga mengawasi pergerakan/kegiatan pemasangan pompa
pada tiap sumur. Sedangkan Pump Shop berfungsi sebagai tempat perbaikan
pompa-pompa yang rusak, untuk merawat sumur (dengan kegiatan Sonolog,
Dynagraph, dan Amerada). Laboratorium berfungsi untuk tempat meneliti air dan
minyak, mulai dari kandungan garamnya, Based Sedimen Water (BSW), berat
jenis, titik sambar, titik beku, dan viscositas dari minyak.
Universitas Sriwijaya
9
c. Operasi Produksi
Operasi Produksi di PT Pertamina EP Asset I Field Jambi dibagi menjadi dua
bagian, yaitu Unit Produksi Utara dan Unit Produksi Selatan. Unit Produksi Selatan
membawahi beberapa kepala distrik, yaitu Ka. Distrik I Lapangan Kenali Asam,
Ka. Distrik II Lapangan Produksi Tempino, Bajubang, Bungin Batu, dan beberapa
Pengawas Utama pada masing-masing lapangan. Sedangkan Unit Produksi Utara
membawahi Ka. Distrik I Lapangan Produksi Ketaling, Ka. Distrik II Lapangan
Produksi Setiti, Ka. Distrik III Lapangan Produksi Sungai Gelam dan beberapa
Pengawas Utama pada masing-masing lapangan.
e. Layanan Operasi
Fungsi Layanan Operasi membawahi beberapa fungsi lain, seperti Human
Research (HR), Layanan Umum, Pengadaan, dan Manajemen Mutu. HR bertugas
sebagai perencanaan dan pengembangan tenaga kerja, mulai dari rekrutmen,
promosi, mutasi, maupun training. HR memberikan layanan yang bersifat services.
Layanan Umum bertugas dalam urusan urusan hukum dan juga dalam urusan IT.
Bagian Pengadaan berfungsi untuk menangani urusan investasi yang berupa barang
atau jasa dan juga dalam urusan pembuatan kontrak-kontrak. Sedangkan
Manajemen Mutu berfungsi untuk pengembangan organisasi yang bersifat inovatif.
Universitas Sriwijaya
10
Universitas Sriwijaya
11
tetapi secara umum bagian barat pengaruh sesarnya terlihat lebih kuat.Sesar paling
utara membentuk beberapa tutupan, seperti Tuba-Obi sampai ke Berembang. Sesar
lain di sebalah timurnya adalah Pedataran, Arang-Arang Barat yang kelihatannya
menerus ke Sengeti. Deretan sesar yang di sebelah selatannya membentuk tutupan,
Pematang Lantih, Setiti, Kenali Asam, Sungai Gelam, Ketaling-Timur. Ketiga sesar
yang tersebut di atas berupa sesar naik dengan anjakan ke arah utara, dengan
intensitas makin mengecil ke timur. Deretan sesar naik yang berada di selatan
mempunyai anjakan ke arah selatan. Sesar paling selatan membentuk tutupan
Malapari-Muara Bulian-Bajubang dan terlihat menerus ke Plajawan.
Sesar naik di sebelah utaranya membentuk tutupan Batuampar, Panerokan,
Tempino, sampai ke Bayung Lincir.Kedua arah sesar-sesar naik yang mempunyai
arah anjakan berlawanan, seperti di Sub-cekungan Jambi ini, dapat ditafsirkan
sebagai akibat dari gerak geser (strike slip movement). Mengingat bagian tengahnya
yang lebih bersifat sinklinal, dapat disimpulkan gerak geser tersebut adalah gerak
geser divergen (trans-tensional). Intentitas gerak geser di Sumatera Selatan terlihat
makin ke utara, menjauhi Sesar Semangka makin kecil, walaupun waktu
kejadiannya adalah hampir bersamaan yakni setelah pengendapan formasi Muara
Enim (MEF). Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa gerak geser di seluruh
Cekungan Sumatera Selatan ini dipengaruhi oleh gerak geser terakhir dari sesar
Semangka.
Gejala struktur di Cekungan Sumatera Selatan ini sangat menyerupai gejala
struktur yang terdapat di Sumatera Tengah dimana akibat gerak geser sesar
Semangka ini juga terlihat di Pulau Bengkalis jauh ke timur laut dari letak pusat
gerak sesar Semangka. Dari faktor stratigrafi Runtunan batuan Tersier Sub
Cekungan Jambi terletak tidak selaras diatas batuan Pra-Tersier. Sedangkan pada
batuan Tersier terdiri atas Formasi Lahat, Formasi Talang Akar, Formasi Gumai,
Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim, dan Formasi Kasai yang termuda
adalah endapan vulkanik dan endapan aluvial.
Universitas Sriwijaya
12
Universitas Sriwijaya
13
d. Formasi Kasai
Formasi Kasai terdiri atas konglomerat, batupasir kuarsa, dan batu
lempung tufaan yang mengandung kayu dengan tufa batuapung dan lignit.
Secara umum formasi ini menumpang tidak selaras di diatas Formasi Muara
Enim, tetapi dibeberapa tempat selaras. Formasi Kasai tersebut meluas
Universitas Sriwijaya
14
didaerah Muara Bungo, Muara Tembesi, dan Muara Tebo. Tersingkap baik
disepanjang Sungai Batang Tebo. Ketebalan Formasi ini mencapai 400 meter.
Terbetuknya formasi ini berkaitan erat dengan kegiatan gunung api di jalur
Bukit Barisan.
Universitas Sriwijaya
15
Universitas Sriwijaya
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Masalah scale ini merupakan masalah yang umum terjadi. Oleh karena itu
diperlukan metode penanganan yang tepat dalam menanganinya. Akibat yang
ditimbulkan karena adanya scale dalam operasi sumur minyak dan gas adalah dapat
menghambat aliran fluida baik dalam formasi, lubang sumur maupun pada pipa-
pipa di permukaan. Selain itu, scale juga dapat menyebabkan penyempitan
diameter baik pada lubang perforasi, tubing, maupun flowline yang menghambat
aliran produksi atau aliran fluida selama proses produksi.
Universitas Sriwijaya
16
17
Scale
Universitas Sriwijaya
18
larutan, sehingga pada kondisi tekanan dan temperature tertentu, dimana harga
kelarutan terlampui, maka senyawa tersebut tidak akan terlarut lagi, melainkan
terpisah dari pelarutnya dalam bentuk padatan. (Siswoyo, K Erna,2005)
Dalam proses produksi, perubahan kelarutan terjadi seiiring dengan penurunan
tekanan dan perubahan temperatur selama produksi. Perubahan angka kelarutan
pada tiap zat terlarut dalam air formasi akan menyebabkan terganggunya
keseimbangan dalam air formasi, sehingga akan terjadi reaksi kimia antara ion
positif (kation) dan ion negative (anion) dengan membentuk senyawa endapan yang
berupa Kristal. (Siswoyo, K Erna,2005)
Universitas Sriwijaya
19
c. Tahap Pengendapan
Kecepatan pengendapan kristal dipengaruhi oleh ukuran dan berat jenis Kristal
yang membesar pada tahap sebelumnya. Selain itu proses pengendapan juga
dipengaruhi oleh aliran fluida pembawa.
Universitas Sriwijaya
20
Sumber : M.Syahri (2008), Scale Treatment pada pipa Distribusi Crud Oil
Secara Kimia
Universitas Sriwijaya
21
1. Pengaruh CO2
Keberadaan CO2 dalam air akan mempengaruhi kelarutan CaCO3 dalam air.
Pada waktu CO2 terlarut dalam air, senyawa tersebut akan membentuk asam
karbonat, dengan reaksi ionisasi sebagai berikut
2. Temperatur
Makin tinggi temperatur air, kecendrungan pembentukan scale CaCO3
meningkat. Walaupun pada permukaan tidak terbentuk scale, namun dengan suhu
yang tinggi pada dasar sumur, maka dapat diprediksi akan ada scale yang terbentuk.
Kelarutan CaCO3 berbeda dari kebanyakan zat-zat lain, dapat dilihat pada
Gambar,dimana kelarutannya akan menurun seiring dengan naiknya temperatur.
Universitas Sriwijaya
22
3. Pengaruh pH
Apabila pH air meningkat, maka semakin besar pula kecendrungan
terbentuknya scale kalsium karbonat, demikian juga sebaliknya, semakin rendah
harga pH air, kecenderungan terbentuknya scale akan semakin kecil.
Universitas Sriwijaya
23
Sumber : Pertamina (2000), Produksi Migas (Scale dan Perhitungan HCl Untuk
Menghilangkannya)
Universitas Sriwijaya
24
Dimana :
SI : Scaling Index
pH : pH air formasi
K : Konstanta yang diperoleh dari grafik hubungan ionic strenght dan
temperatur
pCa2+ : Negatif logaritma dari konsentrasi ion kalsium (mol/lt)
pAlk : Negatif logaritma dari total alkalinity dari konsentrasi CO32- dan HCO3
8. Apabila :
1. SI > 0 : maka CaCO3 cenderung mengendap terendapkan
2. SI < 0 : endapan CaCO3 tidak akan terbentuk
3. SI = 0 : larutan Jenuh dengan CaCO3
Gambar 3.5. Grafik Harga K Pada Berbagai Ionic Strength Untuk Endapan CaCO3
(Sari, 2011)
Universitas Sriwijaya
25
1. Acidizing treatment
Acidizing treatment adalah suatu proses penginjeksian acid ke dalam
rangkaian sumur untuk membersihkan scale yang terbentuk. Acidization
Treatments dibedakan berdasarkan injection rate dan injection pressure
menjadi tiga tipe yaitu matrix acidization, fracture acidazation dan acid wash
(wellbore cleanup). Matrix acidization merupakan acidizing yang dilakukan
pada lapisan formasi.
Universitas Sriwijaya
26
Universitas Sriwijaya
27
c. Organic acid,
Biasa digunakan untuk temperatur tinggi dimana terdapat masalah korosi.
Ada dua jenis acid yang digunakan yaitu formic acid dan acetic acid yang
sering dimasukkan dalam pengasaman. Asam organik biasanya acetic dan
formic, dapat melarutkan batuan limestone, dolomite dan siderite.
Universitas Sriwijaya
28
Universitas Sriwijaya
29
a. Scale inhibitor dapat teradsorpsi pada permukaan kristal scale pada saat
mulai terbentuk. Inhibitor merupakan kristal yang besar yang dapat
menutupi kristal yang kecil dan menghalangi pertumbuhan selanjutnya.
b. Dalam banyak hal bahan kimia dapat dengan mudah mencegah
menempelnya suatu partikel-partikel pada permukaan padatan.
Universitas Sriwijaya
30
Universitas Sriwijaya
31
Universitas Sriwijaya
32
𝑞1 (𝑞2−𝑞1) 𝑞𝑚𝑎𝑥
PI = (𝑃𝑠−𝑃𝑤𝑓) = = (11)
(𝑃𝑤𝑓1−𝑃𝑤𝑓2) 𝑃𝑠
Dimana :
Ps = Tekanan static dasar sumur (Psi)
Pwf = Tekanan alir dasar sumur (Psi)
q1 = Laju produksi awal (BFPD)
qmax = Laju produksi maksimum pada 0 Psia (BFPD)
q2 = Laju produksi kedua (BFPD)
Pwf2 =Tekanan perforasi pada laju produksi q2 (Psi)
Persamaan ini diasumsikan untuk Reservoir yang homogen dimana fluida yang
mengalir tidak termanfaatkan sehingga diperoleh bentuk kurva berupa garis lurus
(Gambar 3.4). Asumsi ini tidak berlaku pada sumur yang memiliki fluida dua fasa
atau dibawah tekanan bubble point.
Pwf
Vogel mengembangkan kurva IPR untuk sumur dengan fluida dua fasa dan
menganggap bahwa sumur tidak mengalami kerusakan ataupun perbaikan. Dalam
hal ini, Vogel mengasumsikan bahwa aliran efesiensi kondisi sumur sama dengan
satu (FE=1). Berdasarkan hasil penelitian Vogel, Fluida 2 fasa (cairan dan gas)
membentuk lengkungan pada kurva IPR (Gambar 3.5).
Selanjutnya kurva IPR untuk fluida 2 fasa di formulasikan oleh Vogel dalam
bentuk persamaan :
𝑞0 𝑃𝑤𝑓 𝑃𝑤𝑓 2
= 1 − 0,2 ( ) − 0,8 ( ) (12)
𝑞𝑚𝑎𝑥 𝑃𝑠 𝑃𝑠
Universitas Sriwijaya
33
Dimana :
qmax = Laju produksi maksimum (BFPD)
q0 = Laju produksi awal (BFPD)
Pwf = Tekanan alir dasar sumur (Psi)
Ps = Tekanan alir dasar sumur (Psi)
Untuk membuat kurva IPR dua fasa tersebut, maka langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut :
1) Hitung harga qmax berdasarkan data q0, Pwf dan Ps dengan menggunakan
(persamaan 12).
2) Harga qmax yang didapat akan digunakan untuk menghitung q0 yang
diharapkan dengan kembali menggunakan (persamaan12). Asumsi harga Pwf
𝑃𝑤𝑓
ini diambil pada selang interval 0 ≤ ≤ 1, selanjutnya hitung q0 berdasarkan
𝑃𝑠
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Universitas Sriwijaya
34
35
dilakukan dilaboratorium. Pada saat melakukan analisis air formasi ini dilakukan,
temperature dari sampel air formasi yang akan dianalisis adalah 280C. Metode
yang digunakan adalah metode Stiff and Davis.
Kecenderungan terbentuknya Scale CaCO3 dianalisis dengan menggunakan
data analisis air formasi (lampiran A) yang kemudian dikonversikan dengan tabel
konversi ionic strength (lampiran B) dapat dihitung total kekuatan ion pada
sumur sebagai berikut :
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa total dari ionic strength adalah
sebesar 0,2810103.
pH : 8,1
Temperatur : 28 oC
Universitas Sriwijaya
36
Konsentrasi Ca 2+ : 15,20
3-
Konsentrasi HCO : 5404,60
2-
Konsentrasi CO3 : 0
Sehingga, pCa2+ = 4,5997 - 0,4337 ln (Ca 2+)
= 4,5997 - 0,4337 ln (15,20)
= 4,5997 – 1,1802
= 3,4195
pAlk = 4,8139 – 0,4375 ln ( CO32- + HCO3-)
= 4,8139 – 0,4375 ln (0 + 5404,60)
= 4,8139 – 3,7603
= 1,0536
Harga K dapat ditentukan dengan menggunakan Grafik Nilai “K” pada
variasi Ionic Strength (lampiran) pada temperatur 28 oC. Didapatkan 2,84
sehingga besarnya Scale Indek (SI) adalah :
Scale Indek (SI) = pH – ( K + pCa + pAlk )
= 8,1 – (2,84 + 3,4195 + 1,0536)
= 0,78
Berdasarkan metode Stiff and Davis dimana Scale Indek (SI) yang didapat
lebih besar dari 0 yaitu sebesar 0,78 maka CaCO3 cenderung terendapkan.
Data tekanan alir dasar sumur (Pwf), tekanan statis (Ps) dan laju produksi
total (Qtot), digunakan untuk membuat kurva IPR sumur, sehingga didapatkan
data yang dibutuhkan untuk evaluasi proses acidizing berdasarkan produksi fluida
Universitas Sriwijaya
37
Universitas Sriwijaya
38
Hubungan antara laju produksi dengan tekanan alir ditunjukkan pada gambar 4.
1, Pwf (sumbu tegak, Y) dengan qo (sumbu horizontal, X), berikut ini :
1000
800
Pwf (Psi)
600
400
200
0
0 100 200 300 400 500
Qo (Bfpd)
Universitas Sriwijaya
39
= 0,0058 bbl/ft
2. Perhitungan Kapasitas Casing dengan menggunakan persamaan :
a) Diameter Casing = 6,456 (ID)
(𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)2
b) Kapasitas Casing (bbl/ft) =
1029,4
(6,456)2
=
1029,4
= 0,0404 bbl/ft
[(𝑐𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝐼𝐷)2 −(𝑡𝑢𝑏𝑖𝑛𝑔 𝐼𝐷)2 ]
c) Kapasitas Annulus (bbl/ft) = 1029,4
[(6,456)2 − (2,44)2 ]
= 1029,4
= 0,0347 bbl/ft
3. Perhitungan Volume Tubing dengan menggunakan persamaan:
Panjang EOT = 1360 m ( 4461,9 ft)
= 25,8 bbl
= 1,32 bbl
Universitas Sriwijaya
40
Universitas Sriwijaya
41
Outside OD 7 inch
Casing Size Inside ID 6,45 inch
Outside OD 2,88 inch
Tubing Size Inside ID 2,44 inch
Top Perforation to EOT - 32,81 Ft
Interval Perforation 6,56 Ft
End of Tubing EOT 4461,9 Ft
Universitas Sriwijaya
42
𝑃𝑤𝑓
0≤ ≤1. Tabel IV.1 merupakan nilai harga Q untuk berbagai variasi harga
𝑃𝑆
1000
800
Pwf (Psi)
600
400
200
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Qo (Bfpd)
Universitas Sriwijaya
43
produksi disumur “X” tersebut. Selain itu juga kenaikan dari laju produksi
maksimum sumur berdasarkan kurva IPR. Sebelum dilakukan kegiatan acidizing
didapatlah data laju produksi sumur “X” sebesar 357 bfpd dengan water cut
sebesar 98% dan tekanan static sebesar 1.096 psi serta tekanan alir dasar sumur
sebesar 462 psi. Untuk menentukan laju produksi maksimum pada sumur “X”
sebelum dan sesudah acidizing maka dari data tersebut dilakukan analisis dengan
menggunakan kurva IPR dengan persamaan Vogel dua fasa. Dari perhitungan
didapatkan nilai laju produksi maksimum sumur sebelum acidizing sebesar 471
bfpd.
Hasil evaluasi Sebelum dan Setelah acidizing pada Sumur “X” yaitu :
1. Produksi Sebelum Acidizing
qo = (Qwater + Qoil)
= ( 357+ 8 ) = 365 bfpd
Universitas Sriwijaya
44
Tabel IV.6. Hasil Perhitungan Pwf – Q Sumur “X” Sebelum Dan Setelah
Acidizing
Universitas Sriwijaya
45
1200
1000
600
400
200
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Qo (Bfpd)
sebelum acidizing setelah acidizing
Gambar 4.3. Kurva IPR Berdasarkan Kenaikan Laju Produksi Sumur “X”
Sebelum Dan Setelah Acidizing
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
didapatkanlah kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Jenis scale terjadi di lapangan PT. Pertamina EP Asset I Field Jambi adalah
scale kalsium karbonat (CaCO3).
2. Dalam mengatasi terbentuknya scale CaCO3 metode yang digunakan adalah
acidizing dimana metode ini bertujuan untuk membersihkan scale yang
terbentuk setelah itu dilanjutkan dengan melakukan proses scale inhibitor
untuk mengurangi terbentuknya kembali scale.
3. Metode penggulangan yang dipilih yaitu dengan menggunakan acidizing
telah efektif. Hal ini ditandai dengan tingkat produksi yang telah mengalami
kenaikan dari 365 BFPD menjadi 857 BFPD.
4. Pada pelaksanaan program acidizing sumur ‘X’ berhasil dalam
menghilangkan scale yang terbentuk serta dapat meningkatkan laju
produksi sumur dan kenaikan laju produksi maksimum sumur berdasarkan
analisa kurva IPR diperoleh dari perhitungan. Peningkatan laju produksi
sumur mengalami peningkatan yaitu dari 365 BFPD meningkat menjadi 857
BFPD, dan peningakatan laju produksi maksimum berdasarkan analisa IPR
meningkat dari 471 BFPD menjadi 1.211 BFPD.
5.2. Saran
Sebaiknya proses acidizing dan proses scale inhibitor dilakukan secara
berkala seperti 3 bulan sekali atau 6 bulan sekali agar scale yang terbentuk dapat
diminimalisir . Hal ini dikarenakan akan sulit menangulangi scale yang telah
terbentuk. Selain itu juga agar tingkat produksi dapat terus stabil dan walaupun
mengalami penurunan tetapi tidak terlalu signifikan.
Universitas Sriwijaya
46
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2000). ”Teknik Produksi Migas (Scale dan Perhitungan HCl Untuk
Menghilangkannya)”. Pertamina. Jakarta