Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN PELAYANAN ANESTESI

RUMAH SAKIT UMUM PURI HUSADA TEMBILAHAN


2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Pelayanan anestesiologi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari pelayanan
kesehatan yang berkembang dengancepat seiring dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang anestesia.Peningkatan kebutuhan pelayanan anestesi ini tidak diimbangi
dengan jumlah dan distribusi dokter spesialis anestesiologi secara merata.Keadaan tersebut
menyebabkantindakan anestesia di rumah sakit dilakukan oleh perawat anestesisehingga
tanggung jawab terhadap pelayanan ini menjadi tidak jelas khususnya untuk rumah sakit yang
tidak memiliki dokter spesialis anestesiologi.
Pelayanan anestesia di rumah sakit, antara lain meliputi pelayanan anestesia/analgesia di
kamar bedah dan di luar kamar bedah, pelayanan kedokteran perioperatif, penanggulangan nyeri
akut dan kronis, resusitasi jantung paru dan otak, pelayanan kegawatdaruratan dan terapi intensif.
Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan anestesia di Rumah Sakit,
disusunlah Panduan Pelayanan Anestesi di Rumah Sakit.

B. TUJUAN
1. Memberikan pelayanan anestesi, analgesia dan sedasi yang
efektif,berperikemanusiaandan memuaskan bagi pasien yang menjalani pembedahan,
prosedur medis atau trauma yangmenyebabkan rasa nyeri, aman kecemasan dan stres
psikis lain.
2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan napas, pernapasan,peredaran darah dan
kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena menjalani
pembedahan, prosedur medis,trauma atau penyakit lain.
3. Melakukan terapi intensif dan resusitasi jantung, paru, otak (bantuan hidup dasar, lanjutan
dan jangka panjang) pada kegawatan mengancam nyawa dimanapun pasien berada (ruang
gawat darurat,kamar bedah, ruang pulih, ruang terapi intensif/ICU).
4. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolisme tubuh pasien yang
mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena menjalani pembedahan, prosedur
medis, trauma atau penyakit lain.
5. Menanggulangi masalah nyeri akut di rumah sakit (nyeri akibat pembedahan, trauma,
maupun nyeri persalinan).
6. Menanggulangi masalah nyeri kronik dan nyeri membandel (nyeri dan penyakit kronis).
BAB II

RUANG LINGKUP PELAYANAN

Ruang lingkup pelayanan anestesi di rumah sakit mencakup pelayanan:


a. Pelayanan anestesi mencakup tindakan anestesi (pra anestesi, intra anestesi dan paska
anestesi)
b. Penanggulangan nyeri Resusitasi jantung paru otak
c. Pelayanan Anestesi Rawat Jalan
d. Pelayanan Pasien Kritis
e. Pelayanan Paska – Anestesi

Landasan Hukum
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 519/Menkes/Per/Iii/2011 tentang pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Anestesiologi Dan Terapi Intensif Di Rumah Sakit

Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Pelayanan anestesi dan terapi intensif di rumah sakit dilaksanakan dengan pendekatan tim yang
terdiri dari dokter spesialis anestesiologi dan/atau dokter peserta program pendidikan dokter
spesialis anestesiologidan/atau dokter lain, serta dapat dibantu oleh perawat anestesia/perawat.
Staf Medis Fungsional (SMF) anestesiologi dan terapi intensif dipimpinoleh dokter spesialis
anestesiologi.Jumlah kebutuhan tenaga anestesiologi dan terapi intensif disesuaikandengan
beban kerja dan klasifikasi pelayanan anestesiologi dan terapiintensif yang diselenggarakan.
Tabel ketenagaan

JENIS KLASIFIKASI RUMAH SAKIT


NO
TENAGA Kelas D Kelas C Kelas B Kelas A
Dokter spesialis
1 anestesiologi - 1 - -

2 Dokter PPDS - - - -

3 Dokter lain - - - -
Perawat anestesi /
4 - 4 - -
perawat

Pelayanan anestesi dilakukan oleh tim yang terdiri dari dokter spesialis anestesiologi dan
atau dokter spesialis aneisiologi konsultan, dan atau dokter peserta Program Pendidikan Dokter
Spesialis Anestesiolog dan dibantu oleh perawat serta dapat dibantu oleh dokter umum.
a. Dokter spesialis Anestesiologi, yaitu dokter yang telah menyelesaikan pendidikan
program studi dokter spesialis anestesiologi di pusat pendidikan yang diakui atau lulusan
luar negeri yang telah mendapatkan Surat Tanda Registrasi
b. Dokter Spesialis anestesi Konsultan, yaitu doter spesialis anestesiologi yang telah
mendalami salah satu cabang ilmu anestesiologi yang telah diakui
c. Dokter Peserta Program Dokter Spesialis anestesiologi yaitu dokter yang sedang
menjalani pendidikan dokter spesialis anestesiologi dan telah mendapatkan kompetensi
sesuai standatr pendidikan di pusat pendidikan yang diakui
d. Dokter umum yaitu dokter yang selama pendidikan kedokteran mendapatkan kompetensi
melakukan tindakan anestesi atau dokter umum yang telah bekerja di pelayanan
anestesiologi dan reanimasi sekurang - kurangnya 6 ( enam ) bulan.

Standart fasilitas untuk pelayanan anestesi,yang tersedia di rumah sakit adalah :


NO JENIS PERALATAN JUMLAH
1 Mesin anesthesi yang mempunyai anti hipoksi device dengan 3
circle syatem dengan O2 dan N2O dan udara tekan ( air )
dengan vaporizer untuk volatine agent,sirkuit bisa untuk anak
- anak dan dewasa
2 Set anestesi pediatric +
3 Ventilator yang digerakkan dengan O2 tekan atau udara tekan, 3
ventilator ini harus dapat dihubungkan dengan mesin anestesi
4 Nasopharingeal airway ukuran dewasa (semua ukuran), +
Oropharingeal airway,Resusitasi set, Defribilator unit, sarana
krikotirotomi
5 Laringoskop dewasa dengan daun lengkang ukuran 1-4, +
bougie dan LMA
6 Laringoskop bayi +
7 Konektor dari pipa oro dan nasotrakeal dengan mesin anestesi +
8 Pipa trakea oral/nasal dengan cuff (plain endotraeheal tube) +
no. 2 ½, 3, 3 ½, 4,5
9 Pipa trakea spiral no. 5, 5 ½, 6, 6 ½,7, 7 ½, 8 +
10 Pipa orotrakea dengan cuff (cuff orotracheal tube) no. 5 ½, 6, +
6 ½, 7, 7½, 8,
11 Pipa nasotrakea dengan cuff no. 5 ½,6, 6 ½, 7, 7 ½, 8 +
12 Magill forceps ukuran dewasa +
13 Magill forceps ukuran anak +
14 Stetoskop +
15 Tensimeter non invansif +
16 Timbangan berat badan +
17 Termometer +
18 Infusion standard -
19 Perlengkapan anastesia regional +
20 Suction pump -
21 Medicine troley + +
22 Defibrilator with monitor 1
23 CVP Set +
24 Monitor EKG +
25 Tabung N2O +
26 Sistem pemberian oksigen portable +
27 Sungkup muka +
28 Alat memonitoring gas anestesi, O2 dang gas medik 1
29 Anestesi peridural -
30 LMA +
31 Alat pemanas infuse -
32 Syringe Pump -
BAB III

TATA LAKSANA

A. JENIS PELAYANAN ANESTESI


1. Pra-Anestesi
a. Konsultasi dan pemeriksaan oleh dokter spesialis anestesiologi harus dilakukan
b. Sebelum tindakan anestesi untuk memastikan bahwa pasien berada dalam kondisi
yang layak untuk prosedur anestesi.
c. Dokter spesialis anestesiologi bertanggung jawab untuk menilai dan menentukan
d. Status medis pasien pra-anestesia berdasarkan prosedur sebagai berikut :
1) Anamnesis dan pemeriksaan pasien.
2) Meminta dan/atau mempelajari hasil-hasil pemeriksaan dan konsultasi yang
diperlukan untuk melakukan anestesi.
3) Mendiskusikan dan menjelaskan tindakan anestesi yang akan dilakukan.
4) Memastikan bahwa pasien telah mengerti dan menandatangani persetujuan
tindakan.
5) Mempersiapkan dan memastikan kelengkapan alat anestesi dan obat-obat yang
akan dipergunakan.
6) Pemeriksaan penunjang pra-anestesi dilakukanan sesuai Standart Profesi dan
Standart Prosedur Operasional
7) Tersedianya oksigen dan gas medik yang memenuhi syarat dan aman. Pelayanan
pra -anestesi ini dilakukan pada semua pasien yang akan menjalankan tindakan
anestesi. Pada keadaan yang tidak biasa, misalnya pada kondisi gawat darurat
langkah- langkah pelayanan pra anestesi dapat diabaikan dan alasannya harus di
dokumentasikan didalam rekam medik pasien.

2. Pelayanan Intra Anestesi


a. Dokter spesialis anestesi dan tim pengelola harus tetap berada di kamar operasi
selama tindakan anestesi umum dan regional serta prosedur yang memerlukan
tindakan sedasi.
b. Selama pemberian anestesi harus dilakukan pemantauan dan evaluasi secarakontinual
terhadap oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu dan perfusi jaringan, serta
didokumentasikan pada catatan anestesi.
c. Pengakhiran anestesi harus memperhatikan oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu dan
perfusi jaringan dalam keadaan stabil.

3. Pelayanan Paska-Anestesi
a. Setiap pasien paska tindakan anestesi harus dipindahkan ke ruang pulih kecuali atas
perintah khusus dokter spesialis anestesi atau dokter yang bertanggung jawab terhadap
pasien tersebut, pasien juga dapat dipindahkan langsung ke unit perawatan kritis
(ICU).

1
b. Fasilitas, sarana dan peralatan ruang pulih harus memenuhi persyaratan yang berlaku.
c. Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di ruang pulih, tetapi beberapa di antaranya
memerlukan perawatan di unit perawatan kritis (ICU).
d. Pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi oleh dokter spesialis
anestesiologi atau anggota tim pengelola anestesi.Selama pemindahan, pasien harus
dipantau/dinilai secara kontinual dan diberikan bantuan sesuai dengan kondisi pasien.
e. Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien kepada perawat ruang pulih
sadar dan disertai laporan kondisi pasien.
f. Kondisi pasien di ruang pulih harus dinilai secara kontinual.
g. Tim pengelola anestesi bertanggung jawab atas pengeluaran pasien dari ruang pulih.

B. TATA LAKSANA PENANGGULANGAN NYERI AKUT


Pelayan Pelayanan nyeri adalah pelayanan penangulangan nyeri (rasa tidak nyaman yang
berlangsung dalam periode tertentu) baik akut maupun kronis.Pada nyeri akut, rasa nyeri
timbul secara tiba-tiba yang terjadi akibat pembedahan, trauma, persalinan dan umumnya
dapat diobati.Pada nyeri kronis, nyeri berlangsung menetap dalam waktu tertentu dan
seringkali tidak responsif terhadap pengobatan.
Kelompok pasien di bawah ini merupakan pasien dengan kebutuhan khusus yang memerlukan
perhatian:
1. anak-anak.
2. pasien obstetrik.
3. pasien lanjut usia.
4. pasien dengan gangguan kognitif atau sensorik.
5. pasien yang sebelumnya sudah ada nyeri atau nyeri kronis.
6. pasien yang mempunyai risiko menderita nyeri kronis.
7. pasien dengan kanker atau HIV/AIDS.
8. pasien dengan ketergantungan pada opioid atau obat/bahan lainnya.
Penanggulangan efektif nyeri akut dan kronis dilakukan berdasarkan standar prosedur
operasional penanggulangan nyeri akut dan kronis yang disusun mengacu pada standar
pelayanan kedokteran

C. TATA LAKSANA RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK


1. Pelayanan tindakan resusitasi meliputi bantuan hidup dasar, lanjut dan jangka panjang.
2. Dokter spesialis anestesi atau dokter lain yang memiliki kompetensi memainkan peranan
penting sebagai tim resusitasi dan dalam melatih dokter, perawat serta tenaga non medis
3. Standar Internasional serta pedoman praktis untuk resusitasi jantung paru mengikuti
ILCOR ( International Liaison Committee On Resuscition )
4. Semua upaya resusitasi harus dimasukkan ke dalam audit yang berkelanjutan.
D. TATA LAKSANAK PELAYANAN ANESTESI RAWAT JALAN
1. Pelayanan anestesi rawat jalan diberikan pada pasien yang menjalan tindakan pembedahan
sehari untuk prosedur singkat dan pembedahan minimal serta tidak menjalani rawat inap.
2. Pasien dengan status fisik ASA 1 dan 2 terkontrol sesuai penilaian dokter spesialis
anestesi dan di persiapkan dari rumah.
3. Penentuan lokasi unit pembedahan sehari harus mempertimbangkan unit/fasilitas
pelayanan lain yang terkait dengan pembedahan sehari dan akses layanan perioperasi

E. TATA LAKSANA PELAYANAN PASIEN KRITIS


1. Pelayanan pasien kondisi kritis diperlukan pada pasien dengan kegagalan organ yang
terjadi akibat komplikasi akut penyakitnya atau akibat sekuele dari regimen terapi yang
diberikan.
2. Pelayanan pasien kondisi kritis dilakukan oleh dokter spesialis anestesiologi atau dokter
lain yang memiliki kompetensi.
3. Seorang dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi harus
senantiasa siap untuk mengatasi setiap perubahan yang timbul sampai pasien tidak dalam
kondisi kritis lagi.
4. Penyakit kritis sangat kompleks atau pasien dengan komorbiditi perlu koordinasi yang
baik dalam penanganannya.
5. Seorang dokter anestesi atau dokter lain yang memiliki kompetensi diperlukan untuk
menjadi koordinator yang bertanggung jawab secara keseluruhan mengenai semua aspek
penanganan pasien, komunikasi dengan pasien, keluarga dan dokter lain.
6. Pada keadaan tertentu ketika segala upaya maksimal telah dilakukan tetapi prognosis
pasien sangat buruk, maka dokter spesialis anestesi atau dokter lain yang memiliki
kompetensi harus melakukan pembicaraan kasus dengan dokter lain yang terkait untuk
membuat keputusan penghentian upaya terapi dengan mempertimbangkan manfaat bagi
pasien, faktor emosional keluarga pasien dan menjelaskannya kepada keluarga pasien
tentang sikap dan pilihan yang diambil.
7. Semua kegiatan dan tindakan harus dicatat dalam catatan medis.
8. Karena tanggung jawabnya dan pelayanan kepada pasien dan keluarga yang memerlukan
energi pikiran dan waktu yang cukup banyak maka dokter spesialis anestesi atau dokter
lain yang memiliki kompetensi berhak mendapat imbalan yang seimbang dengan energy
dan waktu yang diberikannya.
9. Dokter spesialis anestesi atau dokter lain yang memiliki kompetensi berperan dalam
masalah etika untuk melakukan komunikasi dengan pasien dan keluarganya dalam
pertimbangan dan pengambilan keputusan tentang pengobatan dan hak pasien untuk
menentukan nasibnya terutama pada kondisi akhir kehidupan.
10. Dokter spesialis anestesi atau dokter lain yang memiliki kompetensi mempunyai peran
penting dalam manajemen unit terapi intensif, membuat kebijakan administratif, kriteria
pasien masuk dan keluar, menentukan standar prosedur.
F. TATA LAKSANA PELAYANAN PASCA – ANESTESI
Selama pemindahan, pasien harus dipantau/dinilai secara kontinual dan diberikan bantuan
sesuai dengan kondisi pasien.
1. Setiap pasien pasca tindakan anestesi harus dipindahkan ke ruang pulih sadar kecuali atas
perintah khusus dokter spesialis anestesi atau dokter yang bertanggung jawab terhadap
pasien tersebut, pasien juga dapat dipindahkan langsung ke unit perawatan kritis (ICU).
2. Fasilitas, sarana dan peralatan ruang pulih harus memenuhi persyaratan yang berlaku.
3. Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di ruang pulih, tetapi beberapa di antaranya
memerlukan perawatan di unit perawatan kritis (ICU).
4. Pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi oleh dokter spesialis anestesi atau
anggota tim pengelola anestesi.
5. Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien kepada perawat ruang pulih dan
disertai laporan kondisi pasien.
6. Kondisi pasien di ruang pulih harus dinilai secara kontinual.
7. Tim pengelola anestesi bertanggung jawab atas pengeluaran pasien dari ruang pulih.

G. TATA LAKSANA PELAYANAN ANESTESI REGIONAL


Selain itu pelayanan tindakan anestesi juga memberikan pelayanan anestesia regional yang
mencakup :
1. Pelayanan anestesi regional adalah tindakan pemberian anestetik untuk memblok saraf
sehingga tercapai anestesia dilokasi operasi sesuai dengan yang diharapkan.
2. Anestesi regional dilakukan oleh dokter spesialis anestesi yang kompeten ditempat yang
tersedia sarana dan perlengkapan untuk tindakan anestesia umum sehingga bila diperlukan
dapat dilanjutkan atau digabung dengan anestesi umum.
3. Pada tindakan anestesi regional harus tersedia alat pengisap tersendiri yang terpisah dari alat
penghisap untuk operasi.
4. Sumber gas oksigen diutamakan dari sumber gas oksigen sentral agar tersedia dalam jumlah
yang cukup untuk operasi yang lama atau bila dilanjutkan dengan anestesi umum.
5. Anestesi regional dimulai oleh dokter spesialis anestesi dan dapat dirumat oleh dokter atau
penata anestesi/perawat yang mendapat pelatihan anestesi dibawah supervisi dokter spesialis
anestesi.
6. Pemantauan fungsi vital selama tindakan anestesi regional dilakukan sesuai standar
pemantauan anestesi.
7. Anestesi regional dapat dilanjutkan untuk penanggulangan nyeri pasca bedah atau nyeri
kronik.
8. Pemantauan di luar tindakan pembedahan/di luar kamar bedah dapat dilakukan oleh dokter
atau penata anestesi/perawat yang mendapat pelatihan anestesi dibawah supervisi dokter
spesialis anestesi.
Layanan anestesi regional juga diberikan pada pasien obsterik, yang mencakup :
1. Pelayanan anestesi regional dalam obstetrik adalah tindakan pemberian anestetik lokal kepada
wanita dalam persalinan.
2. Anestesi regional hendaknya dimulai dan dirumat hanya di tempat tempat dengan
perlengkapan resusitasi serta obat-obatan yang tepat dan dapat segera tersedia untuk
menangani kendala yang berkaitan dengan prosedur.
3. Anestesi regional diberikan oleh dokter spesialis anestesi setelah pasien diperiksa dan diminta
oleh seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan atau dokter yang merawat.
4. Anestesi regional dimulai oleh dokter spesialis anestesi dan dapat dirumat oleh dokter
spesialis anestesi atau dokter/bidan/penata anestesi/perawat di bawah supervisi dokter
spesialis anetesiologi.
5. Anestesi regional untuk persalinan per vagina disyaratkan penerapan pemantauan dan
pencatatan tanda-tanda vital ibu dan laju jantung janin. Pemantauan tambahan yang sesuai
dengan kondisi klinis ibu dan janin hendaknya digunakan bila ada indikasi. Jika diberikan
blok regional ekstensif untuk kelahiran per vagina dengan penyulit, maka standar pemantauan
dasar anestesi hendaknya diterapkan.
6. Selama pemulihan dari anestesi regional, setelah bedah sesar dan atau blok regional ekstensif
diterapkan standar pengelolaan pasca anestesi.
7. Pada pengelolaan pasca persalinan, tanggung jawab utama dokter spesial anestesi adalah
untuk mengelola ibu, sedangkan tanggung jawab pengelolaan bayi baru lahir berada pada
dokter spesialis lain. Jika dokter spesialis anestesi tersebut juga diminta untuk memberikan
bantuan singkat dalam perawatan bayi baru lahir, maka manfaat bantuan bagi bayi tersebut
harus dibandingkan dengan risiko terhadap ibu.
Beberapa scoring system yang digunakan adalah :
BROMAGE SCORE
SCORE DISKRIPSI
0 Gerakan Penuh Dari Tungkai
1 Tak Mampu Ekstensi Tungkai
2 Tak Mampu Fleksi Lutut
3 Tak Mampu Fleksi pergelangan Kaki
Target score adalah score 2 dan 3 boleh pindah ruangan
(CLINICAL ANESTHESI,EDWARD MORGAN,2006)
STEWARD SCORE
SCORE PERNAFASAN KESADARAN AKTIVITAS
2 Batuk/ menangis Bangun Gerak bertujuan
1 Berusaha bernafas Ada respon terhadap Gerak tidak
rangsangan bertujuan
0 Perlu bantuan Tidak ada respon Tidak bergerak
bernafas
STEWARD SCORE > 5 BOLEH PINDAH RUANGAN
(CLINICAL ANESTHESI,ERWARD MORGAN,2OO6)
ALDRETE SCORING SYSTEM
AKTIVIT KESAD WARNA
SCORE RESPIRASI SIRKULASI
AS ARAN KULIT
2 Gerak Dapat TD berbeda 20% Sadar
bertujuan bernafas dari semula penuh Kemerahan
dalam dan
batuk
1 Gerak tak Dyspnoea TD berbeda 20 - Bangun
bertujuan bernafas 50% dari semula bila Pucat
dangkal dan dipanggil
terbatas
0 Diam Apnoe TD berbeda >50% Tidak ada
dari semula respon Sianosis

ALDRETE SCORE > 8 tanpa nilai 0 DAPAT PINDAH RUANGAN


( CLINICAL ANESTHESI,EDWARD MORGAN 2006)

PADSS ( POST ANESTHESIA DISCHARGE SCORING SYSTEM ) : untuk pemulangan


pasien pasca anestesia rawat jalan
1. tanda vital
a. perubahan 20 % dari pra bedah 2
b. perubahan 20%-40% dari nilai pra bedah 1
c. perubahan 40 % dari nilai pra bedah 0
2. pergerakan
a. mampu berdiri / tidak pusing 2
b. dengan bantuan 1
c. tidak ada pergerakan / pusing 0
3. mual/muntah
a. minimal 2
b. sedang 1
c. berat 0

4. nyeri
a. minimal 2
b. sedang 1
c. berat 0
5. perdarahan
a. minimal 2
b. sedang 1
c. berat 0
BAB IV

DOKUMENTASI

Pendokumentasian dari semua asesmen yang diberikan kepada pasien adalah suatu
tindakan yang penting. Semua informasi yang penting harus didokumentasikan, termasuk catatan
klinis yang mencakup :
A. Penilain pre – prosedur harus lengkap
B. Proses persetujuan dan salinan formuler persetujuan harus lengkap
C. Catat semua pemberian obat – obatan
D. Catat semua hasil observasi, pre, intra, dan post prosedur

Ditetapkan di Tembilahan
Pada tanggal 10 Mei 2017
Direktur RSUD Puri Husada Tembilahan

dr. H. IRIANTO. Sp. PD. Finasim


Pembina Tk.I
NIP. 19660102 199603 1 001

Anda mungkin juga menyukai