Anda di halaman 1dari 35

PENELITIAN

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GEDANGAN

susun
Oleh :

Heni Purwanti 16710372

Nalce duparlira 17710007

A.A.Gde Rama Kaesara 17710045

Mega Fitrian Dewi 17710103

Pembimbing :
Prof.H.Didik Suradji,MSc

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di banyak negara yang sedang berkembang, penyakit tidak menular

(PTM) seperti penyakit jantung, kanker dan depresi akan segera menggantikan

penyakit menular dan malnutrisi sebagai penyebab kematian dan disabilitas.

Hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa

proporsi penyebab kematian tertinggi adalah PTM, yaitu penyakit

kardiovaskuler 31,9% termasuk hipertensi 6,8% dan stroke 15,4% (Riskesdas,

2018)

Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat

ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di

antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut

tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. (Rahajeng, 2012)

Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan

atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Kuswardhani, 2013) . Hipertensi

dikelompokkan menjadi dua, yaitu Hipertensi esensial atau idiopatik, dan

hipertensi sekunder. Hipertensi essensial merupakan 95% dari semua kasus

hipertensi dan masih dicari etiologinya. Beberapa faktor dikemukakan relevan

terhadap mekanisme penyebab hipertensi, yaitu Genetik, Jenis kelamin, Usia,

Natrium, Obesitas, Perokok, Aktivitas Fisik, dan Stress. Hipertensi sekunder

sekitar 5% telah diketahui penyebabnya dan dapat dikelompokkan menjadi:


penyakit parenkim ginjal 3%, penyakit renovaskuler 1%, Endokrin 1% (Gray,

2005).

Olahraga yang teratur berkaitan dengan penurunan penyakit jantung

koroner sebesar 20-40% (Gray, 2005). Melakukan aktivitas fisik yang cukup

merupakan salah satu dari sekian banyak hal yang dikategorikan dalam

pengobatan farmakologis bagi penderita hipertensi. Aktivitas fisik yang cukup

dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih kuat tentu dapat

memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha. Semakin ringan

kerja jantung, maka semakin sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri

sehingga tekanan darah akan menurun. Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi

penderita hipertensi adalah aktivitas yang sedang dilakukan selama 30-60

menit setiap hari. Kalori yang terbakae sedikitnya 150 kalori per hari. Salah

satu yang bisadilirik adalah aerobic.suatu aktifitas baik itu kegiatan sehari-hari

ataupun olahraga, karena aerobic dapat meningkatkan kemampuan kerja

jantung, paru-paru dan otot-otot ( Marliani dan tantan, 2012).

Berdasarkan hasil survei Dinkes Propinsi Jawa Timur pada tahun 2013

Hipertensi merupakan penyakit terbanyak peringkat ke-2 di puskesmas

Gedangan dengan angka 17,39 %, pada tahun 2010 turun ke peringkat 3

dengan angka 12,41%, pada tahun 2016 naik lagi ke peringkat 2 dengan angka

13,78% (Dinkes Jatim, 2016). Hipertensi di Kabupaten sidoarjo paling banyak

menyerang lansia, dengan angka kejadian pada 3 bulan terakhir tahun 2019

sebanyak 16,57% dari seluruh lansia di Desa Gedangan. Desa Gedangan

merupakan daerah dengan jumlah lansia sebanyak 1.056 jiwa.


Oleh karena itu dari uraian latar belakang diatas dan juga masih kurangnya

penelitian tentang aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di daerah penulis,

penulis ingin meneliti tentang Hipertensi yang berjudul “Hubungan aktivitas fisik dengan

kejadian hipertensi pada lansia di Desa Gedangan Kabupaten Sidoarjo Tahun 2019.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang

dikemukakan adalah adakah hubungan antara aktivitas fisik dengan

kejadian hipertensi pada lanjut usia di Desa Gedangan Kecamatan

Gedangan, Sidoarjo, tahun 2019 ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian

hipertensi pada lanjut usia di Desa Gedangan, Kecamatan Gedangan, tahun

2019.

2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi aktivitas fisik para lanjut usia di Desa Gedangan,

Kecamatan Gedangan.

2. Mengidentifikasi kejadian hipertensi para lanjut usia di Desa Gedangan,

Kecamatan Gedangan.

3. Menganalisis hubungan aktivitas fisik para lanjut usia dan kejadian

hipertensi para lanjut usia di Desa Gedangan, Kecamatan Gedangan.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

a. Masyarakat bisa mengerti tentang apa saja yang menjadi penyebab

hipertensi sehingga dapat mencegahnya.

b. Masyarakat bisa mengetahui hubungan kegiatan fisik dengan

angka kejadian hipertensi.

2. Bagi Puskesmas Kecamatan Gedangan

Sebagai masukan untuk penyusunan kebijakan dan program

pembangunan kesehatan atau merumuskan program baru.

3. Bagi Institusi Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma Surabaya

Sebagai masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

Ilmu Kedokteran Komunitas.

4. Bagi peneliti

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman lapangan, serta

sebagai kewajiban dalam menyelesaikan tugas Ilmu Kedokteran

Komunitas.
BAB II

A. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah tidak berubah sesuai dengan umur. tekanan darah

sistolik (TDS) > 140 mmHg dan/ atau tekanan darah diastolik (TDD) > 90

mmHg.The joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,

and treatment of High Bloodpressure (JNC VI) dan WHO/lnternational

Society of Hypertension guidelines subcommittees setuju bahwa TDS &

keduanya digunakan untuk klasifikasi hipertensi. (Kuswardhani,2006).

Hipertensi dikelompokkan menjadi dua,yaitu Hipertensi esensial atau

idiopatik, dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial merupakan 95% dari

semua kasus hipertensi dan masih dicari etiologinya. Beberapa faktor

dikemukakan relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi, yaitu Genetik,

Jenis kelamin, Usia, Natrium, Obesitas, Perokok, Aktivitas Fisik, dan Stress.

Hipertensi sekunder sekitar 5% telah diketahui penyebabnya dan dapat

dikelompokkan menjadi: penyakit parenkim ginjal 3%, penyakit renovaskuler

1%, Endokrin 1%. (Gray,2005).

Salah satu penyakit pada sistem kardiovaskuler yang paling banyak

terjadi pada pra lansia akibat dari proses penuaan dan dampak kumulatif dari

gaya hidup pra lansia ketika muda adalah hipertensi. Aziza (2007)

menjelaskan berdasarkan info dasar kardiovaskular global dari World Health

Organization (WHO) menunjukkan bahwa 26,4% penduduk pra lansia pada

tahun 2000 mengalami hipertensi. Tingginya prevalensi kejadian hipertensi


pada pra lansia, menuntut perhatian masyarakat terhadap pengendalian faktor

risiko hipertensi. Faktor risiko hipertensi mencakup lima hal utama yaitu

menyeimbangkan gizi, menghindari rokok, menghindari stres, mengawasi

tekanan darah dan berolahraga secara teratur.

Olahraga atau senam hipertensi adalah bagian dari usaha untuk

mengurangi berat badan dan mengelola stress dua faktor yang mempertinggi

hipertensi. Pada tahun 1993. American Collage of Sport Medicine (ACSM)

menganjurkan latihan-latihan aerobic (olahraga ketahanan) yang teratur serta

cukup takarannya untuk mencegah risiko hipertensi. Dengan melakukan

gerakan yang tepat selama 30-40 menit atau lebih sebanyak 3-4 hari

perminggu, dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mmHg pada bacaan

sistolik dan diastolik. Menurut American Society of Hypertension (ASH),

pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala

kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks

dan saling berhubungan. (Informasi Lengkap Untuk Penderita Dan Keluarga

Hipertensi,2008).

Olahraga yang teratur berkaitan dengan penurunan penyakit jantung

koroner sebesar 20-40%. (Gray,2005).

B. Epidemiologi

Walaupun peningkatan tekanan darah bukan merupakan bagian

normal dari ketuaan, insiden hipertensi pada pra lansia adalah tinggi. Setelah

umur 45 tahun, prevalensi hipertensi meningkat sampai 50%. Pada tahun


1988-1991 National Health and Nutrition Examination Survey menemukan

prevalensi hipertensi pada kelompok umur 45-75 tahun sebagai berikut:

prevalensi keseluruhan 49,6% untuk hipertensi derajat 1 (140-159/90-99

mmHg), 18,2% untuk hipertensi derajat 2 (160-179/100-109 mmHg), dan

6.5% untuk hipertensi derajat 3 (>180/110 mmHg). Ditengarai bahwa

hipertensi sebagai faktor risiko pada pra lansia. Pada studi individu dengan

usia 50 tahun mempunyai tekanan darah sistolik terisolasi sangat rentan

terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler. (Kuswardhani,2006).

Diperkirakan 50 juta orang dewasa amerika serikat menderita hipertensi.

Hipertensi merupakan factor resiko untuk arteri koroner, gagal jantung kongestif,

stroke dan gagal ginjal. Orang Amerika keturunan Afrika cenderung menderita

hipetensi lebih berat dan pada usia yang lebih dini, serta memiliki resiko stroke

dan infark miokard dua kali lebih besar disbanding dengan orang kulit putih.

(Brashers,2008).

C. Patofisiologi

Baik TDS maupun TDD meningkat sesuai dengan meningkatnya

umur. TDS meningkat secara progresif sampai umur 45-60 tahun, sedangkan

TDD meningkat samapi umur 50-70 tahun dan kemudian cenderung

menetap atau sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini sangat mungkin

mencerminkan adanya pengakuan pembuluh darah dan penurunan

kelenturan arteri dan ini mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai

dengan umur. Seperti diketahui, takanan nadi merupakan predictok terbaik

dari adanya perubahan struktural di dalam arteri. Mekanisme pasti hipertensi


pada pra lansia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari ketuaan normal

terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah

sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluhn darah besar meningkat dan

elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Perubahan ini

menyebabkan penurunan kelenturan aorta dan pembuluh darah besar dan

mengakibatkan pcningkatan TDS. Penurunan elastisitas pembuluh darah

menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas

baroreseptor juga berubah dengan umur. (Kuswardhani,2006).

Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin dapat

menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada

pemantauan terus menerus. Penurunan sensitivitas baroreseptor juga

menyebabkan kegagalan refleks postural, yang mengakibatkan hipertensi

pada pra lansia sering terjadi hipotensi ortostatik. Perubahan

keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik beta dan vasokonstriksi

adrenergik alfa akan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan

selanjutnya mengakibatkan pcningkatan resistensi pembuluh darah perifer

dan tekanan darah. Resistensi Natrium akibat peningkatan asupan dan

penurunan sekresi juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Walaupun

ditemukan penurunan renin plasma dan respons renin terhadap asupan garam,

sistem renin-angiotensin tidak mempunyai peranan utama pada hipertensi

pada lanjut usia Berbagai perubahan di atas bertanggung jawab terhadap

penurunan curah jantung (cardiac output), penurunan denyut jantung,

penurunan kontraktilitas miokard, hipertrofi ventrikcl kiri, dan disfungsi


diastolik. Ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan penurunan

perfusi ginjal dan laju filtrasi glomerulus. (Kuswardhani,2006).

D. Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.1. Definisi dan Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah (mmHg).

Menurut WHO Tahun 1999

Sistolik Diastolik

Kategori (mmHg). (mmHg).

Optimal <120 <80

Normal < 130 < 85

Normal-tinggi 130-139 85-89

Hipertensi derajat 1 (ringan) 140-159 90-99

Subkelompok : borderline 140 – 149 90 – 94

Hipertensi derajat 2 (sedang) 160-179 100-109

Hipertensi derajat 3 (berat) ≥ 180 ≥110

Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 < 90

Subkelompok : borderline 140 – 149 < 90

Sumber: (Dalimartha,dkk,2008).

Jika tekanan darah sistolik dan diastolik berbeda kategori, dipakai

kategori yang lebih tinggi.

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7th


Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)
Normal <120 Dan <80

Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Sumber: (Chobanian,2003).

Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Tahun 2007

Kategori Sistol Dan/atau Diastole

(mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan <80

Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 Dan < 90

Sumber: (Jafar,2010).

E. FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI HIPERTENSI


Fakktor risiko yang mempengaruhi hipertensi ada dua yaitu yang

dapat atau tidak dapat dikontrol:

1. Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:

a. Jenis kelamin

Prevalensi hipertensi pada wanita (25%) lebih besar daripada pria

(24%) (Tesfaye et al,2007). Namun wanita terlindung dari penyakit

kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami

menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL

yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses

aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan

adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita

mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini

melindungi pembuluh darah dari kerusakan Hormon estrogen ini kadarnya

akan semakin menurun setelah menopause. (Armilawati,2007).

b. Umur

Semakin meningkat umur responden semakin tinggi risiko hipertensi.

Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh

perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih

sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku, sebagai akibat adalah

meningkatnya tekanan darah sistolik.(Rahajeng,2009). Pada wanita, hipertensi


sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya

perubahan hormon sesudah menopause.

Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari

keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari

berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya banyak arteri ini dan menjadi

semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. (Hanns

Peter, 2009)

Pada umur 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar 29%, pada umur

45-64 tahun sebesar 51% dan pada umur >65 Tahun sebesar 65%. Penelitian

Hasurungan15 pada lansia menemukan bahwa dibanding umur 55-59 tahun,

pada umur 60-64 tahun terjadi peningkatan risiko hipertesi sebesar 2,18 kali,

umur 65-69 tahun 2,45 kali dan umur >70 tahun 2,97 kali.(Rahajeng,2009)

c. Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan

dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara

potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi

mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada

orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu

didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam

keluarga (Anggraini dkk,2009).


2. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:

a. Obesitas

Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak,

dapatdilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang

kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan

IMT adalah sebagai berikut:

Berat Badan (kg)


IMT =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Seseorang dikatakan kegemukan atau obesitas jika memiliki nilai

IMT≥25.0. Obestitas merupakan faktor risiko munculnya berbagai penyakit

degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus.

Data dari studi Farmingham (AS) yang diacu dalam Khomsan (2004)

menunjukkan bahwa kenaikan berat badan sebesar 10% pada pria akan

meningkatkan tekanan darah 6.6 mmHg, gula darah 2 mg/dl, dan kolesterol

darah 11 mg/dl. Prevalensi hipertensi pada seseorang yang memiliki IMT>30

pada lakilaki sebesar 38% dan wanita 32%, dibanding dengan 18% laki-laki

dan 17% perampuan yang memiliki IMT<25. (Krummel,2004)

b. Kurang Olahraga

Olahraga seperti bersepeda, jogging, dan aerobik yang teratur dapat

memperlancar peredaran darah sehingga menurunkan tekanan darah. Orang

yang kurang aktif berolah raga umumnya cenderung mengalami kegemukan.

Olahraga juga dapat mengurangi atau mencegah obesitas serta mengurangi


asupan garam kedalam tubuh. Garam akan keluar dari tubuh bersama keringat.

(Dalimartha,2008)

Melakukan aktivitas secara teratur (aktivitas fisik aerobic selama 30-

45 menit/hari) diketahui sangat efektif dalam mengurangi risiko relatif

hipertensi hingga mencapai 19% hingga 30%. Begitu juga halnya dengan

kebugaran kardiorespirasi rendah pada usia paruh baya diduga meningkatkan

risiko hipertensi sebesar 50%. (Rahajeng,2009)

c. Kebiasaan Merokok

Hipertensi dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok yang

dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat

meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah. Selain itu, nikotin

juga dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah.

(Dalimartha,2008)

d. Mengkonsumsi makanan asin dan berpengawet

Makanan asin dan makanan yang diawetkan adalah makanan dengan

kadar natrium tinggi. Natrium adalah mineral yang sangat berpengaruh pada

mekanisme timbulnya hipertensi. Makanan asin dan awetan biasanya memiliki

rasa gurih (umami), sehingga dapat meningkatkan nafsu makan (Krisnatuti,

2005)
e. Minum alkohol

Minum alcohol dapat memicu terjadinya hipertensi karena adanya

peningkatan sintetis katekolamin yang dalam jumlah besar dapat memicu

kenaikan tekanan darah. (Dalimartha,2008)

f. Minum kopi

Dari hasil penelitian di Journal of Nutrition Collage dikatakan bahwa

mengkonsumsi kopi 1-2 cangkir perhari meningkatkan risiko hipertensi 4,11

kali lebih tinggi dibanding tidak meminum kopi. (Martiani,2012)

g. Stres

Pengaruh stres juga masih kontroversi, pengaruhnya diduga melalui

aktivitas saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah sebagai reaksi

fisik bila sesorang mengalami ancaman (fight or flight response).

(Rahajeng,2009)

F. Diagnosis Hipertensi

Pada semua umur, diagnosis hipertensi memerlukan pengukuran

berulang dalam keadaan istirahat, tanpa ansietas, kopi, alkohol, atau

merokok. Namun demikian, salah diagnosis lebih sering terjadi pada lanjut

usia, terutama perempuan, akibat beberapa faktor seperti berikut. Panjang

cuff mungkin tidak cukup untuk orang gemuk atau berlebihan atau orang

terlalu kurus. Penurunan sensitivitas refleks baroreseptor sering menyebabkan

fluktuasi tekanan darah dan hipotensi postural. Fluktuasi akibat ketegangan

(hipertensi jas putih = white coat hypertension) & latihan fisik juga lebih
sering pada lanjut usia. Arteri yang kaku akibat arterosklerosis menyebabkan

tekanan darah terukur lebih tinggi. Kesulitan pengukuran tekanan darah

dapat diatasi dengan cara pengukuran ambulatory. Bulpitt et al. menganjurkan

bahwa sebelum menegakkan diagnosis hipertensi pada lanjut usia, hendaknya

paling sedikit dilakukan pemeriksaan di klinik sebanyak tiga kali dalam

waktu yang berbeda dalam beberapa minggu. (Kuswardhani,2006)

Gejala HTS yang sering ditemukan pada lanjut seperti ditemukan

pada the SYST-EUR trial adalah: 25% dari 437 perempuan dan 21% dari

204 laki-laki menunjukkan keluhan. Gejala yang menonjol yang ditemukan

pada penderita perempuan dibandingkan penderita laki-laki adalah; nyeri

sendi tangan (35% pada perempuan vs. 22% pada laki-laki), berdebar (33%

vs. 17%), mata kering (16% vs. 6%), penglihatan kabur (35% vs. 23%), kramp

pada tungkai (43% vs. 31 %), nyeri tenggorok (15% vs. 7%), Nokturia

merupakan gejala tersering pada kedua jenis kelamin, 68%.(Kuswardhani,2006).

G. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Penderita Lanjut Usia

Joint National Committee VII merekomendasikan konsep terapi yang

terbaru yaitu :

1. Pasien dengan tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan

darah diastolik 80-89 mmHg hanya memerlukan penatalaksanaan

nonfarmakologis dengan cara modifikasi gaya hidup.

2. Pasien yang tidak memiliki komplikasi hipertensi, diperlukan

penatalaksanaan secara farmakologis dengan diberikan obat golongan

diuretik atau bisa juga diberikan obat dari golongan lain.


3. Lebih memperhatikan tekanan darah sistolik dan penanganannya harus

dimulai jika tekanan darah sistolik meningkat walaupun tekanan darah

diastoliknya tidak.

4. Sebagian besar pasien hipertensi memerlukan obat kombinasi

antihipertensi, salah satunya adalah obat dari golongan diuretik tiazid.

5. Kebanyakan pasien hipertensi memerlukan 2 atau lebih pengobatan

untuk mencapai tekanan darah ± 20/10 mmHg di atas tekanan darah

yang diinginkan.

6. Golongan ACE Inhibitor sendiri atau kombinasi dengan golongan

diuretic masih merupakan terapi pilihan yang terbaik untuk pasien

dengan hipertensi yang sudah mengalami komplikasi penyakit jantung.

Selain itu, juga diperlukan modifikasi pola hidup bisa dilakukan dengan

cara memperbaiki beberapa pola hidup, seperti menurunkan berat badan jika

ada kegemukan, mengurangi minum alkohol, meningkatkan aktivitas fisik

aerobik, mengurangi asupan garam, mempertahankan asupan kalium yang

adekuat, mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat,

menghentikan merokok, mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol.

Seperti halnya pada orang yang lebih muda, intervensi nonfarmakologis ini

harus dimulai sebelum menggunakan obat-obatan (Kuswardhani,2006).


BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Genetik:

* Riwayat keluarga dengan


Hipertensi
Sosial: * Obesitas * Stress
* Keluarga

* Masyarakat Yankes:
HIPERTEN
Lingkungan Fisik SI Ketersediaan tempat
posyandu lansia
* Rumah
LANSIA
Penerimaan program
* Tempat Kerja
posyandu lansia
Perilaku
Akses ke lokasi mudah

Karakteristik Aktivitas Fisik Biaya yang terjangkau


Umur Merokok
Jenis Pengetahua
Kelamin n

Keterangan:

------ = tidak diteliti

____ = diteliti

Bagan 1. Kerangka Konsep Hipertensi Lansia (Teori H.L. Blum’s)

Berdasarkan teori H.L Blum, dilihat dari faktor genetik seperti: riwayat

18 terjadinya hipertensi dalam keluarga.


keluarga hipertensi merupakan faktor resiko
Pada usia lanjut asupan kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan

energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas

dapat memperburuk kondisi lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai

penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi. Sedangkan,

hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis

peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak

menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah

menetap tinggi.

Dari faktor perilaku, seperti: merokok menyebabkan peninggian tekanan

darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi.

Masyarakat yang mendukung dan memiliki wawasan yang luas dapat

menciptakan populasi masyarakat yang sehat juga. Kurangnya aktivitas fisik

menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi

gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih

cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,

semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan

yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit

setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah.

Sedangkan bila dilihat dari karakteristiknya dengan bertambahnya umur elastisitas

pembuluh darah menurun sehingga dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi.

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada umur dewasa muda.

Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan

hormon setelah menopause.

Dari faktor lingkungan ada dua, yaitu: lingkungan social dan lingkungan

fisik.Lingkungan social meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat

sekitar, sangat berperan penting dalam hal pengetahuan dan keprihatinan atas

hipertensi. Sehingga, dalam penangannya perlu diadakan kerjasama lintas

sektoral.Lingkungan fisik meliputi keadaan rumah dan tempat kerja. Keadaan

rumah dan tempat kerja yang baik, bisa menjadikan masyarakat terbiasa dengan

pola hidup bersih dan sehat.

Faktor pelayanan kesehatan dilihat dari: Ketersediaan tempat posyandu

lansi, yaitu Sarana dan prasarana yang mendukung bisa meningkatkan mutu

layanan sehingga bisa membuat pasien merasa nyaman. Selanjutnya penerimaan

program posyandu lansia, Bila program tidak diterima oleh masyarakat maka

pemantauan kesehatan terutama tekanan darah terhadap lansia di posyandu akan

sulit. Selain itu, Akses yang mudah ke lokasi merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan pasien bisa berkunjung. Sehingga pemantauan kesehatan atau

hipertensi bisa berjalan dengan baik dan yang tidak kalah penting adalah biaya

yang terjangkau, pada pelayanan pasien pada posyandu lansia ini gratis tidak

dikenakan biaya sehingga diharapkan banyak pasien yang akan datang.

B. Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi para lanjut
usia di Desa Gedangan, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo, Bulan
Juni Tahun 2019

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitiaan menggunakan metode analitik observasional. Rancangan


penelitian menggunakan rancangan case control menganalisis hubungan dua
variabel yang diteliti tanpa memberi perlakuan (eksperimen) pada sampel
(Sastroasmoro, 2011).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi
Penelitian dilakukan di Desa Gedangan, Kecamatan Gedangan,

Kabupaten Sidoarjo.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Juni 2019

Tabel 4.1 Lokasi dan waktu penelitian

Minggu
No. Kegiatan I II

1. Pengumpulan data puskesmas


2 Perumuskan masalah
3 Penyusunan proposal
4 Penyusunan kuesioner
5 Konsultasi
6 Pembagian kuesioner
7 Pengolahan data
8 Penarikan kesimpulan
C. Populasi dan Sample

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta lansia bulan Juni 2019 di

Desa Gedangan, Kecamatan Gedangan sebanyak 1054 Lansia.


2. Sampel
a. Besar sampel
Dari seluruh lansia di Desa Gedangan Kabupaten Sidoarjo saat penelitian

dilakukan yang sesuai dengan kriteria inklusi.


Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan

Lemeshowb dkk, 1997 dalam Dahlan, 2009 berikut:


n = zα² PQ


= 1,96² x 0,17x 0,83

0,1²
= 0,542049

0,01

= 54.2 (dibulatkan menjadi 54)

Keterangan :
n = besar sampel
Zα = 1,96 (α = 0,5)
P = persentase dari data empiris di Desa Gedangan, Kecamatan
Gedangan, Kabupaten Sidoarjo
d2 = distance
Q = 1- P
D. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel menggunakan dengan metode simple random

sampling. Sampel diambil dari semua subjek yang memenuhi ciri sesuai

dengan kriteria inklusi serta eksklusi, yaitu peserta Lansia dengan hipertensi
di Desa Gedangan Kabupaten Sidoarjo, pada bulan Juni 2019. Dengan

kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:


1. Kriteria inklusi:
a. Peserta Lansia dengan hipertensi berobat di Puskesmas

Gedangan
b. Peserta Lansia yang tinggal di Desa Gedangan
c. Peserta Lansia bersedia menjadi responden penelitian
d. Pernah mendapat pengobatan hipertensi di Puskesmas

Gedangan
2. Kriteria eksklusi:
a. Tidak bersikap kooperatif selama pengambilan data
b. Bukan merupakan peserta yang tinggal di Desa Gedangan

E. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri,

sifat, dan ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian

tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2008). Variabel

dalam penelitian ini terdiri dari variable bebas (independent) dan variable

terikat (dependent) antara lain:


a. Variabel bebas (independent variable) adalah aktivitas fisik.
b. Variabel terikat (dependent variable) adalah kejadian hipertensi

pada lansia.
F. Definisi operasional
Tabel 4.1Tabel Variabel dan Definisi Operasional

Cara Alat Hasil


No. Variabel Definisi Operasional Skala
Ukur Ukur Ukur

1 Aktifitas Melakukan olah raga Wawa kuisioner 1.olahraga Nom


fisik ataupun aktivitas fisik lain ncara inal
Olah raga: Aktivitas 2.tidak
fisik lain: olahraga
- Frekuensi
-jalan-jalan
- Lama
-bersepeda

-bertani, dan
lain-lain.

2 Hipertensi Bila dalam KMS tertulis Studi Catatan 1. Nom


TD ≥140/90 mmHg dokum Lapangan Hipertensi inal
en
2.Tidak
Hipertensi

G. Prosedur penelitian

1. Alur prosedur penelitian

Penentuan populasi dan besar sampel dari data


sekunder

Penjaringan sampel yang sudah ditetapkan dengan


simple random sampling
Penjelasan prosedur penelitian pada sampel

Penandatanganan informed consent pada lansia

Wawancara kepada lansia

Pengukuran aktivitas fisik pada lansia


Pengolahan dan analisis data

Gambar 4.1 Alur penelitian

2. Kualifikasi dan jumlah petugas


Setelah menyetujui informed consent, sampel telah memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi akan diwawancara oleh peneliti. Peneliti

berjumlah empat orang.


3. Bahan dan alat penelitian
a. Bahan
Data primer dikumpulkan dengan menggunakan alat

spigmomanometer dan kuesioner. Sedangkan data sekunder

dikumpulkan dengan menggunakan rekam medis.


b. Alat penelitian
Alat tulis, buku tulis, spigmomanometer, kuesioner.

H. Analisis data

1. Analisa bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan hipertensi

dengan aktifitas fisik pada lansia di desa Gedangan menggunakan uji

Chi-square test (x).


Rumus Chi-square :

χ2 =

Keterangan :
X2 = Chi Square
Fo = Frekuensi yang diobservasi
Fh = Frekuensi harapan
Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variable

independen dengan dependen. Keputusan dari pengujian Chi Square:


a. Jika ρ value ≤ α (0,05), Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti

hubungan antara variable independen dengan variable dependen.


b. Jika ρ value ≥ α (0,05), H o diterima dan Ha ditolak yang berarti

tidak ada hubungan antara variable independen dengan variable

dependen.

Lampiran 1: Pengantar Kuesioner


PENGANTAR KUESIONER
Judul Penelitian :Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hiprtensi
Pada Lansiadi Desa Gedangan Kabupaten Sidoarjo Tahun
2019
Peneliti : 1. Heni Purwanti ( 16710372 )
2. Nalce Duparlira ( 17710007 )
3. Anak Agung Gde Rama Kaesara ( 17710045 )
4. Mega Fitrian Dewi ( 17710103 )

Pembimbing : H. Prof. Didik Sarudji, M.Sc


Bapak/Ibu yang terhormat,
Kami adalah dokter muda kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Untuk menyelesaikan
tugas, saya bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan
Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansiadi Desa Gedangan
Kabupaten Sidoarjo Tahun 2019.”
Kami berkeyakinan bahwa penelitian ini memiliki manfaat yang sangat
berguna untuk meningkatkan pengetahuan mengenai aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi . Oleh sebab itu saya berharap ketersediaan Bapak/Ibu untuk
menjadi responden dalam penelitian ini. Apabila para Bapak/ibu sekalian bersedia
Kami mohon kesediannya untuk menandatangani persetujuan menjadi subyek
penelitian.
Atas perhatian dan kerjasama, kami ucapkan terima kasih.

Sidoarjo, Juni 2019


Mengetahui
Pembimbing Peneliti

(H. Prof. Didik Sarudji, M.Sc)


Lampiran 2: Informed Consent
INFORMASI UNTUK RESPONDEN

Saya bermaksud mengadakan penelitian mengenai “Hubungan Aktivitas


Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansiadi Desa Gedangan Kabupaten
Sidoarjo Tahun 2019”. Dengan penelitian ini diharapkan akan diketahui apakah
ada hubungan antara aktivitas fisik lingkungan rumah dengan kejadian hipertensi
pada lansia di desa Gedangan Sidoarjo
Keikutsertaan Anda dalam penelitian ini adalah secara sukarela dan
menguntungkan semua pihak baik responden, peneliti, pelayan kesehatan dan
masyarakat luas. Setelah anda setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan
menandatangani surat persetujuan, maka anda akan diwawancarai oleh kami
sebagai peneliti.
Semua data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan dirahasiakan oleh
tim peneliti dan tidak terbuka bagi masyarakat atau pihak lain tanpa persetujuan
para peneliti. Laporan-laporan yang akan dihasilkan dari penelitian ini tidak akan
mencantumkan identitas penderita yang bersangkutan dengan hal yang dilaporkan.

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia menjadi
responden pada penelitian ini
Sidoarjo, ......... Juni 2019

Responden

Tanda tangan : ( )

Peneliti

Nama : ………………………………………………………

Tanda tangan : ( )

Lampiran 3: Kuisioner
KUESIONER
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN HIPRTENSI
PADA LANSIADI DESA GEDANGAN KABUPATEN SIDOARJO TAHUN
2019

Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk pengumpulan data tentang


aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di desa Gedangan
Sidoarjo Atas Partisipasinya kami ucapkan terima kasih.

Petunjuk pengisisan sebagai berikut :

1. Isilah titik-titik di bawah ini sesuai dengan jawaban atau kondisi responden.
2. Isilah pada salah satu kolom di lajur kanan, dengan pilihan “Ya” atau
“Tidak” sesuai keadaan anda.

Nomor Kuisioner :
Tanggal wawancara : ……………….
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Desa :
A. RIWAYAT PENYAKIT DAN KELUARGA

1. Apakah Anda 1. Ya
memiliki riwayat 2. Tidak

penyakit hipertensi?

2. Apakah Anda sedang 1. Ya


2. Tidak
mengkonsumsi obat
anti-hipertensi?

3. Sejak kapan Anda ..............................Tahun/bulan/minggu


didiagnosa

memiliki penyakit
hipertensi?

4. Apakah Anda 1. Ya
memliki riwayat 2. Tidak

penyakit tidak
menular lain selain

hipertensi?

5. Bila ada, sebutkan

6. Apakah di dalam 1. Ya
keluarga Anda 2. Tidak

ada yang menderita


hipertensi?

7. Bila ada, siapa yang


menderita

hipertensi?

8. Apakah di dalam 1. Ya
keluarga Anda 2. Tidak

ada yang memliki


riwayat penyakit

tidak menular lain


selain hipertensi?

9. Bila ada, sebutkan

B. FISIK

Berat Badan (BB) ....................... kg

Tinggi Badan (TB) ........................cm

Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)


C. AKTIVITAS FISIK

1. Apakah menurut anda 1. Ya


2. Tidak
olah raga itu penting?

2. Apakah anda berolahraga? 1. Ya


2. Tidak
3. Jika ya, berapa kali anda Setiap hari
berolahraga dalam
Lebih dari 2x seminggu
seminggu ?
Kurang dari 2x seminggu
4. Jika ya, berapa lama anda >30 menit diberi skor 1
< 30 menit diberi skor 0
berolahraga?

5. Apakah anda sering 1. Ya


melakukan aktivitas fisik
laindi usia anda saat ini ? 2. Tidak
6. Aktivitas fisik apa yang
Bersepeda
sering anda lakukan ?
Bertani

Jalan-jalan

Lain-lain

D. Kuesioner Aktivitas Fisik GPAQ WHO


Pertanyaan Jawaban Skor
Aktivitas saat kerja
1 Apakah pekerjaan anda termasuk
aktivitas berat (menyebabkan Ya 1
peningkatan besar dalam frekuensi
Tidak 2 (ke no 4)
bernapas atau detak jantung) setidaknya
selama 10 menit secara rutin?
2 Dalam seminggu, berapa hari pekerjaan Jumlah hari
tersebut dilakukan?
3 Berapa lama waktu yang anda gunakan
untuk aktivitas tersebut perhari :
Jam Menit
4 Apakah pekerjaan anda termasuk
aktivitas sedang (menyebabkan Ya 1
peningkatan sedikit dalam frekuensi
Tidak 2 jika tidak ke P7
bernapas atau detak jantung) setidaknya
selama 10 menit secara rutin?
5 Dalam seminggu, berapa hari pekerjaan Jumlah hari
tersebut dilakukan?
6 Berapa lama waktu yang anda gunakan
untuk aktivitas tersebut perhari? :
Jam Menit
Perjalanan ke dan dari tempat-tempat
7 Apakah Anda berjalan atau
menggunakan sepeda selama minimal 10 Ya 1
menit secara rutin untuk bepergian ke
Tidak 2 (ke no 10)
suatu tempat?
8 Dalam satu minggu, berapa hari kegiatan Jumlah hari
tersebut dilakukan?
9 Berapa lama waktu yang digunakan
untuk bersepeda atau berjalan kaki :
perharinya? Jam Menit
Aktivitas Rekreasi
10 Apakah Anda melakukan olahraga berat
selama minimal 10 menit secara rutin? Ya 1
Misal : fitness, sepak bola, tinju, basket,
Tidak 2 (ke no 13)
berlari
11 Dalam seminggu, berapa hari Anda Jumlah hari
melakukannya?
12 Berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk olahraga berat perharinya? :
Jam Menit
13 Apakah Anda melakukan olahraga
sedang selama minimal 10 menit secara Ya 1
rutin?
Tidak 2 (ke no 16)
Misal : jalan cepat, berenang, bersepeda,
golf, voli
14 Dalam 1 minggu, berapa hari Anda Jumlah hari
melakukannya?
15 Berapa lama waktu yang Anda butuhkan
untuk olahraga sedang perharinya? :
Jam Menit
Kebiasaan
Pertanyaan berikut adalah tentang duduk atau berbaringdi tempat kerja, di rumah, perjalanan ke
dan dari tempat-tempat, atau dengan teman-teman termasuk waktu yang dihabiskan (duduk dengan
teman-teman, bepergian di dalam mobil, bus, kereta api, membaca, bermain kartu atau menonton
televise) tetapi tidak termasuk waktu yang dihabiskan untuk tidur.
16 Berapa banyak waktu yang Anda
habiskan biasanya duduk-duduk, :
bersantai, bermain, atau berbaring Jam Menit
menonton TV dalam sehari?

Anda mungkin juga menyukai