RESUME
Secara bahasa, akhlak berasal dari kata khuluqun, berarti perangai, tingkah laku.
Secara istilah, akhlak adalah sifat dan watak seseorang yang terpatri di dalam jiwanya dan
tercermin pada tindak-tanduk dan perilakunya, baik sifat yang terpuji (seperti, berlaku jujur)
atau sifat yang tercela (contohnya, berbohong).
Islam sebagai agama sempurna yang Allah ridai, tidak hanya mengajarkan ritual
ibadah saja, tetapi juga menaruh perhatian terhadap akhlak mulia bahkan memerintahkan
umatnya agar berakhlak yang meulia dan meneladani Rasulullah saw. Allah berfirman.
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam
[68]: 4)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21)
Akhlak yang baik dan terpuji adalah akhlak para nabi dan rasul serta akhlak para
sahabat dan ulama-ulama Islam yang wajib kita teladani. Akhlak dan perangai yang terpuji
merupakan pilar yang sangat penting dalam membangun masyarakat yang harmonis, tentram
dan langgeng. Lawan dari akhlak terpuji adalah akhlak tercela seperti berbohong, berkhianat,
merampas hak orang lain, kikir, bersikap kasar dan lain-lain yang tentunya menyebabkan
rusaknya keberlangsungan hidup masyarakat dan keamanan mereka sehingga mereka saling
tidak percaya satu sama lain.
KEDUDUKAN AKHLAK DALAM ISLAM
1. JUJUR
Jujur adalah mengatakan yang benar atau memberitakan tentang sesuatu sesuai
dengan kenyataan. Kejujuran ini mencakup: jujur dalam ucapan, niat, transaksi,
perjanjian dan kondisi.
a. Jujur dalam berbicara dengan sebenar-benarnya dan tidak mengabarkan kecuali
hal tersebut tidak bertentangan dengan kenyataan.
b. Jujur dalam melakukan kehendak, niat dan mengembalikannya pada keikhlasan,
maka tidaklah suatu keinginan seorang muslim tercermin dari perkataan maupun
perbuatan kecuali hanya mengharap rida Allah Swt.
c. Jujur dalam melakukan muamalah, khususnya bertransaksi di antara sesama
manusia seperti transaksi jual-beli, utang dan bisnis. Di dalamnya, tidaklah
berbuat curang dan tidak bersumpah palsu.
d. Jujur dalam perjanjian, karena tidaklah suatu janji dibuat melainkan untuk
ditepati. Jika tidak ditunaikan, maka hal ini dapat membahayakan para pelakunya
hingga terjerumus sebagai orang yang memiliki tanda-tanda nifak.
e. Jujur dalam suatu hal, situasi dan kondisi. Tidak menyembunyikan suatu perkara
dan tidak mengaku-aku atas apa yang tidak dikerjakannya.
Dalam Islam sendiri, kejujuran adalah perangai yang sangat terpuji yang akan
mengantar kepada kebajikan lainnya dan akan mengantarkan pelakunya sampai ke
surga, sebagaimana telah disebutkanٍ dalamٍ firmanٍ Allahٍ Ta’alaٍ QS.ٍ Taubah: 119,
HR. Bukhari, No. 5219 dan HR. Muslim No. 2130.
َّ يَا أَيُّ َها الَّذِينٍَ آ َمنُوٍاآ اتَّقُوٍاآ ّللاٍَ َو ُكونُوٍاآ َم ٍَع ال
-١١٩- ٍَصا ِدقِين
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan
bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.”ٍ(At-Taubah: 119).
Ciri dan ganjaran dari akhlak jujur ini tercermin dalam firmanٍ Allahٍ Ta’ala
QS. Ahzab: 23-24.
2. MALU
Malu adalah sebuah perangai yang mengajak untuk meninggalkan maksiat dan
segala sesuatu yang buruk. Malu juga merupakan perangai yang mengajak untuk
menunaikan hak-hak Allah Swt dan hak-hak manusia dengan sebaik-baiknya. Itulah
al-haya’ (malu yang terpuji) berbeda dengan al-khajal yang berarti segan untuk
melakukan hal-hal yang positif dan bermanfaat, seperti segan untuk melakukan amar
makruf nahi munkar dan segan untuk bertanya tentang ilmu.
Dalam Islam, kedudukan al-haya’ atau malu yang terpuji ini merupakan
sebagian daripada iman. Ciri bagi para pelakunya adalah meninggalkan maksiat dan
segala sesuatu yang buruk. Cerminan al-haya’ dapat kita temukan pada para nabi,
seperti Nabi Musa a.s. dan Nabi Muhammad saw.
3. AMANAH
Amanah adalah melaksanakan yang dititipkan kepadanya baik berhubungan
dengan hak-hak Allah atau hak-hak manusia. Lawan dari pada amanah adalah
khianat.
Dalam Islam, amanah merupakan sebagian daripada kesempurnaan iman.
Tidaklah sempurna iman seseorang, melainkan amanah datang padanya dan ia dapat
menunaikannya. Perintah Allah Swt dalam firman-Nya QS. An-Nisa: 58.
ٍاس أَن ت َ آح ُك ُموٍاآ ِب آال َع آد ِل ٍِ ّللاَ َيأ آ ُم ُر ُك آٍم أَن تُؤدُّوٍاآ األ َ َمانَا
ٍ ِ َّت ِإلَى أ َ آه ِل َها َو ِإذَا َح َك آمتُم َبآٍينٍَ الن ٍ نٍَّ ِإ
-٥٨- ٍصيرا ِ س ِميعاٍ َب َ ٍَّللاَ َكان
ٍ ن ُ ّللا نِ ِع َّما َي ِع
ٍَّ ظ ُكم ِب ٍِه ِإ ٍَ ن ٍَّ ِإ
4. KASIH SAYANG
Kasih sayang atau rahmah adalah kelembutan hati dan perasaan yang
berkonsekuensi memaafkan dan berbuat baik kepada yang lain.
Rasa kasih sayang dalam Islam, berkedudukan sebagaimana disebutkan dalam
hadits/surat berikut.
- HR. Bukhari, No. 7376. Muslim, No. 2319.
- HR. Abu Daud, No. 4942. Tirmidzi, No. 1924.
- HR. Abu Daud, No. 4941. Tirmidzi, No. 1935.
- QS. Al-Anbiya’:ٍ107.
- QS. Al-Fath: 29.
Rasa kasih sayang ini harus diterapkan kepada orang tua, anak-anak, istri,
kerabat, anak-anak yatim, orang miskin, lemah, sakit, manula, pembantu dan orang-
orang lemah lainnya. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Israa’:ٍ23-24. Ar-Rum:
21. HR. Bukhari, No. 30. Muslim, No. 1661. HR. Bukhari, No. 2363. Muslim, No.
2244. Manfaat dari rasa kasih sayang disebutkan dalam HR. Muslim, No. 2865.
ك آال ِكبَ ٍَر أ َ َحد ُ ُه َما أ َ آٍو ِكلَ ُه َما ٍَّ ساناٍ ِإ َّما يَ آبلُغ
ٍَ ََن ِعند ٍِ لَّ ِإيَّا ٍهُ َوبِ آال َوا ِلدَي
َ آن ِإ آح ٍ َُّك أ
ٍ لَّ تَ آعبُدُوٍاآ ِإ َ ََوق
ٍَ ضى َرب
ٍِ ُّح الذ
ٍَل ِمن ٍَ ض لَ ُه َما َجنَا َو آ-٢٣- ٍلَ تَ آن َه آر ُه َما َوقُل لَّ ُه َما قَ آولٍ َك ِريما
ٍاخ ِف آ ٍ لَ تَقُل لَّ ُه َما أُفٍ َو
ٍ َف
َ ار َح آم ُه َما َك َما َربَّيَانِي
-٢٤- ٍص ِغيرا ب آٍِ الر آح َم ٍِة َوقُل َّر
َّ
“Dan Tuhan-mu telah Memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan
yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang
dan ucapkanlah, “Wahai Tuhan-ku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Al-Israa’:ٍ23-24)
5. SABAR
Sabar adalah menahan diri untuk tidak melakukan apa yang dilarang agama
dan akal. Sabar adalah sifat para nabi dan rasul.
Kedudukan dalam Islam, sebagaimana disebutkan dalam QS. Furqon: 75. Ar-
Ra’d:ٍ23-24. Az-Zumr: 10. HR. Muslim, No. 2999.
Contoh sabar yang utama telah diterapkan ketika Nabi dan Sahabat Nabi
berjuang di jalan Allah, berdakwah menyebarkan Islam.
6. ‘IFFAH
‘Iffah dalam bahasa Arab berarti menjaga kehormatan dan harga diri dengan
cara menahan diri dari perbuatan-perbuatan haram dan yang tidak pantas dilakukan.
Kedudukannya dalam Islam, telah disebutkan dalam QS. Thaha: 131. Al-
Baqarah: 273. An-Nur: 33.
ٍآك ِإلَى َما َمت َّ آعنَا ِب ٍِه أ َ آز َواجاٍ ِم آن ُه آٍم زَ آه َر ٍة َ آال َح َيا ٍِة الدُّن َيا ِلنَ آف ِتنَ ُه آٍم ِفي ٍِه َو ِر آز ُق
ٍَ ع آينَي ٍ َ َو
ٍَّ ل تَ ُمد
َ َّن
-١٣١- ك َخيآرٍ َوأ َ آبقَى
ٍَ َر ِب
“Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang
telah Kami Berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga
kehidupan dunia, agar Kami Uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhan-mu
lebih baik dan lebih kekal.” (Thaha: 131)
1. ‘Iffah dalam menjaga kemaluan, dengan menjauhi zina dan segala hal yang
mendekatkan diri kepada perzinaan seperti mengumbar pandangan kepada yang
tidak boleh dilihat, berpacaran, tidak mengenakan jilbab dan lain-lain.
2. ‘Iffah lisan dengan menahan diri dari kata-kata yang jorok. Sebagaimana
disebutkan dalam Hadits Riwayat / No.: Ahmad, 3839. Tirmidzi, 1987 dan 2619.
Bukhari, 312.
3. ‘Iffah dari meminta-minta kepada makhluk. Disebutkan dalam HR. Bukhari, No.
1470, 1480, 2047. Muslim, No. 1041.
Manfaatٍ‘iffah.
Nabiٍ yangٍ terkenalٍ denganٍ ‘iffahnyaٍ dalahٍ nabiٍ Yusufٍ a.s.ٍ orangٍ yangٍ
menjagaٍ‘iffahnyaٍdiٍdalamٍbahasaٍArabٍdisebutٍ‘afiif.
7. BERANI
Keberanian berarti tidak gentar dalam menghadapi bahaya, kesulitan dan lain
sebagainya dalam merealisasikan hal-hal yang terpuji seperti membela agama,
mendirikan hak dan keadilan serta melawan kebatilan dan kejahatan.
Dan harus dibedakan antara keberanian dengan nekat, karena keberanian itu
dengan persiapan yang matang dan memperhitungkan akibat, adapun nekat itu tanpa
persiapan dan tanpa memperhitungkan akibat sama sekali.
Sikap berani ini sangat dibutuhkan dalam jihad dan berdakwah sebagaimana
dicontohkan nabi a.s. dan para sahabatnya. Lihat QS. At-Taubah: 111. HR. Bukhari,
No. 2790, 2795, 1877.
ٍَّللا فَ َي آقتُلُون
ٍِ ل ٍَ ن لَ ُه ٍُم ال َجنَّةٍَ يُقَا ِتلُونٍَ ِفي
ٍِ س ِبي َ ُّللاَ ا آشت َ َرى ِمنٍَ آال ُمؤآ ِم ِنينٍَ أَنف
ٍَّ َ س ُه آٍم َوأ َ آم َوا َل ُهم ِبأ ٍ ن ٍَّ ِإ
ٍِ ٍَن أ َ آوفَى ِب َع آه ِد ٍِه ِمن
ّللا فَا آست َ آبش ُِروٍاآ ٍِ ل َو آالقُ آر
ٍآن َو َم آ ٍِ نجي َ ٍَويُ آقتَلُونٍَ َوعآدا
ِ ع َل آي ٍِه َحقاٍ فِي الت َّ آو َرا ٍِة َو
ِ اْل
-١١١- ك ُه ٍَو آالفَ آو ٍُز آال َع ِظي ٍُم
ٍَ ِب َب آي ِع ُك ٍُم الَّذِي َبا َي آعتُم ِب ٍِه َوذَ ِل
Manfaat dari sikap berani bisa kita lihat dalam hadits riwayat Bukhari, No.
2908, 6369, 6370, 6369, 4317 dan HR. Muslim No. 2307, 1776.