GASTRITIS
3. ILEUS PARALITIK
An. AFAI / Lk/ 5 bulan/ BB 7 kg PB 65 cm/Status Gizi : Gizi baik
Keluhan utama : perut kembung
Keluhan tambahan : demam
Riwayat perjalanan penyakit :
Sejak sekitar 10 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita mengalami demam dan
dirawat inap di RS swasta dengan diagnosis DBD. Pederita dirawat selama sekitar 10
hari, namun masih terdapat demam. Sejak sekitar 4 hari sebelum masuk rumah sakit,
penderita tampak kembung, dan terdapat keluhan BAB cair, frekuensi lebih dari 10x/hari,
cair > ampas, lendir (+) darah (-). Penderita masih mengalami demam yang tinggi,
demam berlangsung terus menerus, hanya turun ketika setelah minum obat penurun
panas. Tidak terdapat keluhan muntah. Penderita masih mau menyusu. BAK banyak.
Karena tampak semakin kembung, penderita kemudian dilakukan pemeriksaan BNO 2
posisi dengan kesan suspek ileus letak tinggi suspek peritonitis. Penderita kemudian
dirujuk ke IRD RSMH.
Pemeriksaan fisis :
Kondisi umum : compos mentis, tanda vital Nadi 150x/menit (isi dan tegangan cukup)
RR 44x/menit Temp 41,1 C(aksilla). Kondisi spesifik kepala: napas cuping hidung (+),
mata cekung (-), air mata (+), conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), bibir tampak
kering (-), pembesaran KGB colli (-). Thorax simetris retraksi (-). Pulmo vesikuler
normal ronkhi (-/-) wheezing (-/-). Cor Bunyi jantung I dan II normal murmur (-) gallop
(-) Abdomen : Cembung, tegang, bising usus (+) menurun, hepar dan lien sulit dinilai,
cubitan kulit perut kembali cepat, Ekstremitas akral hangat CRT < 3 detik.
Diagnosis awal : Meteorismus ec suspek Ileus paralitik + susp Asidosis metabolik
kompensasi respiratorik
Pemeriksaan penunjang : Hb 8,5 g/dL, Leukosit 28.200/mm3, Trombosit 277.000/mm3,
LED 100 mm/jam Ht 28%, DC 0/0/73/13/14, Albumin 2,6 Na 139 meq/L, K 3.0 meq/L
Cl 110 mmol/L CRP 295
AGD : pH 7,189 pCO2 56,2 pO2 116,9 Lactat 1 HCO3 22.0
Follow up : Selama perawatan, penderita direhdrasi dan dilakukan USG dengan hasil
suspek Ileus paralitik. Penderita mendapat terapi injeksi ceftriaxone 1 x 600 mg,
Metronidazole 3 x 100 mg dan Paracetamol 3 x 100 mg. Dilakukan dekompresi atas
dengan pemasangan selang NGT dan dekompresi bawah dengan pemasangan rectal tube.
Tidak lama setelah dipasang dekompresi, distensi perut tampak berkurang. Pada
pemantauan, tiga jam kemudian penderita mengalami perburukan, tampak semakin sesak
dan terdapat ancaman terjadi gagal napas. Penderita kemudian dilakukan intubasi
endotrakeal dan pindah rawat ke ruang PICU.
Diagnosis akhir : meteorismus ec ileus paralitik + distress napas berat ec asidosis