Anda di halaman 1dari 5

Keterangan Saksi Ahli

Pengertian ahli (saksi ahli)

Keterangan ahli (expertise) ialah keterangan pihak ketiga yang obyektif dan bertujuan untuk
membantu Hakim dalam pemeriksaan guna menambah pengetahuan Hakim sendiri, Keterangan
ahli juga sering disebut saksi ahli, diatur dalam pasal 154 HIR, pasal 181 RBg, pasal 215 Rv.
Undang undang tidak memberian ketentuan siapakah yang dianggap sebagai ahli, dengan
demikian maka tentang ahli dan tidaknya seseorang ditentukan oleh Pengetahuan atau keahlian
yang khusus, melainkan ditentukan oleh pengangkatanya oleh Hakim berdasarkan
pertimbanganya.

Hakim dapat mengangkat seorang ahli secara ahli ex officio (pasal 222 Rv), Hakim
menggunakan keterangan ahli dengan maksud agar hakim memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam tentang sesuatu yang hanya dimiliki oleh seorang ahli tertentu, misalnya tentang hal-
hal yang bersifat teknis, kebiasaan tertentu, misalnya kedokteran dan sebagainya, Hakim juga
boleh menggunakan keterangan ahli mengenai hukum sekalipun yang berlaku dalam masyarakat,
waktu, atau bidang tertentu, menggunakan keterangan ahli bertujuan untuk memperoleh
kebenaran dan keadilan pada masalah yang bersangkutan.

Syarat-syarat saksi ahli.

Undang undang tidak memberikan ketentuan tentang syarat syarat saksi ahli. Pasal 154 ayat (3)
HIR, pasal 181 ayat (4) RBg, pasal 218 Rv hanya menetapkan bahwa orang yang tidak boleh
didengar sebagai saksi juga tidak boleh didengar sebagai ahli, Namun dengan demikian yang
pasti ialah bahwa saksi ahlipun harus memberikan keterangan secara jujur dan obyektif serta
tidak memihak.

Atas dasar hal diatas maka sudah seharusnya apabila syarat syarat sebagai saksi ahli sama
dengan syarat-syarat sebagai saksi meskipun dengan perbedaan-perbedaan tertentu., Perbedaan
antara saksi dengan saksi ahli ialah :

1. Kedudukan seorang ahli dapat diganti dengan ahli yang lain untuk memberikan
pendapatnya, misalnya seorang ahli kebidanan A yang diminta datang di persidangan
berhalangan untuk datang, maka kedudukanya dapat diganti oleh ahli kebidanan B.
sedang pada saksi umum berbeda, karena saksi tidak boleh diganti dengan saksi lain,
kecuali oleh orang yang juga sama-sama melihat, mendengar dan
mengalami/menyaksikan peristiwa yang akan dibuktikan itu.
2. Pada saksi ahli tidak mengenal asas unus tesis nulus testis, tetapi satu saksi ahli saja
sudah cukup untuk didengar mengenai suatu masalah tertentu, sedang pada saksi
diisyaratkan sekurang-kurangnya dua orang, atau saksi ditambah alat bukti lain.
3. Seorang ahli pada umumnya mempunyai keahlian tertentu, yang berhubungan dengan
peristiwa yang dipersengketakan, sedang saksi untuk peristiwa yang bersangkutan tidak
diperlukan mempunyai keahlian
4. Obyek keterangan ahli berbeda dengan saksi, Saksi ahli memberikan pendapat atau
kesimpulanya tentang suatu peristiwa atau masalah yang disengketakan selama terjadinya
proses peradilan. Sedang saksi member keterangan apa yang dilihat, didengar dan dialami
pada waktu peristiwa itu terjadi, sebelum proses di pengadilan.
5. Keterangan ahli tidak membuktikan kebenaran terjadinya suatu peristiwa atau hak yang
disengketakan, melainkan untuk menjelaskan suatu hal yang berhubungan dengan
peristiwa atau hak yang dibuktikan dengan alat bukti lain. (saksi dan sebagainya) sedang
keterangan saksi dimaksudkan untuk membuktikan kebenaran terjadinya suatu
peristiwa/hak yang disengketakan itu sendiri.
6. Keterangan ahli lebih berkaitan dengan hukum materiil, yang berkenaan dengan peristiwa
yang disengketakan. Sedang keterangan saksi berkaitan dengan hukum formil, yaitu
hukum pembuktian.
7. Saksi ahli tidak wajib hadir dalam sidang, ia dapat memberikan keterangan tertulis dalam
jabatanya, Sedang saksi harus hadir didepan sidang.
8. Saksi ahli dapat memberikan keterangan secara lisan didepan sidang atau keterangan
tertulis saja tanpa hadir di depan sidang. Sedang saksi harus memberikan keterangan lisan
didepan sidang. Keterangan saksi ditulis merupakan alat bukti tertulis.
9. Hakim bebas untuk mendengar atau tidak keterangan ahli. Sedang pada keterangan saksi,
Hakim terikat untuk mendengar keteranan saksi, sehingga keterangan saksi harus
dipertimbangkan oleh Hakim dalam putusanya.
Tata cara pemeriksaan saksi ahli

Inisiatif untuk menghadirkan saksi ahli dapat diusulkan oleh pihak yang berkepentingan
atau atas perintah Hakim karena jabatanya, Hakimlah yang berwenang
mempertimbangkan dan menetapkan perlu tidaknya menghadirkan saksi ahli. Perintah
menghadirkan saksi ahli itu dicatat dalam Berita Acara Persidangan. Saksi ahli ditunjuk
oleh Hakim atau oleh pihak yang berkepentingan dengan persetujuan Hakim.
Apabila saksi ahli yang ditunjuk berhalangan hadir untuk memberikan pendapatnya
karena sebab apa pun dapatditunjuk saksi ahli yang lain sebagai gantinya. Hakim
menentukan hari sidangnya untuk mendengarkan keterangan ahli. Saksi ahli yang
ditunjuk dapat dihadirkan oleh pihak yang berkepentingan atau dipanggil secara resmi
oleh jurusita/jurusita pengganti atas perintah Hakim yang dicatat dalam BAP, supaya
hadir dalam sidang yang telah ditetapkan itu, dalam sidang yang ditetapkan tersebut,
saksi ahli menghadiri sidang dan memberikan keterangan baik secara lisan maupun
tertulis, sebelum memberikan keterangan, saksi ahli harus disumpah terlebih dahulu
bahwa ia akan memberikan pendapat tentang soal-soal yang dikemukakan menurut
pengetahuan atau keahliannya dengan sebaik-baiknya, apabila saksi ahli itu seorang
pejabat dan telah disumpah pada waktu menjabat misal : dokter, ppat, notaris, dll yang
telah disumpah jabatan, maka tidak perlu disumpah lagi, karena keterangan yang
diberikan adalah dengan mengingat sumpah jabatan.
Saksi ahli boleh memberikan keterangan secara tertulis tanpa harus hadir dalam sidang,
kekuatan pembuktian keterangan ahli adalah bebas. Hakim tidak wajib mengikuti
pendapat ahli tersebut dan Hakim bebas untuk menilai pendapat ahli itu. Hakim tidak
terikat pada keterangan ahli dan hakim boleh berpendapat lain daripada keterangan ahli,
jika bertentangan dengan keyakinanya. Apabila Hakim mengikuti pendapat ahli tersebut
maka Hakim harus yakin bahwa hal tersebut adalah benar dan sesuai dengan
keyakinanya, dalam hal ini maka didalam pertimbangan hukumnya (didalam putusanya)
Hakim harus mencantumkan bahwa “ Pendapat ahli itu dijadikan pendapat Hakim “
sehingga dapat dijadikan dasar dalam memutus perkara, dalam hal Hakim akan
mengambil pendapat dari seorang ahli (Sarjana, cendekiawan, ulama’, fuqaha’, dan
sebagainya) yang telah ditulis dalam buku, maka Hakim dapat memasukkanya dalam
pertimbangan hukum pada putusanya, misalnya :
Menimbang, bahwa menurut pendapat … dalam Buku /kitab … halaman … yang
berbunyi … dan Hakim dapat menerima pendapat tersebut, dan oleh karenanya pendapat
tersebut dijadikan pendapat Hakim dalam mempertimbangkan perkara ini.

Alat Bukti Pembukuan

Pasal 167 HIR, pasal 296 R.Bg menyatakan bahwa Hakim bebas memberikan
kekuatan pembuktian untuk keuntungan seseorang kepada pembukuanya yang dalam hal
khusus dipandang patut. Ketentuan ini menyimpang dari prinsip bahwa tulisan seseorang
tidak dapat memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri. Dalam pasal ini dikatakan
bahwa Hakim boleh (bebas) untuk menerima dan memberi kekuatan bukti yang
menguntungkan bagi si pembuat suatu pembukuan. Contoh :

Seorang penggugat menggugat kepada tergugat untuk melunasi hutangnya, kemudian


tergugat menyatakan bahwa hutangnya sudah lunas, lalu penggugat menunjukan
pembukuan debit-kredit terhadap tergugat dimana ada pengeluaran pinjaman

dalam hal diatas Hakim dapat menerima pembukuan itu sebagai bukti yang
menguntungkan penggugat, alat bukti pembukuan ini dalam bidang keperdataan dan
hukum dagang.
Pengetahuan Hakim

Pasal 178 HIR (1) mewajibkan hakim karena jabatanya waktu bermusyawarah
mencukupkan segala alasan hukum, yang tidak dikemukakan oleh kedua belah pihak,
Hakim sebagai organ pengadilan dianggap mengetahui hukum, pencari keadilan datang
padanya untuk memohon keadilan, apabila hakim tidak mendapatkan hukum yang
tertulis, ia wajib menggali hukum tidak tertulis untuk memutus berdasarkan hukum
sebagai orang yang bijaksana dan bertanggungjawab penuh kepada Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, masyarakat Bangsa dan Negara.
Pengetahuan Hakim dibidang hukum dan keadilan itulah yang dicari para keadilan,
selain hal tersebut, pengetahuan hakim mengenai faktadan peristiwa dalam kasus yang
dihadapinya merupakan dasar untuk menjatuhkan putusan dengan menerapkan hukum
yang ia kethaui itu, pengetahuan Hakim yang diperoleh dalam persidangan, yakni apa
yang dilihat,didengar dan disaksikan oleh Hakim dalam persidangan merupakan bukti
bagi peristtiwa yang disengketakan. Misal : sikap perilaku, emosional dan tidanakan para
pihak serta pernyataanya didalam sidang akan menjadi bukti bagi hakim dalam memutus
perkara. Tetapu pengetahuan Hakim mengenai parapihak yang diperoleh diluar
persidangan tidak dapat dijadikan bukti dalam memutus perkara.

Anda mungkin juga menyukai