Anda di halaman 1dari 16

Pengertian

Secara bahasa, zakat berarti tumbuh (numuww) dan bertambah


(Ziyadah). Jika diucapkan, zaka al-zar’, adalah tanaman tumbuh dan
bertambah jika diberkati.1 Kata ini juga sering dikemukakan untuk makna
thaharah (suci) Allah SWT. berfirman:

َْ َ‫قَدْْاَفل‬
‫حْ َمنْْزَ َّك َها‬
Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu.” (QS.
Asy Syams [91]: 9).

Sedangkan arti zakat menurut istilah syari’at Islam ialah sebagian harta
benda yang wajib diberikan orang-orang yang tertentu dengan beberapa
syarat, atau kadar harta tertentu yang diberikan kepada orang-orang yang
berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu pula.2
Adapun tentang zakat telah dijelaskan dalam al-Qur’an firman Allah
dalam QS. At- Taubah yang artinya “Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka .”
Maksud dari ayat diatas adalah dengan zakat itu mereka menjadi bersih dari
kekikiran dan dari berlebih-lebihan dalam mencintai harta benda atau zakat itu
akan menyucikan orang yang mengeluarkannya dan akan menumbuhkan
pahalanya.
Adapun dalam hadits diantaranya adalah:

ْ‫ى ْهللاْ َعنهُْ ِإ َلى‬ َ ‫ض‬ َ ‫سلَّ َم ْا َ َّماْ َب َعاْذَابنَ ْ َج َب ٍل‬


ِ ‫ْر‬ َ ‫صلَّىْهللاُ ْ َعلَي ِه‬
َ ‫ْو‬ َ ْ‫ى‬ َّ ‫ِإ َّن ْالنَّ ِب‬
ُْ‫ش َهادَ ِةأَنْالَ ِإلَهَْ ِإالَّهللا‬
َ ْ‫ع ُهم ْأِلَى‬ ُ ‫ب ْفَاد‬ٍ ‫ْ ِإنَّ َك ْتَأ ِْْتىْقَو ًمااَه َل ْ ِكتَا‬:‫ال َي َم ِن ْقَاْ َل‬
ْ‫عوا ِلذَ ْ ِل َك ْفَا َع ِلم ُهم ْأَنَ ْهللاَ ْ َعزَ َو َج َّل‬ ُ ‫طا‬ َ َ ‫ ْفَإِن ْهُم ْا‬.ْ ِ‫سو ُل ْهللا‬ ُ ‫ْر‬َ ‫َوأَنِى‬
ْ‫عوا ِلذَ ْ ِل َك‬ ُْ ‫طا‬ َ َ ‫ ْفَإِن ْ ُهم ْأ‬.ْ ‫ْولَيلَ ٍة‬
َ ‫ت ْفِى ْيَو ٍم‬ ٍ ‫صلَ َوا‬
َ ْ‫س‬ َ ‫ض ْ َعلَي ِهم ْخَم‬ َ ‫اِفت َ َر‬
ْ‫ْمن ْأَغنِيَا‬ ِ ُ‫صدَْقَةًْفِىْأَم َوا ِل ِهمْتَؤ ْ َخذ‬ َ ْ‫ْض ْ َعلَي ِهم‬ َ ‫تضر‬ َ ‫فَاع ِلم ُهمْا َ َّنْهللاَْاِف‬
ْ‫ق‬ َ ‫ْو َك َراْىِ َمْأَم َوا ِل ِهم‬
ِ َ ‫ْوات‬,ْ َ ‫عواْ ِلذَْ ِل َك‬
ُ ‫طا‬َ َ ‫ْفَإِنْهُمْأ‬,ْ‫ْوت ُ َردُّْ ِإلَىْفُقَ َراْىِ ِهم‬ َ ‫ىِ ِهم‬

1
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1997), h.82
2
Moh. Rowi Latief & A. Shomad Robith, Tuntunan Zakat Praktis, (Surabaya: Indah,
1987), h.13

1
ْ‫ْب ْ ْ(رواه ْالجاعه ْابن‬
ٌ ‫ْح َجا‬
ِ ِ‫ْوبَينَ ْهللا‬ َ ‫دَع َوة َْال َمظلُو ِم ْفَإِنَ ْهُ ْلَي‬
َ ‫س ْبَينَ َها‬
ْ)‫عباس‬
Artinya: “Rasulullah sewaktu mengutus Sahabat Mu’adz bin Jabal ke negeri
Yaman (yang telah ditaklukkan oleh umat Islam) bersabda: Engkau
datang kepada kaum ahli kitab ajaklah mereka kepada syahadat,
bersaksi, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan
sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka
telah taat untuk itu, beritahulah kepada mereka bahwa Allah
mewajibkan mereka melakukan sholat lima waktu dalam sehari
semalam. Jika mereka telah taat untuk itu, beritahukanlah kepada
mereka, bahwa Allah mewajibkan mereka menzakati kekayaan
mereka. Yang zakat itu diambil dari yang kaya dan dibagi-bagikan
kepada yang fakir-fakir. Jika mereka telah taat untuk itu, maka hati-
hatilah (janganlah) yang mengambil yang baik-baik saja (bila
kekayaan itu bernilai tinggi, sedang dan rendah, maka zakatnya
harus meliputi nilai-nilai itu) hindari do’anya orang yang madhlum
(teraniaya) karena diantara do’a itu dengan Allah tidak terdinding
(pasti dikabulkan).”3

Dalam pengertian istilah syara’, zakat mempunyai banyak pemahaman,


diantaranya:
1. Menurut Yusuf al-Qardhawi, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan oleh Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak.
2. Abdurrahman al-Jaziri berpendapat bahwa zakat adalah penyerahan
pemilikan tertentu kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-
syarat tertentu pula.
3. Muhammad al-Jarjani dalam bukunya al-Ta’rifat mendefinisikan zakat
sebagai suatu kewajiban yang telah ditentukan oleh Allah bagi orang-
orang Islam untuk mengeluarkan sejumlah harta yag dimiliki.
4. Wahbah Zuhaili dalam karyanya al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu
mendefinisikan dari sudut empat mazhab, yaitu:
a. Madzhab Maliki, zakat adalah mengeluarkan sebagian yang tertentu
dari harta yang tertentu pula yang sudah mencapai nishab (batas
jumlah yang mewajibkan zakat) kepada orang yang berhak

3
Syukri Ghozali, dkk, Pedoman Zakat 9 Seri, (Jakarta: Proyeksi Peningkatan Sarana
Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf, 1997), h.107-108

2
menerimanya, manakala kepemilikan itu penuh dan sudah mencapai
haul (setahun) selain barang tambang dan pertanian.
b. Madzhab Hanafi, zakat adalah menjadikan kadar tertentu dari harta
tertentu pula sebagai hak milik, yang sudah ditentukan oleh pembuat
syari’at senata-mata karena Allah SWT.
c. Madzhab Syafei, zakat adalah nama untuk kadar yang dikeluarkan dari
harta atau benda dengan cara-cara tertentu.
d. Madzhab Hambali, memberikan definisi zakat sebagai hak (kadar
tertentu) yang diwajibkan untuk dikeluarkan dari harta tertentu untuk
golongan yang tertentu dalam waktu tertentu pula.
Dari beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa zakat adalah
penyerahan atau penunaian hak yang wajib yang terdapat di dalam harta untuk
diberikan kepada orang-orang yang berhak seperti tertulis dalam Surat at-
Taubah ayat 60 yang artinya “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Rukun dan Syarat


Diantara Rukun pelaksanaan zakat terdiri atas:
1. Niat
2. Tamlik (memindahkan kepemilikan kepada penerimanya)

Rukun zakat adalah mengeluarkan sebagian dari nisab(harta) yang


dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai milik
orang fakir dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan

3
kepada wakilnya yakni imam atau orang yang bertugas untuk memungut
zakat.4
Zakat mempunyai beberapa syarat wajib dan syarat sah. Menurut
jumhur ulama syarat wajib zakat terdiri dari:5
1. Islam
2. Merdeka
3. Baligh dan Berakal
4. Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati
Harta yang memiliki criteria ini ada lima jenis antara lain:
a. Uang, emas, perak baik berbentuk uang logam maupun uang kertas
b. Barang tambang dan barang temuan
c. Barang dagangan
d. Hasil tanaman dan buah-buahan
e. Binatang ternak (menurut jumhur ulama yang merumput sendiri atau
menurut Maliki binatang yang diberi makan)
5. Harta yang dizakati telah mencapai nishab atau senilai dengannya
6. Harta yang dizakati adalah milik penuh
7. Kepemilikan harta telah mencapai haul (setahun)
8. Harta tersebut bukan termasuk harta hasil hutang
9. Harta yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok

Hukum dan Dasar Hukum

1. Hukum
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dijalankan,
dan dinyatakan dalam Al-Qur’an secara bersamaan dengan shalat
sebanyak 82 ayat. Pada masa permulaan Islam di Mekah, kewajiban zakat
ini masih bersifat global dan belum ada ketentuan mengenai jenis dan
kadar (ukuran) harta yang wajib dizakati. Hal itu untuk menumbuhkan

4
Syaikh Muhammad Abdul Malik Ar Rahman, 1001 Masalah Dan Solusinya, (Jakarta:
Pustaka Cerdas Zakat, 2003), h.91
5
Ibid,

4
kepedulian dan kedermawanan umat Islam. Zakat baru benar-benar
diwajibkan pada tahun 2 hijriah, namun ada perbedaan pendapat mengenai
bulannya. Pendapat yang masyhur menurut ahli hadis adalah pada bulan
Syawal tahun tersebut.6

2. Dasar Hukum
Zakat wajib karena kitabullah, sunnah Rasulullah, dan ijma’ para
umat Islam. Adapun dasar kitabullah tentang perintah menunaikan zakat
adalah sebagai berikut,

....‫واقيمواالصالةْواتواالزكوة‬
Artinya:“Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat…” (al-Baqarah:43)
....‫خذمنْاموالهمْصدقةْتطهرهمْوتزكيهمْبهاْوصلْعليهم‬
Artinya: “Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan
menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka…” (at-
Taubah:103)

Adapun dasar sunnah adalah pada sabda Nabi Muhammad SAW,


‫ْرواهْالبخارىْومسلم‬.‫ْوايتاءالزكاة‬....‫بنيْاألسالمْعلىْخمس‬
Artinya: “Islam didirikan di atas lima dasar… menunaikan zakat.”
Nabi Muhammad SAW, mengutus Mu’adz ke Yaman lalu bersabda,
ْ‫اعلمهمْاناهللْقدْافترضْعليهمْصدقتْتؤخذْمنْاغنياْئهمْفتردْعلىْفقر‬
‫ائهم‬
Artinya: “Beritahulah mereka bahwa Allah mewajibkan mereka shadaqah
yang diambil orang-orang kaya mereka, dikembalikan kepada
orang-orang fakir mereka.”

Macam-macam Zakat
Zakat terbagi atas dua tipe yakni:
1. Zakat Fitrah
Adalah zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri
pada bulan Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram
makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.

6
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqh Ibadah.
(Jakarta: Hamzah, 2010), h. 344

5
2. Zakat Maal (Zakat Harta )
Adalah zakat kekayaan yang harus dikeluarkan dalam jangka satu
tahun sekali yang sudah memenuhi nishab mencakup hasil perniagaan,
pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan
perak serta hasil kerja (profesi). Masing-masing tipe memiliki
perhitungannya sendiri-sendiri.

Materi yang dizakatkan, Haul, Nisab, Kadar Wajib


1. Binatang ternak
a. Unta
Dalilnya:
“Tidak ada zakat unta sebelum sampai 5 ekor. Maka apabila
sampai 5 ekor zakatnya 1 ekor kambing, 10 ekor zakatnya, 2 ekor
kambing, 15 ekor zakatnya 3 ekor kambing, 20 ekor zakatnya 4 ekor
kambing. 25 ekor zakatnya seekor anak unta, 36 ekor zakatnya 1 anak
unta yang lebih besar, 46 ekor zakatnya 1 anak unta yang lebih besar,
61 ekor zakatnya 1 anak unta yang lebih besar lagi, 76 ekor zakatnya 2
ekor anak unta, 91 ekor zakatnya 2 ekor anak unta yang lebih besar,
121 ekor zakatnya 3 ekor anak unta, kemudian tiap-tiap 40 ekor
zakatnya 1 ekor anak unta umur 2 tahun lebih dan tiap-tiap 50 ekor
zakatnya seekor anak unta umur 3 tahun.” ( Riwayat Bukhari dari
Annas).
Nisab awal bagi binatang ternak unta adalah 5 ekor. Artinya
unta baru dizakatkan apabila jumlahnya telah mencapai 5 ekor.
Adapun ketentuannya sebagai berikut :7

Jumlah Unta
Dari Hingga Yang Wajib Dizakatkan
1 4 Tidak terkena zakat
5 9 1 ekor kambing
10 14 2 ekor kambing

7
Ibid, 353

6
15 19 3 ekor kambing
20 24 4 ekor kambing
1 ekor bintu makhad (yaitu unta betina yang telah
25 35 sempurna imurnya satu tahun dan memasuki tahun
kedua. Dinamakan demikian karena induknya sudah
hamil lagi).
1 ekor bintu labun (yaitu unta betina yang telah
36 45 sempurna umurnya satu tahun dan memasuki tahun
kedua. Dinamakan demikian karena induknya telah
melahirkan lagi dan memiliki susu)
1 ekor hiqqah (yaitu unta betina yang telah sempurna
46 60 umurnya tiga tahun dan memasuki tahun keempat.
Dinamakan hiqqah karena sudah dibuahi oleh unta
jantan)
1 ekor jadz’ah (yaitu unta betina yang telah sempurna
61 75 umurnya empat tahun dan memasuki tahun kelima)
.76 90 2 ekor bintu labun
91 120 2 ekor hiqqah

Ini adalah jumlah dan kadar yang tercantum dalam di dalam hadits Abu
Bakar dari Rasulullah SAW, dan jumlah-jumlah tersebut tadi sudah
menjadi sebuah ijmak.
Adapun jika jumlah unta melebihi dari 120 ekor , mulai dari 121 dihitung
tiap-tiap 40 ekor unta zakatnya 1 ekor anak unta yang berumur 2 tahun
lebih, dan tiap-tiap 50 ekor unta zakatnya 1 ekor unta yang berumur 3
tahun lebih. Jadi, 130 ekor unta zakatnya 2 ekor anak unta umur 2 tahun
dan 1 ekor unta umur 3 tahun, dan 140 ekor unta zakatnya 1 ekor anak
unta umur 2 tahun dan 2 ekor anak unta umur 3 tahun.
Kalau 150 ekor unta, zakatnya 3 ekor anak unta umur 3 tahun, dan
seterusnya menurut perhitungan diatas. Umur umur tersebut supaya
dilebihkan, walaupun sedikit, seperti yang tersebut dalam daftar.

b. Sapi dan Kerbau


Dalilnya hadits Mu’azd bin Jabal:

ِ َ‫ ْفَأ َ َم َرهُ ْأَن ْ َيأ ُخذ‬،‫ي ْ َبعَثَهُْ ِإلَى ْاليَ َم ِن‬


ًْ‫ْمن ْ ُك ِل ْث َ َالثِينَ ْ َبقَ َرة‬ َّ ‫ان ْالنَّ ِب‬
َّ
ٌ‫ْو ِمنْ ُك ِلْأَر َب ِعينَ ْ ُم ِسنَّ ْة‬،
َ ً‫تبيعاًْأَوْتَبِي َعة‬

7
Artinya: “Bahwasanya Nabi mengutusnya ke negeri Yaman, maka
beliau memerintahkan kepadanya untuk memungut zakat
dari setiap 30 ekor sapi satu ekor tabi’ atau tabi’ah dan
dari setiap 40 ekor satu ekor musinnah.” (HR. Ahmad, Abu
Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dihasankan
oleh At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al-
Hakim, Adz-Dzahabi, Ibnu ‘Abdil Barr, Syaikhul Islam
dalam Majmu’ Al-Fatawa [25/36], serta Al-Albani dalam
Irwa’ Al-Ghalil.
Jumlah Sapi
Dari Hingga Yang Wajib Dizakatkan
1 29 Tidak terkena zakat
30 39 Seekor tabi’ (sapi usia satu tahun) baik jantan
maupun betina
40 59 Seekor musinnah (sapi usia dua tahun)
60 69 Dua ekor tabi’
70 79 Seekor tabi’ dan seekor musinnah
80 89 Dua ekor musinnah
90 99 Tiga ekor tabi’
100 109 Dua ekor tabi’ dan seekor musinnah

Begitu seterusnya setiap 30 ekor terkena satu tabi,’ boleh jantan boleh betina dan
setiap 40 ekor satu musinnah.8
c. Zakat Kambing
Dalilnya:

ْ َ‫سائِ َمتِ َها ْ ِإذَا ْ َكانَت ْْأ َربَْ ِعينَ ْ ِإْلَى ْ ِعش ِرين‬ َ ْ ‫صدَقَ ِة ْالغَن َِم ْفِى‬
َ ْ ‫َوفِى‬
ْ،‫ان‬ ِ ‫ْو ِْماْئ َ ٍة ِْْإلَى‬
ِ َ ‫ْماْئ َتَي ِن ْشَات‬ َ َ‫ ْفَإِذَا ْزَ ادَت ْ َعلَى ْ ِعش ِرين‬،ٌ‫َو ِمائ َ ٍة ْشَاة‬
ْ‫علَى‬ َْ ْ‫ْفَإِذَاْزَ ادَت‬،‫ث‬ ٌْ َ‫ىْمائَتَي ِنْ ِإلَىْثَالَثِ ِماْئ َةٍْفَْ ِفي َْهاْثَال‬
ِ َ‫فَإِذَاْزَ ادَتْ َعل‬
ِ ‫ثَالَ ِث ِمائَةٍْفَ ِفىْ ُك ِل‬
ٌ ‫ْمائَةٍْشَا ْة‬
Artinya : “Tentang zakat kambing yang digembalakan, apabila ada 40
sampai 120 ekor, zakatnya seekor kambing : Apabila lebih
dari itu sampai 200 ekor, zakatnya 2 ekor kambing ;
Apabila lebih dari 200 sampai 300 ekor, zakatnya 3 ekor
kambing ; apabila lebih dari 300 ekor, maka tiap-tiap 100
ekor zakatnya seekor kambing”. ( Riwayat Ahmad, Bukhari,
dan Nassai).

8
Ibid, h. 354

8
Jumlah Zakatnya
Dari Hingga Bilangan dan jenis zakatnya Umurnya
40 120 1 ekor kambing betina atau satu ekor domba 2 tahun lebih
betina 1 tahun lebih
120 200 2 ekor kambing betina atau 2 ekor domba 2 tahun lebih
betina 1 tahun lebih
201 399 3 ekor kambing betina atau 3 ekor domba 2 tahun lebih
betina 1 tahun lebih
400 … 4 ekor kambing betina atau 4 ekor domba 2 tahun lebih
betina 1 tahun lebih
Mulai dari 400 ekor kambing, dihitung tiap-tiap 100 ekor
kambing zakatnya 1 ekor kambing atau domba umurnya sebagaimana
tersebut diatas, dan seterusnya. Jadi, 500 sampai 599 ekor kambing,
zakatnya 5 ekor kambing, 600 ekor kambing zakatnya 6 ekor kambing,
dan bandingkan seterusnya.9
Binatang Milik Berserikat:
Orang yang berserikat memiliki binatang ternak, baik dua
orang atau lebih, binatang mereka dalam urusan zakat dipandang
sebagai harta satu orang. Artinya, semua binatang milik kedua orang
itu dikeluarkan zakatnya sebagaimana zakat harta yang dimiliki oleh
satu orang. Dan perserikatan ini baru sah apabila mencakupi syarat-
syarat berikut:
a. Satu kandangnya
b. Satu tempat menggelambalannya.
c. Satu jalan ketempat menggembalakannya
d. Satu tukang gembalanya
e. Satu jantan bibtnya
f. Satu tempat minumnya
g. Satu tempat memerahnya dan 2 orang yang memerahnya,
begitupun tempat susunya.
Syarat-syarat wajib zakat ternak:
a. Islam
b. Merdeka
9
Ibid, h. 355

9
c. Milik sempurna
d. Haul (harta yang jumlahnya telah mencapai nisab itu telah dimiliki
satu tahun)
e. Nisab harta yang dimiliki itu telah mencapai batas minimal yang
ditentukan bagi setiap jenisnya.
f. Swam (binatang ternak itu dilepas untuk makan rumput yang
mubah tanpa biaya atau biaya yang ringan).10
2. Zakat Emas dan Perak
Emas dan perak wajib dizakatkan karena adanya ancaman dari
Allah SWT terhadap orang yang tidak mau menzakatkan keduanya sesuai
dengan firman Allah dalam Q.S at-Taubah ayat 34:
ْْ ْ 
ْْ ْ 
ْْ ْ 
ْْ ْ 
ْ ْْْْ
Artinya: “dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,

Emas dan perak wajib dizakatkan apabila telah mencapai nisabnya


yaitu :
a. Nisab emas 20 misqal, berat timbangannya 93,6 gram; zakatnya 1/40
(2 ½ 0/0 = ½ misqal = 2,125 gr).
b. Nisab perak 200 dirham (624 gram), zakatnya 1/40 (2 ½ 0/0) = 5
dirham (15,6 gram). Hal kedua diatas harus sempurna satu tahun
dimiliki.
3. Zakat Hasil Pertanian
Yang dimaksud dengan hasil pertanian disini adalah hasil
pertanian, baik buah-buahan atau umbi-umbian yang menjadi makanan
pokok bagi manusia.11 Seperti beras,jagung, gandum, adas, dan

10
Rosnida Abdullah dan Hamda Sulfinadia, “Fiqh Ibadah” Padang, The Minangkabau
Foundation Press,2004. h. 147-148
11
Amir Syarifuddin, “Garis-Garis Besar Fiqh” (Bogor, Kencana. 2003), h. 44

10
sebagainya. Adapun biji makanan yang tidak mengenyangkan seprti
kacang tanah, kacang panjang, tanaman muda dan sebagainya tidak wajib
dizakatkan.12
Dalilnya:

ْ‫ْليسْفيناْدون‬:ْ‫ْقال‬.‫وعنْأبيْسعيدْعمْالنبيْصليْهللاْعليهْوسلم‬
ْ‫خمسةْوسقْصدقةْوالْفيماْدونْخمسْأواقْوالْفيماْدونْخمسة‬
)‫دونْصدقةْ(رواهْالجماعة‬
Artinya; “Dari Said, dari Nabi saw ia bersabda tidak ada zakat pada
buah-buahan yang kurang dari lima wasaq dan ada pada unta
yang kurang dari satu ekor (H.R Jama’ah)”

Adapun nisab makanan yang mengenyangkan dan buah-buahan


adalah 300 sa’(lebih kurang 930 liter) bersih dari kulitnya. Sedangkan
zakat yang wajib dikeluarkan adalah; kalau di airi dengan kincir yang
ditarik binatang atau disiram dengan alat yang memakan biaya, yaitu 5 0/0
dan yang diairi dengan air hujan atau air sungai(yang tidak memerlukan
biaya), zakatnya 10 0/0. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW berikut ini
yang Artinya:
4. Zakat Perniagaan
Yang dimaksud dengan harta perniagaan itu adalah segala sesuatu
yang dipersiapkan untuk diperjual belikan. Tidak termasuk yang dipakai
dan alat-alat keperluan perniagaan yang diperlukan untuk berniaga yang
tidak dijadikan bahan dagangan.13
Secara umum kewajiban zakat perdagangan ini telah tercantum
dalam Q.S al-Baqarah ayat 267 yang telah dikutip sebelumnya. Secara
khusus kewajibannya dinyatakan didalam hadits dari Samrah ibn Jundab
menurut Riwayat Abu Dawud:
Yang Artinya: Sesungguhnya Rasulullah SAW menyuruh kita untuk
mengeluarkan zakat atas sesuatu yang dipersiapkan untuk dijual.
Tahun perniagaan dihitung dari mulai berniaga. Pada tiap-tiap
akhir tahun perniagaan dihitunglah harta perniagaan itu; apabila cukup
12
Sulaiman Rasjid, “Fiqh Islam” (Bandung, Pt Sinar Baru Algesindo. 2006.), h. 195-196
13
Amir Syarifuddin. Op.Cit. h. 45

11
satu nisab, maka wajib dibayarkan zakatnya, meskipun dipangkal tahun
atau ditengah tahun tidak cukup satu nisab. Sebaliknya kalau di pangkal
tahun cukup satu nisab, tetapi karena rugi di akhir tahun tidak cukup lagi
satu nisab, tidak wajib zakat.
Syarat-syarat Wajib Zakat Barang Dagangan:
a. Mencapai satu nisab ; yaitu dengan merujuk kepada nisab emas dan
perak, yaitu 93,6 gram emas. Dimana:
1) Nisab emas 20 mistqal/ dinar = 93,6 gram emas. Zakatnya adalah 2
½ 0/0 x 93, 6 gram = 2,34 gram emas.
2) Nisab perak = 200 dirham = 62,4 gram perak. Zakatnya adalah 2 ½
0/0 x 62,4 gram = 15,6 gram.
b. Berlalu masa 1 tahun (haul) sejak barang dimiliki pedagang
c. Barang itu memang diniatkan untuk berdagang, bukan untuk
dimanfaatkan sendiri
d. Barang dagangan itu dimiliki melalui perdagangan bukan melalui
warisan, hisab, waqaf, dan sedeqah.14
5. Zakat Barang Tambang dan Barang Terpendam
Jumhur ulama berpendapat bahwa barang tambang adalah sesuatu
yang keluar dari perut bumiyang memiliki nilai tinggi seperti, emas, perak,
tembaga, dan lainnya. Sedangkan harta terpendam adalah harta yang
tersimpan di dalam perut bumi, baik atas ciptaan Allah maupun atas
perbuatan manusia.
Zakat yang harus dikeluarkan adalah :
Bagi barang tambang zakatnya 1/40 (2,5 0/0)
Bagi barang terpendam zakatnya 1/5 (20 0/0)
Syarat-syarat rikaz (barang terpendam):
a. Harta itu berupa emas dan perak
b. Jumlah harta itu mencapai satu nisab
c. Ditemukan di tanah yang tak bertuan
d. Ditemukan didalam tanah bukan dipermukaan

14
Rosnida Abdullah dan Hamda Sulfinadia. Op.Cit. h. 154

12
e. Harta itu berasal dari zaman jahiliyah, bukan milik orang Islam.15
A. Mustahiqnya
Orang-orang yang berhak menerima zakat telah dicantumkan oleh
Allah SWT dalam firmann-Nya Q.S at-Taubah ayat 60:
Artinya:“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu’allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”

Delapan ashnaf yang dinyatakan Allah sebagai yang berhak menerima


zakat itu secara berurutan sebagai berikut:
1. Orang fakir
Adalah orang yang tidak memiliki harta untuk menunjang
kehidupan dasarnya. Kefakirannya itu disebabkan ketidak mampuannya
untuk mencari nafkah karena fisiknya tidak mampu, seperti orang tua
jompo dan cacat badan.
2. Orang Miskin
Berbeda dengan orang fakir, orang miskin adalah orang yang tidak
memiliki harta untuk kehidupan dasarnya, namun ia mampu berusaha
mencari nafkah, hanya penghasilannya tidak mencukupi bagi kehidupan
dasarnya.
3. Amil
Yaitu orang yang ditunjuk oleh penguasa yang sah untuk mengurus zakat.
4. Muallaf
Adalah orang-orang yang dijinakkan hatinya untuk tetap berada
dalam agama islam. Yang dimaksud adalah orang-orang yang baru masuk
islam dan memerlukan masa pemantapan dalam agma barunya yaitu
islam.Menurut madzhab Syafi’ie mu’allaf ada empat macam; pertama,
orang yang masuk Islam sedangkan kelunakannya terhadap Islam masih
dianggap lemah seperti masih ada perasaan asing di kalangan sesama

15
Ibid, h. 55

13
muslim atau merasa terasing dalam agama Islam, kedua, mu’allaf yang
mempunyai pengaruh di kalangan komunitas atau masyarakatnya sehingga
dengan diberinya zakat ada harapan menarik simpati masyarakatnya untuk
masuk Islam, ketiga, mu’allaf yang diberi zakat dengan tujuan agar
membantu kaum muslim untuk menyadarkan mereka yang tidak
mengeluarkan zakat (mani’ al-zakat), dan keempat, mu’allaf yang diberi
zakat dengan tujuan agar musuh-musuh Islam tidak menyerang orang
orang muslim.
5. Riqab
Adalah untuk kepentingan memerdekakan budak ; baik membeli
budak-budak untuk kemudian dimerdekakan, atau memberikan dana untuk
kepentingan menebus dirinya dari perbudakan.
6. Gharimin
Adalah orang-orang yang dililit hutang dan tidak dapat melepaskan
dirinya dari jeratan hutang tersebut kecuali dengan bantuan dari luar.
7. Sabilillah
Secara arti kata berarti”Jalan Allah” artinya keperluan untuk
menegakkan agam Allah. Baik dalam waktu berperang maupun tidak,
yaitu usaha yang bertujuan untuk menegakkan syari’at Islam.
8. Ibnu Sabil
Secara arti kata adalah “anak jalanan” maksudnya disini adalah
orang-orang yang berada dalam perjalanan bukan untuk tujuan maksiat,
yang kehabisan biaya dalam perjalanannya dan tidak mampu meneruskan
perjalanannya kecuali dengan bantuan dari luar.16

16
Amir Syarifuddin. Op.Cit.h. 48-51

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian diatas, kita bisa menyimpulkan bertapa
pentingnya zakat bagi siapapaun, baikbagi mustahiq maupun muzakki.
Manfaat bagi muzakki adalah bisa menghindarkan diri mereka dari memakan
harta yang bukan haknya, membersihkan hati mereka dan juga menanamkan
pada hati para muzakki arti kehidupan sosial. Selain itu manfaat juga akan
dirasakan oleh para mustahik zakat, derita yang mereka rasakan bisa sedikit
terobati, kebutuhan mereka dapat terbantu dan juga mereka akan merasa
diharga dan diperhatikan oleh para muzakki.
Selain yang dirasakan langsung oleh mustahiq, jika pengelolaan zakat
secara produktif modern, harta zakat tersebut disiasati untuk hal yang lebih
banyak manfaatnya seperti untuk pembangunan sarana umum seperti masjid,
jembatan, jalan dan lain sebagainya akan terasa sekali manfaat dan hasilnya.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Rosnida dan Sulfinadia, Hamda, “Fiqh Ibadah” Padang, The


Minangkabau Foundation Press,2004.

Syarifuddin, Amir, “Garis-Garis Besar Fiqh” Bogor, Kencana. 2003.

Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. 2010. Fiqh
Ibadah. Jakarta: Hamzah.

Rasjid, Sulaiman, “Fiqh Islam” Bandung, Pt Sinar Baru Algesindo. 2006.

Al-Zuhayly, Wahbah. 1997. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya

Moh. Rowi Latief & A. Shomad Robith. 1987. Tuntunan Zakat Praktis. Surabaya:
Indah, 1987

K.H.M. Syukri Ghozali, dkk. 1997. Pedoman Zakat 9 Seri. Jakarta: Proyeksi
Peningkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf

Ar Rahman, Syaikh Muhammad Abdul Malik, 1001 Masalah Dan Solusinya,


(Jakarta: Pustaka Cerdas Zakat, 2003),

16

Anda mungkin juga menyukai