Anda di halaman 1dari 32

REV.

22 NOP 2018

PEDOMAN PENGENDALIAN KEBUTUHAN GURU

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2018
KATA PENGANTAR

Perencanaan dan Pengendalian Kebutuhan Guru merupakan implementasi dari


amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 15 Tahun 2018 tentang
Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah.
Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian kebutuhan guru dapat terlaksana
dengan baik apabila didasari atas data kebutuhan guru yang mengacu pada hasil
penghitungan kebutuhan guru yang akurat. Agar pendataan guru terlaksana dengan
baik, perlu pemahaman yang sama antara berbagai pihak yang berkepentingan.
Untuk itu, diperlukan sebuah pedoman yang dapat menjadi acuan bagi dinas
pendidikan kabupaten/kota, dinas pendidikan provinsi, dan unsur lain yang terkait
seperti Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dengan pendataan kebutuhan guru PNS
tahun 2018 sampai dengan 2023.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan pedoman ini.

Jakarta, Juli 2018


a.n. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan
Pendidikan Khusus

Ir. Sri Renani Pantjastuti, MPA.


NIP 19600709 1985032001

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………


KATA PENGANTAR ………………………………………………
DAFTAR ISI …………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………
A. Latar Belakang ………………………………………………
B. Dasar Hukum ………………………………………………
C. Tujuan …………………………………………………….…
D. Sasaran ………………………………………………………
E. Manfaat ………………………………………………………
BAB II PRINSIP PENGENDALIAN KEBUTUHAN ……..………
A. Konsep Pengendalian Kebutuhan Guru …………………
B. Metode Pengendalian Kebutuhan Guru …..……………
C. Model Pengendalian Kebutuhan Guru ……………………
BAB III PELAKSANAAN PENGENDALIAN KEBUTUHAN GUR
A. Proses pemenuhan kebutuhan Guru ……………………
B. Mekanisme Pengendalian Kebutuhan Guru ……………
C. Tugas Dan Kewenangan Lembaga ………………………
BAB IV PENUTUP …………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang menjelaskan bahwa pendidik yang dalam hal ini adalah guru,
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan. Demikian juga pendidik dan tenaga kependidikan sebenarnya dapat
bekerja secara lintas daerah, dan pengangkatan, penempatan, dan penyebaran
pendidik dan tenaga kependidikan diatur oleh lembaga yang mengangkatnya
berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal. Sebagai tenaga profesional
guru harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya sesuai Undang-
Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa pemerintah wajib
memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun
dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan satuan
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal serta untuk menjamin
keberlangsungan pendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakan oleh
Pemerintah. Sedangkan kewajiban pemerintah provinsi adalah memenuhi
kebutuhan guru, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun dalam
kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan pendidikan
menengah dan pendidikan khusus. Dalam hal penyelenggara pendidikan atau
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat juga wajib memenuhi
kebutuhan guru-tetap, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun
kompetensinya untuk menjamin keberlangsungan pendidikan.
Pemerintah berkewajiban mengangkat dan menempatkan guru secara objektif
dan transparan sedangkan pengangkatan dan penempatan guru pada satuan

2
pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dilakukan oleh penyelenggara
pendidikan atau satuan pendidikan yang bersangkutan berdasarkan perjanjian
kerja atau kesepakatan kerja bersama.
Pada Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil dijelaskan bahwa setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun
kebutuhan jumlah dan jenis Jabatan PNS berdasarkan analisis Jabatan dan
analisis beban kerja. Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis Jabatan PNS
dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun
berdasarkan prioritas kebutuhan. Penyusunan kebutuhan PNS harus mendukung
pencapaian tujuan Instansi Pemerintah. Penyusunan kebutuhan PNS untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun diatur berdasarkan rencana strategis Instansi
Pemerintah dan harus mempertimbangkan dinamika/ perkembangan organisasi
Kementerian/Lembaga.
Pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2018
tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah, Dan Pengawas Sekolah,
dijelaskan bahwa Guru melaksanakan beban kerja selama 40 (empat puluh) jam
dalam 1 (satu) minggu pada satuan administrasi pangkal. Beban kerja selama 40
(empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu terdiri atas 37,5 (tiga puluh tujuh koma
lima) jam kerja efektif dan 2,5 (dua koma lima) jam istirahat. Pelaksanaan beban
kerja selama 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja efektif bagi Guru
mencakup kegiatan pokok: a. merencanakan pembelajaran atau pembimbingan;
b. melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan; c. menilai hasil pembelajaran
atau pembimbingan; d. membimbing dan melatih peserta didik; dan e.
melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok
sesuai dengan Beban Kerja Guru. Tugas merencanakan pembelajaran atau
pembimbingan meliputi: a. pengkajian kurikulum dan silabus pembelajaran/
pembimbingan/ program kebutuhan khusus; b. pengkajian program tahunan dan
semester; dan c. pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran/ pembimbingan
sesuai standar proses atau rencana pelaksanaan pembimbingan. Tugas
melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan merupakan pelaksanaan dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/Rencana Pelaksanaan Layanan

3
(RPL)/Rencana Pelaksanaan Bimbingan (RPB). Pelaksanaan pembelajaran harus
dipenuhi paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam Tatap Muka per minggu dan
paling banyak 40 (empat puluh) jam Tatap Muka per minggu. Pelaksanaan
pembimbingan dipenuhi oleh Guru Bimbingan dan Konseling atau Guru Teknologi
Informasi dan Komunikasi dengan membimbing paling sedikit 5 (lima) rombongan
belajar per tahun. Tugas tambahan lain dapat diekuivalensikan secara kumulatif
dengan paling banyak 6 (enam) jam Tatap Muka per minggu bagi Guru mata
pelajaran. Pelaksanaan 2 (dua) atau lebih tugas tambahan lain oleh Guru
Bimbingan dan Konseling atau Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat
diekuivalensikan dengan pelaksanaan pembimbingan terhadap 1 (satu)
rombongan belajar per tahun. Guru yang mendapat tugas tambahan lain wajib
memenuhi pelaksanaan pembelajaran jam tatap muka paling sedikit 18 (delapan
belas) jam Tatap Muka per minggu bagi Guru mata pelajaran atau paling sedikit
membimbing 4 (empat) rombongan belajar per tahun bagi Guru Bimbingan dan
Konseling atau Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi pada satuan
administrasi pangkalnya. Dalam hal Guru mata pelajaran tidak dapat memenuhi
kewajiban pembelajaran maka guru yang bersangkutan dapat melaksanakan
pembelajaran pada satuan pendidikan lain dalam 1 (satu) zona yang ditetapkan
oleh Dinas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Guru mata
pelajaran melaksanakan kewajiban pelaksanaan pembelajaran paling sedikit 12
(dua belas) jam Tatap Muka per minggu pada satuan administrasi pangkalnya dan
paling banyak 6 (enam) jam Tatap Muka per minggu pada satuan pendidikan
sesuai dengan zona yang ditetapkan oleh Dinas.
Untuk menjamin pemerataan guru antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan, antarkabupaten, antarkota, dan antarprovinsi serta dalam
upaya mewujudkan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan formal secara
nasional dan pencapaian tujuan pendidikan nasional telah ditetapkan Peraturan
Bersama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan,
dan Menteri Agama Nomor 05/X/PB/2011, SPB/03/M.PAN-RB/10/2011, 48 Tahun

4
2011, 158/PMK.01/2011, 11 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru
Pegawai Negeri Sipil.
Hal penting yang akan digunakan sebagai acuan bagi dinas pendidikan baik di
provinsi maupun di kabupaten/kota adalah pedoman-pedoman analisis jabatan,
analisis uraian pekerjaan, analisis beban kerja, dan seterusnya sampai pedoman
penempatan guru, karena dengan pedoman yang sama akan diperoleh
keseragaman dalam pendataan kebutuhan guru di daerahnya masing-masing.
Karena pentingnya proses analisis hingga penempatan guru, maka diperlukan
pengendalian proses agar semua kegiatan berjalan sesuai dengan pedoman yang
telah ditetapkan, dengan demikian selanjutnya perlu disusun pedoman
pengendalian kebutuhan guru yang akan dipakai oleh semua pihak yang
berkepentingan.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara.
4. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil.
5. Peraturan Bersama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Dalam Negeri,
Menteri Keuangan, dan Menteri Agama Nomor 05/X/PB/2011, SPB/03/M.PAN-
RB/10/2011, 48 Tahun 2011, 158/PMK.01/2011, 11 Tahun 2011 tentang
Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil.
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2018 tentang
Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah, Dan Pengawas Sekolah.
7. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor ….
Tahun 2018 tentang Struktur Program Sekolah Menengah Atas.

5
8. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negaran dan Reformasi
Birokrasi nomor 36 tahun 2018, tentang kriteria penetapan kebutuhan
pegawai negeri sipil dan pelaksanaan seleksi calon PNS tahun 2018
9. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Kemdikbud
Nomor : 10/D/Kr/2017 Tanggal : 4 April 2017 Tentang Struktur Kurikulum,
Kompetensi Inti-Kompetensi Dasar, dan Pedoman Implementasi Kurikulum
2013 Pendidikan Khusus

C. Tujuan
Pengendalian kebutuhan guru dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Memastikan bahwa semua proses kegiatan dari awal hingga akhir pada
pemenuhan kebutuhan guru sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan.
2. Memberikan keyakinan kepada para pejabat pengambil keputusn terkait,
bahwa semua proses ada dalam pengendalian pejabat yang berwenang.
Selain tujuan di atas, Pedoman Pengendalian Kebutuhan Guru, disusun sebagai
acuan bagi pejabat pembina kepegawaian pusat dan daerah, kepala dinas yang
membidangi pendidikan di provinsi/ kabupaten/kota, kepala sekolah dan
pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya dalam pengendalian kegiatan
penataan dan pemerataan guru.

D. Sasaran
Buku pedoman ini disusun untuk digunakan oleh:
1. Guru,
2. Kepala Sekolah,
3. Pengawas Sekolah
4. Penyelenggara pendidikan oleh masyarakat,
5. Kepala Cabang Dinas Pendidikan
6. Dinas Pendidikan Provinsi,
7. Badan Kepegawaian Daerah,
8. Badan Kepegawaian Negara,
9. Gubernur

6
10. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
11. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,

E. Manfaat
Pedoman ini diharapkan memiliki manfaat seperti di bawah ini.
1. Bagi sekolah, memiliki kendali terhadap kegiatan pemenuhan kebutuhan guru
secara terintegrasi dengan instansi vertikal di atasnya.
2. Bagi dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota, memiliki kendali terhadap
kegiatan pemenuhan kebutuhan guru pada lingkup kewenangannya, sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
3. Bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, memiliki kendali terhadap
kegiatan pemenuhan kebutuhan guru secara nasional sesuai dengan standar
yang ditetapkan.

7
BAB II
PRINSIP PENGENDALIAN KEBUTUHAN GURU

A. Konsep Pengendalian Kebutuhan Guru


Pengendalian kebutuhan guru adalah sebuah kegiatan yang termasuk dalam sistem
pengendalian manajemen, yang dikategorikan sebagai bagian dari pengetahuan
perilaku terapan (applied behavioral science). Dalam perkembangannya
pengendalian kegiatan mempunyai beberapa pengertian, diantaranya menurut
Bambang Hartadi (1990 : 121) membedakan pengertian pengendalian kegiatan
dalam arti sempit dan luas sebagai berikut:
“Dalam arti sempit, istilah pengendalian kegiatan sama dengan pengertian internal
check yang merupakan prosedur-prosedur mekanis untuk memeriksa ketelitian data-
data administrasi yang didalamnya sudah termasuk prosedur-prosedur akuntansi dan
operasional.” Sedangkan dalam arti luas: “Pengendalian kegiatan dapat dipandang
sebagai sistem sosial yang mempunyai wawasan atau makna khusus yang berada
dalam organisasi perusahaan.”
Pengendalian kegiatan di atas sesuai dengan pengertian yang dimuat dalam
“Statement on Auditing Procedure” dengan definisi sebagai berikut : “Sistem
pengendalian kegiatan meliputi struktur organisasi, semua metode dan ketentuan-
ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta
kekayaan, memeriksa ketelitian dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya,
meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang
telah ditetapkan.” Menurut Wilson dan Campbell (1991 : 123) pengendalian kegiatan
dalam arti yang luas meliputi:
1) Pengendalian yang bersifat akuntansi yaitu mencakup rencana organisasi dan
semua metode dan prosedur yang terutama mencakup pengamanan harta
perusahaan serta keterandalan (eliability) dari catatan-catatan keuangan. Pada
umumnya ia meliputi pengendalian seperti misalnya sistem kewenangan dan
persetujuan, pemisahan tugas-tugas yang berhubungan dengan pembukuan dan

8
laporan-laporan akuntansi dari tugas-tugas yang berhubungan dengan asuransi
atau perlindungan / pemeliharaan harga, pengamanan fisik dari harga dan
pemeriksaan kegiatan.
2) Pengendalian yang bersifat administratif, yaitu pengendalian yang terdiri dari
rencana organisasi dan semua metode dan prosedur yang terutama berhubungan
dengan efisiensi operasi dan ketaatan pada kebijaksanaan manajemen dan
biasanya hanya berhubungan secara tidak langsung dengan catatan finansial.
Pada umumnya ia meliputi pengendalian-pengendalian seperti misalnya analisa
statistik, time and motion studies, laporan pelaksanaan, program latihan pegawai
dan pengendalian kualitas.”
Dengan demikian pengendalian kebutuhan guru adalah semua kegiatan yang diambil
untuk memastikan pimpinan dapat memantau, mengawasi, menegur/mengingatkan,
memerintahkan petugas agar jalannya kegiatan persiapan dan pelaksanaan
pemenuhan kebutuhan guru harus berjalan sebagaimana mestinya dan harus
disesuaikan dengan ketentuan serta kebijaksanaan yang telah ditetapkan pimpinan,
oleh karena itu pimpinan bertanggung jawab untuk mengadakan suatu sistem
pengendalian kegiatan yang baik.

B. Sistem Pengendalian Kebutuhan Guru


Pada dasarnya, sistem pengendalian kebutuhan guru ini berupa mekanisme atau
hubungan kerja terpadu dari beberapa unit kerja yang mengatur tentang cara
menjalankan dan mengendalikan kegiatan yang “dianggap baik” berdasarkan asumsi-
asumsi tertentu. Dalam hal ini “dianggap baik” berarti mampu menerjemahkan hal-hal
sebagai berikut.
1) Tolok ukur kinerja yang mencerminkan kegiatan berjalan secara efisien, efektif,
dan produktif.
2) Kebijakan dalam menentukan tolok ukur di atas.
3) Apreasiasi kepada sumber daya yang dimiliki instansi.
Masing-masing instansi memiliki kompleksitas yang berbeda dalam pengendalian
kegiatan, makin besar skala instansi akan semakin kompleks kegiatannya.
Pengendalian kegiatan merupakan usaha yang tersistematis dari organisasi untuk

9
mencapai tujuannya dengan cara membandingkan proses dan hasil kerja dengan
rencana kerja dan membuat tindakan yang tepat untuk memperbaiki perbedaan yang
ada. Metode pengendalian kebutuhan guru yang efektif akan tergantung pada
komunikasi yang baik antara informasi dari petugas data dengan pihak manajemen.
Dengan membuat laporan kegiatan, seorang pengendali kegiatan dapat memberikan
saran kepada berbagai tingkat pimpinan mengenai tindakan perbaikan yang
diperlukan dalam suatu kegiatan. Laporan bisa berbentuk pernyataan langsung
ataupun tertulis dari petugas pengendali kepada pimpinan yang berisikan laporan
penyimpangan dari rencana yang telah ditentukan, sesuai dengan prinsip
manajemen. Laporan ini selain memuat laporan penyimpangan dari rencana (jika ada)
juga memberikan laporan prestasi kerja yang telah dicapai oleh para petugas. Sistem
pengendalian kegiatan mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
1) Detektor, suatu alat untuk mengidentifikasi apa yang sedang terjadi dalam suatu
kegiatan.
2) Selektor/asesor, suatu alat untuk menentukan ketepatan hasil.
3) Efektor, alat yang digunakan untuk mengubah sesuatu yang diperoleh dari asesor.
4) Komunikator, alat yang mengirim informasi antara detektor dan asesor dan antara
asesor dan efektor.
Unsur-unsur di atas satu sama lain saling berhubungan dan membentuk suatu proses
kerja, proses yang terjadi berawal ketika detektor mencari informasi tentang aktivitas.
Detektor ini dapat berupa sistem informasi baik formal maupun informal, yang
menyediakan informasi kepada pimpinan mengenai apa yang terjadi di dalam suatu
kegiatan.
Setelah informasi diperoleh, aktivitas yang terekam didalamnya dibandingkan dengan
standar atau patokan berupa kriteria mengenai apa yang seharusnya dilaksanakan
dan seberapa jauh perlunya pembenaran. Proses perbaikan dilaksanakan secara
efektif, sehingga penyimpangan-penyimpangan diperbaiki agar kegiatan kembali
mengikuti kriteria yang telah ditetapkan. Proses pengendalian kegiatan yang baik
sebenarnya harus formal, namun sifat pengendalian informal masih banyak terjadi.
Pengendalian kebutuhan guru secara formal merupakan tahap-tahap yang saling
berkaitan satu sama lain, terdiri dari proses sebagai berikut:

10
1) Penyusunan program
Dalam tahap ini institusi menentukan program-program yang akan dilaksanakan
dan memperkirakan sumber daya yang akan alokasikan untuk setiap program
yang telah ditentukan.
2) Penganggaran
Pada tahap penganggaran ini program direncanakan secara terinci, dinyatakan
dalam satu sistem penganggaran untuk suatu periode tertentu, biasanya satu
tahun. Anggaran ini berdasarkan pada kumpulan anggaran-anggaran dari pusat
pertanggungjawaban.
3) Pelaksanaan
Pada tahap ini dilaksanakan pencatatan mengenai berbagai sumber daya yang
digunakan dan pelaksanaan kegiatan yang sebenarnya dilakukan di lapangan.
Penggolongan yang sesuai renacana (program) dipakai sebagai dasar untuk
penysusunan program di masa yang akan datang, sedangkan penggolongan yang
sesuai dengan peran masing-masing unit organisasi digunakan untuk mengukur
kinerja pimpinan.
4) Laporan dan Analisis
Tahap ini paling penting karena menutup suatu siklus dari proses pengendalian
kegiatan agar data untuk proses kegiatan dapat dilaporkan dan dilakukan evaluasi
untuk perbaikan kegiatan selanjutnya.
Pengendalian kegiatan bersifat menyeluruh dan terpadu, artinya lebih mengarah ke
berbagai upaya yang dilakukan agar tujuan lembaga terpenuhi. Jadi sistem
pengendalian kegiatan dapat diterapkan pada berbagai instansi, sebab hakikatnya
setiap organisasi mempunyai komponen sama, yaitu :
a. W = Work (Pekerjaan)
b. E = Employe (Tenaga Kerja)
c. R = Relationship (Hubungan)
d. E = Environment (Lingkungan)
Pengendalian juga dapat ditinjau sebagai sebuah upaya evaluasi, dengan demikian
sistem pengendalian juga dapat menerapkan sistem CIPP (Context, Input, Process,
Product).

11
C. Model Pengendalian Kebutuhan Guru
Model pengendalian dari sudut evaluasi dengan sistem CIPP adalah model
pengendalian berupa evaluasi yang terdiri dari empat komponen evaluasi yaitu
Context, Input, Process, dan Product (CIPP). Pengendalian context atau konteks
artinya pengendalian terhadap context, dalam hal ini konteksnya adalah pengendalian
kebutuhan guru. Pengendalian input artinya pengendalian terhadap masukan, yaitu
berupa data yang digunakan untuk mengolah kebutuhan guru. Pengendalian proses
artinya pengendalian terhadap proses pemenuhan kebutuhan guru mulai dari analisis
jabatan hingga penempatan guru pada lokasi yang membutuhkan. Pengendalian
terhadap produk atau hasil adalah pengendalian terhadap hasil akhir pemenuhan
kebutuhan guru, yaitu penempatan pada lokasi yang membutuhkan. Dengan melihat
penjelasan tersebut, maka langkah pengendalian yang dilakukan adalah
mengendalikan program pemenuhan kebutuhan guru berdasarkan komponen-
komponennya yang dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Pengendalian konteks
Pada tataran awal ini yang perlu dilakukan adalah memastikan bahwa data yang
dikumpulkan adalah data yang terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan guru.
Dengan demikian kita perlu mengacu pada karakteristik pengendalian, yaitu:
a. Digunakan untuk mengendalikan seluruh organisasi, termasuk pengendalian
terhadap seluruh sumber daya (resources) yang digunakan, baik manusia,
alat-alat dan teknologi, maupun hasil yang diperoleh organisasi, sehingga
proses pencapaian tujuan organisasi dapat berjalan lancar.
b. Bertolak dari strategi dan teknik pengendalian yang berintegrasi dan
menyeluruh.
c. Berorientasi pada manusia, karena pengendalian kebutuhan guru ditujukan
untuk mengelola guru yang perlu diperhatikan kebutuhan dan kepribadiannya.
Oleh sebab itu dalam pengendalian kebutuhan guru, peranan
pertimbangan-pertimbangan psikologis perlu diperhatikan. Berdasarkan ciri-ciri
tersebut di atas, dapat diketahui bahwa tugas terpenting dari pimpinan terhadap
pengendalian kebutuhan guru adalah beusaha mencapai tujuan yaitu memenuhi
kebutuhan guru secara efektif dan efisien.

12
Agar tugas tersebut dapat dijalankan dengan baik, pada tahap pertama pimpinan
harus memutuskan, apa yang akan dicapai dalam upaya pemenuhan kebutuhan
guru dan cara untuk mencapainya, lewat keputusan ini akan diketahui seperangkat
sarana dan strategi kegiatan untuk tercapainya tujuan pemenuhan kebutuhan
guru.
2. Pengendalian input
Input untuk kegiatan pemenuhan kebutuhan guru adalah data individu guru dan
data lain yang terkait dengan data sekolah, yang meliputi jumlah rombongan
belajar, jumlah siswa, jumlah ruangan kelas, dan data lain yang terkait dengan
guru. Pengendalian input atau masukan meliputi analisis jenis data, sumber data,
keakuratan data, dan kebenaran data yang semuanya itu termasuk dalam
penyaringan data (filtering).
3. Pengendalian proses
Ketergantungan terhadap proses kerja atau kegiatan sangat dirasakan pada suatu
keadaan dimana pimpinan karena keterbatasannya tidak sanggup lagi secara
langsung mengendalikan segala kegiatan yang terjadi dalam organisasi. Keadaan
seperti ini biasanya disebabkan karena ruang lingkup kegiatan sudah meluas
sedemikian rupa sehingga kegiatannya menjadi kompleks dan melebar ke segala
arah. Pengendalian kegiatan merupakan suatu istilah yang semakin banyak
digunakan dalam berbagai variasi kepentingan, dan istilah pengendalian kegiatan
kemudian lebih populer menjadi kegiatan Monitoring dan Evaluasi.
4. Pengendalian produk (hasil)
Hal terakhir pada kegiatan pemenuhan kebutuhan guru adalah penempatan guru
pada lokasi yang membutuhkan. Penempatan ini sangat penting, karena dasar
penghitungan kebutuhan guru adalah sekolah tempat awal perhitungan kebutuhan
guru.

13
BAB III
PELAKSANAAN PENGENDALIAN KEBUTUHAN GURU

A. Proses Pemenuhan Kebutuhan Guru


Pelaksanaan pengendalian kebutuhan guru dilakukan sesuai dengan kaidah
penjaminan mutu, di mana setiap proses kegiatan pada dasarnya harus dilakukan
secara benar. Proses pemenuhan kebutuhan guru yang diawali dengan kegiatan
analisis yang dilanjutkan dengan berbagai kegiatan dan diakhiri dengan penempatan
guru, setiap tahapnya perlu diawasi oleh pejabat yang berwenang untuk menjamin
bahwa setiap proses telah dilakukan sesuai dengan standar atau sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan. Agar dapat dikendalikan prosesnya maka harus
dipahami lebih dulu tahapan proses pemenuhan kebutuhan guru sebagaimana
diagram alir yang akan digambarkan pada halaman selanjutnya dan dapat dijelaskan
sebagaimana berikut ini.
1. Pengendalian Konteks
Pengendalian konteks meliputi pengendalian terhadap kegiatan analisis jabatan
guru, deskripsi tugas guru dan analisis beban kerja guru.
Jabatan guru perlu dianalisis dari sisi uraian tugasnya maupun kebutuhan jabatan
guru tersebut untuk suatu wilayah. Selain itu analisis juga meliputi beban kerja
yang terdiri dari tugas pokok atau tugas utama guru dan tugas tambahan yang
harus dipenuhi guru. Dengan analisis tersebut maka akan dapat diketahui apa saja
tugas guru serta berapa jam bobot kegiatan utama dan berapa jam bobot kegiatan
tambahan serta kegiatan penunjangnya. Untuk memeriksa kesesuaian dengan
konteks maka dapat menggunakan daftar periksa berikut ini.

14
Tabel 3.1. Daftar Periksa (Ceck List)
Kegiatan Pengendalian Konteks

KOMPONEN KESESUAIAN
DENGAN
NO KEGIATAN KETERANGAN
KOMPONEN
(3-2-1)
1 Analisis jabatan guru Keterkaitan
dengan guru
Kebenaran
landasan
analisis
Kebenaran
metode
analisis
2 Deskripsi tugas guru Keterkaitan
dengan guru
Kebenaran
landasan
teori
penyusunan
deskripsi
Kebenaran
metode
penulisan
deskripsi
3 Analisis beban kerja Keterkaitan
guru dengan guru
Kebenaran
landasan
analisis
Kebenaran
metode
analisis

2. Pengendalian Input
Pengendalian input meliputi pengendalian terhadap peta data guru dan kegiatan
validasi data guru.
Peta data guru merupakan data kondisi guru pada suatu wilayah yang terdiri dari
data profil individu guru maupun jumlah guru pada suatu wilayah. Peta data guru

15
tersebut tentu saja berkaitan dengan analisis yang telah dilakukan meliputi analisis
jabatan, uraian tugas dan beban kerja guru.
Data guru yang terlihat dalam hasil pemetaan yang dilakukan oleh pejabat terkait,
selanjutnya perlu divalidasi atau diverifikasi untuk meyakinkan kebenarannya, di
mana proses validasi ini dilakukan melalui validasi sumber, validasi teknik maupun
validasi waktu.
Pengendalian terhadap input dilakukan melalui pengendalian proses
pengumpulan data, yang meliputi data sebagai berikut.
a. Data Kurikulum (SMA, SMK, dan SLB)
Meliputi jenis mapel dan alokasi jam per minggu per tingkat per mata
pelajaran per peminatan.
b. Profil Sekolah (SMA, SMK, dan SLB)
Meliputi nama sekolah, kabupaten/kota/provinsi, peminatan, jumlah rombel
per peminatan per tingkat, jenis mata pelajaran
c. Data Guru (SMA, SMK, dan SLB)
Meliputi jumlah guru per jenis guru.
d. Data Peserta Didik Inklusi (SMA, SMK, dan SLB)
Meliputi jumlah peserta didik per jenis kekhususan, dimana tiap satu jenis
kekhususan di sekolah penyelenggara Inklusi dibutuhkan satu guru
Pendidikan Khusus (PK).
Instrumen berupa tabel di bawah adalah instrumen untuk memudahkan
pelaksanaan validasi data. Dengan adanya tabel seperti di bawah nanti, maka
seorang petugas atau administrator data akan dapat memeriksa atau
membandiingkan antara data manual hasil penulisan di sekolah dengan data
yang ada dari portal Data Pokok Pendidikan (Dapodik).
a. Instrumen Data Rombongan Belajar (Rombel)
Jumlah Rombel setiap sekolah berisi informasi :
- NPSN
- Nama Sekolah
- Jenjang Sekolah
- Rombel per peminatan per tingkat

16
- Kabupaten/Kota
- Provinsi
b. Instrumen Data Guru
Data guru yang dibutuhkan untuk perencanaan kebutuhan guru berisi
informasi yang meliputi: NIP, NUPTK, NIK, nama guru, tanggal lahir,
status guru (PNS, GTT, Honda I, Honda II, Honor Sekolah, dll), kualifikasi
pendidikan, bidang pendidikan, sertifikat pendidik, jenis guru, mata
pelajaran yang diampu, mata pelajaran utama, nama mata pelajaran
tambahan, tempat tugas, lokasi kabupaten/kota/provinsi.
c. Instrumen Rekapitulasi data Guru
Meliputi data NPSN, nama sekolah, kabupaten/kota/provinsi, jenis guru,
jumlah guru yg ada, dan data pensiun.

Untuk memeriksa kesesuaian input data guru, dapat digunakan daftar cek berikut
ini.
Tabel 3.2. Daftar Periksa (Check List)
Kegiatan Pengendalian Input

KOMPONEN KESESUAIAN
DENGAN
NO KEGIATAN KETERANGAN
KOMPONEN
(3-2-1)
1 Peta data guru Memuat data
tentang guru
Memuat semua
data individu
guru
Terdapat
pengelom-
pokan data
Disajikan
secara
sistematis
2 Validasi data guru. Kebenaran
sumber data

17
Kebenaran
metode
validasi
Kebenaran
waktu validasi
Kebenaran
hasil validasi

3. Pengendalian Proses
Pengendalian terhadap proses meliputi pengendalian terhadap perhitungan
kebutuhan guru, analisis kelebihan/kekurangan guru, pemenuhan kebutuhan
guru, formasi dan pemindahan guru. Dengan data yang sudah diuji validitasnya
atau diyakini kebenarannya selanjutnya digunakan untuk menghitung kebutuhan
guru pada tingat sekolah, tingkat kabupaten/kota dan tingkat provinsi hingga
tingkat nasional. Dari perhitungan yang telah dilakukan melalui sistem selanjutnya
akan dihasilkan data kelebihan atau kekurangan guru pada masing-masing
jenjang. Kelebihan atau kekurangan pada jenjang satuan pendidikan tidak serta
merta dijadikan acuan untuk menghitung kebutuhan guru pada jenjang berikutnya,
karena berdasarkan data hasil perhitungan tersebut perlu dianalisis metode
pemenuhannya, apakah cukup dipenuhi melalui optimalisasi kegiatan guru di
sekolah atau harus dipenuhi dengan cara lain, apabila optimalisasi sudah tidak
bisa dilakukan. Berdasarkan hasil analisis kelebihan/kekurangan guru, maka
dilakukan upaya pemenuhan dimana pemenuhan untuk wilayah yang kekurangan
guru dapat dilakukan melalui pengangkatan guru baru yang ditentukan melalui
formasi atau melalui pemindahan guru dari wilayah yang kelebihan guru ke
wilayah yang kekurangan guru.

18
Analisis jabatan guru Deskripsi tugas guru Analisis beban kerja guru

Peta Data Guru

Perbaikan data
Validata Data Guru
guru
Tidak
Valid
Valid

Perhitungan kebutuhan guru

Analisis +/- kebutuhan guru

kekurangan
Kelebihan
Pemenuhan kebutuhan guru

Tidak Formasi GuruA Pemindahan GuruA


valid

Validasi metode pemenuhan


kebutuhan guru

Valid

Penempatan
Guru

Untuk dapat melihat langsung sebuah kegiatan atau proses, maka perlu dilakukan
pemantauan kegiatan (monitoring), dimana dengan kegiatan pemantauan atau
monitoring ini seorang pimpinan atau petugas pemantau dapat melihat kenyataan
proses kegiatan yang sedang berlangsung. Pemantauan sangat perlu dilakukan
untuk mengumpulkan informasi proses kegiatan di lapangan, di mana hasil dari

19
pengumpulan informasi ini kemudian digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap
proses pelaksanaan kegiatan. Dengan adanya evaluasi maka dapat diketahui
apakah proses kegiatan telah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan atau tidak.
Bila terjadi penyimpangan di lapangan maka perlu dicari penyebab penyimpangan
dan dicarikan solusi terbaik dari permasalahan yang ditemukan. Untuk memeriksa
kesesuaian proses dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek berikut ini.
Tabel 3.3. Daftar Periksa (Check List)
Kegiatan Pengendalian Proses

KOMPONEN KESESUAIAN
DENGAN KETERANGA
NO KEGIATAN
KOMPONEN N
(3-2-1)
1 Perhitungan kebutuhan Kebenaran
guru rumus
perhitungan
Kebenaran
data yang
dimasukkan
dalam
perhitungan
Kebenaran
hasil
perhitungan
2 Analisis kelebihan/ Kebenaran
kekurangan guru data guru yang
ada
Kebenaran
hasil cek ulang
perhitungan
Kebenaran
cara
optimalisasi
tugas guru
Kebenaran
hasil analisis
3 Pemenuhan kebutuhan Kebenaran
guru hasil cek ulang
analisis
Kebenaran
metode
pemenuhan
20
Memenuhi
skala prioritas
4 Formasi guru Kebenaran cek
ulang hasil
optimalisasi
tugas guru
Kebenaran
metode
penentuan
formasi guru
Kebenaran
cara
pemenuhan
formasi guru
5 Pemindahan guru. Kebenaran cek
ulang hasil
analisis
kelebihan/
kekurangan
guru
Kebenaran
data lokasi
asal guru
Kebenaran
data lokasi
tujuan
pemindahan
guru

4. Pengendalian Produk atau Hasil


Hal terakhir untuk menjamin validitas hasil kegiatan adalah melakukan validasi
terhadap metode pemenuhan kebutuhan guru. Apabila metode yang digunakan
benar maka dilakukan penempatan guru sesuai wilayahnya, tetapi apabila metode
pemenuhannya tidak valid maka harus dilakukan analisis ulang tentang metode
pemenuhan kebutuhan gurunya. Untuk memeriksa kesesuaian produk atau hasil
dapat digunakan daftar cek berikut ini.

21
Tabel 3.4. Daftar Periksa (Check List)
Kegiatan Pengendalian Produk (Hasil)

KOMPONEN KESESUAIAN
DENGAN
NO KEGIATAN KETERANGAN
KOMPONEN
(3-2-1)
1 Metode pemenuhan Kebenaran
kebutuhan guru hasil cek ulang
metode
pemenuhan
kebutuhan
guru
Kebenaran cek
ulang hasil
analisis
kelebihan/
kekurangan
guru
2 Penempatan guru Kebenaran
kualifikasi guru
yang akan
ditempatkan
Kebenaran
hasil cek ulang
metode
penentuan
formasi guru
Kebenaran
data lokasi
penempatan
guru

B. Mekanisme Pengendalian Kebutuhan Guru


Dengan memahami proses pemenuhan kebutuhan guru seperti diuraikan di atas
maka seorang pejabat yang berwenang dapat menentukan titik-titik kritis atau simpul
kegiatan yang dapat digunakan sebagai sara pengendalian kegiatan terutama
menjamin kebenaran data dan hasil pengolahan data. Simpul-simpul pengendalian
kebutuhan gurus sesuai diagram alir di atas adalah pada kegiatan:

22
1. Validasi Data Guru
Simpul kegiatan ini sangat penting karena melalui kegiatan validasi ini mampu
menyaring data yang diperoleh dari hasil pemetaan. Validasi data dilakukan
terhadap data yang diperoleh dari pemetaan data guru. Validasi data dilakukan
pata tiap tingkat, yaitu tingkat satuan pendidikan yang disupervisi oleh UPTD/balai
dinas pendidikan, tingkat provinsi oleh dinas pendidikan, dan tingkat pusat oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Seharusnya data yang dimasukkan (di-
input) oleh operator sekolah perlu diperiksa kebenarannya atau di-approve oleh
kepala satuan pendidikan, setelah di-approve oleh kepala satuan pendidikan
barulah data masuk ke tingkat dinas pendidikan provinsi untuk diperiksa dan di-
approve oleh dinas pendidikan melalui operator dinas pendidikan. Dengan adanya
verifikasi pada tingkat provinsi diharapkan data yang masuk ke pusat adalah data
yang sudah benar-benar dapat dipercaya kebenarannnya. Validasi data guru ini
harus dilakukan secara berkala untuk memastikan data yang diperoleh adalah data
terkini. Jenis guru yang dibutuhkan tiap sekolah juga harus divalidasi, di mana jenis
guru yang dibutuhkan harus jelas sebagai berikut.
a) TK / PAUD
 Guru kelas A dan B (sejumlah rombel)
 Guru Pendidikan Khusus
b) SD/MI
 Guru kelas (sejumlah rombel)
 Guru Mapel (Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan Pendidikan Jasmani,
Olah raga, dan Kesehatan)
 Guru Pendidikan Khusus
c) SMP/MTs
 Guru mata pelajaran (sejumlah mapel pada struktur kurikulum)
 Guru TIK
 Guru Bimbingan Konseling
 Guru Pendidikan Khusus
d) SMA/MA
 Guru Mata pelajaran (sejumlah mapel pada struktur kurikulum)

23
 Guru TIK
 Guru Bimbingan Konseling
 Guru Pendidikan Khusus
e) SMK
 Guru Mata Pelajaran (sejumlah mapel pada spektrum)
 Guru TIK
 Guru Bimbingan Konseling
 Guru Pendidikan Khusus
f) PENDIDIKAN KHUSUS
 Guru Kelas (sejumlah rombel)
 Guru Mata Pelajaran:
 Guru Bimbingan Konseling
Pemenuhan beban kerja guru adalah minimal 24 jam tatap muka, ditambah dengan
tugas perencanaan pembelajaran, penilaian, membimbing dan melatih serta tugas
tambahan dan ekivalensi beban kerja per minggu yang diatur dalam Permendikbud
Nomor 15 Tahun 2018.
Tabel 3.5. Tuas Tambahan Guru dan Ekivalensi Jam Tatap Muka
Ekivalensi Jumlah Jam
Tugas Tambahan Tatap Muka(JTM) per
minggu
- Walikelas 2 JTM
- Pembina Osis 2 JTM
- Pembina Ekstrakurikuler 2 JTM
- Koordinator PKB/PKG 2 JTM
- Koordinator Bursa Kerja Khusus 2 JTM
- Guru Piket 1 JTM
- Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak 1 JTM
Pertama
- Penilai Kinerja Guru 1 JTM
- Pengurus Organisasi/Asosiasi Pofesi 2 JTM
Guru tingkat:
a. Nasional (Ketua Umum,
Sekjen, Ketua, Wakil Ketua) 2 JTM
b. Provinsi/kab/kota (Ketua dan 1 JTM
wakil)

24
Untuk data kepegawaian guru juga perlu divalidasi yang meliputi:
a) Status Guru
Status guru yang dikatagorikan dalam database DAPODIK meliputi; (a) PNS, (b)
PNS DPK (Diperbantukan di sekolah swasta), (c) Guru Tetap Yayasan, (d) Guru
Honor Daerah I, (e) Guru Honor Daerah II, (f) Guru Honorer Sekolah.
b) Sertifikasi Guru
Legalitas profesional guru yang ditandai dengan penerimaan sertifikat pendidik.
Kategori berdasarkan sertifikasi guru meliputi; (a) Sudah memiliki sertifikat
pendidik, (b) Belum memiliki sertifikat pendidik sudah memenuhi kualifikasi D4/S1,
(c) Belum memiliki sertifikat pendidik yang belum memenuhi kualifikasi D4/S1.
c) Masa Kerja Guru
Pemetaan guru berdasarkan masa kerja (TMT/Terhitung Mulai Tugas)

2. Analisis kelebihan/kekurangan guru


Analisis ini penting karena kegiatan ini mencakup pemeriksaan rumus yang
digunakan untuk menghitung kebutuhan guru, dan juga hasil perhitungannya.
Apabila diperkirakan nampak keganjilan data kelebihan/kekurangan guru maka
perlu diperiksa apakah data yang masuk sudah benar atau belum dan juga apakah
rumus yang digunakan untuk menghitung sudah benar atau belum. Hasil analisis
kelebihan/kekurangan guru bukanlah langsung diperoleh dari hasil perhitungan
rumus, tetapi setelah dilakukan optimalisasi terhadap tugas guru di sekolah.
Berikut ini diberikan contoh tabel analisis kebutuhan guru SMA.

25
Tabel 3.6. Contoh Tabel Analisis Kebutuhan Guru

3. Validasi metode pemenuhan kebutuhan guru


Kegiatan ini dilakukan sesaat sebelum dilakukan penempatan guru melalui formasi
rekrutmen baru atau melalui pemindahan guru. Apabila metode pemenuhannya
sudah benar maka pihak kementerian melalui instansi terkait harus memastikan
bahwa penempatan guru memang sudah sesuai dengan sekolah yang
membutuhkan guru tersebut. Dengan demikian kegiatan validasi metode
pemenuhan ini merupakan titik kendali yang juga krusial selain dua titik simpul di
atas. Khusus untuk pemenuhan kebutuhan guru, sebelum dilakukan rekrutmen
baru atau pemindahan, perlu dilakukan optimalisasi beban kerja terlebih dulu. Jadi
kepala sekolah atau pejabat setempat perlu memeriksa apakah optimalisasi beban
kerja guru ini sudah dilaksanakan. Hal tersebut dicontohkan berikut ini.

26
Tabel 3.7. Contoh Perhitungan Kebutuhan Guru SMP Tingkat Sekolah
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Jam Rombel/Kelas Jumlah Jam Kebutuhan Guru Kelebihan/
No. Mapel
rombel tatap Guru Yang Kekurangan
X XI XII
Muka Ada Guru
Bahasa
1. 6 4 4 4 12 72 3,0 2 (-) 1
Indonesia
2. IPA 5 4 4 4 12 60 2,5 2 (-) 0,5
3. IPS 4 4 4 4 12 36 1,5 1. (-) 0,5
4. ……………..
5. ………………

Dari hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa untuk kebutuhan guru Bahasa
Indonesia adalah 3, yang tersedia hanya 2 orang, maka dibutuhkan tambahan 1
orang guru Bahasa Indonesia. Sedangkan kebutuhan guru IPA adalah 2,5, dan
yang tersedia adalah 2, di sini masing-masing guru IPA dapat dioptimalkan untuk
masing-masing guru mengajar 30 jam per minggu. Untuk kasus guru IPS berbeda
lagi, jumlah kebutuhan guru IPS adalah 1,5, apabila dipaksakan mengajar dengan
1 guru maka guru tersebut harus mengajar 36 jam per minggu, tetapi bila ditambah
1 orang guru IPS maka 1 orang guru mengajar 24 jam dan 1 orang guru lagi
mengajar hanya 12 jam, sehingga hal ini perlu dipertimbangkan untuk memenuhi
guru IPS dari SMP lain yang satu zonasi..

4. Validasi Penempatan Guru


Validasi terakhir ini sangat krusial, meskipun data sudah benar, proses
perhitungan sudah benar, metode pemenuhannya sudah benar, tetapi bila
penempatannya salah tempat maka akan menjadi hal yang mubazir. Untuk itu
pejabat pengendali harus memiliki akses untuk mengawasi kebenaran
penempatan guru sesuai lokasi yang direncanakan.
Meskipun disadari bahwa pengendalian mutu kegiatan dilakukan pada setiap
kegiatan, tetapi mengingat waktu dan kesibukan seorang pejabat maka keempat
simpul kegiatan tersebut dapat digunakan sebagai titik kendali kebenaran proses
pemenuhan kebutuhan guru. Untuk itu dapat diringkas tanggungjawab dan kegiatan
pejabat pengendalian kebutuhan guru adalah sebagai berikut.

27
1. Menyiapkan tim pengendali kebutuhan guru, berupa petugas monitoring dan
evaluasi secara adhoc.
2. Menyiapkan instrumen pengendalian kebutuhan guru atau instrumen monitoring
dan evaluasi.
3. Melakukan review analisis jabatan dan beban kerja guru.
4. Memantau peta data guru.
5. Melakukan validasi data guru.
6. Memverifikasi hasil perhitungan kebutuhan guru.
7. Melakukan analisis kelebihan/kekurangan guru
8. Memantau dan melakukan validasi metode pemenuhan kebutuhan guru.
9. Memantau dan melakukan validasi penempatan guru.
10. Melakukan pengkinian/update data guru.
Dengan melakukan kegiatan seperti di atas maka tugas pejabat yang menangani
pengendalian kebutuhan guru tidaklah sedikit, bahkan harus dilakukan secara
konsisten dan terus menerus.

C. Tugas Dan Kewenangan Lembaga


Pengendalian kebutuhan guru yang berkesinambungan diperlukan agar
penyelenggaraan pendidikan maupun pembina kepegawaian mengetahui secara
tepat kondisi guru yang ada di sekolah. Pengendalian kegiatan pemenuhan
kebutuhan guru dilakukan secara bertahap sesuai dengan kewenangan masing-
masing lembaga, dengan tahapan sebagai berikut.
1. Satuan Pendidikan:
a. melakukan pemetaan data guru yang ada di sekolahnya dan selanjutnya
menginventarisasi dan mengidentifikasi jumlah dan jenis guru pada tahun
berjalan
b. melakukan validasi data dari pemetaan yang telah dilakukan.
c. melakukan analisis kelebihan/kekurangan guru yang diperoleh dari portal data
pokok pendidikan dan hasil perhitungan secara manual.
d. melaporkan hasil pengendalian data guru di sekolahnya yang ditandatangani
oleh kepala sekolah.

28
2. Kantor Cabang Dinas Wilayah
a. menerima hasil pengendalian data dari satuan pendidikan.
b. melakukan validasi berdasarkan zona.
c. melaporkan hasil pengendalian data guru yang ditandatangani oleh kepala
Kantor Cabang Dinas.
3. Dinas Pendidikan Provinsi:
a. menerima hasil pengendalian data dari UPT provinsi.
b. melakukan validasi data dan validasi hasil analisis kelebihan/kekurangan
berdasarkan wilayah UPT.
c. melakukan validasi metode pemenuhan gurus sebelum dilakukan penempatan
guru.
d. melaporkan hasil pengendalian data guru yang ditandatangani oleh kepala
dinas pendidikan provinsi.
4. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
a. menerima hasil pengendalian data dari provinsi.
b. melakukan validasi berdasarkan provinsi.
c. melakukan validasi metode pemenuhan gurus sebelum dilakukan penempatan
guru.
d. menyusun laporan hasil pengendalian data guru untuk digunakan oleh pihak
yang membutuhkan.

29
BAB V
PENUTUP

Pengendalian data guru secara nasional dilakukan mulai dari data guru tingkat
satuan pendidikan, kabupaten/kota, dan tingkat provinsi. Dalam rangka pendataan guru
dilakukan perhitungan kebutuhan guru yang dilakukan secara terintegrasi dengan
komponen pendidikan lainnya yang terdiri dari kurikulum, sarana dan prasarana, siswa
dan manajemen sekolah. Prinsip perhitungan kebutuhan guru berdasarkan pada
pemenuhan tuntutan Peraturan Bersama Peraturan Bersama Menteri Pendidikan
Nasional, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi,
Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Dan Menteri Agama Nomor 05/X/Pb/2011,
Nomor SPB/03/M.PAN-RB/10/2011, Nomor 48 Tahun 2011, Nomor 158/PMK.01/2011,
dan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri
Sipil.
Hasil pengendalian data guru dianalisis sebagai bahan penataan dan pemerataan
guru di tingkat satuan pendidikan, tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, dan tingkat
nasional. Penataan dilakukan berdasarkan Petunjuk teknis dari Peraturan Bersama
tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria (NSPK). Apabila berdasarkan hasil perhitungan dan pengendalian data masih
terdapat guru yang tidak dapat memenuhi kewajiban mengajar paling sedikit 24 jam tatap
muka dalam 1 minggu, maka dilakukan strategi optimalisasi sebagaimana diatur dalam
pedoman yang lain. Berkenaan dengan penataan dan pemerataan guru SMA, pedoman
ini juga menjadi acuan bagi penyelenggara pendidikan yang dilaksanakan oleh
masyarakat.

30

Anda mungkin juga menyukai