ISI
A. Patomekanisme Diskolorisasi
1. Perdarahan intra pulpa
2. Nekrosis pulpa
Iritasi karena bakteri, mekanik atau kimia pada pulpa dapat menyebabkan atau
menghasilkan jaringan yang nekrotik dan pelepasan disintegrasi oleh produk yang
dapat menembus tubulus dan menghitamkan dentin disekitarnya. Tingkat dari
perubahan warna (diskolorisasi) yaitu dikaitkan secara langsung dari seberapa
lama pulpa telah nekrotik. Semakin lama senyawa perubahan warna hadir di ruang
pulpa, maka semakin besar perubahan warna.2 Gigi dengan trauma pulpa
mengalami diskolorisasi menjadi warna abu-abu hingga coklat.3
Lamanya paparan dentin pada respon pulpa kontroversial. Di satu sisi, asumsi
ini nampaknya didukung oleh studi klinis dimana nekrosis pulpa meningkat secara
signifikan pada gigi yang fraktur mahkota dan tidak diobati dengan keterpaparan
dentin yang luas. Tapi ada penelitian yang menunjukkan bahwa pada gigi dengan
fungsional, vitalitas pulpa (tidak ada kontaminasi cedera luksasi), dentin dapat
memberikan ketahanan yang cukup besar terhadap masuknya bakteri. Selain itu,
secara eksperimental telah ditemukan bahwa pada gigi dengan sirkulasi pulpa
yang utuh , dentin dapat memberikan ketahanan yang cukup besar terhadap invasi
bakteri. Dentin yang telah terpapar pada lingkungan mulut untuk jangka waktu
yang lebih lama hingga nampak dari kurangnya permeabilitas dari dentin yang
terbuka. Faktor prognostik mengenai resiko nekrosis memiliki efek sigifikan yang
meliputi : (1) adanya cedera periodontal yang bersamaan, (2) kematangan apikal,
(3) waktu saat perawaatan darurat, (4) jenis fraktur . Pada gigi dengan trauma
akibat fraktur mahkota, jika masalah pulpa timbul biasanya akan terjadi dalam
enam bulan pertama setelah cedera. Namun, perubahan inflamasi dapat bersifat
sementara jika pasokan vaskular pulpa tetap utuh.4
Hasil dari gigi pasca traumatik ditentukan tingkat keparahannya : nekrosis
pulpa, perubahan warna gigi, periodontitis apikalis, fistula, dll. Hasil dari trauma
gigi tergantung dari jenis cedera, waktu perawatan darurat dan kualitas
pengobatan. Pertimbangan yang harus diberikan bahwa komplikasi trauma gigi
dapat terjadi pada beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah cedera.
Cedera gigi yang traumatis pada jaringan keras gigi dan pulpa seperti fraktur
mahkota dapat disertai nekrosis pulpa. Konsekuensi cedera gigi traumatis pada
jaringan sekitarnya, jika terjadi avulsi atau intrusi bahkan bisa lebih serius lagi.
fraktur mahkota yang uncomplited ditemukan komplikasi nekrosis pulpa jarang
terjadi, hanya sekitar 2% - 5% jika ditangani secepatnya. Dan tingkat
kelangsungan hidup atau vitalitas pulpa pada fraktur mahkota yang yang parah
sekitar 63-94% mengalami nekrosis. Metode pengobatan yang dipilih dan jangka
waktu antara trauma dan inisiasi pengobatan memiliki pengaruh yang signifikan.
Dua jenis nekrosis pulpa berhubungan dengan traumatik : Nekrosis iskemik yang
disebabkan oleh terganggunya suplai darah pada foramen apikal dan Nekrosis
Liquif terakit dengan infeksi bakteri. Prevalensi nekrosis yang dilaporkan
bervariasi, jelas bahwa fraktur mahkota yang ditangani secepatnya akan
membawa resiko nekrosis pulpa rendah. Jika tidak, maka garis patah dapat
bertindak sebagai jalur bakteri untuk memasuki ruang pulpa. Juga diyakini bahwa
penetrasi bakteri ke tubulus dentin dengan fraktur yang dalam dan tidak diobati
selama lebih dari 24 jam terjadi. 5
Perubahan akibat trauma pada dasarnya berkisar dari kuning atau pink sampai
kelabu atau hitam. Warna kuning merupakan akibat dari obliterasi/penyumbatan
sebagian saluran pulpa karena proses kalsifikasi. Gigi ini biasanya vital dan
berubah warna karena kalsifikasi berat pada mahkota dan sistem saluran akar.
Gigi ini bisa atu tidak merespon electric pulp test (EPT) atau tes termal. warna
pink kemungkinan akibat pigmen darah yang masuk ke tubulus dentin saat
trauma. Gigi berwarna kelabu atau hitam umumnya merupakan akibat kematian
pulpa. Tidak semua perubahan warna diindikasikan untuk dilakukan perawatan
saluran akar.6
Proses nekrosis karena fraktur ½ mahkota dapat lebih cepat tejadi jika fraktur
disertai dengan luksasi. pada luka luxation usia pasien dan tingkat keparahan
trauma berperan. Semakin parah trauma, kemungkinan pulpa akan menjadi
nekrotik semakin besar. Pada pasien muda, peran vascularisasi sangat penting
karena foramen apical yang masih cukup luas untuk vaskularisasi. 6
Hal ini jika dikaitkan dengan kasus, fraktur ½ mahkota dan posisi
mesipalatoversi, maka dapat disimpulkan proses nekrosis dan perubahan warna
yang terjadi sangat cepat. Gigi pada awalnya mengalami perubahan warna karena
perdarahan intra pulpa pasca trauma. Hal ini terus berlanjut karena tidaka adanya
penangan yang didapatkan oleh pasien, kemudian gigi mengalami proses nekrosis
karena invasi bakteri melalui pulpa yang terbuka akibat fraktur. Selain itu proses
nekrosis juga dapat dipercepat oleh karena foramen apical yang terganggu akibat
trauma hal ini dikarenakan bahwa keadaan mesiopalatoversi diasumsikan terjadi
pasca trauma.6
Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, saraf dan sel odontoblast; memiliki
kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu kemampuan untuk
mengadakan pemulihan jika terjadi peradangan. Akan tetapi apabila terjadi
inflamasi kronis pada jaringan pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang
jaringan pulpa maka akan menyebabkan kematian pulpa/ nekrosis pulpa. Hal ini
sebagai akibat kegagalan jaringan pulpa dalam mengusahakan pemulihan atau
penyembuhan. Semakin luas kerusakan jaringan pulpa yang meradang semakin
berat sisa jaringan pulpa yang sehat untuk mempertahankan vitalitasnya. Nekrosis
pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi bakteria pada jaringan
pulpa. Ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa dengan
lingkungan oral akibat terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpa exposure,
hal ini memudahkan infeksi bakteri ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang
pada jaringan pulpa. Apabila tidak dilakukan penanganan, maka inflamasi pada
pulpa akan bertambah parah dan dapat terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam
pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Dentinal tubules dapat
diakibatkan karena fraktur pada enamel, fraktur dentin, erosi dan abrasi. Dari
dentinal tubules inilah infeksi bakteri dapat mencapai jaringan pulpa dan
menyebabkan peradangan. Sedangkan direct pulpal exposure bisa disebabkan
karena proses trauma, operative procedure dan yang paling umum adalah karena
adanya karies. Pada kasus diskenario bahwa gigi 11 dengan fraktur ½ mahkota hal
ini mengakibatkan invasi bakteri dan menginfeksi jaringan pulpa dan terjadi
peradangan jaringan pulpa.7
Foramen apikal adalah jalur penghubung langsung antara jaringan pulpa dan
periodontal. Bila pulpa mengalami nekrosis, produk bakteri seperti enzim,
metabolit, dan antigen dapat mencapai periodontium melalui foramen apikal, lalu
memicu respon inflamasi. 9
Selain foramen apikal, kanal lateral juga berperan sebagai jalur penghubung
antara saluran akar utama dengan ligamen periodontal. Ramifikasi saluran akar
adalah semua percabangan pada saluran akar yang menghubungkan saluran akar
utama dengan ligamen periodontal. 9
Ketika pulpa terpapar oleh bakteri dan produk toksin nya, jaringan pulpa
diinfiltrasi secara lokal oleh leukosit polimorfonuklear (PMN). Bakteri dapat
mengkolonisasi dan bertahan pada area nekrosis. Jaringan pulpa akan tetap
mengalami inflamasi untuk jangka waktu yang lama dan nekrosis cepat atau
lambat dapat terjadi. Kondisi nekrosis menjadi akses untuk masuk ke jaringan
periapikal melalui foramen apikal, sehingga jaringan periapikal melakukan
pertahanan melalui inflamasi. Bila sistem imun tidak mampu melawan bakteri
maka kelebihan cairan dan eksudat tidak dapat dikeluarkan dan terjadi
8
pembengkakan yang keadaan ini disebut sebagai abses periapikal.
Abses periapikal umumnya berasal dari nekrosis jaringan pulpa. Jaringan yang
terinfeksi menyebabkan sebagian sel mati dan hancur. Sel darah putih merupakan
sistem pertahanan tubuh yang melawan infeksi dan setelah memfagositosis
bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah akan
membentuk nanah, dan akumulasi nanah ini maka jaringan sekitarnya akan
terdorong dan menjadi dinding pembatas abses.10
Abses adalah kumpulan pus yang terletak dalam suatu kantung yang terbentuk
dalam jaringan yang disebabkan oleh suatu proses infeksi oleh bakteri, parasit
atau benda asing lainnya. Abses merupakan reaksi pertahanan tubuh untuk
bertujuan mencegah agen-agen infeksi menyebar ke jaringan bagian tubuh
lainnya. Pus merupakan suatu kumpulan sel-sel jaringan lokal yang mati, sel-sel
darah putih, organisme penyebab infeksi atau benda-benda asing dan racun yang
dihasilkan oleh abses untuk drainase.12
Pada kasus dimana saat respon spesifik mulai bekerja dan sistem imun mulai
berhasil melawan bakteri maka akan terbentuk sinus track yang dibantu dengan
proliferasi dari rest of mallaisez yang diransang oleh sitokin dan lipopolisakarida
yang berasal dari bakteri dan terbentuklah tissue path dan eksudat akan
dikeluarkan melalui fistula atau bisul gusi. Jadi, saat bakteri yang menyerang
meningkat maka sistem imun juga akan meningkat, itulah mengapa sering timbul
bisul di area gingiva dikarenakan adanya respon spesifik.14
Fistula merupakan suatu saluran abnormal diantara dua organ atau antara satu
organ dengan permukaan luar sebagai drainase karena abses periapikal mencari
jalan keluar menuju ke permukaan gingiva sehingga membentuk sebuah saluran
fistula biasanya mencegah eksaserbasi atau pembengkakan dengan mengadakan
drainase lesi periradikuler terus menerus. Apabila dijumpai tidak ada fistula maka
debris dan bakteri akan difagositosis oleh makrofag dan cairan diabsorbsi melalui
pembuluh darah dan limfe.12
Yang perlu ditekankan adalah perlu kita sebagai operator melakukan history
taking yang dimana apakah pasien pernah mengalami sakit sebelumnya dan waktu
sakit serta intensitas sakit untuk mengetahui suatu penyakit dalam keadaan akut
atau kronik.
- Pemeriksaan Objektif
a. Intraoral :
Gigi 11 fraktur setengah mahkota tanpa karies dan berwarna lebih
gelap dari gigi sebelahnya serta posisi giginya mesiopalatoversi
Tes vitalitas (-) artinya bahwa gigi tersebut sudah nonvital,
perkusi (-) artinya gigi tersebut dalam keadaan kronis dikarenakan
daerah apikal yang dicurigai adanya abses telah mengalami
drainase sehingga daerah periapikal sudah tidak terdapat kumpulan
pus yang dimana kumpulan pus dapat menyebabkan rasa sakit.
palpasi (-) artinya bahwa pasien datang dengan keadaan tidak
terdapat bisul saat melakukan pemeriksaan.
- Pemeriksaan Penunjang
a. Radiografi
Tampak gambaran radiolusensi di ujung akar yang dimana suatu
tanda bahwa terdapat keterlibatan jaringan periapikal.
F. Perawatan Bleaching18,19
Mekanisme Bleaching:
Hidrogen peroksida merupakan suatu zat yang mempunyai kemampuan untuk
Menembu email mencapai email dan dentin yang terkena pewarnaan.Penembusan
ini terjadi karena berat molekul hidrogen peroksida yang rendah dan mempunyai
kemampuan denaturasi protein sehingga dapat meningkatkan gerakan ion-ion
melalui gigi.Menurut beberapa peneliti, terjadinya pemutihan gigi ini disebabkan
oleh adanya reaksi oksidasi. Noda-noda yang ada di email dan dentin akan
dioksidasi oleh hidrogen peroksida yang bersifat sebagai oksidator kuat. Bahan
oksidator ini mempunyai kemampuan untuk merusak molekul-molekul zat warna,
melalui reaksinya dengan oksigen bebas yang dilepaskan, sehingga warna menjadi
netral dan menyebabkan terjadinya efek pemutihan.
Hidrogen peroksida merupakan suatu bahan yang dapat menghasilkan radikal
bebas, HO2* + O* yang sangat reaktif. Pada proses pemutihan gigi, hidrogen
peroksida berdifusi melalui matriks organik email dan dentin. Radikal bebas
bermuatan merupaka radikal yang tidak stabil dan akan bereaksi dengan molekul
organik atau radikal bebas lainnya terutama molekul-molekul zat warna di dalam
gigi setelah zat warna dirusak sehingga terjadi efek pemutihan.
Pada gigi anterior dengan struktur gigi di atas supragingiva kurang dari ½ dan
sisa dentin saluran akar tipis maka penggunaan pasak disarankan untuk
meningkatkan retensi dan stabilisasi untuk memperkuat gigi.
Pasak merupakan retensi tambahan yang diletakkan di dalam saluran akar gigi
yang telah dirawat saluran akar. Pasak bertujuan sebagai pemegang inti dan
mahkota serta membantu melindungi penutupan apikal dari kontaminasi bakteri
yang disebabkan karena kebocoran mahkota. Fungsi dari pasak dan inti adalah
untuk meningkatkan daya tahan struktur jaringan gigi terhadap tekanan lateral dan
mendistribusikan ke seluruh jaringan gigi yang ada. Pasak dapat dibedakan
berdasarkan jenis yaitu :
a. Costum-cast post
b. Pasak Prefabricated
Pasak ready made atau prefabricated dapat terbuat dari metal dan non-
metal yang memiliki ukuran sesuai standar yang ditentukan. Pasak metal
pada umumnya memiliki retensi yang baik (tapi mempunyai modulus
elastis yang berbeda dengan dentin sehingga tekanan yang jatuh pada gigi
terkonsentrasi dan dapat menimbulkan fraktur.
- pasak fiber
- keramik
- fiber reinforced polymer. Fiber reinforced polymer terbuat dari karbon
atau serat silica yang terselubungi oleh polimer resin, biasanya merupakan
epoxy resin dan disebut pasak fiber reinforced composites (FRC).
Pasak fiber memiliki nilai estetik yang baik karena sewarna dengan gigi atau
bersifat translusen, sehingga tidak membutuhkan opaquer dan cocok untuk semua
bahan restorasi termasuk mahkota komposit dan all-ceramic. Biokompatibilitas
baik, tidak toksik, tidak korosif, tidak galvanic, tidak terlalu invasif dibandingkan
pasak logam, mudah diperbaiki atau dikeluarkan, dan tidak memberi efek sensitif
terhadap gigi. Apabila dilakukan sementasi dengan baik, maka dapat mencegah
terjadinya kebocoran mikro. Penggunaan pasak fiber diperlukan pembuatan inti
untuk meggantikan struktur mahkota yang hilang dan dikombinasikan dengan sisa
jaringan mahkota.
Namun, kasus yang sesuai dengan skenario dengan usia 18 tahun, untuk pasak
yang digunakan pada kasus adalah pasak Custom fabricated dengan alasan
mengingat bahwa usia pasien yaitu 18 tahun, dengan kemungkinan ruang pulpa
masih cukup lebar sehingga perlu pemberian pasak dengan ukuran yang sesuai
dengan teknik tuang sehingga bahan akan mengalir mengisi ruang pulpa yang
lebar, dibandingkan untuk penggunaan pasak dengan material fiber, walaupun
diunggulkan dengan estetika, tidak mengakibatkan korosi dan dapat digunakan
untuk semua bahan jenis restorasi dan modulus elastisitasnya yang mirip dentin
sehingga dapat memiminimalkan fraktur akar, tetapi dengan pertimbangan bahwa
pasak prefabricated yang berbahan fiber hanya memiliki ukuran sehingga
mungkin untuk kasus yang ruang pulpanya lebih besar, maka tentunya jika
penggunaan pasak fiber yang tidak pas maka tidak akan cocok apabila jika kita
ingin mendapatkan hasil retensi yang baik pada intraradikular.
Tetapi, terlepas dari segala hal tersebut apabila saat pentalaksanaan ditemukan
ruang pulpa dan kecocokan terhadap pasak dengan berbahan fiber, tentunya akan
lebih menguntungkan dikarenakan keunggulan dari pasak fiber tersebut.
Pada skenario ini, mengapa resin komposit tidak digunakan, karena dengan
pertimbangan perlunya perbaikan kondisi malposisi gigi. terlepas dari kondisi
malposisi gigi, resin komposit jauh lebih baik digunakan apabila gigi masih
mempunyai marginal ridge, cingulum dan incisal edge yang baik. Hal ini karena
gigi anterior tekanan fungsionalnya kecil. Akan tetapi, beberapa kasus gigi
anterior setelah perawatan endodontik dengan kerusakan cukup luas
membutuhkan penggunaan mahkota penuh dengan pasak inti karena
pertimbangan resistensi restorasi dan estetik. Meskipun demikian, pasak tidak
dapat menguatkan gigi yang telah dirawat endodontik, karena fungsinya nadalah
sebagai retensi inti, bila jaringan gigi yang tersisa tidak dapat mendukung
restorasi korona. Penyelamatan struktur gigi yang masih sehat dijadikan aspek
yang paling penting dalam meningkatkan pasca perawatan endodontik pada gigi
anterior.
Pada skenario modul kali ini, jika ditinjau dari gigi 11 mesiopalatoversi yang
mengalami fraktur ½ mahkota dan terdapat perubahan warna pada gigi, sebaiknya
digunakan restorasi mahkota penuh yaitu restorasi porcelain fused to metal
dengan melihat indikasinya yaitu, untuk estetis, menutup mahkota secara penuh,
karies yang luas, gigi yang memerlukan kekuatan dan retensi besar, memperbaiki
malposisi gigi, gigi fraktur dan gigi yang mengalami pewarnaan. Kotraindikasinya
yaitu pasien dengan karies aktif, penyakit periodontal yang tidak dirawat, gigi
dengan kontak oklusi besar, pasien dengan kebiasaan bruxism & cleanching.
Adapun keuntungan porcelain fused to metal dibanding all porcelain yaitu
kekuatan restorasi lebih tinggi serta pengurangan proksimal dan lingual lebih
konservatif dibanding yang dibutuhkan untuk mahkota all porcelain. Dengan
menggunakan restorasi porcelain fused to metal, maka selain frakturnya yang
tertangani, maka posisi gigi mesiopalatoversi juga turut teratasi.
H. Prognosis Kasus26,27
- Prognosis Baik
Jika korona retak, diamati dengan bagiannya tidak bergerak atau tidak
mobile dan pasien tidak memiliki gejala, maka prognosisnya baik.
- Prognosis sedang
Jika gigi sensitif saat melakukan probing, dengan bagian mengalami
mobile, maka prognosisnya lebih berhati-hati. Pasien harus mengerti
bahwa perawatan endodontik yang tertunda mungkin tidak dapat
menyelesaikan gejala yang ada dan prognosisnya hanya sedang. Jika
perawatan endodontik dilakukan, maka akses dinding interior harus
diperiksa dengan hati-hati, sebaiknya dilakukan pemeriksaan untuk
menentukan retakan telah mencapai ruang kanal atau tidak. Jika ini
diamati, pasien harus diberi tahu tentang potensi yang lebih
membahayakan prognosis.
- Prognosis Buruk
Jika pulpa gigi didiagnosis telah mengalami nekrose, dengan karies yang
sedikit dan riwayat restorasi dan memiliki poket periodontal yang dalam
dan sempit, serta adanya fraktur mahkota hingga pada bagian akar, maka
akan mendapatkan prognosis yang buruk.
Jika dihubungkan dengan pasca perawatan pada kasus, maka prognosis dapat
ditegorikan dalam prognosis yang baik. Jika setelah melakukan perawatan retensi
dan resistensi dapat bertahan lama dan tidak mengalami penyusutan dan kerapatan
marginal yang baik pada restorasi tersebut. Retensi dilakukan untuk ketahanan
pasak terhadap kekuatan tarik kearah vertikal. Sedangkan resistensi pada restorasi
ditunjukkan pada kekuatan mahkota pasak tersebut.