Anda di halaman 1dari 5

Nomor : UKP-PU/SOP/012/2016

Terbit ke : 01
SOP No.Revisi : 00
Mulai Berlaku : 1 Januari 2019
Dinkes.Kab. UPTD Unit
Halaman :1-3
KEBUMEN Puskesmas
Gombong 1
Ditetapkan
Kepala UPTD Unit dr.
Puskesmas Gombong 1 NIP.

A. Pengertian Kejang Demam (KD) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada

o
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38 C) akibat dari suatu proses
ekstra kranial. Kejang berhubungan dengan demam, tetapi tidak
disebabkan infeksi intrakranial atau penyebab lain seperti trauma
kepala, gangguan kesimbangan elektrolit, hipoksia atau hipoglikemia.
Faktor Risiko
1. Demam
Demam yang berperan pada KD, akibat:
 Infeksi saluran pernafasan
 Infeksi saluran pencernaan
 Infeksi THT
 Infeksi saluran kencing
 Roseola infantum/infeksi virus akut lain.
 Paska imunisasi
2. Usia
 Umumnya terjadi pada usia 6 bulan–6tahun
 Puncak tertinggi pada usia 17–23 bulan
 Kejang demam sebelum usia 5–6 bulan mungkin disebabkan
oleh infeksi SSP
 Kejang demam diatas umur 6 tahun, perlu dipertimbangkan
febrile seizure plus (FS+).
3. Gen
 Risiko meningkat 2–3x bila saudara sekandung mengalami
kejang demam
 Risiko meningkat 5% bila orang tua mengalami kejang
demam
B. Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan diagnosis dan
penatalaksanaan kejang demam
C. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Unit Puskesmas Gombong I Nomor
445.4/UKP.VII/007/KEP/2016 tentang Layanan Klinis yang
Menjamin Kesinambungan Layanan

1
D. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015
E. Langkah- A. Hasil Anamnesis
langkah/ Keluhan utama adalah kejang. Anamnesis dimulai dari riwayat
Prosedur perjalanan penyakit sampai terjadinya kejang, deskripsi kejang
seperti tipe kejang, lama, frekuensi dan kesadaran pasca kejang.
kemudian mencari kemungkinan adanya faktor pencetus atau
penyebab kejang. Umumnya kejang demam terjadi pada anak
dan berlangsung pada permulaan demam akut. Penting untuk
ditanyakan riwayat kejang sebelumnya, kondisi medis yang
berhubungan, obat-obatan, trauma, gejala infeksi, keluhan
neurologis, nyeri atau cedera akibat kejang, riwayat kejang
demam dalam keluarga

B. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Pemeriksaan tanda-tanda vital dan kesadaran. Pada kejang
demam tidak ditemukan penurunan kesadaran. Pemeriksaan
umum ditujukan untuk mencari tanda-tanda infeksi penyebab
demam. Pemeriksaan neurologi meliputi kepala, ubun-ubun
besar, tanda rangsang meningeal, pupil, saraf kranial, motrik,
tonus otot, refleks fisiologis dan patologis.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ditujukan untuk
mencari penyebab demam:
1. Pemeriksaan hematologi rutin dan urin rutin
2. Pemeriksaan lain atas indikasi: glukosa, elektrolit, pungsi
lumbal.

C. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
Klasifikasi kejang demam terbagi menjadi 2, yaitu:
Kejang demam sederhana
Kejang umum tonik, klonik atau tonik-klonik.
Durasi< 15 menit
Kejang tidak berulang dalam 24 jam.
Kejang demam kompleks
Kejang fokal atau fokal menjadi umum.
2
Durasi> 15 menit
Kejang berulang dalam 24 jam.

D. Penatalaksanaan
1. Keluarga pasien diberikan informasi selengkapnya mengenai
kejang demam dan prognosisnya.
2. Petugas memakai APD
3. Petugas memposisikan pasien di tempat yang aman dan jauh
dari benda-benda yang berbahaya maupun tajam
4. Longgarkan pakaian pasien
5. Bebaskan jalan napas
6. Berikan oksigen
7. Pasang IV line
8. Berikan diazepam per rektal (0,5mg/kgBB) atau BB < 10
kg diazepam rektal 5 mg , BB > 10 kg diazepam rektal 10
mg, harus segera diberikan jika akses intravena belum
terpasang.
9. Jika akses intravena telah diperoleh diazepam lebih baik
diberikan intravena dibandingkan rektal. Dosis pemberian
IV 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan maksimum pemberian 20
mg. Jika kejang belum berhenti diazepam rektal/IV dapat
diberikan 2 kali dengan interval 5 menit.
10. Jika kejang msih belum berhenti, segera rujuk pasien

3
F. Diagram alur
Informasikan kepada
keluarga Pasien

Petugas memakai APD

Longgarkan pakaian pasien


Bebaskan jalan napas
Berikan Oksigen
Pasang IV line

Jika iv line belum terpasang:


Berikan Diazepam per rektal
(0,5mg/kgBB) atau BB < 10
kg diazepam rektal 5 mg , BB
> 10 kg diazepam rektal 10
mg

IV line terpasang: Dosis


pemberian IV 0,3-0,5
mg/kgBB/kali dengan
maksimum pemberian 20
mg.

Jika kejang belum berhenti


diazepam rektal/iv dapat
diberikan 2 kali dengan
interval 5 menit.

Jika kejang masih belum


berhenti, segera rujuk pasien

No Kegiatan Ya Tidak TB
1. Apakah petugas memberikan informasi selengkapnya
mengenai kejang demam dan prognosisnya?
2. Apakah petugas memakai APD?
3. Apakah Petugas memposisikan pasien di tempat yang aman
dan jauh dari benda-benda yang berbahaya maupun tajam?
4. Apakah Petugas melonggarkan pakaian pasien?

2
5. Apakah petugas membebaskan Jalan napas?
6. Apakah petugas memberikan oksigen?
7. Apakah petugas memasang IV line?
8. Apakah petugas memberikan Diazepam per rektal?
9. Apakah petugas memberikan diazepam rektal 2 kali dengan
interval 5 menit jika kejang blm berhenti?
10. Apakah petugas merujuk pasien Jika kejang msih belum
berhenti?

Anda mungkin juga menyukai