Anda di halaman 1dari 11

D.

Sistem Reproduksi
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan
melestarikan jenis agar tidak punah. Bayangkan apabila ada suatu organisme yang
tidak melakukan reproduksi, tentu saja akan menganggu keseimbangan alam.
Pada rantai makanan, bayangkan jika salah satu mata rantai tersebut hilang. Tentu
akan tidak seimbang proses alam ini. Yang akan menghancurkan sebuah
ekosistem,atau bahkan peradaban. Sistem reproduksi vertebata jantan terdiri atas
sepasang testis, saluran reproduksi jantan, kelenjar seks aksesoris (pada mamalia)
dan organ kopulatoris (pada hewan-hewan dengan fertilisasi internal). Sistem
reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium pada beberapa hanya satu) dan
saluran reproduksi betina. Pada mamalia yang dilengkapi organ kelamin luar
(vulva) dan kelenjar susu. (Tenzer, 2003:19)
1. Reproduksi pada Invertebrata
Seperti halnya pada tumbuhan, perkembangbiakan pada invertebrata
(hewan tanpa tulang belakang) meliputi perkembangbiakan secara Aseksual
(Vegetatif) dan Seksual (Generatif).
a. Reproduksi Aseksual (Vegetatif)
Reproduksi yang terjadi tanpa proses peleburan sel gamet. Individu
baru muncul dari bagian tubuh induk. Beberapa hewan melakukan
reproduksi aseksual, karena bagian dari siklus hidupnya, dan beberapa
karena pengaruh lingkungan yang ekstreme. Sifat individu yang terbentuk
dari reproduksi aseksual adalah 100% mirip dengan induk. Oleh karena
itu, terdapat sedikit variasi genetik yang ditemukan pada individu hasil
reproduksi ini.
Macam-macam reproduksi aseksual antara lain sebagai berikut :
1) Membelah Diri
Reproduksi dengan cara membelah diri hanya terjadi pada protozoa
(hewan bersel satu), misalnya Amoeba, Paramaecium, dan Euglena.
Proses pembelahan diawali dengan proses pembelahan inti sel menjadi
dua, kemudian diikuti pembelahan sitoplasma menjadi dua bagian
yang masing-masing menyelubungi masing-masing nukleus tersebut.
Selanjutnya, bagian tengah sitoplasma menyempit dan diikuti
pemisahan yang membentuk dua individu. Pada saat keadaan
lingkungan kurang menguntungkan, Amoeba akan melindungi diri
dengan membentuk kista yang berdinding sangat kuat.
Di dalam kista tersebut, Amoeba membelah diri berulang-ulang
menghasilkan banyak individu baru dengan ukuran yang lebih kecil.
Ketika kondisi lingkungan membaik, dinding kista akan pecah dan
individu-individu baru akan keluar, tumbuh dan berkembang menjadi
Amoeba dewasa.
2) Fragmentasi
Fragmentasi adalah
perkembangbiakan dengan memotong
bagian tubuh, kemudian potongan
tubuh tersebut tumbuh menjadi individu
baru. Hewan yang melakukan
reproduksi secara fragmentasi adalah
cacing Planaria. Cacing Planaria
mempunyai daya regenerasi yang
sangat tinggi. Seekor cacing Planaria
yang dipotong menjadi dua bagian,
masing-masing potongan akan tumbuh
dan berkembang menjadi dua ekor
cacing Planaria.
3) Pembentukan Tunas
Tunas adalah cara perkembangbiakan
di mana individu baru merupakan bagian
tubuh dari induk yang terlepas kemudian
tumbuh. contoh Hewan yang berkembang
biak dengan membentuk tunas ialah
Hydra sp. Individu baru Hydra terbentuk
dari bagian tubuh Hydra dewasa. Setelah
cukup besar, tunas akan melepaskan diri
dari tubuh induknya. Hewan lain yang
melakukan reproduksi dengan tunas
misalnya ubur-ubur, hewan karang, dan
anemon laut.
4) Sporulasi (Pembentukan Spora)
Sporulasi adalah proses pembelahan berganda (pembelahan
multipel) yang menghasilkan spora. Hewan yang melakukan
reproduksi dengan sporulasi adalah Plasmodium sp. Plamodium
adalah protozoa bersel satu yang dikenal sebagai penyebab penyakit
malaria. Dalam siklus hidupnya, plasmodium mengalami dua fase,
yaitu fase generatif dan fase vegetatif. Fase generatif berlangsung di
dalam tubuh nyamuk Anopheles betina, sedangkan fase vegetatif
berlangsung di dalam tubuh penderita penyakit malaria.

b. Reproduksi Seksual (Generatif)


Perkembangbiakan secara generatif pada hewan avertebrata adalah
dengan cara-cara sebagai berikut.
1) Partenogenesis (individu baru berasal dari sel telur yang tidak
dibuahi), contoh: semut jantan dan lebah jantan.
2) Dengan pembuahan, individu baru berasal dari peleburan sel
kelamin betina atau sel telur dan sel kelamin jantan atau
spermatozoa.
a) Konjugasi, yaitu reproduksi pada organisme yang belum jelas
alat kelaminnya, antara individu jantan dan betina belum bisa
dibedakan. Contoh: Paramecium.
b) Anisogami, peleburan gamet yang tidak sama besar. Contoh:
terjadi pada plasmodium dalam tubuh nyamuk.
c) Hermafrodit, merupakan peristiwa yang menyimpang dari
kebiasaan, yaitu individu mampu menghasilkan sel kelamin
jantan dan betina. Contoh: hydra, cacing pita, dan cacing tanah.
2. Reproduksi pada Vertebrata
Vertebrata (hewan bertulang belakang) hanya dapat berkembangbiak
secara Seksual (Generatif).
Reproduksi atau perkembangbiakan secara generatif melibatkan peleburan
(fertilisasi) dua macam sel gamet, sperma (gamet jantan) dan ovum (gamet
betina). Individu yang terbentuk akan mewarisi kedua sifat induk yang akan
memunculkan sifat yang menonjol. Kombinasi genetik pada reproduksi
seksual meningkatkan variasi genetik pada tingkat spesies. Reproduksi
seksual menghasilkan individu baru yang tidak sama persis dengan induk.
Berdasarkan tempat bertemunya sel gamet, reproduksi dibedakan menjadi;
a. Fertilisasi Internal
Peleburan sel gamet jantan dan sel gamet betina terjadi di dalam tubuh
hewan betina. Pada mekanisme ini hewan akan dilengkapi dengan alat
kopulasi. Alat kopulasi ini akan membantu menghantarkan pertemuan sel
gamet. Penis merupakan alat kopulasi pada beberapa jantan, dan vagina
alat kopulasi pada hewan betina. Hewan jantan melepaskan berjuta-juta sel
gamet melalui alat kopulasi ke dalam alat reproduksi betina. Kemudian
sel-sel sperma ini akan “berlari” mencari keberadaan ovum, hanya satu
sperma yang dapat membuahi satu telur.
b. Fertilasi Eksternal
Peleburan sel gamet jantan (sperma) dan sel gamet betina (ovum) yang
terjadi di luar tubuh. Hewan jantan akan merangsang hewan betina untuk
menyemprotkan ovum, sedang hewan jantan akan melepaskan sel
spermanya di wilayah yang berair. Diperlukan media air untuk
memperantai pertemuan kedua sel gamet ini. Oleh karena itu, peleburan
macam ini biasanya terjadi pada hewan-hewan di lingkungan akuatik,
seperti ikan dan katak. Selain itu, wilayah berair akan melindungi telur-
telur embrio dalam masa perkembangannya, hal ini dikarenakan telur
embrio yang terbentuk tidak memiliki cangkang dan memerlukan kadar
kelembapan yang tinggi. Jika telur-telur ini dipindahkan ke wilayah yang
kering (daratan) maka menyebabkan telur-telur ini mengering dan akan
merusak perkembangan embrio. Pada beberapa hewan air, telur akan
berkembang menjadi bentuk larva bersilia yang akan mengembara
menempel di dasar perairan membentuk koloni baru, atau fase sesil
(menempel didasar perairan) untuk perkembangan vegetatif. Contohnya
ditemukan pada spons, ubur-ubur, dll.
c. Sistem Reproduksi Vertabrata
1) Sistem Reproduksi Pada Amphibi
a) Sistem Genetalia Jantan
 Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan
yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal
dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior
rongga abdomen.
 Saluran reproduksi. Tubulus ginjal akan menjadi duktus
aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju
duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus
pada beberapa spesies akan membesar membentuk vesikula
seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula
seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja.
Vasa aferen merupakan saluran-saluran halus yang
meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian
kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia
berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang
masih jelas dijumpai.
b) Sistem Genetalia Betina
 Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya
dijumpai jaringan lemak bermwarna kuning (korpus
adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum
berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan
pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium.
 Saluran reproduksi, oviducts merupakan saluran yang
berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang
mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang
disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah kaudal
mengadakan pelebaran yang disebut ductus mesonefrus.
Dan akhirnya bermuara di kloaka.

c) Pembuahan Eksternal
Sistem reproduksi pada amphibi, pembuahannya terjadi secara
eksternal artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadi
di luar tubuh. Pada pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum
dalam jumlah besar, karena kemungkinan terjadinya fertilisasi
lebih kecil dari pada pembuahan secara internal. Pada katak betina
menghasilkan ovum yang banyak, kalau kita membedah katak
betina yang sedang bertelur, kita akan menjumpai bentukan
berwarna hitam yang hampir memenuhi rongga perutnya, itu
merupakan ovarium yang penuh berisi sel telur, jumlahnya
mencapai ribuan.Pada katak betina juga ditemukan semacam
lekukan pada bagian leher, yang berfungsi sebagai tempat
”pegangan” bagi katak jantan ketika mengadakan fertilisasi. Hal ini
diimbangi oleh katak jantan dengan adanya struktur khusus pada
kaki depannya, yaitu berupa telapak yang lebih kasar. Fungsinya
untuk erat katak betina ketika terjadi fertilisasi.
2) Sistem Reproduksi Pada Aves
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok
burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di
dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan
kloaka.
a) Sistem Genitalia Jantan
 Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat,
bagian permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus
penis bagian paling kranial. Pada musim kawin ukurannya
membesar. Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa.
 Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk
duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan
membentuk duktus deferen. Pada burungburung kecil,
duktus eferen bagian distal yang sangat panjang
membentuk duktus aferen yang berdilatasi membentuk
duktus ampula yang bermuara dikloaka sebagai duktus
ejakulatori. Duktus eferen berhubungan dengan epididimis
yang kecil dengan ureter ketika masuk kloka.
b) Sistem Genitalia Betina
 Ovarium. Selain pada burung elang, ovarium aves yang
berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal
rongga abdomen.
 Saluran reproduksi, oviduk yang berkembang hanya yang
sebelah kiri, dan dibagi menjadi beberapa bagian- bagian
anterior adalah infundibulum yang punya bagian terbuka
yang mengarah ke rongga selom sebagai ostium yang
dikelilingi oleh fimbre- fimbre. Di posterionya adalah
magnum yang akan mensekresikan albumin, selanjutnya
istimus yang mengsrkresikan fimbre. Di Posteriornya
adalah magnum yang akan mensekresikan albumin,
selanjutnya Istimus akan mensekresikan membran sel telur
dalam dan luar.
c) Proses Fertilisasi
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri.
Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang
disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima
ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar
menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan
terdapat sepasang testis yang berhimpit dengan ureter dan
bermuara di kloaka.Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung
oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah
dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju
kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan
dikeliingi oleh materi cangkang berupa zat kapur. Telur dapat
menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan
membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak
burung menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan
paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya
dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan
dalam sarang
3) Sistem Reproduksi Pada Reptil
a) Sistem Genitalia Jantan
 Testis berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-
putihan,berjumlah sepasang, dan terletak di dorsal rongga
abdomen. Padakadal dan ular, salah satu testis terletak lebih
ke depan dari padayang lain. Testis akan membesar saat
musim kawin.
 Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai
saluran reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka.
Sebagian duktus wolfdekat testis bergelung membentuk
epididimis. Tubulus mesonefrusmembentuk duktus aferen
yang menghubungkan tubulus seminiferustestis dengan
epididimis. Duktus wolf bagian posterior menjadi
duktusdeferen. Pada kebanyakan reptil, duktus deferen
bersatu dengan ureterdan memasuki kloaka melalui satu
lubang, yaitu sinus urogenital yang pendek.
b) Sistem Genitalia Betina
 Ovaium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan
bagianpermukaannya benjol-benjol. Letaknya tepat di
bagian ventralkolumna vertebralis.
 Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian
anteriorterbuka ke rongga selom sebagai ostium, sedang
bagian posteriorbermuara di kloaka. Dinding bersifat
glanduler, bagian anteriormenghasilkan albumin yang
berfungsi untuk membungkus sel telur,kecuali pada ular
dan kadal. Bagian posterior sebagai shell gland akan
menghasilkan cangkang kapur.

c) Proses Pembuahan
Pada proses penetrasi hemipenis jantan akan dimasukkan ke
kloaka reptil betina. Dimana kloaka pada reptil betina merupakan
muara dari tiga saluran yaitu saluran kencing, saluran pencernaan,
dan saluran kelamin. Pada buaya betina menghasilkan ovum di
dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang oviduk
menuju kloaka. Buaya jantang menghasilkan sperma didalam
testis. Sperma bergerak menuju vas diferens dan berakhir di
hemipenis. Hemipenis merupakan dua alat penis yang dihubungkan
oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada
sarung tangan karet. Pada saat buaya mengadakan kopulasi, hanya
satu hemipenis saja yang dimasukan ke dalam saluran kelamin
betina.
4) Sistem Reproduksi pada Pisces
Pada pisces, ketika masih muda sulit di bedakan antara hewan
jantan dan hewan betina, baik secara morfologi maupun anatomi.
Organ reproduksi jantan dan betina pada waktu masih muda memiliki
struktur yang sama disebut ganoda. Setelah dewasa organ reproduksi
jantan pada ikan, dapat dibedakan organ genitalia masculine tampak
berwarna putih susu dengan permukaan licin berisi spermatozoa.
Pada saat kawin (spawing) pada
ikan berlaku secara alamiah/insting.
Pada ikan yang pembuahannya
secara eksternal, ikan betina tidak
mengeluarkan telur yang
bercangkang, namun mengeluarkan
ovum yang tidak akan berkembang
lebih lanjut apabila dibuahi oleh
sperma. Ovum tersebut dikeluarkan
dari ovarium melalui oviduk dan
dikeluarkan melalui kloaka. Saat
akan bertelur, ikan betina mencari
tempat yang rimbun oleh tumbuhan
air atau diantara bebatuan di dalam
air. Bersamaan dengan itu, ikan
jantan juga mengeluarkan sperma
dari testis yang di salurkan melalui
saluran urogenital (saluran kemih
sekaligus saluran sperma) dan
keluar melalui kloaka, sehingga
terjadi fertilasi didalam air.
5) Sistem Reproduksi pada Mamalia
Semua jenis mamalia, misalnya sapi, kambing dan marmut
merupakan hewan vivipar (kecuali Platypus). Mamalia jantan dan
betina memiliki alat kelamin luar, sehingga pembuahannya bersifat
internal. Sebelum terjadi pembuahan internal, mamalia jantan
mengawini mamalia betina dengan cara memasukkan alat kelamin
jantan (penis) ke dalam liang alat kelamin betina (vagina).

d. Berdasarkan cara perkembangan embrio dibedakan menjadi:


1) Bertelur (OVIPAR)
Embrio akan berkembang di luar tubuh induk dengan struktur yang
bercangkang. Telur embrio akan dikeluarkan dari tubuh induk.
Cangkang ini tersusun atas zat kapur yang melindungi telur embrio
dari kehilangan air. Berkembang diluar tubuh tidak menghalangi
perkembangan embrio. Telur embrio telah dilengkapi dengan kantung
kuning (yolksacs) yang merupakan nutrisi untuk menyuplai
perkembangan embrio selama di dalam cangkang. Hewan memiliki
waktu yang bervariasi dalam perkembangan embrionya, hal ini dapat
ditujukan dengan ukuran telurnya. Semakin besar ukuran telur maka
kantung kuning semakin besar, artinya perkembangan embrio semakin
lama. Dibutuhkan panas dalam proses pertumbuhan embrio di dalam
cangkang, oleh karena itu, induk akan melakukan suatu cara untuk
menghangatkan anaknya di dalam telur. Beberapa induk mengerami
telurnya (ayam, burung, unggas lainnya) dan beberapa menguburnya
di dalam pasir atau tumpukan serah-serah daun (penyu, ular, dll).
Beberapa induk akan menunggu sampai anaknya menetas, dan ada
yang meninggalkan anaknya.
2) Melahirkan (VIVIPAR)
Embrio berkembang di dalam tubuh induk betina (rahim). Embrio
akan mendapat suplai makanan dari pembuluh darah induk melalui
hubungan plasenta. Embrio akan berkembang di dalam rahim induk
betina dalam masa mengandung yang waktunya sangat bervariasi pada
tiap-tiap hewan. Contoh: sebagian besar mamalia, termasuk manusia.
3) Bertelur melahirkan (OVOVIVIPAR)
Suatu kombinasi antara bertelur dengan melahirkan. Pada
perkembangan ini, embrio disimpan dalam telur tak bercangkang di
dalam tubuh. Telur-telur ini dilengkapi dengan kantung kuning untuk
menyuplai perkembangan embrio. Sampai waktu yang ditentukan,
telur-telur ini pecah di dalam tubuh induk betina, dan keluar dari
tubuh betina. Contoh: beberapa reptil (kadal, dll).

E. Sistem Endokrin/Hormon
Sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik vertebrata
maupun invertebrata. Sistem endokrin (hormon) dari sistem saraf secara bersama
lebih dikenal sebagai super sistem neuroendokrin yang bekerja sama secara
kooperatif untuk menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi pada tubuh
hewan. Pada umumnya, sistem endokrin bekerja untuk mengendalikan berbagai
fungsi fisiologi tubuh, antara lain aktivitas metabolisme, pertumbuhan,
reproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi ionik.
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah
nama organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjar
melalui satu saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darahyang beredar di dalam
kelenjar. Kata “endokrin” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “sekresi ke
dalam”; zat aktif utama dari sekresi internal ini disebut hormon, dari kataYunani
yang berarti “merangsang”. Beberapa dari organ endokrin menghasilkan satu
hormon tunggal,sedangkan yang lain lagi dua atau beberapa jenis hormon:
misalnya kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormon yang
mengendalikan kegiatan banyak organ lain, karena itulah maka kelenjar hipofisis
dilukiskan sebagai ”kelenjar pemimpin tubuh”.
Sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi hormon
yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar
hipofise/putuitari, kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal,
kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu.
1. Sistem endokrin pada invertebrata

Anda mungkin juga menyukai