Anda di halaman 1dari 33

Case Report Session

Dengue Hemorragic Fever

Oleh:

Rey Mas Fakhrury 1740312074

Preseptor:

dr. Djunianto, Sp.PD

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUD LUBUK BASUNG
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dengue hemorragic fever (DHF) merupakan salah satu isu kesehatan yang

menjadi salah satu masalah kesehatan dunia, penyebaran dari dengue sangat

meningkat sejak 30 tahun terakhir. Saat ini diperkirakan sekitar 100 negara pada

iklim tropis dan subtropis merupakan area endemik DHF. Diperkirakan sekitar

40% dari populasi dunia berisiko untuk terkena virus dengue.1

WHO memperkirakan saat ini ada 50-100 miliar infeksi dengue diseluruh

dunia setiap tahun.2 Setiap 10 tahun, angka rata-rata setiap tahunnya angka kasus

dengue fever atau dengue hemoragic fever dilaporkan terus bertambah secara

seignifikan. Dari tahun 2000 - 2008, rata - rata jumlah kasus tahunan sekitar

1.656.870 kasus atau hampir tiga koma lima kali lipat dibanding tahun 1990 –

1999, yang hanya 479 848 kasus. Pada tahun 2008, dilaporkan 69 negara di Asia

tenggara, Pasifik Barat dan Amerika dilaporkan mengalami dengue.3

Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue family flaviviridae dengan

genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotip yang dikenal,

DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 yang ditularkan melalui gigitan nyamuk genus

aedes terutama Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.2

Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang merupakan

area endemik. Pada tahun 2006 indonesia memiliki insiden tertinggi untuk DHF di

Asia tenggara. Sejak ditemukannya tahun 1968 di Surabaya, kasus DHF di

Indonesia semakin meningkat. Berdasarkan dinas kesehatan indonesia pada tahun


2009, didapatkan bahwa Jawa Barat merupakan provinsi tertinggi kasus demam

dengue.1

Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus

demam beradarah adalah tingginya peningkatan pertumbuhan populasi, urbanisasi

yang tidak terkontrol, dan kurangnya kontrol vektor pada area endemik.1 Pasien

dengan infeksi virus dengue mempunyai keluhan dan tanda yang menyerupai

penyakit demam akut lainnya. Sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang untuk

menegakkan diagnosis yang pasti.2

1.2 Batasan Masalah

Karya tulis ini membahas tentang definisi, klasifikasi, epidemiologi,

etiologi, patogenesis, gambaran klinis, penegakan diagnosis, tatalaksana, serta

prognosis penyakit demam berdarah dengue.

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman

mengenai definisi, klasifikasi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, gambaran

klinis, penegakan diagnosis, tatalaksana, serta prognosis penyakit demam

berdarah dengue.

1.3 Metode Penulisan

Karya tulis ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk

kepada berbagai sumber.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (Dengue

Haemorrhagic Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang

disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik.

Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi

(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom

renjatan dengue (Dengue Shock Syndrom) adalah demam berdarah dengue yang

ditandai oleh renjatan/syok. 5

2.2 Epidemiologi

Dengue hemoragic fever (DHF) merupakan salah satu isu kesehatan yang

menjadi salah satu masalah kesehatan dunia, penyebaran dari dengue sangat

meningkat sejak 30 tahun terakhir. Saat ini diperkirakan sekitar 100 negara pada

iklim tropis dan subtropis merupakan area endemik DHF. Diperkirakan sekitar

40% dari populasi dunia berisiko untuk terkena virus dengue.1

Setiap 10 tahun, angka rata-rata setiap tahunnya angka kasus Dengue

Fever atau Dengue Hemoragic Fever dilaporkan terus bertambah secara

signifikan. Dari tahun 2000 – 2008, rata - rata jumlah kasus tahunan sekitar

1.656.870 kasus atau hampir tiga koma lima kali lipat dibanding tahun 1990 –

1999, yang hanya 479.848 kasus. Pada tahun 2008, dilaporkan 69 negara di Asia

Tenggara, Pasifik Barat dan Amerika dilaporkan mengalami dengue.3


Gambar 1. Rata-rata angka tahunan kasus DF/DHF yang dilaporkan

WHO.3

Gambar 2. Negara dan area yang berisiko penyebaran dengue.3


Sekitar 2,5 milIar orang didunia hidup didaerah endemik dan berisisko

untuk terkena DF/DHF, 1,3 milyar tinggal di 10 negara Asisa Afrika yang

merupakan area endemik dengue. Pada tahun 2009, semua negara di Asia

Tenggara kecuali Democratic people Republic of korea mengalami outbreak

dengue.

Faktor risiko yang berhubungan dengan DF/DHF

1. Perubahan demografi dan sosial : perubahan demografi dan sosial

menyebabkan urbanisasi yang tidak terkontrol dan tidak terencana.

2. Sumber air : distribusi air yang tidak adekuat

3. Managemen pembuangan sampah

4. Infrastruktur kontrol nyamuk

5. Konsumsi dari produk plastik non-biodegradable , paper cups dan

penggunaan ban, yang memfasilitasi meningkatnya tempat

perkembangbiakan nyamuk dan penyebaran pasif ke area yang baru.

6. Mikroevolusi dari virus.

Vektor

Virus dengue ditrasnmisikan melalui gigitan nyamuk Aedes betina, Aedes

Aegypty merupakan vektor yang paling potensial dalam menyebarkan dengue

tetapi species lainnya seperti Ae albopictus, Ae polynesiensis dan Ae niveus juga

berperan sebagai vektor sekunder, di india Ae aegypti merupakan vektor yang

utama. 4
Gambar 3. Aedes Aegypti

Faktor lingkungan

Populasi Ae aegypti berfluktuasi ketika musim hujan dan adanya tempat

penyimpanan air. Waktu hidup dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban,

suhu terbaik antara 16-30 derjat dan kelembaban sekitar 60-80%. Ae aegypti

bertelur di kontainer di dalam dan sekitar rumah. Ae aegypti sangat bersifat

antropofilik.4

Siklus transmisi

Ae aegypti betina biasanya menjadi terinfeksi dengan virus dengue ketika

meminum darah orang selama masa fase demam akut (viremia). Setelah periode

inkubasi ekstrinsik selama 8 – 10 hari, nyamuk menjadi terinfeksi dan virus di

transmisikan ketika nyamuk infektif menggigit dan memasukkan saliva ke

seseorang, tidak ada bukti transmisi vertikal dari virus dengue dari nyamuk betina

yang terinfeksi melalui telurnya. 4


Gambar 4. Siklus transmisi.4

2.3 Etiologi

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus

dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus

merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai

tunggal dengan berat molekul 4x106.5

Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2.DEN-3 dan DEN-4 yang

semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.

Keempat serotype ditemukan di indonesia dengan DEN-3 dengan serotype

terbanyak.5

2.4 Patogenesis

Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih

diperdebatkan5. Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa

mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue

dam sindrom renjatan dengue.

Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah


a) Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam

proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan

sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue

berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag.

Hipotesisi ini disebut antibody dependent enhancement (ADE)

b) Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam

respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferemsiasi T helper yaitu

TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin. Sedangkan

TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10

c) Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi

antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi

virus dan sekresi sitokin oleh makrofag

d) Selain itu aktivasi komplemen oleh kompleksi imun menyebabkan

terbentuknya C3a dan C5a

Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme:5

1. Supresi sumsum tulang

2. Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit

Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (<5 hari) menunjukan

keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan

terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar

trombopoetin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru menunjukan

kenaikan, hal ini menunjukan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai

mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruki trombosit

terjadi melalui pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD, konsumsi


trombosit selama proses koagulopati dan sekuestrasi perifer. Gangguan fungsi

trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP, peningktan kadar

b-tromboglobulin dan PF4 yang merupakan petanda degranulasi trombosit.5

Gambar 5. Imunopatogenesis demam berdarah dengue. 5

Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang

menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukan terjadinya

koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi

koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur ekstrinsik
(Tissue Factor Pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivsi faktor Xia

namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein C1-inhibitor complex).

2.5 Manifestasi klinis dan perjalanan penyakit

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau

dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue

atau sindrom syok dengue (SSD). Pada umumnya pasien mengalami fase demam

selama 1-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini

pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan

jika tidak mendapat pengobatan tidak adekuat.5

Perjalanan penyakit demam berdarah :4

1. Fase demam

Pasien akan tiba-tiba mengalami demam tinggi, fase demam akut ini biasanya

terjadi dalam 2 – 7 hari dan sering diikuti dengan muka merah, eritema kulit, nyeri

seluruh tubuh, myalgia, athralgia, nyeri mata retroorbita, fotopobia, dan sakit

kepala. Beberapa pasien mungkin akan mengalami nyeri tenggorokan, anoreksia,

mual dan muntah

Akan sulit membedakan secara klinis demam disebabkan oleh dengue atau

non dengue pada masa awal demam. Tes torniquet yang positif mengindikasikan

meningkatnya kemungkinan dengue, tetapi gambaran klinis ini tidak dapat

memprediksikan seberapa berat penyakit.

Manifestasi perdarahan yang ringan seperti petekie dan perdarahan membran

mukosa (seperti hidung dan gusi) mungkin juga dapat terlihat. Perdarahan

gastrointestinal juga mungkin dapat muncul pada fase ini walaupun jarang. Hati

mungkin mengalami pembesaran selama beberapa hari demam. Abnormalitas


yang pertama muncul adalah penurunan sel darah putih total yang progresif, yang

mungkin merupakan tanda bagi dokter kemungkinan tinggi mengalami dengue.

2. Fase kritis

Seiring dengan penurunan dari fase demam, pasien dengan peningkatan

membran kapiler mungkin akan bermanifest dengan tanda peringatan, kebanyakan

hasilnya adalah kebocoran plasma.

Gejala peringatan ini menandai awalnya fase kritis. Pasien menjadi lebih

buruk sekitar waktu penurunan suhu badan menjadi normal, ketika temperatur

menurun sampai 37,5 – 38,5 atau kurang. Biasanya fase ini muncul setelah 3 – 8

hari fase demam.

Progresif leukopenia diikuti dengan penurunan cepat dari jumlah platelet akan

menyebabkan terjadinya kebocoran plasma. Periode dari kebocoran plasma secara

signifikan biasanya berlangsung selama 24-48 jam. Derajat kebocoran plasma

bervariasi, peningkatan hematokrit mendahului perubahan pada tekanan darah dan

nadi.

Derajat hemokonsentrasi diatas nilai normal hematokrit menunjukan beratnya

dari kebocoran plasma, walaupun ini dapat dikurangi dengan terapi cairan

intravena. Manifestasi perdarahan mungkin juga dapat terlihat mudah memar dan

perdarahan saat venapuncture juga sering terjadi

Suhu tubuh mungkin subnormal ketika syok terjadi, hipoperfusi dapat

menyebabkan asidosis metabolik, gangguan fungsi organ dan disseminated

intravascular coagulation (DIC). Ini dapat menyebabkan perdarahan yang berat

dan pada syok yang berat terjadi penurunan hematokrit. Leukopenia biasanya
sering terlihat pada fase ini, sel darah putih mungkin dapat meningkat sebagai

respon stress pada pasien dengan perdarahan yang berat.

Tanda peringatan pada dengue

Tanda peringatan pada dengue biasanya didahului dengan manifestasi

syok dan muncul pada akhir fase demam, biasanya antara 3 – 7 hari demam.

Muntah yang persisten dan nyeri perut yang berat merupakam indikasi awal

adanya kebocoran plasma dan sangat meningkat jika pasien telah memasuki

keadaan syok. Kelemahan, pusing atau postural hipotensi terjadi selama fase syok.

Perdarahan mukosa spontan atau perdarahan pada tempat venapuncture

sebelumnya merupakan manifestasi perdarahan yang pemting. Pembesaran hepar

dan hepar menjadi lebih lunak dapat ditemukan. Tetapi, akumulasi cairan secara

klinik hanya dapat ditemukan pada kehilangan cairan yang sangat signifikan atau

setelah tatalaksana cairan intravena. Penurunan jumlah platelet yang cepat dan

progresif bisa sekitar <100.000 sel/mm3.

3. Fase pemulihan

Setelah pasien bertahan selama 24 – 48 jam pada fase kritis, reabsorpsi

gradual dari kompartemen cairan ekstravaskular akan terjadi selama 48-72 jam,.

Keadaan umum akan membaik, nafsu makan membaik, gejala gastrointestinal

akan mereda, status hemodinamik akan stabil.

Komplikasi yang akan terlihat pada fase demam, kritis dan fase pemulihan

1 Fase demam Dehidrasi, demam tinggi dapat

menyebabkan gangguan neurologi dan

kejang demam pada pasien anak


2 Fase kritis Syok akibat kebocoran plasma, perdarahan

berat dan gangguan fungsi organ

3 Fase pemulihan Hipervolemia (hanya terjadi jika terapi

cairan yang terlalu berlebihan)

4. Severe Dengue

Pada kasus dengue berat adalah pasien suspek dengue dengan satu atau lenih

gejala berikut

1. Kebocoran plasma yang berat yang menyebabkan syok (dengue

syok) dan atau akumulasi cairan dengn respiratory distress

2. Perdarahan yang hebat

3. Gangguan fungsi organ yang berat.

Gambar 6. Manifestasi infeksi virus dengue. 6

2.6 Pemeriksaan penunjang

Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka

demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,

jumlah trombossit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis

relatif disertai gambaran limfosit plasma biru.5

Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)

ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse

Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes

serologis yang mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa

antibodi total, IgM maupun IgG.5

Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain:

- Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 ditemui

limfositosis relatif (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit

plasma biru (LPB)>15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok

akan meningkat

- Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3 – 8

- Hematokrit : kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukanya

peningkatan hemtokrit ≥20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai

pada hari ke – 3 demam.

- Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen, D-Dimer, atau

FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan

pembekuan darah.

- Protein/albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma

- SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat

- Ureum kreatinin : bila didapatkan fungsi ginjal.


- Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan

- Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi ) bila akan diberikan

transfusi darah atau komponen darah.

- Imunoserologi : dilakukan pemerikasaan IgM dan IgG terhadap dengue

IgM ; terdeteksi mulai hari ke 3 – 5 meningkat sampai minggu ke – 3

menghilang setelah 60 – 90 hari

IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, pada

infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi pada hari ke-2

- Uji HI : dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang

dari perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans.

Gambar 7. Waktu IgG dan IgM. 4

2.7 Diagnosis

Demam dengue merupakan penyakit demam akut selama 2 – 7 hari,

ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :5

1. Nyeri kepala

2. Nyeri retro-orbital

3. Mialgia/atralgia
4. Ruam kulit

5. Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif)

6. Leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif: atau ditemukan

pasien DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang

sama.

Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD ditegakkan bila semua

hal dibawah ini terpenuhi:5

a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik

b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut

1. Uji bendung positif

2. Petekie, ekimosis atau purpura

3. Perdarahan mukosa atau perdarahan dari tempat lain

4. Hematemesis atau melena

c. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul)

d. Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut:

1. Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standard sesuai

dengan umur dan jenis kelamin

2. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,

dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.

3. Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asistes atau

hipoproteinemia

Dari keterangan diatas terlihat bahwa perbedaan utama antara DD dan

DBD adalah DBD ditemukan adanya kebocoran plasma.


Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue.5

DD/DBD Derajat Gejala Laboratorium

DD Demam disertai - Leukopenia Serologi

2 atau lebih - Trombositopenia, dengue

tanda: sakit tidak ditemukan positif

kepala, nyeri bukti kebocoran

retro-orbital, plasma

mialgia, atralgia

DBD I Gejala diatas Trombositopenia,

ditambah uji (<100.000), bukti ada

bendung positif kebocoran plasma

DBD II Gejala diatas Trombositopenia (<100.000)

ditambah bukti ada kebocoran plasma

perdarahan

spontan

DBD III Gejala diatas Trombositopenia (<100.000)

ditambah bukti ada kebocoran plasma

kegagalan

sirkulasi (kulit

dingin dan

lembab serta

gelisah)

DBD IV Syok berat Trombositopenia (<100.000)

disertai dengan bukti ada kebocoran plasma


tekanan darah

dan nadi tidak

terukur

2.8 Tatalaksana

Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah

terapi suportif. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang

paling penting dalam penanganan kasus DBD.Asupan cairan pasien harus tetap

dijaga, terutama cairan oral.Jika asupan oral pasien tidak dapat dipertahankan,

maka dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi

dan hemokonsentrasi secara bermakna. Terdapat 5 protokol penatalaksanaan DBD

pada pasien dewasa.5

Gambar 9. Observasi dan pemberian cairan suspek DBD dewasa tanpa renjatan

di unit gawat darurat


Gambar 9. Pemberian cairan pada suspek DBD dewasa di ruang rawat

Gambar 10.Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20%


Gambar 11. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa

Gambar 12. Managemen syok hipotensi.4


BAB 3

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. FC

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 26 tahun

Pekerjaan : Pedagang

Tanggal masuk : 11 Januari 2018

No. RM : 18.50.96

KELUHAN UTAMA

Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

 Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tinggi dengan

suhu 40 C, mendadak, terus menerus, menggigil, dan tidak berkeringat.

 Nyeri kepala sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit

 Nyeri sendi pada lutut, pergelangan kaki dan punggung sejak 3 hari

sebelum masuk rumah sakit

 Badan terasa letih dan lemah

 Mimisan ada, 1 kali. Perdarahan gusi dan saluran cerna tidak ada,

perdarahan di bagian tubuh lain tidak ada

 Bintik-bintik merah di kulit ada

 Mual ada, muntah 1 kali, berisi makanan yang dimakan sebelumnya, tidak

ada darah
 Nyeri perut ada, terus menerus, tidak menjalar ke daerah lain.

 Nafsu makan menurun sejak sakit

 Sesak napas, batuk, pilek tidak ada

 BAB dan BAK normal seperti biasanya

 Riwayat penurunan berat badan tidak ada

 Riwayat bepergian ke daerah endemis malaria tidak ada

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien tidak pernah menderita sakit DBD sebelumnya

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak ada anggota keluarga dan orang disekitar yang diketahui menderita

DBD

RIWAYAT KEBIASAAN, SOSIAL EKONOMI

 Pasien seorang pedagang

 Disekitar rumah pasien terdapat banyak penampungan air yang terbuka

dan air tergenang

 Pasien rutin membersihkan bak mandi

PEMERIKSAAN FISIK

 Pemeriksaan umum

Kesadaran : CMC

Keadaan Umum : Sakit sedang

Tekanan darah : 100/60 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,9oC
 Kulit

Kulit warna sawo matang, ikterus (-), sianosis (-), turgor kulit baik,

Rumple leed (+), petekie (+) pada kedua tungkai bawah.

 Kelenjar getah bening

Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.

 Kepala

Normocephal

 Rambut

Berwarna hitam, tidak mudah rontok

 Mata

Konjungtiva pucat tidak ada, sclera ikterik tidak ada

 Telinga

Tidak ditemukan kelainan

 Hidung

Tidak ditemukan kelainan

 Mulut

Mukosa bibir dan mulut basah, lidah kotor (-)

 Leher

Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)

 Paru

- Inspeksi : normochest, simetris kiri dan kanan

- Palpasi : fremitus kiri = kanan

- Perkusi : sonor

- Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-


 Jantung

- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

- Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V kuat

angkat

- Perkusi : batas jantung atas RIC II, kanan LSD, kiri 1 jari

medial LMCS RIC V

- Auskultasi : irama reguler, bising jantung tidak ada

 Abdomen

- Inspeksi : tidak tampak membuncit

- Palpasi : hepar dan lien tidak teraba

- Perkusi : timpani

- Asukultasi : bising usus (+) normal

 Punggung

Tidak ditemukan kelainan

 Alat kelamin

Tidak diperiksa

 Anus & Rektum

Tidak diperiksa

 Anggota gerak

Akral hangat, CRT < 2 detik

Udem pada tangan dan kaki tidak ada

Petekie di kaki masih ada

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

11 Januari 2018 (RSUD Lubuk Basung)


- Hemoglobin : 15,7 g/dl

- Leukosit : 7.100/mm3

- Hematokrit : 44%

- Trombosit : 113.000/mm3

Kesan:

- Trombositopenia

12 Januari 2018

- Hemoglobin : 16,4 g/dl

- Leukosit : 5.100/mm3

- Hematokrit : 47%

- Trombosit : 92.000/mm3

- Hitung Jenis

Basofil :0%

Eosinofil :1%

N. Batang :3%

N. Segmen : 75 %

Limfosit : 14 %

Monosit :7%

- Urinalisa : normal

Kesan:

- Trombositopenia

- Hitung jenis : shift to the right

13 Januari 2018

- Hemoglobin : 18,6 g/dl


- Leukosit : 4.800/mm3

- Hematokrit : 53%

- Trombosit : 27.000/mm3

- SGOT/SGPT : 116/86

Kesan:

- Trombositopenia

- SGOT & SGPT meningkat

14 Januari 2018

- Hemoglobin : 19,7 g/dl

- Leukosit : 7.200/mm3

- Hematokrit : 54%

- Trombosit : 18.000/mm3

Kesan:

- Trombositopenia

15 Januari 2018

- Hemoglobin : 16,7 g/dl

- Leukosit : 9.700/mm3

- Hematokrit : 46%

- Trombosit : 27.000/mm3

Kesan:

- Trombositopenia

DIAGNOSIS

Dengue Hemorraghic Fever grade II

DIAGNOSIS BANDING
Malaria, Demam tifoid

TINDAKAN PENGOBATAN

 Bedrest

 IVFD RL 30 tpm

 Parasetamol 3x500 mg

PROGNOSIS

 Quo ad Sanam : bonam

 Quo ad Sanationam : bonam

 Quo ad Functionam : bonam

FOLLOW UP

Selasa, 16 Januari 2018

S/ - Demam tidak ada

- Petekie masih ada

- badan letih tidak ada

- nyeri kepala dan sendi tidak ada

- perdarahan gusi, hidung, dan saluran cerna tidak ada

- BAK dan BAB biasa

O/ KU : sedang Nadi : 80x

Kesadaran : CMC Nafas : 20x

TD : 100/60 Suhu : 36,8º C

Mata : konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-,

Thoraks : cor dan pulmo dalam batas normal

Abdomen : distensi (-), hepar dan lien tidak teraba, bising usus

(+) normal
Extermitas : akral hangat, CRT < 2”

A/ DHF grade II

P/ Bedrest

IVFD RL 30 tpm

Parasetamol 3x500 mg

Inj. Ranitidin 2x1

Rabu, 17 Januari 2018

S/ - Demam tidak ada

- Petekie tidak ada

- badan letih tidak ada

- nyeri kepala dan sendi tidak ada

- perdarahan gusi, hidung, dan saluran cerna tidak ada

- BAK dan BAB biasa

O/ KU : sedang Nadi : 80x

Kesadaran : CMC Nafas : 20x

TD : 100/60 Suhu : 36,5º C

Mata : konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-,

Thoraks : cor dan pulmo dalam batas normal

Abdomen : distensi (-), hepar dan lien tidak teraba, bising usus

(+) normal

Extermitas : akral hangat, CRT < 2”

A/ DHF grade II

P/ Bedrest

IVFD NaCl 0,9 % 8 jam/kolf


BAB 4

DISKUSI

Telah dirawat di bangsal Penyakit Dalam RSUD Lubuk Basung seorang

pasien laki - laki usia 26 tahun pada tanggal 11 Januari 2018 dengan keluhan

utama demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien didiagnosis

Dengue Hemorraghic Fever grade II berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang.

Pasien datang ke IGD dengan keluhan utama demam. Demam merupakan

manifestasi umum dari penyakit infeksi, walaupun dapat juga disebabkan oleh

penyakit non-infeksi.

Demam yang disebabkan malaria pada pasien disingkirkan melalui

anamnesis, demam malaria merupakan demam dengan interval tertentu

(paroksisme), yang terdiri dari tiga periode berurutan, yaitu stadium dingin (cold

stage), stadium demam (hot stage), dan stadium berkeringat (sweating stage).2

Demam pada pasien ini berlangsung terus menerus tanpa adanya hari bebas

demam, demam tidak disertai periode berkeringat banyak, serta pasien tidak

memiliki riwayat bepergian dari daerah endemis malaria, sehingga kemungkinan

diagnosis malaria dapat disingkirkan.

Demam yang disebabkan oleh penyakit tifoid, gejala yang biasanya

dijumpai adalah demam sore dan malam hari, meningkat secara bertahap (step-

ladder temperature chart), demam biasanya muncul pada 75-85% diminggu


pertama dan sifatnya remiten tapi akan bersifat menetap setelahnya. Demam pada

pasien ini tidak dipengaruhi oleh waktu sore maupun malam hari. Demam bersifat

terus menerus, tidak remiten, sehingga kemungkinan demam tifoid dapat

disingkirkan.

Pada anamnesis didapatkan pasien mengalami demam tinggi selama 3

hari, terus-menerus, menggigil, tidak berkeringat, mual, nyeri kepala, nyeri sendi

disertai badan terasa lemah dan letih. Pada pemeriksaan fisik ditemukan hasil

yang menunjang untuk diagnosis DHF yaitu bintik - bintik merah di kedua

tungkai bawah dan tes Rumple Leed positif, tidak ditemukan tanda pembesaran

hati dan limpa. Pada hari rawatan ke 2, pasien mengalami mimisan 1 kali.

Pada pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium ditemukan

trombositopenia, namun nilai hematokrit masih dalam batas normal. Pada hari-

hari berikutnya terjadi penurunan trombosit dan peningkatan nilai hematokrit

yang signifikan. Berdasarkan kriteria WHO diagnosis DHF dapat ditegakkan jika

terdapat demam tinggi atau kontinyu selama 2-7 hari, adanya perdarahan spontan

atau uji torniket positif, trombositopenia (≤ 100.000/ul) dan nilai hematokrit yang

meningkat sebagai pertanda telah terjadi kebocoran plasma.

WHO juga membagi DHF menjadi empat tingkatan. Pasien digolongkan

kedalam DHF grade II karena telah terjadi perdarahan spontan yaitu mimisan,

namun belum terjadi kegagalan sirkulasi seperti DHF grade III.

Prinsip penatalaksanaan pada pasien DHF adalah bedrest, antipiretik,

terapi suportif penggantian cairan serta pemantauan berkala nilai hematokrit dan

trombosit setiap hari. Pasien diberikan terapi cairan intravena dengan cairan

Ringer Laktat 20 tpm dan parasetamol untuk mengatasi demam. Pemantauan


terhadap kadar hematokrit dan trombosit penting dilakukan pada setiap pasien

DHF untuk menilai apakah terapi yang diberikan menghasilkan perbaikan dengan

peningkatan hematokrit dan trombosit atau tidak.

Jika pasien sudah memenuhi kriteria untuk dipulangkan dari rawatan,

pasien harus diedukasi mengenai penyakitnya, faktor risiko terjadinya DHF, serta

diajarkan untuk mengenali gejala awal dari DHF sehingga jika terinfeksi lagi

pasien bisa ditatalaksana dengan cepat dan tepat.


DAFTAR PUSTAKA

1. Karina A, Sari A, Sumardi HU, Setiawati EP. Incidence of Dengue


Hemorrhagic Fever Related to Annual Rainfall, Population Density, Larval
Free Index and Prevention Program in Bandung 2008 to 2011. Althea
Medical Journal. 2015; 2(2): 1- 6
2. Trisnadewi NY, Wande IY. Pola serologi IgM danIgG Pada Infeksi Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar,
Bali Bulan Agustus Sampai September 2014. E Jurnal Medika. 2016;5(8): 1-
5.
3. World Health Organization. Comprehensive Guidelines for Prevention and
Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. 2011. Pp: 9 – 11.
4. World Health Organization Handbook For Clinical Management of Dengue.
2012.
5. Suhendro, Nainggolan, Chen, Pohan HT. Demam berdarah Dengue.. Sudoyo
AW, Setiyohadi, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati (eds). In: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi 4. Jilid III. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. pp : 1731-1735.

6. World Health Organization, 1997. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis,


treatment and control. WHO, Geneva.

Anda mungkin juga menyukai