Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

pembangunan sumber daya manusia untuk mewujudkan bangsa yang

maju dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin. Salah satu dari ciri-ciri

bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai derajat kesehatan

yang tinggi yang tercermin dari tingginya harapan hidup.

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) mengamanatkan bahwa

peningkatan kualitas manusia yang utuh harus mencakup aspek jasmani

dan kejiwaannya disamping aspek spiritual kepribadian dan kejuangan.

Untuk itu pembangunan kesehatan ditujukan untuk menciptakan manusia

yang sehat, cerdas dan produktif.

World Health Organisation (WHO) tahun 2000, melaporkan bahwa

lebih kurang 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang

tidak benar. Kurang dari 15 persen bayi diberi ASI eksklusif selama empat

bulan dan seringkali pemberian makanan pendamping ASI tersebut tidak

sesuai. Survei Kesehatan Demografi WHO menemukan bahwa pemberian

ASI eksklusif selama empat bulan pertama sangat rendah terutama di

Afrika Tengah, Utara, Asia dan Amerika Latin.

Taraf kesehatan balita adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi pembangunan suatu negara. Hal ini karena anak-anak

1
2

adalah generasi penerus sehingga merupakan modal utama dalam

pembangunan di masa menatang.

Dalam Tahun I Repelita VI ini Gerakan Keluarga Berencana

Nasional secara umum bertuivan untuk meningkatkan kepedulian dan

peran serta masyarakat dalam pendewasaan usia perkawinan,

pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan, peningkatan kesejahteraan

keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Menurut Alan Berg (1995), kontrasepsi kadang-kadang

mempengaruhi kesanggupan ibu untuk menyusui, sehingga akan

mempengaruhi gizi balita. Alat kontrasepsi pil melalui oral mengandung

estrogen tinggi sehingga dapat menghambat produksi ASI, yang

mengakibatkan masa penyapihan lebih cepat. Suntik KB jenis kontrasepsi

ini pada dasarnya mempunyai cara kerja seperti pil. Kontrasepsi suntikan

mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam

sebulan. Suntikan setiap 3 bulan (depoprovera) setiap 10 minggu

(norigert) dan setiap bulan (cyclofem). Salah satu keuntungan suntikan

adalah tidak mengurangi produksi ASI. Pemakaian hormon ini juga bisa

mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang keluar.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian mengenai perbedaan status gizi anak balita dari

ibu akseptor KB pil dan non akseptor KB.


3

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian di atas yang menjadi masalah adalah apakah alat

kontrasepsi pil atau suntik menyebabkan berat badan bayi menurun

dengan ibu yang memberi ASI secara eksklusif ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh pemakaian jenis kontrasepsi pil KB dan suntik terhadap

peningkatan berat badan bayi yang diberi secara ASI eksklusif.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengukur berat badan bayi dengan ibu yang memakai alat kontrasepsi

pil dan memberi ASI eksklusif.

2. Mengukur berat badan bayi dengan ibu yang memakai alat kontrasepsi

suntik dan memberi ASI eksklusif.

3. Menguji perbedaan berat badan bayi dengan ibu yang memakai alat

kontrasepsi pil dan suntik yang memberi ASI eksklusif.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Melengkapi dan merangsang penelitian serupa tentang KB-KIA yang

lebih mendalam.

2. Merupakan bahan masukan dan pertimbangan bagi pengelola program

KB-KIA dalam hal pemberian alat kontrasepsi pil dan suntik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PH Kontrasepsi

Pil kontrasepsi digunakan oleh kurang lebih 50 juts akseptor di

seluruh dunia. Di Indonesia diperkirakan kurang lebih 60% akseptor

mempergunakan pil kontrasepsi.

Pil kontrasepsi di sebut juga “kontrasepsi oral” yaitu sejenis

kontrasepsi yang digunakan melalui mulut.

Macam pil kontrasepsi yang lazim digunakan adalah-9

1. Pil kombinasi : Pil kombinasi mengandung estrogen dan progesteron.

Jumlah pil aktif berbeda-beds ada yang 20,21 atau 22 pil. Disamping

itu ada pula yang, menambah 7 pil inaktif yang mengandung placebo

atau Fe. Dengan demikian bersama 21 pil aktifnya akan berjumlah 28

pil,dan pil ini harus terus diminum setiap hari tanpa istirahat.

2. Sequential : Sequential terdiri dari tablet estrogen saja selama 14-16

hari kemudian tablet kombinasi estrogen dan progesteron selama 5-7

hari.

3. Mini pil : Mini pil terdiri dari progesteron saja dalam dosis rendah,

misainya : 0,3-0,5 mg Chlormadinon acetat secara terus menerus.

Cara kerja pil kontrasepsi adalah :

1. Menghambat timbulnya revolasi dengan pengaruhnya terhadap

hypothalamus, hypofise dan ovarium. Pengeluaran RF (Releasing

Factor) oieh hypothalamus terhambat sehingga kadar FSH (Follide

Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) menurun.

4
5

2. Menyebabkan perubahan pada beberapa bagian alat kandungan,

seperti lendir cervix, endometrium dan mungkin pula pada myometrium

dan tuba. Lendir cervix menjadi lebih kental sehingga tidak mudah

ditembus oleh sperms. Pada endometrium terlihat adanya proliferasi

yang diikuti secara cepat oleh fase sekresi yang dini dan kemudian

kelenjar mengalami regresi dengan stroma yang sembab.

Gejala-gejala sampingan yang timbul selama penggunaan pil

berupa mual, muntah, pusing/migraine, tegang pada buah dada, nafsu

makan bertambah, cepat lelah, hiperpigmentasi/chloasma, kulit

berminyak, keputihan, berat badan bertambah, serta gangguan pada pola

menstruasi dan sebagian akseptor merasa produksi ASI mereka menurun,

sehingga masa penyapihan untuk anak mereka lebih cepat.

Lama penggunaan alat kontrasepsi ini tidak terbatas selama tidak

ada perubahan-perubahan yang merugikan akseptor.

2.2. Keterpaduan KB-Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat, ada dua

masalah utama yang dihadapi yaitu masalah tingginya angka kematian

bayi dan tingginnya angka kelahiran.

Untuk mengatasi hal tersebut telah dilaksanakan kesapakatan

antara Departemen Dalam Negeri, Departemen Kesehatan, dan Badan

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam keterpaduan KB-

Kesehatan yang tertuang dalam instruksi bersama Menteri Dalam Negeri,

Menteri Kesehatan, dan Kepala BKKBN No. 23 tahun 1985, No.


6

214/MEN.KES/INST.B/IV/1985 dan No. 112/HK-011/A/1985,tentang

Penyelenggaraan Pos Peiayanan Terpadu.

Keterpaduan KB-Kesehatan Ibu dan Anak adalah penyatuan atau

penyerasian yang dinamis kegiatan dari paling sedikit dua program, untuk

saling mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah

disepakati bersama. Pada saat ini keterpaduan lebih dikembangkan untuk

penyerasian dinamis berbagai program yang berkaitan, yang mempunyai

dampak terhadap peningkatan taraf kesehatan masyarakat dan

pembangunan kesejahteraan rakyat pada umumnya.

Dengan dinamis dimaksudkan bahwa keterpaduan tersebut dapat

berkembang dari tahap awal ke tahap lanjut dan metuas dari dua program

menjadi program yang lebih banyak.

Yang dimaksud dengan Keterpaduan Keluarga Berencana

Kesehatan Ibu dan Anak adalah penyatuan atau penyerasian dinamis

kegiatan dari program KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan

Diare, untuk saling mendukung dan mencapai tujuan dan sasaran yang

disepakati bersama.

Keterpaduan KB-Kesehatan Ibu dan Anak dapat berupa

keterpaduan dan aspek sasaran, aspek lokasi kegiatan, aspek petugas

penyelenggara, aspek dana, aspek sarana, dan aspek lain.

Keterpaduan KB-Kesehatan Ibu dan Anak mempunyai tujuan untuk

mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita, ibu melahirkan dan

penurunan angka kelahiran dalam rangka mempercepat terwujudnya

Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).


7

Yang menjadi sasaran keterpaduan KB-Kesehatan Ibu dan Anak

adalah bayi umur <1 tahun), anak balita (umur 1-< 5 tahun), ibu hamil, ibu

melahirkan, ibu menyusui, Pasangan Usia Subur (PUS) dan Wanita Usia

Subur (WUS). Sasaran tersebut di atas juga merupakan sasaran dari

kegiatan Posyandu karena kegiatan Posyandu adalah kegiatan

operasional dari keterpaduan KB-Kesehatan.

2.3. Status Gizi

Keadaan gizi berbeda dengan pertumbuhan, Satoto (1990)

mengungkapkan bahwa keadaan gizi mengacu pada (titik-titik) prevalensi

hasil keseimbangan antara masukkan dan keluaran energi dan zat gizi.

Sebaliknya pertumbuhan iebih mengacu pada proses dan insidensi

masukan dan keluaran energi dan zat gizi dalam suatu kurun waktu.

Keadaan atau status gizi juga didefenisikan sebagai tingkat

kesehatan seseorang atau masyarakat yang dipengaruhi oleh makanan

yang dikonsumsi, yang dinilai dengan ukuran atau parameter gizi.

Keadaan ini dapat memberikan petunjuk apakah seseorang menderita

kurang gizi atau tidak.

2.4. Gizi Kurang dan Akibat yang Ditimbulkan pada Bayi

Pada umumnya keadaan kurang gizi dan akibatnya secara masal

tidak dapat diketahui oleh orang awam secara nyata. Ketidakcukupan

pangan dalam jangka pendek menyebabkan berat badan berkurang,

sedangkan dalam jangka panjang berakibat memperlambat pertumbuhan.


8

Masalah gizi penting karena gizi sangat mempengaruhi derajat

kesehatan yang merupakan salah satu prakondisi untuk meningkatkan

produktivitas sumber daya manusia. Gizi bukan merupakan inti

pembangunan, tetapi merupakan bagian dari pembangunan dan

memerlukan perhatian yang lebih besar. Dengan demikian aspek gizi

dalam pembangunan nasional penting untuk diperhatikan karena kurang

gizi dapat menyebabkan beberapa hal, yaitu :

1. Angka Kesakitan Tinggi

Kejadian yang sering menyertai keadaan gizi kurang adalah

berjangkitnya penyakit infeksi. Secara ilmiah diketahui bahwa antara

keadaan gizi kurang dengan penyakit infeksi mempunyai hubungan

yang sinergik. Gizi kurang menyebabkan penyakit anak-anak yang

sebenarnya ringan menjadi penyakit yang membawa maut. Hal ini

karena anak-anak yang menderita kwasiorkhor kurang atab tidak dapat

membentuk gizi penolak penyakit. Anak yang menderita, kwasiorkhor

menunjukan butir-butir sel darah putih dalam jumlah di bawah normal,

padahal zat inilah yang sangat dibutuhkan untuk mencegah peanyakit.

Dengan demikian tubuh yang kekurangan gizi tidak mempunyai daya

tahan terhadap infeksi.

Diare merupakan suatu penyakit yang sering menyertai keadaan

kurang gizi, karena keadaan yang demikian menyebab kurangnya

enzim yang dibutuhkan untuk mencerna makanan yang dikonsumsi.

Kurang enzim ini timbul sebagai akibat protein yang dikonsumsi pada
9

keadaan kurang gizi hampir seiuruhnya digunakan untuk tenaga,

padahal enzim tersebut dibuat dari protein. Disamping itu adanya

atropi pada bagian usus akan memperberat diare itu sendiri. Akibatnya

keadaan akan bertambah parah.

2. Angka Kematian Meningkat

Sebagaimana angka kesakitan, angka kematian juga cenderung

meningkat apabila keadaan gizi masyarakat kurang baik. Hal ini

karena kurang gizi mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh

sehingga di daerah dengan masalah gizi yang relatif luas banyak

orang yang meninggal bukan karena kurang gizi itu sendiri, tetapi

akibat penyakit-penyakit yang menyertai keadaan kurang gizi tersebut.

Akibatnya banyak kematian di negara berkembang disebabkan infeksi

yang biasanya relatif tidak penting menjadi berat karena anak

menderita kurang gizi seperti penyakit campak, cacar air, atau bahkan

pilek yang tidak sembuh karena daya tahan tubuh anak menurun

akibat defisiensi gizi. Dalam keadaan ini jika timbd diare maka akan

lebih banyak lagi zat gizi yang hilang.

Ibu yang menderita penyakit anemi gizi kehamilannya dapat

terganggu, keguguran, lahir mati, kelainan ketika lahir biasanya terjadi

pada kalangan wanita yang kurang gizi. Selain itu sering melahirkan

terlampau awal, berat bayi kurang dari normal yang semua itu dapat

memperbesar kematian yang dini.


10

3. Tingkat Kecerdasan Menurun

Kurang gizi pada masa janin dan balita akan mempengaruhi

kemampuan intelektual. Hal ini disebabkan pertumbuhan otaknya

terhambat. Pertumbuhan otak akan berlangsung hingga usia 5 tahun.

Pada saat anak berumur 4 tahun pertumbuhan otak dan bagian-

bagiannya mencapai 80% dari total pertumbuhan. Akibat pertumbuhan

otak yang terganggu, anak dengan status gizi buruk memiliki otak yang

lebih kecil bila dibandingkan dengan ukuran rata-rata orang bergizi

baik. Jumlah sel otak mereka 15-20% lebih kecii dari anak-anak bergizi

baik. Sedangkan anak yang memiliki berat badan lahir rendah berarti

menderita kurang gizi ketika masih dalam kandungan sehingga

kekurangan sel otak sebanyak 40%. Hal ini membawa akibat perilaku

abnormal yang bertahan seumur hidup.

Menurun tingkat kecerdasan, ditambah lagi dengan seringnya

terkena penyakit akibat kurang gizi merupakan mata rantai akibat

kurang gizi yang menghambat kemajuan anak. Keadaan anak yang

kurang cerdas di tambah lagi ketidaksanggupan untuk menyesuaikan

diri di sekolah menyebabkan mereka harus mengulang pada kelas

yang sama. Sekitar 26-30% anak di Amerika Tengah, Brazil, dan India

mengulang pada tahun pertama sekolahnya paling sedikit satu kali dan

17-26% mengulang pada tahun kedua. Bahkan sekolah harus

menurunkan tingkat pelajarannya untuk disesuaikan dengan daya

pengertian anak yang kurang cerdas.


11

Tahap lanjut dari masalah ini adalah putus sekolah. Terdapat 60%

dari anak sekolah kelas 1 di Pakistan (1959) dan Amerika Tengah

putus sekolah ketika mencapai akhir tahun pertama, di Mexico

mencapai 67%. Sedangkan di India kurang dari 40% anak yang masuk

sekolah mencapai kelas IV, padahal anak diperkirakan akan dapat

membaca bila sudah kelas IV.

Dengan putus sekolah anak akan kehilangan kesempatan untuk

maju, oleh karenanya kurang gizi perlu untuk diatasi demi peningkatan

kualitas manusia Indonesia.

2.5. Penilaian Status Gizi

Status gizi anak balita erat hubungan dengan pertumbuhannya,

oleh karena itu perlu suatu alat ukur untuk mengetahui adanya kurang gizi

secara dini, monitoring penyembuhan kurang gizi dan efektifitas suatu

program pencegahan.

Penilaian keadaan gizi suatu kelompok individu atau masyarakat

perlu memperhatikan 2 masalah besar, yaitu yang pertama memeriksa

bagaimana hubungan antara tingkat hidup keluarga, dengan status gizi

masyarakat. Yang kedua menelaah tingkat gizi secara kelompok atau

perorangan.

Menurut Sedia Oetama, metodologi penelitian kesehatan

masyarakat dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu metoda langsung dan tidak

langsung. Metoda langsung dengan cara melakukan penelitian secara


12

langsung di lapangan baik berupa survei-gizi lengkap, survei gizi parsial

maupun survei gizi khusus. Sedangkan metoda tidak langsung, dengan

menggunakan data statistik vital, data persediaan bahan makanan atau

memantau pertumbuhan beret badan kelompok usia balita.

Penilaian status gizi dapat di kerjakan melalui berbagai cara, yaitu

penilaian secara klinis, secara biokimia, secara biofisika dan secara

antropometri.

Antropometri merupakan salah satu cara, yang mudah dan sering

digunakan sebagai indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah

KEP, karena antropometri dapat menggambarkan status kalori dan protein

seseorang.

Pengukuran antropometri terbagi dalam 2 golongan, yaitu :

1. Ukuran-ukuran linier seperti : tinggi atau panjang tubuh, lingkar dada,

lingkar kepala dan sebagainya yang sering dikemukakan sebagai

indeks bagi pengaruh lingkungan pada masa lalu.

2. Ukuran-ukuran masa jaringan seperti : berat badan, tebal lemak kulit,

dan lingkar lengan. Ukuran-ukuran ini dapat dipengaruhi oleh faktor-

faktor jangka pendek dan jangka panjang.

Menurut hasil Lokakarya Antropometri Gizi tahun 1975 di Jakarta,

diidentifikasi 3 ukuran yang tepat dan diakui secara internasional, yaitu

berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas menurut umur. 12 Dalam

pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam

bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain atau variabel


13

antropometri lain seperti berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan

menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BBTB).

Akan tetapi dari beberapa macam indeks antropometri, BB/U merupakan

indikator yang paling umum digunakan.

Kelebihan dan kekurangan dari indikator BB/U adalah:

Kelebihan indeks BB/U :

a.Lebih mudah dan lebih cepat di mengerti oleh masyarakat.

a. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.

b. Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)

b. Menggambarkan keadaan gizi saat ini.

Kelemahan indeks BB/U:

a. Dapat mengakibatkan kekeliruan interprestasi status gizi bila terdapat

oedama (pembengkakan).

b. Memerlukan data umur yang akurat.

c. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, misalnya pengaruh

pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan.

2.6. Klasifikasi Status Gizi

Pengelompokan status gizi yang biasa digunakan di Indonesia

adalah menurut cara Gomez dan Waterlow, yang menggunakan baku

rujukan Harvard. Pada saat ini di Indonesia dalam pengklasifikasian status

gizi juga digunakan baku rujukan World Health Organization (WHO)-


14

National Center of Health Statistic (NCHS), yang merupakan salah satu

saran yang diajukan dalam semiloka antropometri Ciloto tanggal 4 7

Februari 1991. Dalam semiloka tersebut disarankan penggunaan secara

seragam di Indonesia baku rujukan WHO-NCHS sebagai pembanding

dalam penilaian status gizi dan pertumbuhan perorangan dan masyarakat.

Untuk menilai status gizi anak balita pada prinsipnya ada 3 cara penyajian

distribusi indeks antropometri, yaitu persen terhadap median, persentil

dan skor simpangan baku (Skor-Z). Akan tetapi dalam semiloka disepakati

Skor-Z yang dipakai dalam manilai status gizi anak balita.

Anda mungkin juga menyukai