Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN TEORI
I. BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
A. DEFINISI
Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram ( berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir ).
Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Bayi yang kurang bulan ( KB / SMK ) : bayi yang dilahirkan dengan umur
kurang dari 37 minggu.
2. Bayi kecil masa kehamilan ( KMK ) : bayi yang dilahirkan dengan berat badan
lahir kurang dari persentie ke-10 kurva pertumbuhan janin.
Sedangkan Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram disebut bayi berat
lahir sangat rendah ( BBLSR ).

B. ETIOLOGI
Faktor Ibu :
 Umur ibu pada dibawah 20 tahun dan diatas 35 th
 Perdarahan antepartum
 Bahan teratogonik ( alcohol, radiasi, obat )
 Penyakit kronis
 Keadaan penyebab Infusifiensi plasenta ( penyakit jantung, ginjal, paru,
hipertensi, dll )
 Malnutris
 Kelainan uterus
 Hidramnion
 Trauma
 Jarak kehamilan terlalu dekat
 Pekerjaan berat semasa hamil
Faktor Plasenta
 Penyakit Vaskuler
 Kehamilan ganda
 Malformasi
 Tumor
 Plasenta privea
Faktor Janin
 Kelainan kromosom
 Malformasi
 Infeksi congenital ( missal : rubella )
 Kehamilan ganda
 Ketuban pecah dini

C. TANDA – TANDA KLINIS


Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
 Berat kurang dari 2500 gram
 Panjang kurang dari 45 cm
 Lingkar dada kurang dari 30 cm
 Lingkar kepala kurang dari 33 cm
 Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
 Kepala lebih besar
 Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
 Otot hipotonik lemah
 Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
 Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
 Kepala tidak mampu tegak
 Pernapasan 40 – 50 kali / menit
 Nadi 100 – 140 kali / menit

D. PROBLEMATIK BBLR
Dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomis maupun
fisiologis maka mudah timbul beberapa kelainan seperti berikut ini :
1. Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu
tubuh yang disebabkan oleh penguapan yag bertambah akibat dari
kurangnya jaringan lemak dibawah kulit, permukaan tubuh relatif lebih luas
dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif,produksi panas yang
berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum cukup serta
pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR.
Hal ini disebabkan kekurangan surfactan(rasio lesitin/sfingomielin kurang
dari 2), pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot
pernafasan yang masih lemah yang tulang iga yang mudah
melengkung(pliable thorak)
3. Penyakit gangguan pernafasan yang sering pada bayi BBLR adalah penyakit
membran hialin dan aspirasi pneumoni.
4. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi, distensi abdomen akibat
dari motilitas usus berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu
pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencernakan dan
mengabsorbsi lemak, laktosa,vitamin yang larut dalam lemakdan bebberapa
mineral tertentu berkurang. Kerja dari sfingter kardio esofagus yang belum
sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan
mudah terjadi asspirasi.
5. Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi
vitamin K.
6. Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urine
yang sedikit, urea clearence yang rendah, tidak sanggup mengurangi
kelebihan airtubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudah terjadi
edema dan asidosis metabolik.
7. Perdarahan mudahbterjadi karena pembuluh darah yang rapuh(fragile),
kekurangan faktor pembekuan seperti protrombine, faktor VII dan faktor
christmas.
8. Gangguan imunologok, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahya kadar Ig G gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi masih
belum baik.
9. Perdarahan intraventrikuler, lebih dari 50% bayi prematur menderita
perdarahan intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi BBLR sering
menderita apnea,asfuksia berat dan sindroma gangguan pernafasan.
Luasnya perdarahan intraventrikuler ini dapat
10. Retrolental Fibroplasia : dengan menggunakan oksigen dengan konsentrasi
tinggi(PaO2 lebih dari 115 mmHg : 15 kPa) maka akan terjadi vasokonstriksi
pembuluh darah retina yang diikuti oleh proliferasi kapiler-kapiler baru
kedaerah yang iskemi sehingga terjadi perdarahan, fibrosis, distorsi dan
parut retina sehingga bayi menjadi buta. Untuk menghindari retrolental
fibroplasia maka oksigen yang diberikan pada bayi prematur tidak boleh lebih
dati 40%. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan oksigen dengan
kecepatan 2 liter permenit.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
 Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
 Titer Torch sesuai indikasi
 Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
 Pemantauan elektrolit
 Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
F. PENATALAKSANAAN
 Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
 Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu
normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi
berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga
memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan
harus diatas 25 0
C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 30 0
C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
 Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan,
sampai sekitar 29,4 0
C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 0C untuk
bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini
memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi
pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
 Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O 2yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o 2
yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
 Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan
gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai
masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk
kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.

 Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama,
dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek
hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative
memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
 Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan

Umur/hari Jmlh ml/kg BB


1 50- 65
2 100
G.
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150
PROGNOSIS
Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501- 2500 gram adalah 95 %,
tetapi berat bayi kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian yang
tinggi. Kematian diduga karena displasia bronkhopulmonal, enterokolitis
nekrotikans, atau infeksi sekunder.
BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama akan
mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan berat
sesuai masa gestasi.
Pada BBLR , makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin besar
kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik.

H. MEMULANGKAN BAYI
Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan botol
maupum putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar antara 10 –
30 gram / hari dan suhu tubuh tetap normal diruang biasa. Biasanya bayi
dipulangkan dengan berat badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat
sudah teratasi.

I. PENGKAJIAN
 Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal(120-
160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan
duktusarteriosus paten(PDA).
 Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500(5lb 8 oz).
 Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut.
Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin
mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar.
Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia
gestasi).
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada
gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan
bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen pertama
dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka
tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior
dan menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.
Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.
 Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah.
Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan diafragmatik
intermiten atau periodik(40-60x/mt).
Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal,
atau berbagai derajat sianosis mungkin ada.
Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom
distress pernafasan (RDS).
 Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah.
Menangis mungkin lemah.
Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum.
Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin merah.
muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat.
Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh.
Ekstremitas mungkin tampak edema.
Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak.
Kuku mungkin pendek.
 Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora,
dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin
banyak atau tidak ada pada skrotum.

J. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan
dengankelemahan otot pernafasan.
2. Resiko tinggi tidak efektifnya terumoregulasi : hipotermi
berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh immatur.
3. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi
imunologik.
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.
K. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO TUJUAN INTERVENSI
1. Setelah mendapat tindakan keparawatan 1.1. Monitor pernafasan (kedalaman, irama,
3x24 jam tidak terjadi gangguan pola frekuensi )
nafas(nafas efektif) 1.2. Atur posisi kepala lebih tinggi
Kriteria Hasil : 1.3. Monitor keefektifan jalan nafas, kalau kerlu
 Akral hangat lakukan suction.
 Tidak ada sianosis 1.4. Lakukan auskultasi bunyi nafas tiap 4 jam
 Tangisan aktif dan 1.5. Perthankan pemberian O2
kuat 1.6. Pertahankan bayi pada inkubator dengan
 RR : 30-40x/mt penghangat
 Tidak ada retraksi otot 1.7. Kolaborasii untuk X foto thorax
pernafasan
2. 2.1. Pertahankan bayi pada inkubator dengan
kehangatan 37oC
Setelah mendapatkan tindakan 2.2. Beri popok dan selimut sesuai kondisi
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi 2.3. Ganti segera popok yang basah oleh urine
gangguan terumoregulasi atau faeces
Kriteria Hasil : 2.4. Hindarkan untuk sering membuka penutup
 Badan hangat karena akan menyebabkan fluktuasi suhu dan
 Suhu : 36,5-37oC peningkatan laju metabolisme
2.5. Atur suhu ruangan dengan panas yang stabil
3. 3.1. Monitor tanda-tanda
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fungsiolaesa)
Setelah mendapat tindakan keperawatan 3.2. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
3x24 jam tidak terjadi infeksi kontak dengan bayi
Kriteria Hasil : 3.3. Anjurkan kepada ibu bayi untuk memakai jas
 Tidak ada tanda-tanda saat masuk ruang bayi dan sebelum
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,fungsiola dan/sesudah kontak cuci tangan
esa) 3.4. Barikan gizi (ASI/PASI) secara adekuat
 Suhu tubuh normal (36,5- 3.5. Pastikan alat yang kontak dengan bayi
37oC) bersih/steril
3.6. Berikan antibiotika sesuai program
3.7. Lakukan perawatan tali pusat setiap hari

4. 4.1. Kaji refleks menghisap dan menelan


4.2. Monitor input dan output
4.3. Berikan minum sesuai program lewat
Setelah tindakan keperawatan 3x24 jam sonde/spin
tidak terjadi gangguan nutrisi 4.4. Sendawakan bayi sehabis minum
Kriteria Hasil : 4.5. Timbang BB tiap hari.
 Diet yang diberikan habis
tidak ada residu
 Reflek menghisap dan
menelan kuat
 BB meningkat 100 gr/3hr.
II. TERMOREGULASI PADA BAYI DENGAN BERAT
BADAN LAHIR RENDAH
A. PERANAN HIPOTALAMUS
Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan, dan hampir
semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada
hipotalamus
Pada bayi baru lahir pusat pengatur suhu tubuhnya belum berfungsi dengan
sempurna, sehingga mudah terjadi penurunan suhu tubuh, terutama karena
lingkungan yang dingin.
B. PENGATUR PANAS
Pengatur panas atau temperatur regulasi terpelihara karena adanya
keseimbangan antara panas yang hilang melalui lingkungan, dan produksi panas.
Kedua proses ini aktifitasnya diatur oleh susunan saraf pusat yaitu hipotalamus.
Dengan prinsip adanya keseimbangan panas tersebut bayi baru lahir akan
berusaha menstabilkan suhu tubuhnya terhadap faktor-faktor penyebab hilangnya
panas karena lingkungan.
Pada saat kelahiran, bayi mengalami perubahan dari lingkungan intra uterin yang
hangat ke lingkungan ekstra uterin ynag relatif lebih dingin. Hal tersebut
menyebabkan penurunan suhu tubuh 2o-3oC, terutama hilangnya panas karena
evaporasi atau penguapan cairan ketuban pada kulit bayi yang tidak segera
dikeringkan. Kondisi tersebut akan memacu tubuh menjadi dingin yang akan
menyebabkan respon metabolisme dan produksi panas.
Pengaturan panas pada bayi baru lahir berhubungan dengan metabolisme dan
penggunaan oksigen.
Dalam lingkungan tertentu pada batas suhu maksimal, penggunaan oksigen dan
metabolisme minimal, karena itu suhu tubuh harus dipertahankan untuk
keseibangan panas.
Bayi cukup bulan dalam keadaan tanpa pakaian dapat bertahan pada suhu
lingkungan sekitar 32-34oC. Sedangkan batas pada orang dewasa 26-28oC. Oleh
karena itu bayi baru lahir normal memerlukan suhu lingkungan yang lebih hangat
dan suhu lingkungan tersebut harus dipelihara dengan baik.
Pada bayi baru lahir lemak subkutannya lebih sedikit dan epidermis lebih tipis
dibandingkan pada orang dewasa. Pembuluh darah pada bayi sangat mudah
dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan dan semua ini dibawah pengaruh
hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu.
Kelenturan pada tubuh bayi menurun pada daerah permukaan sehingga akan
mempercepat hilangnya panas. Hal tersebut dipengaruhi panjang badan bayi,
perbandingan permukaan utbuh dengan berat badan dari usia bayi, yang semua
ini dapat mempengaruhi batas suhu normal. Pada bayi dengan berat badan lahir
rendah(BBLR) jaringanadiposa sedikit dan kelenturan menurun sehingga
memerlukan suhu lingkungan yang lebih panas untuk mencapai suhu yang
normal.
Jika suhu lingkungan turun dibawah suhu yang rendah, bayi akan merespon
dengan meningkatkan oksigen danmemperbesar metabolisme sehingga akan
meningkatkan produksi panas.
Bila bayi berada ditempat terbuka dengan lingkugan yang dingin dapat
menyebabkan habisnya cadangan glikogen dan menyebabkan asidosis.
C. PRODUKSI PANAS ATAU THERMOGENESIS
Ditempat yang terbuka dan lingkungan yang dingin bayi baru lahir memerlukan
penambahan panas.
Bayi mempunyai mekanisme fisiologi untuk meningkatkan produksi panas
dipengaruhi oleh karena : Meningkatnya Metabolisme Rate, Aktifitas otot dan
Thermogenesis Kimiawi :
a. Basal Metabolisme Rate
Basal metabolisme rate adalah jumlah energi yang digunakan tubuh selama
istirahat mutlak dan keadaan sadar.
Pada bayi baru lahir, gerakan tubuh, menggigil merupakan mekanisme
penting untuk memproduksi panas. Gerakan menggigil terjadi ketika reseptor
kulit menurun pada suhu lingkungan yang dingin, dan kondisi tersebut akan
diteruskan kesusunan saraf pusat yang akan menstimuli sistem saraf
simpatis untuk menggunakan cadangan lemak coklat, yang merupakan
sumber panas yang utama untuk mengatasi stres dingin.
Pelepasan norephineprin oleh kelenjar adrenal dan saraf lokal berakhir pada
lemak coklat yang menyebabkan trigliserid dapat dimetabolisme menjadi
gliserol dan fatty acid (asam lemak). Oksidasi asam lemak ini meningkatkan
produksi panas. Jika suplai lemak coklat habis maka respon metabolisme
terhadap keadaan dingin akan berkurang.
Oksidasi asam lemak pada bayi tergantung dari tersedianya oksigen,
glukosa, Adenosin Tri Phospat (ATP) dan kemampuan bayi untuk mengubah
menjadi panas.
Kemampuan bayi untuk menghasilkan oanas dapat berubah pada keadaan
patologis seperti hipoksia, asidosis, dan hipoglikemi.
b. Aktifitas otot
Menggigil adalah bentuk dari aktifitas otot yang disebabkan karena suhu
yang dingin. Produksi panas terjadi melalui peningkatan metabolisme rate
dan aktifitas otot. Jika bayi tidak menggigil berarti metabolisme rate pada
bayi sudah cukup.
c. Thermogenesis Kimiawi
Disebabkan karena pelepasan norephineprin dan ephineprin oleh rangsang
saraf simpatis.
D. ALIRAN DARAH KE KULIT
Kecepatan aliran darah yang tinggi menyebabkan konduksi panas yang disalurkan
dari inti tubuh ke kulit sangat efisien. Efek aliran darah kulit pada konduksi panas
dari inti tubuh permukaan kulit menggambarkan peningktan konduksi panas
hampir delapan kali lipat. Oleh karena itu “Kulit merupakan sistem pengatur
radiator panas yang efektif “, dan aliran darah ke kulit adalah mekanisme
penyebaran panas yang paling efektif dari inti tubuh ke kulit.
Dengan meletakan bayi telungkup didada ibu akan terjadi kontak kulit langsung
ibu dan bayi sehingga bayi akan memperoleh kehangatan karena ibu merupakan
sumber panas yang baik bagi bayi.
E. HILANGNYA PANAS PADA BAYI
Hilangnya panas pada bayi merupakan keadaan yang merugikan, karena itu suhu
tubuh normal pada bayi harus dipelihara. Menurut buku Maternal and Neonatal
Nursing, 1994, hilangnya panas pada bayi baru lahir melalui empat cara yaitu :
a. Radiasi
Radiasi yaitu : transfer panas dari bayi kepermukaan yang lebih dingin, dan
obyek yang tidak berhubungan langsung dengan bayi.
Hal tersebut dapat diartikan, panas tubuh bayi memancar ke lingkungan
sekitar bayi yang lebih dingin.
Contoh : 1. Udara dingin pada dinding luar dan jendela
2. Penyekat tempat tidur bayi yang dingin
b. Evaporasi
Evaporasi yaitu : hilangnya panas ketika air dari kulit bayi menguap.
Kondisi tersebut disebabkan karena adanya cairan ketuban yang membasahi
kulit bayi menguap.
Contoh : 1. Bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban.
2. Selimut atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.
c. Konduksi
Konduksi yaitu : transfer panas yang terjadi ketika bayi kontak langsung
dengan permukaan obyek yang dingin.
Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa pindahnya panas tubuh bayi
karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin.
Contoh : 1. Tangan perawat yang dingin
2. Tempat tidur, selimut, stetoskop yang dingin

d. Konveksi
Konveksi yaitu : Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena aliran udara
yang dingin menyentuk kulit bayi
Hal tersebut terjadi karena aliran udara sekliling bayi yang dingin.
Contoh : 1. Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka
2. Aliran udara dari pipa AC.
F. RESPON BAYI TERHADAP HIPOTERMI
Pada saat suhu kulit mulai turun, thermoreseptor menyebarkan impuls kesusunan
saraf pusat, distimuli sistem saraf simpatis, norephineprin dilepaskan oleh
kelenjar adrenal dan saraf setempat yang berakhir dengan lemak coklat
dimetabolisme untuk memproduksi panas.
G. PENILAIAN HIPOTERMI BAYI BARU LAHIR
a. Gejala Hipotermi Bayi Baru Lahir
 Bayi tidak mau minum atau menetek
 Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
 Tubuh bayi teraba dingin
 Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh
bayi mengeras(Skleremia)
b. Tanda-Tanda Hipotermi Sedang (Stress Dingin)
 Aktifitas berkurang, letargis
 Tangisan lemah
 Kulit berwarna tidak rata
 Kemampuan menghiisap lemah
 Kaki teraba dingin
c. Tanda-Tanda Hipotermi Berat (Cedera Dingin)
 Sama dengan hipotermi sedang
 Bibir dan kuku kebiruan
 Pernafasan lambat
 Pernafasan tidak teratur
 Bunyi jantung lambat
 Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolik
d. Tanda-Tanda Stadium Lanjut Hipotermi
 Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
 Bagian tubuh lainnya pucat
 Kulit memgeras dan timbul kemerahan pada punggung, kaki dan
tangan (Sklerema)
H. TINDAKAN PENCEGAHAN HIPOTERMIA
Upaya mencegah hipotermi pada bayi baru lahir sangat penting dan merupakan
prioritas agar bayi terhindar dari kondisi yang tidak dikehendaki.
Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu sekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkn dengan tepat,
terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama setelah lahir. Contoh,
terjadi hipotermi karena bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama
menunggu plasenta lahir.
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermi. Hal ini disebabkan oleh karena :
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
b. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
d. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar tidak
kedinginan
Untuk mencegah terjadinya hipotermia pada bayi baru lahir perlu dilakukan upaya
pencegahan yaitu :
a. Ibu melahirkan bayi ditempat yang hangat
Ruangan tempat ibu melahirkan harus hangat dan tertutup dengan sirkulasi
udara yang cukup baik serta penyinaran cukup terang.
b. Segera mengeringkan tubuh bayi
Bayi lahir dengan tubuh basah oleh ketuban akan mempercepat terjadinya
penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh, akibatnya dapat
timbul serangan dingin(cold stress)
Bayi baru lahir yang kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala
menggigil oleh karena pusat pengatur suhunya belum sempurna. Hal ini
menyebabkan gejala awal hipotermi yang sering tidak terdeteksi oleh ibu
atau perawat.
Untuk mencegah timbulnya serangan dingin tindakan yang dilakukan yaitu :
 Setelah lahir bayi diletakan pada tempat yang diberi alas haduk
kering, bersih dan hangat
 Segera keringkan bayi dengan haduk, lakukan dengan tepat mulai
dari kepala kemudian seluruh tubuh. Bila handuk basah harus diganti
yang kering, bersih dan hangat.
 Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat bayi diberi topi atau
tutup kepala dan diberi kaos tangan dan kaos kaki.
c. Segera letakan bayi pada dada ibu.
Kontak langsung kulit ibu dan bayi agar mendapatkan kehangatan. Ibu
merupakan sumber panas yang baik bagi bayi baru lahir.
d. Menunda memandikan bayi.
Memandikan bayi dilakukan setelah suhu tubuh bayi setabil, bayi tampak
aktif dan sehat. Memandikan bayi ditunda selama 24 jam setelah kelahiran.
I. Teknik meningkatkan suhu bayi.
a. Bayi ditempatkan pada inkubator dengan yang dilengkapi dengan alat
pengatur suhu.
b. Couves yang diberi lampu penghangat.
c. Membedong bayi .
d. Metode kanguru.
BAB III
RESUME
A. HASIL STUDI KASUS KLIEN DENGAN BBLR
By ny N I ( umur 6 hari ) dirawat diRSDK ruang PBRT sejak 6 hari yang lalu
karena gemelli dengan berat badan lahir sangat rendah ( BBLSR ). Dari hasil
pengkajian didapatkan by NI lahir pada tanggal 9 Nopember 2003 jam 11.45 di
Rumah Sakit Bersalin Ibu dan Anak Plamongan Indah pada kehamilan 28 minggu.
Lahir spontan, gemelli, apgar skore 8- 9- 10, dengan BBL 1100 gram PB 38cm.
Pada pengkajian didapatkan data kepala mesosephal, lingkar kepala 30 cm,
lingkar dada 28 cm, frekuensi nafas 44 kali / menit, ada retraksi otot- otot
pernafasan, bunyi nafas vesikuler, terdengar bunyi jantung I – II murni, hepar
lien tak teraba, genetalia bersih, jenis kelamin perempuan, ekstremitas gerak
kurang aktif, capillary refill < 3 “, kulit kemerhan ,transparan, lemak sub kutan
kurang, refleks hisap dan menelan masih lemah. Bayi minum dengan speen/
sendok tidak dapat menghabiskan sesuai program, langsung dipasang NGT. Bayi
minum PASI Prenan, karena ASI belum keluar lancar. Pada hari ketiga bayi mulai
minum ASI. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 16,3 gr %, Ht 50 %,
Leukosit 14. 000 /ul, Trombosit 225.000 / ul, Na 135 mmol/l, K 5,0 mmol/l, Cl
109 mmol/l, Ca 2,22mmol/l, GDS 146 mg/dl.
Pengobatan yang diberikan 2 x 50 mg inj ampicillin, 1 x 0,5 mg inj vit k, 2 x 2,5
inj gentamisin, infuse dext 5 % 90/4/4 tts, O2 head box 6 liter / menit..
Sesuai dengan pengkajian yang didapatkan pada bayi dengn BBLR dapat
dirumuskan masalahnya berdasarkan analisa data sebagai berikut :
No Data Penyebab Masalah
1 S:- Kelemahan refleks hisap Ggn pemenuhan kebutuhan
O: dan menelan nutrisi kurang dari
 Klien hanya kebutuhan tubuh
menghabiskan 3 cc
setiap kali minum
 Refleks hisap dan
menelan masih lemah
2 S:- Otot pernafasan yang Tidak efektifnya pola nafas
O: masih lemah
 RR 44x/menit
 Tangisan lemah
 Tidak aktif
 Terpasang O2 head box
6 liter/menit
 Retraksi otot- otot
pernafasan
3 S:- Defisit imunologi Resiko infeksi
O:
 BBL 110 gram
 Umur Kehamilan 28
minggu
 Terpasang infuse
umbilicus
 Terdapat tanda0tanda
prematuritas ( Lanugo,
kulit kemerahan,
transparan, lemak
subkutan kurang, dll )
4 S:- Ketidak matangan Resiko gangguan integritas
O: struktur kulit kulit
 Kulit kemerahan
 Transparan
 Lemak sub kutan
kurang

Dari analisa data diatas, dapat disimpulkan diagnosa keperawatan yang muncul adalah
1. Ggn pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d kelemahan reflek menelan dan menghisap
2. Tidak efektifnya pola nafas b.d otot pernafasan yang masih
lemah
3. Resiko infeksi b.d deficit imunologi
4. Resiko ggn integritas kulit b.d ketidak matangan struktur kulit
Pada bayi Ny NI telah diberikan perawatan selama 5 hari, antara lain memperhatikan
nutrisi yang dibutuhkan klien, dengan memasang NGT, dan menganjurkan ibu
memberikan ASI. Berhubung ASI keluar hanya sedikit dan payudara ibu bengkak, maka
bayi diberi minum PASI / prenan. Selain itu, untuk memantau ketidak efektifan jalan
nafas bayi, telah dilakukan pemantauan terhadap pernafasan, pemberian O 2 head box
sesuai program, dan memposisikan kepala bayi sedikit lebih tinggi, dengan menaikkan
inkubator pada bagian kepala. Sedangkan tindakan keperawatan untuk pencegahan
infeksi pada bayi, perawat telah melakukan monitoring terhadap tanda- tanda infeksi,
memakai baju khusus pada waktu merawat bayi dan mencuci tangan sebelum dan
sesudah merawat bayi. Program medis untuk pemberian antibiotika juga telah
dilaksanakan sesuai program. Agar tidak terjadi gangguan integritas kulit, perawat
senantiasa memperhatikan kebersihan lingkungan bayi, dengan mengganti popok
setiap kali bayi bab/bak. Mengganti posisi bayi setiap 2 jam sekali juga dilakukan oleh
perawat karena bayi tidak aktif.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari, gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi dan gangguan pola nafas dapat diatasi , tidak terjadi infeksi dan tidak
terjadi ggn integritas kulit.
B. HASIL DISKUSI DENGAN EXPERT
Menurut expert I, ( dokter residen anak ), BBLR dapat disebabkn dari tiga factor
yaitu factor ibu, plasenta dan janin. Penatalaksanaan pada BBLR ditekankan
pada pengawasan terumoregulasi, nutrisi dan pencegahan infeksi. Pada BBLRS,
dimana fungsi paru belum matur, pernafasan menjadi prioritas dalam
penatalaksanaan. BBLR harus dirawat didalam incubator dengan suhu ruangan
35 0
C, bayi harus dijaga agar tetap kering, setiap kali BAK/BAB harus segera
dibersihkan dan diganti popoknya. Kebutuhan nutrisi klien harus diberikan sedini
mungkin dengan dosis minimal. Biasanya dimulai dari 5 cc/ 2jam, yang paling
diutamakan pemberian ASI. Untuk mencegah terjadinya infeksi, diberikan terapi
profilaksis Anti Biotika selama 3 hari. Sedangkan pada BBLSR dimana fungsi
paru belum maksimal, bayi diberi terapi O2 head box 6 l/ menit.
Hal ini senada dengan pendapat expert II ( perawat PBRT ), yang berpendapat
nutrisi pada BBLR sangat penting terutama pemberian ASI. Bila nutrisi BBLR
tercukupi, maka masalah infeksi dapat diminimalkan karena daya tahan tubuh
bayi yang tercukupi nutrisinya akan lebih baik terutama bila bayi mendapatkan
ASI. Meskipun demikian, expert II juga berpendapat pengaturan suhu pada
BBLR amat penting, bayi harus dijaga agar tidak terjadi hipotermi.

C. DISKUSI DENGAN KELUARGA ( IBUNYA )


Ny N, sejak hamil 1 bulan tidak suka makan, karena rasanya mual-mual. Tetapi
setelah umur kehamilan 5 bulan, Ny N mulai bisa makan. Ny N memeriksakan
kehamilannya pada bidan, Ny N tidak tahu kalau bayinya kembar. Pada saat ini
Ny N belum dapat memberikan ASI yang banyak pada bayinya, keluarnya ASI
baru sedikit, dokter menyarankan agar bayinya diberi ASI, untuk mempercepat
pertumbuhan bayinya.

D. PERMASALAHAN
1. Apakah pada bayi baru lahir dengan BBLR yang tidak ditempatkan pada
inkubator dan hanya dibedong akan dapat terhindar dari gangguan
terumoregulasi : hipotermi?
2. Bagaimanakah pencegahan agar tidak terjadi hipotermi pada bayi baru
lahir?
3. Bagaimanakah tehnik yang dipergunakan untuk meningkatkan suhu tubuh
bayi?
4. Perlukah orang tua diberi tahu, bahwa ASI dapat mempercepat peningkatan
BB bayi, dan cara merawat payudara agar produksi ASI dapat mencukupi
kebutuhan bayinya.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil studi pustaka, studi kasus pada bayi berat lahir rendah, diperoleh 3
permasalahan pokok, yaitu masalah pengaturan panas badan, pemberian makanan,
dan menghindarkan infeksi.
1. Pengaturan suhu badan
BBLR akan cepat kehilangan panas badan menjadi hipotermia, karena
pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik, metabolisme rendah,
dan permukaan badan relative lebih luas. Oleh karena itu bayi harus dirawat di
incubator sehingga panas badannya mendekati suhu seperti dalam rahim. Pada
kasus BB 1650 gram dengan panjang 38 cm, seharusnya bayi dirawat dalam
inkubator dengan pengaturan suhu incubator 35 o C. Berhubung inkubator yang
tersedia hanya 2 buah dan dipakai untuk pasien gemelli dengan berat badan
yang lebih rendah dari By. DK dan bayi gemelli tersebut dilahirkan lebih dulu,
maka untuk By. DK ditempatkan pada couves dengan lampu penghangat 100
watt.Tindakan lain untuk mempertahankan kestabilan suhu tubuh adalah
dengan mengganti baju, selimut, atau popok yang basah dengan segera,
memandikan bayi dengan minyak dengan cepat serta membedong bayi. Selama
hari perawatan tidak terjadi hipotermi dengan suhu tubuh berkisar antara 36,5 o

- 37 o C.
2. Makanan bayi
Alat pencernaan bayi masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang, sedangkan protein kebutuhannya 3 – 5 gr / kgbb
dan kalori 110 kal / kgbb, sehingga pertumbuhannya meningkat. Pada kasus
pemberian makanan dengan ASI / PASI dengan interval pemberian 2 jam
sejumlah 10 cc. Pemberian makanan peroral dengan sonde, selama hari
perawatan I-II menunjukan residu 5cc, sehingga jumlah susu yang dapat hanya
5cc, pada hari II jumlah residu 2cc, sehingga susu dapat dimasukkan sesuai
yang diprogramkan yaitu 10cc.Berhubung sampai hari III ASI belum keluar
maka By. DK diberikan PASI yaitu Prenan. Sampai dengan hari ketiga
perawatan berat badan By. DK belum ada kenaikan. Hal ini juga membuktikan
bahwa kualitas ASI lebih baik dari pada PASI.
3. Menghindari infeksi
Kerentanan terhadap infeksi lebih disebabkan karena daya tahan tubuh
masih lemah, kémampuan leukosit masih lemah dan pembentukan antibody
belum sempurna. Upaya yang dilakukan seharusnya dilakukan perawatan dalam
inkubator namun karena suatu hal yang sudah disebutkan seperti diatas maka
yang dapat dilakukan adalah dengan membatasi pengunjung dan meminimalkan
tindakan pemeriksaan dan pemeriksaan laboratorium. Prinsip semua tindakan
adalah aseptic. Pemberian antibiotik profilaksis secara oral. Selama masa
perawatan bayi tidak menunjukkan tanda-tanda terjadinya infeksi, ditandai
dengan tanda vital normal.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
BBLR adalah suatu keadaan dimana berat lahir bayi kurang dan 2500 gram.
Penyebab BBLR dapat berasal dari factor ibu, factor plasenta dan factor janin.
Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang dilanda krisis ekonomi akan.
berdampak pada penurunan status social ekonomi masyarakatnya, sehingga beresiko
peningkatan angka kejadian BBLR. Masalah pokok bayi berat lahir rendah adalah
pengaturan suhu badan bayi agar tidak terjadi hipotermia, pemberian makanan agar
pertumbuhan meningkat, dan mencegah terjadinya infeksi oleh karena daya tahan
yang belum kuat. Pada bayi baru lahir perlu sekali diperhatikan pemantauan suhu
tubuh karena dengan berubahnya lingkungan bayi dari intra uterin yang hangat ke
ekstra uterine yang dingin dapat menimbulkan gangguan terumoregulasi : hipotermi
pada bayi, terutama pada bayi dengan BBLR dimana pusat pengatur suhu tubuh yaitu
hipotalamus juga belum terbentuk dengan sempurna/immatur.

B. REKOMENDASI
1. Ruangan tempat ibu melahirkan harus hangat dan tertutup
dengan sirkulasi udara yang cukup baik
2. Segera mengeringkan tubuh bayi setelah dilahirkan
3. Segera letakan bayi kedada ibu
4. Menunda memandikan bayi setelah dilahirkan
5. Setting incubator disesuaikan dengan berat badan dan umur bayi
6. Bila bayi dirawat didalam couves beri lampu penghangat.
7. Membedong bayi untuk menjaga kehangatan pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rustam Muchtar (1998). Sinopsis Obstetri, EGC. Jakarta.


2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1985), Ilmu Kesehatan Anak, Jilid
III, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.
3. Saifudin, Abdul Bari dkk (2002), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Edisi 1, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
4. Wholey and Wong (1997), Essential of Pediatric Nursing, St. Louis Mosby.
5. Rosa M Sacharin ( 1996 ), Prinsip Keperawatan Pediatrik,
Jakarta, EGC
6. Sarwono P ( 1986 ), Ilmu Kebidanan, Edisi II, Cetakan 3,
Jakarta, Yayasan Bina
DAFTAR PUSTAKA

1. Berhman, Kliegman & Arvin. (1996). Ilmu Kesehatan Anak

Nelson. Alih Bahasa : A. Samik Wahab. Jilid 1. Jakarta : EGC.

2. A.H Markum. (2002). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI

3. Staf pengajar IKA FKUI. (1995). Ilmu Kesehatan Anak. Jilid

3. Jakarta : IKA FKUI.

4. Persis Mary Hamilton. (1999). Dasar-dasar Keperawatan

Maternitas. Edisi 2. Jakarta : EGC.

5. Purnawan,J,dkk ( 1989 ) Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 2,

Jakarta : Media Aeusculapius FKUI

6. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. (2002). Buku

Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal da Neonatal, jakarta :

JNPKKR-POGI.

7. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. (2002). Ilmu

Kebidanan, jakarta : JNPKKR-POGI.

8. Mochtar, Rustam. (1998).Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi,

obstetri patologi, edisi 2, jakarta : EGC..


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hari pertama kehidupan bayi merupakan saat-saat yang kritis dan memerlukan
pengelolaan yang baik karena pada saat kelahiran, bayi mengalami suhu dari
lingkungan intra uterin yang hangat ke lingkungan ekstra uterin yang dingin. Hal
tersebut disebabkan karena pada saat lahir, kemampuan bayi untuk mengatur
produksi panas tubuhnya belum sempurna, maka bayi yang baru lahir selalu
mengalami penurunan suhu tubuh.
Bayi baru lahir yang tubuhnya basah oleh cairan ketuban, atau adanya aliran
udara melalui jendela atau pintu yang terbuka, akan mempercepat terjadinya
penguapan, dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh,akibatnya dapat timbul
serangan dingin atau cold stress.
Pada saat kelahiran, suhu tubuh bayi akan turun 2oC-3oC, terutama hilangnya
panas karena evaporasi atau adanya cairan ketuban yang tidak segera dikeringkan.
Pada saat terjadi penurunan suhu, bayi tidak bereaksi dengan meningkatkan
metabolisme tubuhnya,akibatnya bayi akan mengalami stress dingin. Bayi yang
mengalami stress dingin biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil karena
kontrol suhu tubuhnya belum sempurna. Hal ini menyebabkan gejala awal
hipotermi yang seringkali tidak terdekteksi oleh penolong persalinan.
Hipotermi adalah penurunan suhu tubuh dibawah 36,5oC(suhu axilla). Akibat
dari hipotermi, bayi akan mengalami stress dingin atau “cold stress”. Sedangkan
suhu tubuh bayi normal adalah 36,5oC-37,5oC
Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu sekeliling bayi rendah dan
upaya mempertahankan suhu tetap hangat tidak diterapkan secara tepat, terutama
pada masa stabilisasi, yaitu 6-12 jam pertama setelah lahir.
Bila bayi dibiarkan dalam lingkungan suhu yang dingin maka bayi akan
kehilangan panas melalui eveporasi, konveksi,dan radiasi sebanyak 200
kalori/kilogram berat badan/menit, sedangkan pembentukan panas yang dapat
diproduksi hanya per sepuluh dari jumlah kehilangan panas diatas dalam waktu
yang bersamaan, dan kondisi tersebut akan menyebabkan penurunan suhu tubuh
sebanyak 2oC dalam waktu 15 menit. Keadaan ini sangat berbahaya untuk
neonatus. Akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan akan meningkat dan
berakibat lebih mudah terjadi asidosis metabolik berat sehingga kebutuhan oksigen
meningkat. Selain itu hipotermi yang terjadi pada neonatus dapat menyebabkan
hipoglikemi.
Akibat lain dari hipotermi yaitu dapat menyebabkan terjadinya perubahan
metabolisme tubuh yang berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan,
terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.
Tanda hipotermi pada bayi baru lahir, yaitu : bayi tidak mau menetek/minum,
bayi tampak lemas dan mengantuk, tubuh bayi teraba dingin, dalam keadaan berat
denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras atau sklerema. Gejala
awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36,5oC atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengaalami
hipotermi sedang (suhu 32oc-36oC). Disebut hipotermi kuat bila suhu tubuh kurang
dari 32oC. Untuk mengukur suhu hipotermi sedang-berat diperlukan thermometer
ukuran rendah (Low reading thermometer)
Disamping sebagai suatu gejala, hipotermi dapat merupakan awal penyakit
yang berakhir dengan kematian. Hipotermi menyebabkan terjadinya penyempitan
pembuluh darah, yang mengakibatkan terjadinya metabolik anaerobik,
meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia dan berlanjut dengan
kematian.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kontrak belajar saya mampu memberikan asuhan
keperawatan pada bayi dengan BBLR yang mempunyai resiko gangguan
terumoregulasi : hipotermi
2. Setelah menyelesaikan kontrak belajar, saya mampu :
a. Menjelaskan proses pengaturan panas pada bayi BBLR
b. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi thermogenesis pada
bayi dengan BBLR
c. Menjelaskan cara pemindahan panas tubuh bayi dengan BBLR
d. Menjelaskan cara penilaian hipotermi pada bayi dengan BBLR
e. Menjelaskan tindakaan pencegahan hipotermi pada bayi BBLR
f. Menjelaskan tehnik meningkatkan suhu bayi dengan BBLR
g. Memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR yang
beresiko mengalami gangguan terumoregulasi : hipotermi

TERMOREGULASI PADA BAYI


DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

A. DEFINISI
Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram ( berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir ).
Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Bayi yang kurang bulan ( KB / SMK ) : bayi yang dilahirkan dengan umur
kurang dari 37 minggu.
2. Bayi kecil masa kehamilan ( KMK ) : bayi yang dilahirkan dengan berat badan
lahir kurang dari persentie ke-10 kurva pertumbuhan janin.
Sedangkan Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram disebut bayi berat
lahir sangat rendah ( BBLSR ).

B. ETIOLOGI
1. Faktor Ibu
2. Faktor Plasenta
3. Faktor Janin

C. TANDA – TANDA KLINIS


Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
 Berat kurang dari 2500 gram
 Panjang kurang dari 45 cm
 Lingkar dada kurang dari 30 cm
 Lingkar kepala kurang dari 33 cm
 Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
 Kepala lebih besar
 Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
 Otot hipotonik lemah
 Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
 Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
 Kepala tidak mampu tegak
 Pernapasan 40 – 50 kali / menit
 Nadi 100 – 140 kali / menit

C. PROBLEMATIK BBLR
Dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomis maupun
fisiologis maka mudah timbul beberapa kelainan seperti berikut ini :
1. Suhu tubuh yang tidak stabil
2. Gangguan pernafasan
3. Gangguan alat pencernaan
4. Immatur hati
5. Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya
6. Mudah terjadi perdarahan
7. Gangguan imunologik
8. Perdarahan intraventrikuler
9. Retrolental Fibroplasia

TERMOREGULASI PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

A. PERANAN HIPOTALAMUS

Sebagai pengatur suhu tubuh


Pada BBL belum berfungsi dengan sempurna

B. PENGATUR PANAS
Pengatur panas terpelihara karena :
 Keseimbangan antara panas yang hilang melalui lingkungan hipo-
 Produksi panas.
talamus
Pada BBL :
 Penurunan suhu 2oC-3oC
 Lemak subcutan sedikit
 Epidermis tipis
 Pembuluh darah mudah dipengaruhi suhu lingkungan
 Kelenturan tubuh bayi menurun
 Jaringan adiposa sedikit
Suhu lingkungan menurun O2 meningkat memperbesar
metabolisme
Cadangan glikogen habis asidosis

C. PRODUKSI PANAS ATAU THERMOGENESIS


a. Meningkatkan Basal Metabolisme Rate
Basal metabolisme rate adalah jumlah energi yang digunakan tubuh selama
istirahat mutlak dan keadaan sadar.
Kemampuan bayi untuk menghasilkan panas dapat berubah pada keadaan
patologis seperti hipoksia, asidosis, dan hipoglikemi.

b. Aktifitas otot
Menggigil adalah bentuk dari aktifitas otot yang disebabkan karena suhu
yang dingin. Produksi panas terjadi melalui peningkatan metabolisme rate
dan aktifitas otot. Jika bayi tidak menggigil berarti metabolisme rate pada
bayi sudah cukup.
c. Thermogenesis Kimiawi
Disebabkan karena pelepasan norephineprin dan ephineprin oleh rangsang
saraf simpatis.

D. HILANGNYA PANAS PADA BAYI


a. Radiasi
Radiasi yaitu : transfer panas dari bayi kepermukaan yang lebih dingin, dan
obyek yang tidak berhubungan langsung dengan bayi.
Hal tersebut dapat diartikan, panas tubuh bayi memancar ke lingkungan
sekitar bayi yang lebih dingin.
Contoh : 1. Udara dingin pada dinding luar dan jendela
2. Penyekat tempat tidur bayi yang dingin
b. Evaporasi
Evaporasi yaitu : hilangnya panas ketika air dari kulit bayi menguap.
Kondisi tersebut disebabkan karena adanya cairan ketuban yang membasahi
kulit bayi menguap.
Contoh : 1. Bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban.
2. Selimut atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.
c. Konduksi
Konduksi yaitu : transfer panas yang terjadi ketika bayi kontak langsung
dengan permukaan obyek yang dingin.
Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa pindahnya panas tubuh bayi
karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin.
Contoh : 1. Tangan perawat yang dingin
2. Tempat tidur, selimut, stetoskop yang dingin
d. Konveksi
Konveksi yaitu : Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena aliran udara
yang dingin menyentuk kulit bayi
Hal tersebut terjadi karena aliran udara sekliling bayi yang dingin.
Contoh : 1. Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka
2. Aliran udara dari pipa AC.

E. RESPON BAYI TERHADAP HIPOTERMI


Pada saat suhu kulit mulai turun, thermoreseptor menyebarkan impuls kesusunan
saraf pusat, distimuli sistem saraf simpatis, norephineprin dilepaskan oleh
kelenjar adrenal dan saraf setempat yang berakhir dengan lemak coklat
dimetabolisme untuk memproduksi panas.
F. PENILAIAN HIPOTERMI BAYI BARU LAHIR
a. Gejala Hipotermi Bayi Baru Lahir
 Bayi tidak mau minum atau menetek
 Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
 Tubuh bayi teraba dingin
 Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh
bayi mengeras(Skleremia)
b. Tanda-Tanda Hipotermi Sedang (Stress Dingin)
 Aktifitas berkurang, letargis
 Tangisan lemah
 Kulit berwarna tidak rata
 Kemampuan menghiisap lemah
 Kaki teraba dingin
c. Tanda-Tanda Hipotermi Berat (Cedera Dingin)
 Sama dengan hipotermi sedang
 Bibir dan kuku kebiruan
 Pernafasan lambat
 Pernafasan tidak teratur
 Bunyi jantung lambat
 Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolik
d. Tanda-Tanda Stadium Lanjut Hipotermi
 Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
 Bagian tubuh lainnya pucat
 Kulit memgeras dan timbul kemerahan pada punggung, kaki dan
tangan (Sklerema)
H. TINDAKAN PENCEGAHAN HIPOTERMIA
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermi. Hal ini disebabkan oleh karena :
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
b. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
d. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar tidak
kedinginan
e. Lemak subcutan sedikit
f. Epidermis tipis
g. Pembuluh darah mudah dipengaruhi suhu lingkungan
h. Kelenturan tubuh bayi menurun
i. Jaringan adiposa sedikit
Untuk mencegah hipotermia :
a. Ibu melahirkan bayi ditempat yang hangat
Ruangan tempat ibu melahirkan harus hangat dan tertutup dengan sirkulasi
udara yang cukup baik serta penyinaran cukup terang.
b. Segera mengeringkan tubuh bayi
Bayi lahir dengan tubuh basah oleh ketuban akan mempercepat terjadinya
penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh, akibatnya dapat
timbul serangan dingin(cold stress)
Bayi baru lahir yang kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala
menggigil oleh karena pusat pengatur suhunya belum sempurna. Hal ini
menyebabkan gejala awal hipotermi yang sering tidak terdeteksi oleh ibu
atau perawat.
Untuk mencegah timbulnya serangan dingin tindakan yang dilakukan yaitu :
 Setelah lahir bayi diletakan pada tempat yang diberi alas haduk
kering, bersih dan hangat
 Segera keringkan bayi dengan haduk, lakukan dengan tepat mulai
dari kepala kemudian seluruh tubuh. Bila handuk basah harus diganti
yang kering, bersih dan hangat.
 Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat bayi diberi topi atau
tutup kepala dan diberi kaos tangan dan kaos kaki.
c. Segera letakan bayi pada dada ibu.
Kontak langsung kulit ibu dan bayi agar mendapatkan kehangatan. Ibu
merupakan sumber panas yang baik bagi bayi baru lahir.
d. Menunda memandikan bayi.
Memandikan bayi dilakukan setelah suhu tubuh bayi setabil, bayi tampak
aktif dan sehat. Memandikan bayi ditunda selama 24 jam setelah kelahiran.
I. Teknik meningkatkan suhu bayi.
e. Bayi ditempatkan pada inkubator dengan yang dilengkapi dengan alat
pengatur suhu.
f. Couves yang diberi lampu penghangat.
g. Membedong bayi .
h. Metode kanguru.

Anda mungkin juga menyukai