PENDAHULUAN
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan merupakan
penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung. Kejadian gagal jantung akan
semakin meningkat di masa depan karena semakin bertambahnya usia harapan hidup dan
berkembangnya terapi penanganan infark miokard mengakibatkan perbaikan harapan hidup
penderita dengan penurunan fungsi jantung (Davis, R., 2000).
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) adalah kondisi dimana
fungsi jantung sebagai pompa untuk menghantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak
cukup untuk memenuhi keperluan tubuh. Suatu definisi objektif yang sederhana untuk
menentukan batasan gagal jantung kronik hampir tidak mungkin dibuat karena tidak terdapat
nilai batas yang tegas mengenai disfungsi ventrikel. Sebenarnya istilah gagal jantung
menunjukkan berkurangnya kemampuan jantung untuk mempertahankan beban kerjanya.
Gagal jantung susah dikenali secara klinis, karena beragamnya keadaan klinis serta
tidak spesifik serta hanya sedikit tanda – tanda klinis pada tahap awal penyakit. Namun bagi
kepentingan praktis, gagal jantung kronis didefinisikan sebagaji sindrom klinis yang
kompleks yang disertai dengan keluhan gagal jantung berupa sesak nafas, fatigue, baik dalam
keadaan istirahat atau latihan, edema dan tanda-tanda objektif adanya disfungsi jantung
dalam keadaan istirahat (Davis, R., 2000).
Diperkirakan hampir lima persen dari pasien yang dirawat di rumah sakit, 4,7%
wanita dan 5,1% laki-laki. Insiden gagal jantung dalam setahun diperkirakan 2,3 – 3,7 per
1000 penderita per tahun. Prevalensi gagal jantung adalah tergantung umur. Menurut
penelitian, gagal jantung jarang pada usia di bawah 45 tahun, tapi menanjak tajam pada usia
75 – 84 tahun. Di Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0,4%-2% dan meningkat pada usia
yang lebih lanjut dengan rata-rata umur 74 tahun. Prognosis dari gagal jantung akan jelek bila
dasar atau penyebabnya tidak dapat diperbaiki. Seperdua dari pasien gagal jantung akan
meninggal dunia dalam 4 tahun sejak diagnosis ditegakkan dan pada keadaan gagal jantung
berat lebih dari 50 % akan meninggal pada tahun pertama (Maggioni, A., 2005).
Penyakit jantung koroner dan hipertensi merupakan penyebab tersering pada
masyarakat Barat, sementara penyakit katub jantung dan defisiensi nutrisi mungkin lebih
penting di negara berkembang. Di Amerika Serikat, diperkirakan 550.000 kasus baru gagal
jantung didiagnosis dan 300.000 kematian disebabkan oleh gagal jantung setiap tahunnya
manakala di Indonesia belum ada data yang pasti.
BAB II
TINJAUAN KASUS
Anatomi Jantung
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan tangan.
Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan kontraksi ritmik
dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan
atrium dan 2 ruang jantung di bawahnya dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa.
Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian kanan dan kiri
dinamakan septum.8
Fisiologi Jantung
Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait fungsinya
sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-ventrikel kiri dan kanan.
Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung tersebut, pompa kanan berfungsi
untuk sirkulasi paru sedangkan bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi
sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah
suatu proses yang berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan oksigen
manusia demi kelangsungan hidupnya.1
Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke jantung. Vena cava
inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah dari sirkulasi vena (disebut darah biru)
dan mengalirkan darah biru tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan,
dan melalui katup trikuspid menuju ventrikel kanan,
kemudian ke paru-paru melalui katup pulmonal.1
Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami oksigenasi di paru-
paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah. Darah merah ini kemudian menuju
atrium kiri melalui keempat vena pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel
kiri melalui katup mitral dan selanjutnya
dipompakan ke aorta.1
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan tekanan darah
sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal, ventrikel ini mulai mengalami relaksasi
dan darah dari atrium kiri akan mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera
turun saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan tekanan darah diastolik.
Kedua atrium berkontraksi secara
bersamaan, begitu pula dengan kedua ventrikel.1
Sirkulasi Darah
Sirkulasi sistemik
Sistem sirkulasi sistemik dimulai ketika darah yang mengandung banyak oksigen yang
berasal dari paru, dipompa keluar oleh jantung melalui ventrikel kiri ke aorta, selanjutnya ke
seluruh tubuh melalui arteri-arteri hingga mencapai pembuluh darah yang diameternya paling
kecil (kapiler) .10
Kapiler melakukan gerakan kontraksi dan relaksasi secara bergantian, yang disebut
dengan vasomotion sehingga darah mengalir secara intermittent. Dengan aliran yang
demikian, terjadi pertukaran zat melalui dinding kapiler yang hanya terdiri dari selapis sel
endotel. Ujung kapiler yang membawa darah teroksigenasi disebut arteriole sedangkan ujung
kapiler yang membawa darah terdeoksigenasi disebut venule; terdapat hubungan antara
arteriole dan venule “capillary bed” yang berbentuk seperti anyaman, ada juga hubungan
langsung dari arteriole ke venule melalui arteri-vena anastomosis (A-V anastomosis). Darah
dari arteriole mengalir ke venule, kemudian sampai ke vena besar (v.cava superior dan v.cava
inferior) dan kembali ke jantung kanan (atrium kanan). Darah dari atrium kanan selanjutnya
memasuki ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis.1,10
Sirkulasi pulmonal
Sistem sirkulasi pulmonal dimulai ketika darah yang terdeoksigenasi yang berasal dari
seluruh tubuh, yang dialirkan melalui vena cava superior dan vena cava inferior kemudian ke
atrium kanan dan selanjutnya ke ventrikel kanan, meninggalkan jantung kanan melalui arteri
pulmonalis menuju paru-paru (kanan dan kiri). Di dalam paru, darah mengalir ke kapiler paru
dimana terjadi pertukaran zat dan cairan, sehingga menghasilkan darah yang teroksigenasi.
Oksigen diambil dari udara pernapasan. Darah yang teroksigenasi ini kemudian dialirkan
melalui vena pulmonalis (kanan dan kiri), menuju ke atrium kiri dan selanjutnya memasuki
ventrikel kiri melalui katup mitral (bikuspidalis). Darah dari ventrikel kiri kemudian masuk
ke aorta untuk dialirkan ke seluruh tubuh (dan dimulai lagi sirkulasi sistemik) .1,10