Anda di halaman 1dari 3

Refleksi Kasus : Ibu Bersalin Dengan DM dan Makrosomia

Oleh : Yolanda Hasan (1810104273)


Desti Yosanti (1810104267)\

Sistematika Penyusunan Refleksi Kasus

Diskripsi Kasus
Seorang ibu, usia 25 tahun, G1 P0 A0 usia kehamilan 40 minggu dengan DM Tipe II dan
Makrosomia. ibu datang ke Rumah sakit dengan pembukaan lengkap. Lalu bidan memimpin
persalinan didampingi oleh dokter spesialis obsgyn. Karena janin makrosomia, maka saat
dipimpin persalinan kepala tidak turun. Dokterpun memberikan instruksi untuk dilakukan
episiotomi. Tetapi pasien tersebut memiliki riwayat DM tipe II. Jika dilakukan episiotomi maka
kemungkinan luka perineum akan sulit untuk sembuh. Dan jika tidak dilakukan episiotomi
dikhawatirkan akan terjadi gawat janin dan distosia bahu. Pada akhirnya sesuai dengan instruksi
dokter maka dilakukan episiotomi dan akhirnya bayi lahir dengan selamat. Selanjutnya dilakukan
MAK III, heacting perineum, pengawasan infolusi dan pemberian terapi obat sesuai dengan
diagnosa pasien dan obat tambahan untuk penyembuhan luka perineum.

Emosi Pribadi
Ini merupakan pengalaman menarik, karena saya bisa menyaksikan proses episiotomi secara
langsung. Tetapi pengalaman buruknya dimana terjadi dilema saat akan dilakukan episiotomi
karena jika tidak dilakukan kemungkinan akan berdampak buruk pada janinnya dan jika
dilakukan akan berdampak kurang baik kepada ibu untuk penyembuhan luka perineum.

Evaluasi
Yang saya dapatkan dari kasus ini, saya bisa melihat tahapan episitomi dengan jelas.
Tetapi seharusnya untuk pasien hamil dengan makrosomia riwayat DM, tindakan yang tepat
adalah dilakukan sectio secaria.

Analisis Kasus
1. Penanganan untuk persalinan dengan makrosomia dan Diabetes melitus
a. Pada disproporsi sefalo dan feto-pelvic yang sudah diketahui dianjurkan untuk seksio caesar.
b. Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi yang cukup lebar dan
janin diusahakan lahir, atau bahu diperkecil dengan melakukan kleidotomi unilateral atau
bilateral. Setelah dilahirkan dijahit kembali dengan baik dan untuk cedera postkleidotomi
dikonsulkan ke bagian bedah.
c. Apabila janin meninggal lakukan embriotomi
2. Komplikasi
a. Komplikasi pada Ibu
- Ibu mengalami robekan perineum
- Persalinan dengan operasi caesar
- Kehilangan darah dalam jumlah banyak saat persalinan
- Ruptur uteri dan serviks
b. Komplikasi pada bayi
- Bayi akan lahir dengan gangguan nafas dan kadangkala bayi lahir dengan trauma tulang
leher dan bahu.
- Distosia atau macet pada bahu
- Hipoglikemia
Istilah hipoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi dibawah kadar rata-rata. Dikatakan
hipoglikemia apabila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa
menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hipoglikemia. Umumnya hipoglikemia terjadi
pada neonatus usia 1-2 jam. (Prawirohardjo, 2012)

Kesimpulan
Menurut saya tindakan ini sudah sesuai dengan protap karena pada kasus ini pasien datang
dengan pembukaan yang sudah lengkap, maka tindakan emergency dilakukan dengan lahir
pervaginam dengan dilakukan episiotomi. Tetapi Seharusnya pasien ibu hamil dengan
makrosomia dan riwayat DM dilakukan Sectio secaria bukan lahir pervaginam. Karena dapat
berdampak buruk pada bayi dan juga ibu.
Tindak lanjut
Jika saya menemukan kasus seperti ini, saya akan menegakkan diagnosa dengan melihat hasil
usg dan TBJ serta melihat keadaan ibu , sesuai dengan protab dan untuk meminimalisir untuk
terjadinya kasus seperti diatas.
Penanganan kasus bayi dengan ibu DM
1. Sebelum bayi lahir:
- USG pada ibu dilakukan beberapa bulan terakhir kehamilan untuk menilai perkembangan
bayi yang hasilnya akan menunjukkan bahwa bayi cukup besar untuk usia kehamilan.
- Pengujian kematangan paru-paru dapat dilakukan pada cairan ketuban, jika bayi akan
dilahirkan lebih dari 1 minggu sebelum tanggal jatuh tempo.
2. Setelah bayi lahir:
- Tes dapat menunjukkan apakah bayi memiliki kadar gula darah rendah dan kalsium darah
rendah.
- Ekokardiogram bisa menunjukkan kondisi pembesaran jantung yang tidak normal, yang
dapat dibarengi dengan gagal jantung.
3. Pengobatan
Semua bayi yang lahir dari ibu yang mengidap diabetes harus diuji mendeteksi gejala
gula darah rendah (hipoglikemia), bahkan jika mereka tidak menunjukkan gejala. Jika bayi
menunjukkan salah satu gejala gula darah rendah, tes dapat dilakukan selama beberapa hari.
Tes akan terus dilanjutkan sampai gula darah bayi bisa kembali stabil sambil tetap diberi ASI
secara normal.
Dalam beberapa kasus ringan, pemberian ASI setelah melahirkan dapat berkhasiat
untuk mencegah gula darah rendah. Kadar gula darah rendah yang tidak kembali normal
dengan cepat dapat ditangani dengan pemberian gula (glukosa) dan air yang diberikan melalui
nadi.
Kasus yang jarang terjadi adalah saat bayi mungkin membutuhkan bantuan pernafasan
atau obat-obatan untuk mengobati efek diabetes lainnya. Kadar bilirubin yang tinggi ditangani
dengan terapi cahaya (fototerapi). Selain itu dalam kasus yang juga jarang terjadi, darah bayi
akan diganti dengan darah dari donor (transfusi tukar) untuk menangani masalah ini.
Seringkali, gejala yang terjadi pada bayi akan hilang dalam beberapa minggu. Namun
jika kondisi jantung mereka membesar, mungkin akan butuh beberapa bulan bisa sembuh.

Anda mungkin juga menyukai