Makalah Maternitas
Makalah Maternitas
1. WARIDATUL ISMI
2. PARLAN BAMBANG
3. YOLANDA AULIA LESTARI
Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
penuh dengan kesabaran dan terutama pertolongan dari tuhan akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon saran dan kritiknya. Terimaksih
KATA PENGANTAR……………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian endometritis ................................................................... 4
2.2 Penyebab endometritis ..................................................................... 5
2.3 Resiko kejadian endometritis ........................................................... 5
2.4 Angka kejadian di ntb dan Indonesia endometritis .......................... 6
2.5 Anatomi endometritis....................................................................... 8
2.6 Fatofisiologis dan fathway endometritis .......................................... 9
2.7 Tanda gejala penyait endometritis ................................................... 11
2.8 Penata laksanaan endometritis ......................................................... 13
2.9 Pencegahan endometritis ................................................................. 14
2.10 askep nanda nic noc ....................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Kata pengantar
Radang selaput lender Rahim atau endrometritis adalah peradangan yang
terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding Rahim,
yang terjadi akibat infeksi. Terdapat berbagai tipe endometritis, yaitu
endometritis postpartum (radang dinding Rahim sesudah melahirkan),
endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor jinak dsertai
selsinsitial dan tropoblas yang banyak), serta endrometritis tuber kulosa
(peradangan pada dinding Rahim endometrium dan tuba palopi, biasanya
akibat mycobacterium tubercolosis
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu pengertian endometritis?
2. Apa itu penyebab endometritis?
3. Apa itu resiko kejadian endometritis?
4. Apa angka kejadian di ntb dan Indonesia endometritis?
5. Apa itu anatomi endometritis?
6. Apa itu fatofisiologis dan fathway endometritis?
7. Apa itu tanda gejala penyait endometritis?
8. Apa itu penata laksanaan endometritis?
9. Apa itu pencegahan endometritis?
10. Apa itu askep nanda nic noc?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian endometritis
2. Untuk mengetahui penyebab endometritis
3. Untuk mengetahui resiko kejadian endometritis
4. Untuk mengetahui angka kejadian di ntb dan Indonesia endometritis
5. Untuk mengetahui anatomi endometritis
6. Untuk mengetahui fatofisiologis dan fathway endometritis
7. Untuk mengetahui tanda gejala penyait endometritis
8. Untuk mengetahui penata laksanaan endometritis
9. Untuk mengetahui pencegahan endometritis
10. Untuk mengetahui askep nanda nic noc
BAB 11
PEMBAHASAAN
2.1 Pengertian
Endrometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. (taber, B., 2012).
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam Rahim).
(Manuaba, I, B. G,. 2010).
Endometritis adalah suatu infeksi yang terjadi endometrium, merupakan
komplikasi pascapatum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah
melahirkan. (obstetric dan ginekologi universitas padjajaran hal: 93,2003).
Endometritis adalah infeksi atau desidua endometrium, dengan ekstensi ke
myometrium dan jaringan para metrial. Endometritis dibagi menjadi
kebidanan dan nonobstertric Endomatritis. Penyakit radang panggul (PID)
adalah sebuah common nonobstertic pendahululuanya dalam populasi
Penyakit endometritis merupakan kondisi dimana terjadinya peradangan di
selaput rahim yang disebabkan oleh infeksi dari bakteri. Endometritis ini juga
kerap kali disebut dengan nama lainnya yaitu radang selaput lendir rahim.
Bagian spesifik terkena infeksi dari bakteri adalah bagian endometrium yang
terletak di dalam sebelah dalam rahim. Saat ini terdapat tiga jenis penyakit
endometritis yang pertama adalah penyakit jenis endometritis post partum
(peradangan yang terjadi saat sesudah proses persalinan).
2.2 Penyebab
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama
bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang
lama. Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda jaringan
plasenta yang tertahan setelah abortus dan melahirkan. (Taber, B. 2012).
Menurut Varney, H. (2008), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada
wanita adalah:
a. Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.
b. Pecahnya ketuban berlangsung lama.
c. Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya
ketuban.
d. Teknik aseptik tidak dipatuhi.
e. Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).
f. Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
g. Kelahiran secara bedah.
h. Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
2.5 Anatomi
Endometrium adalah lapisan dalam dinding kavum uteri yang berfungi
sebagai bakal tempat inflantasi hasil konsepsi. Selama siklus haid, jaringan
indometrium berproliterasi, menebal dan mengadakan sekresi, kemudian jika
tidak ada pembuahan atau inplantasi, indometrium rontok kembali dan keluar
berupa darah atau jaringan haid. Jika ada pembuahan atau inplantasi,
endometrium dipertahankan sebagai tempat konsepsi. Pisiologi endometrium
jaga dipengaruhi oleh sirkus hormone-hormon oparium. Didalam lapisan
endometrium terdapat pembuluh darah yang berguna untuk menyalurkan zat
makan kelapisan ini. Saat ofum yang telah dibuahi (yang biasa disebut
pertilisasi) menempel dilapisan endometrium (inflantasi) maka ofum akan
terhubung dengan badan enduk dengan plasenta yang berhubung dengan tali
pusat pada bayi. Pada suatu pase dimana opum tidak dibuahi oleh sperma,
maka kurvus luteoum akan berhenti memproduksi hormone progesterone dan
berubah menjadi corpus albikan yang menghasilkan sedikit hormone diikuti
menyeluruhnya lapisan endometrium yang telah menebal, karena hormone
estrogen dan progesterone telah berhenti diproduksi.pada pase ini biasa
disebut menstruasi atau peluruhan dinding Rahim.
2.6 Patopisiologi dan fathway
Kuman-kuman masuk ke endometrium, biasanya pada luka bekas insersio
plasenta, dan waktu singkat mengikut sertakan seluruh endometrium. Pada
infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjdi
netrosis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah
sehat terdapat lapisan terdiri atas lekosit-lekosit. Pada infeksi yang lebih berat
batas endometrium dapat dilampoi dan terjadilah penjalaran. (Manuaba, I, B.
G,. 2010).
Pathway
ENDoMETRITIS
Terjadi peradangan
pada endometrium
Infeksi pada
Mk : Terjadi penurunaan
inkontenen sia BAK pada saluran
urin kelamin
Menurut morgen dan carole (2009), tanda gejalanya adalah sebagai berikut
2.8 Penatalaksanaan
Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran
terapi. Evaluasi klinis dari organisme yang terlihat pada pewarnaan gram,
seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa
sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik.
Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi
ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu
mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per
oral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
Transfusi darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus
atau post partum.
Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak
manfaatnya.
Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan
plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai
sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase
perlahan-lahan dan hati-hati. Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi
bilateral mungkin ditemukan bila klostridia telah meluas melampaui
endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik klostridia (syok,
hemolisis, gagal ginjal) (Manuaba, I, B. G,. 2010).
2.9 Pencegahan
Suntikan antibiotika terutama pada persalianan sesar. Pemberian suntikan
antibiotika kadang perlu diulang 8 jam setelah persalinan. Selalu menjaga
kebersihan jalan lahir dan vagian setelah bersalin. Pada persalianan cesar
pencegahan dilakukakan dengan pemberian antibiotika profilaksis.
1. Menyembuhkan penyakit metabolisme
2. Memenuhi kebutuhan magasium
3. Memperbaiki kebutuhan nutrisi
4. Menjaga kenersihan alat yang digunakan pertolong kelahiran
5. Dalam mengenai retensi sekudirum segera diadakan pertolongan dengan
teknik yang baik dan menyeluruh, jangan ada sisa sekundiane yang
tertinggal didalam uterus. (Ida bagus gede manuaba.2014)
2.10Askep nanda nic noc
A. Pengkajian
1. Biodata klien
2. Keluhan utama yang dirasakan klien
Biasanya ibu mengeluh sakit perutnya saat ditekan, demam
3. Riwayat kesehatan dahulu
Adalah penyait-penyakit terdahulu yang dapat memperberat
penyakitnya
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat menstuasi
Sirklus : metidragia (pada endometritis akut) dan
metidragia/metroragia (pada endometritis kronika)
Floura ibus : (positif) banyak,berbau
6. Riwayat pernikahan
7. Riwayat obstetric
a. Untuk riwayat kehamilan ditanyakan hamil dan pernikahan yang
ke berapa berapa umur kehamilannya, pernah keguguran atau
tidak, apabila pernah keguguran dilakukan kuret/tidak, da nada
atau tidak penyakit yang menyertai kehamilan
b. Unutk riwayat persalianan, ditanyakan jenis persalinnya,
bagaimana persalinannya, normal atau oprasi atau dengan alat,
siapa yang menolong persalinannya, dimana dan apakah penyakit
persalian atau tidak, jugak, ditanyakan berapa berat lahir bayi,
jenis kelaminya, panjang badan dan apabila anak hidup berapa
usianya sekarang dan bila mati apa penyebabnya
8. Riwayat KB
Jenis komtrasepsi yang digunakan
9. Polah kehidupan sehari-hari
a. Nafsu makan ibu menurun
b. Terjadi gangguan istirahat karena ada rasa nyeri pada daerah
abdomen pada bagian bawah jika ketekan
c. Sering ganti celana dalam karena darahnya semakin banyak dan
bau
Pemeriksaan umum
Keadaan umum, TTV
Pemeriksaan fisik
1. Abdomen :
A. Infeksi : perut membuncit, TFU (masih tinggi, normalnya
pertengahan symhmpisis perut)
B. Palpasi : nyeri tekan pada abdomen bagian bawah,
kontraksiuterus lemah
2. Genitalia : lokhea berbau busuk, normalnya lokhea saguminolenta,
pecah ketuban dini/lama, persalinan lama, homorlargi paca
papartum, tepi insisir: kemerahan, edma, keras, nyeri tekan,
darimase prulen.
Pemeriksaan penujang
1. Pemeriksaan darah lengkap (leukosit meningkat)
2. Pemeriksaan cairan dari servik secara mikroskopkofis terdapat
bakteri
3. Laju sidemtasi darah sangat meningkat pada adanya infeksi
4. Homoglobin/ bemaktokrit (Hb/H)
5. Kultur arenbi/(aerobic/maerobik) dari bahan intra
uterus/intrasevikal di drainase luka/perawan gram dari lochia
serpik dan uterus mengidentifikasi organisme penyebab.
6. Ultrasomografi : mentukan adnya pragmen-pragmen plesenta yang
tertahan, mekokalisasi abses peritoneum
7. pemeriksaan bimasul : menetukan sifat dan lokasi nyeri flipis
masa, pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan
thrombosis
8. bakteriologi : specimen darah, urin dikirim laboratorium
baktreologi untuk perwanaan gam, buksn pemeriksaan
sensitifikasi antibiotic. Organisme yang sering di sok kisi dari
darah pasien dengan endometritis setelah seksio sarea adalah
peptokokus, entrokokus, clostridium batreoles fragilis Escherechia
coli, streptokokus virichans (di zerega)
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. nyeri akut berhubungan dengan resfon tubuh dan sifat infeksi (agen
cidera biologi dan fisik)
2. resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invesie,
ketidakade kuatan imunitas
3. ansitas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi.
C. Intervensi keperawatan
No Diagnose Tujuan dan ktiteria hasil
keperawatan intervensi
1. Nyeri NOC : NIC :
Pain level o Melakukan pengkajian
Pain control nyeri secara
Comfort level konferhensif termasuk
lokasi, karakteristik,
Kreteria hasil durasi prekuensi,
o Mampu mengonrol kualitas dan
nyeri, mampu faktorpresipati
menggunakan teknik o Observasi reaksi non
anafar markologi verbal dari
untuk mengurangi kedidaknyamanan
nyeri, mencari o Gangguan thenik
bantuan) komunikasi terapuitik
o Melaporan bahwa untuk mengetahui
nyeri berkurang pengalaman nyeri
dengan menggunaan pasien
manejemen nyeri o Kaji kultur yang
o Mampu menenali mempengaruhi resfon
nyeri (skala, nyeri
intensitas, o Evaluasi pengalaman
felamensai, dan nyeri masa lampau
tanda nyeri) o Efaluasi bersama
o Menyatakan rasa pasien dan tim
nyaman setelah rasa kesehatan lain tentang
nyeri berkurang ketidak efektifan
Tanda vital control nyeri masa
dalam rentang lampau
normal o Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
o Control lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruanagan,
pencahayaan dan
kebisingan
o Kurangi faktor
presipitasi nyeri
o Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(parmakologi,non
farmakologi dan
interpersonal)
o Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
o Ajarkan tentang teknik
non marfologi
o Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
o Evaluasi keefektifan
control nyeri
o Tingkatan istirahat
o Kaloborasi dengan
dokterji jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
o Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic administration
a. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajad nyeri
sebelum pemberian
obat
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alerggi
d. Pilih analgistik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesic ketika
pemberian lebih dari
satu
e. Tentukan pilihan
analgesic tergantung
tipe dan beratnya nyeri
f. Tentukan analgestik
ketika pemberian lebih
dari Satu
g. Tentukan pilihan
analgesic pilihan, rute
pemberian, dan dosis
opital
h. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
i. Monitor vital sigin
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
j. Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
k. Evaluasi efektivitas
analgesic, tanda dan
gejala (epek samping)
2. Resiko infeksi NOC: NIC:
o immune status Infection control (control
infeksi)
o bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain
o perhatikan teknik
isolasi
o batasi penginjung bila
perlu
o Instruksikan pada
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung
meninggalkan pasien
o Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan
o Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
o Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
o Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
o Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
o Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
o Tingktkan intake
nutrisi
o Berikan terapi
antibiotik bila
perluInfection
Protection (proteksi
terhadap infeksi)
Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan local
o Monitor hitung
granulosit, WBC
o Monitor kerentanan
terhadap infeksi
o Batasi pengunjung
o Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
o Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
o Pertahankan teknik
isolasi k/p
o Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
o Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
o Instruksikan pada
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung
meninggalkan pasien
o Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan
o Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
o Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
o Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
o Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
o Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
o Tingktkan intake
nutrisi
o Berikan terapi
antibiotik bila
perluInfection
Protection (proteksi
terhadap infeksi)
Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan local
o Monitor hitung
granulosit, WBC
o Monitor kerentanan
terhadap infeksi
o Batasi pengunjun
o Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
o Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
o Pertahankan teknik
isolasi k/p
o Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
o Inspeksi
o Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
o Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
o Dorong masukan cairan
o Dorong istirahat
o Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
o Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
o Ajarkan cara
menghindari infeksi
o Laporkan kecurigaan
infeksi
o Laporkan kultur positif
3. Kecemasan NOC : NIC :
D. Inflementasi
Inplamentasi sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang
direncanakan
E. Evaluasi
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri pada jaringan dan juga suatu infeksi yang terjadi di
endometrium, merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai
72 jam setelah melahirkan.
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama
bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang
lama.Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil dari infeksi naik dari
saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis, endometritis
dapat diklasifikasikan sebagai akut versus kronis.Endometritis paling sering
ditemukan setelah seksio sesarea, terutama bila sebelumnya pasien menderita
korioamnionitis, partus lama atau pecah ketuban yang lama. Penyebab-
penyebab lainnya endometritis adalah jaringan plasenta yang tertahan setelah
abortus atau melahirkan.
3.2 Saran
Banyak sekali infeksi yang biasa terjadi dimasa nifas mulai dari yang paling
ringn bahakan yang berat sekalipun salah satunya yaitu endometritis. Sebagai
tenaga kesehatan, sudah sewajarnya seorang bidan harus paham betul menenai
tanda dan gejala endometritis, penyebab, upaya pencegahan dan penanganan
yang tepat agar dapat mendekteksi secara dini komplikasi yang dapat muncul
pada masa nipas ini.
DAFTAR PUSTAKA
Taber, .2012. kapita selekta kedaruratan obstetric dan ginekologi. Jakarta: EGC
Ida bagus gede manuaba.2014. ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga
berencana. Jakarta : EGC
Wash, V.L (2008). Buku ajar kehamilan dan persalinan Jakarta : pustaka peajar
Morgan, Geri dan Carole Hamilton. 2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan
Praktis Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.