Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH GANGGUAN SISTEM IMUN

REUMATHOID ATHRITIS

OLEH KELOMPOK IV:

1. PUTU ANGGA SWANDANA


2. MAHYUNI WULANDARI
3. NI WAYAN NOVI SINTARI
4. SISKA WATI
5. TANIA HARTATI RAHMAN
6. NELI
7. YOLANDA AULIA LESTARI
8. RIZAL DILIYANTO

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang GANGGUAN SISTEM IMUN REUMATHOID
ATHRITIS.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tatabahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Mataram, 10 Mei 2019


DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN HIPERPARATIROID
2.1 Definisi ......................................................................................................
2.2 Etiologi ......................................................................................................
2.3 Faktor resiko .............................................................................................
2.4 Tanda dan gejala .......................................................................................
2.5 Patofisiologi dan pathway .........................................................................
2.6 Pemeriksaan diagnostik ............................................................................
2.7 Penatalaksanaan ........................................................................................
2.8 Asuhan keperawatan ................................................................................
2.9 EBN...........................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................
3.2 Saran ...........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arthritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang
bersifat progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi
serta jaringan lunak. Artritis rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun
dimana, secara simetris persendian (biasanya sendi tangan dan kaki)
mengalami peradangan sehingga menyebabkan terjadinya pembengkakan,
nyeri, dan sering kali menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi.
Karakteristik artritis rheumatoid adalah radang cairan sendi (sinovitis
inflamatoir) yang persisten, biasanya menyerang sendi-sendi perifer
dengan penyebaran yang simetris (Junaidi, 2013).
Penderita artritis reumatoid di seluruh dunia telah mencapai angka
355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita artritis
reumatoid. Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%,
penduduk dunia terserang penyakit artritis reumatoid. Dimana 5-10%
adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55
tahun. (Junaidi,2013).
Dampak dari penyakit rematik adalah terganggunya aktivitas
karena nyeri, tulang menjadi keropos, terjadi perubahan bentuk tulang.
Dari 100 jenis rematik, diketahui Artritis Reumatoid yang dapat
menyebabkan kecacatan yang paling parah pada penderitanya. Asupan
makanan yang kurang sehat, kurangnya berolahraga, stress dan lain
sebagainya diketahui sebagai faktor pencetus terjadinya rematik. Salah
satu solusi untuk penyakit ini adalah dengan menjaga perilaku hidup sehat
baik dari aktivitas, seperti rajin berolahraga, dan memenuhi kebutuhan
nutrisi dengan sempurna dengan cara memenuhi asupan makanan yang
bergizi, hal itu dianjurkan untuk mengurangi kekakuan pada sendi, dan
untuk meminimalisirkan bagi yang sudah menderita penyakit rematik tidak
berulang atau mengalami kekambuhan (Purwoastuti, 2009).
2.1 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Arthritis Reumatoid ?
2. Apa etiologi dari Arthritis Reumatoid ?
3. Apa faktor resiko dari Arthritis Reumatoid ?
4. Apa tanda dan gejala dari Arthritis Reumatoid ?
5. Apa patofisiologi dan pathway dari Arthritis Reumatoid ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari Arthritis Reumatoid ?
7. Apa penatalaksanaan dari Arthritis Reumatoid ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari Arthritis Reumatoid ?
9. Apa saja EBN dari Arthritis Reumatoid ?
3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Arthritis Reumatoid
2. Untuk mengetahui etiologi dari Arthritis Reumatoid
3. Untuk mengetahui faktor resiko dari Arthritis Reumatoid
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Arthritis Reumatoid
5. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway dari Arthritis Reumatoid
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Arthritis Reumatoid
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Arthritis Reumatoid
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Arthritis Reumatoid
9. Untuk mengetahui EBN dari Arthritis Reumatoid
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang


bersifat progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi
serta jaringan lunak. Karakteristik artritis rheumatoid adalah radang cairan
sendi (sinovitis inflamatoir) yang persisten, biasanya menyerang sendi-
sendi perifer dengan penyebaran yang simetris (Junaidi, 2013).

Menurut Noer S (1997) dalam Lukman (2009), artritis


reumatoid merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
walaupun manifestasi utamanya adalah poliatritis yang progresif, akan
tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.

Artritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi kronik dan


sistemik yang menyebabkan destruksi sendi dan deformitas serta
menyebabkan disability. Penyakit ini sering terjadi dalam 3-4 dekade ini
pada lansia. Penyebab artritis rheumatoid tidak diketahui, tetapi mungkin
akibat penyakit autoimun dimulai dari interfalank proksimal,
metakarpofalankeal, pergelangan tangan dan pada tahap lanjut dapat
mengenai lutut dan paha (Fatimah, 2010).

2.2 Etiologi

Penyebab utama dari kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa


teori yang dikemukakan mengenai penyebab arthtritis reumatoid, yaitu :

1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non hemolitikus


2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolic
5. Faktor genetik serta faktor pemicu
Pada saat ini, arthtritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II ;
faktor injeksi mungkin disebabkan oleh virus dan organisme
mikroplasma atau group difteriod yang menghasilkan antigen kolagen
tipe II dari tulang rawan sendi penderita. Kelainan yang dapat terjadi
pada suatu arthtritis reumatoid yaitu :
1. Kelainan pada daerah artikuler
a. Stadium I (stadium sinovitis)
b. Stadium II (stadium destruksi)
c. Stadium III (stadium deformitas)
2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler
Pada jaringan ekstra-artikuler akan terjadi perubahan patologis,
yaitu:
a. Pada otot terjadi miopati
b. Nodul subkutan
c. Pembuluh darah perifer terjadi proliferasi tunika intima pada
pembuluh darah perifer dan lesi pada pembuluh darah arteriol
dan venosa.
d. Terjadi nekrosis fokal pada saraf
e. Terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aliran limfe sendi
(Nurarif dan Kusuma, 2013).

Sedangkan menurut Price (1995) dan Noer S, (1996),


faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit
Artritis Reumatoid adalah jenis kelamin, keturunan,
lingkungan dan infeksi (Lukman, 2009).

2.3 Faktor Resiko

Penyebab pasti rheumatoid arthritis belum diketahui, tetapi


penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa faktor yang dapat
menyebabkan RA yaitu (The Arthritis Society, 2015) :

a. Riwayat keluarga
Apabila terdapat anggota keluarga yang terkena RA, maka beresiko
tinggi terkena RA.
b. Jenis kelamin
Perempuan memiliki resiko 2 sampai 3 kali lebih sering terkena RA
dibandingkan pria.
c. Hormon
Peningkatan hormon juga dapat berpengaruh misalnya gejala RA
meningkat selama kehamilan, wanita yang pernah menggunakan
kontrasepsi oral memiliki penurunan dalam resiko RA. Hal ini
karena adanya perubahan profil hormon, placental
corticotropinreleasing hormone secara langsung menstimulasi
sekresi dehidroepiandrosteron (DHEA) yang merupakan androgen
utama pada wanita yang dikeluarkan oleh sel-sel adrenal fetus.
DHEA merupakan substrat penting dalam sintesis (Th2) dan
menghambat respon imun seluler (Th1). Oleh karena pada
rheumatoid arthritis Th1 lebih dominan sehingga estrogen dan
progesteron memiliki efek yang berlawanan terhadap perkembangan
rheumatoid arthritis.
d. Umur
RA umumnya mulai berkembang pada saat usia 40 – 60 tahun.
Tetapi pada anak kecil bisa juga terjadi yang biasa disebut dengan
Juvenile rheumatoid arthritis.
e. Lingkungan
Perubahan iklim dapat memperburuk gejala pada RA.
f. Merokok
Kebiasaan merokok dapat memicu peningkatan terkena RA dan
kekambuhan pada RA.
2.4 Tanda dan Gejala
Gejala utama rematik biasa terjadi pada otot dan tulang,
termasuk di dalamnya sendi dan otot sendi. Gangguan nyeri yang terus
berlangsung menyebabkan aktivitas sehari-hari terhambat (Purwoastuti,
2009).
Menurut Lukman (2009), ada beberapa manifestasi klinis yang
lazim ditemukan pada klien artritis reumatoid. Manifestasi ini tidak
harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu,
penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun, dan demam. Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat.
2. Poliarhtritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-
sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi
interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat
generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini
berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoarthritis, yang biasanya
hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari
satu jam.
4. Arhtritis erosif, merupakan ciri khas artritis reumatoid pada
gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan
erosi di tepi tulang dan dapat dilihat pada radiogram.

2.5 Patofisiologi dan Pathway


Pemahaman mengenai anatonomi normal dan fisiologi
persendian diartrodial atau sinovial merupakan kunci untuk memahami
patofisiologi penyakit reumatik. Fungsi persendian sinovial memilki
kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang tidak mempunyai
kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat digerakkan.
Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler
membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan
yang licin serta ulet untuk gerakkan. Membran sinovial melapisi
dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresi cairan ke dalam ruangan
antar tulang. Fungsi dari cairan sinovial ini yaitu sebagai peredam kejut
(shock absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk
bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.
Sendi merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering
terkena inflamasi. Meskipun memilki keankearagaman mulai dari
kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga kelainan multisistem
yang sistemik, semua penyakit rematik meliputi inflamasi dan
degenerasi dalam derajat tertentu yang bisa terjadi sekaligus. Inflamasi
ini akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit
rematik inflamatori, inflamasi adalah proses primer dan degenerasi yang
terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan
pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi tersebut merupakan
akibat dari respon imun tersebut.
Sebaliknya, pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi
proses inflamasi yang sekunder sinovitis ini biasanya lebih ringan serta
menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih besar kemungkinannya
untuk terlihat pada penyakit lanjut. Pelepasan proteoglikan tulang rawan
yang bebas dari kartilago artikuler yang mengalami degenerasi dapat
berhubungan dengan sinovitis kendati faktor-faktor imunologi dapat
pula terlibat (Smeltzer dan Bare, 2002).
Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada
jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus.
Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot
akan mengalami perubahan generatif dengan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot (Lukman, 2009).
2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang ini tidak banyak berperan dalam


diagnosis artirits reumatoid, pemeriksaan laboratorium mungkin dapat
sedikit membantu untuk melihat prognosis pasien, seperti :

1. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat.


2. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis
reumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada
pasien lepra, TB paru, sirosis hepatis, penyakit kolagen dan sarkoidosis.
3. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
4. Trombosit meningkat.
5. Kadar albumin serum turun dan globulin.
6. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4 menurun.
7. Protein C-reaktif dan antibodi antinukleus (ANA) biasanya positif.
8. Laju sedimentasi eritrosit meningkat menunjukkan inflamasi.
9. Tes aglutinasi lateks menunjukkan kadar igG atau igM (faktor mayor
dari rheumatoid) tinggi. Makin tinggi iter, makin berat penyakitnya.
10. Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakkan diagnosa
dan memantau perjalanan penyakit. Foto rontgen menunjukkan erosi
tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi kemudian
dalam perjalanan penyakit tersebut (Mansjoer, 1999 dan Rosyidi 2013).
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
Arthtritis Reumatoid yaitu :
1. Langkah pertama dari program penatalaksanaan artritis reumatoid
adalah memberikan pendidikan kesehatan yang cukup tentang penyakit
kepada klien, keluarganya, dan siapa saja yang berhubungan dengan
klien. Pendidikan kesehatan yang diberikan meliputi pengertian tentang
patofisiologi penyakit, penyebab, dan prognosis penyakit, semua
komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang
kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit, dan
metode-metode yang efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan
oleh tim kesehatan
2. Sejak dini, klien diberikan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)
untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai.
OAINS yang dapat diberikan yaitu :
a. Aspirin, dengan ketentuan pasien umur <65 tahun dosisinya 3-4 x
1g/hr, kemudian dinaikkan 0.3-0,6 g per minggu sampai terjadi
perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl
b. Ibuprofen, naproksen, diklofenak, dan sebagainya.
3. DMARD (disease modifying antirheumatoid drugs) digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat arthtritis
reumatoid ini. Jenis-jenis yang digunakan yaitu : klorokuin (yang paling
banyak digunakan, karena harganya yang terjangkau), sulfasalazin,
garam emas (gold standard bagi DMARD), obat imunosupresif atau
imunoregulator, dan kortikosteroid.
4. Rehabilitasi, tujuannya yaitu unttuk meningkatkan kualitas hidup klien.
Beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu :
a. Pemakaian alat bidai untuk mengistirahatkan sendi yang sakit, kursi
roda, sepatu dan alat
b. Terapi mekanik
c. Pemanasan : baik hidroterapi maupun elektroterapi
d. Terapi mekanik
5. Pembedahan, pembedahan ini dilakukan jika berbagai cara telah
dilakukan dan tidak berhasil serta ada alasan yang cukup kuat, sehingga
dapat dilakukan pembedahan (Mansjoer, 1999 dan Lukman, 2009).
Perawatan dan pengobatan tradisional atau obat luar juga bisa kita
berikan pada klien dengan Arthritis Reumatoid,yaitu sebagai berikut :
1) Hindari faktor resiko seperti aktivitas yang berlebihan pada sendi,
faktor cuaca dan pola makan yang tidak sehat.
2) Olahraga yang teratur dan istirahat yang cukup, seperti melakukan
senam rematik.
3) Kompres panas dapat mengatasi kekakuan dan kompres dingin
dapat membantu meredakan nyeri.
4) Pertahankan berat badan agar tetap normal.
5) Bila nyeri, lakukan relaksasi untuk mengurangi sakit.
6) Mengurangi dan menghindari makanan yang mengandung purin,
seperti bir dan minuman beralkohol, daging, jeroan, kembang kol,
jamur, bayam, asparagus, kacang-kacangan, sayuran seperti daun
singkong (tidak semua jenis sayuran mempunyai efek kambuh
yang sama pada setiap orang).
7) Memakan buah beri untuk menurunkan kadar asam urat,
memakan makanan seperti tahu untuk pengganti daging.
8) Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat
yang terdapat dalam darah sehingga tidak tertimbun sendi.
9) Lakukan latihan gerak sendi/ senam rematik (Maryam, dkk., 2010).

2.8 Keperawatan dari Arthritis Reumatoid


1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan
misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-
bentuk arthritis lainnya.
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan,
memburuk dengan stres pada sendi;
kekakuan pada pagi hari, biasanya
terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup,
waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak,
atrofi otot, kulit, kontraktor/
kelaianan pada sendi.

b. Kardiovaskuler
Gejala Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (
mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari
sebelum warna kembali normal).
c. Integritas Ego
Gejala Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis;
finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan. Keputusan dan
ketidakberdayaan ( situasi
ketidakmampuan ). Ancaman pada
konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi ( misalnya ketergantungan pada
orang lain).
d. Hygiene
Gejala Berbagai kesulitan untuk melaksanakan
aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan.

e. Makanan/ Cairan
Gejala Ketidakmampuan untuk menghasilkan/
mengkonsumsi makanan/cairan
adekuat: mual, anoreksia, kesulitan
untuk mengunyah
Tanda Penurunan berat badan, kekeringan pada
membran mukosa.
f. Neurosensori
Gejala Kebas, semutan pada tangan dan kaki,
hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda Pembengkakan sendi simetris
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai
oleh pembengkakan jaringan lunak pada
sendi ).
h. Keamanan
Gejala Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan,
Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam
ringan dalam menangani tugas/
pemeliharaan rumah tangga. Demam
ringan menetap Kekeringan pada mata
dan membran mukosa.
i. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan
keluarga/ orang lain; perubahan
peran; isolasi.

Pengkajian 11 Pola Gordon


a. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
1) Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
3) Riwayat keluarga dengan RA
4) Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
5) Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll

b. Pola Nutrisi Metabolik


1) Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi
(makanan yang banyak mengandung pospor(zat kapur),
vitamin dan protein)
2) Riwayat gangguan metabolik
c. Pola Eliminasi
Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
2) Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
3) Tidak mampu melakukan aktifitas berat
e. Pola Istirahat dan Tidur
1) Apakah ada gangguan tidur?
2) Aktifitas yang dilakukan sebelum tidur
3) Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
4) Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
f. Pola Persepsi Kognitif
Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
1) Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku
sendi)?
2) Apakah pasien merasa malu dan minder dengan
penyakitnya?
h. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
1) Bagaimana hubungan dengan keluarga?
2) Apakah ada perubahan peran pada klien?
i. Pola Reproduksi Seksualitas
Adakah gangguan seksualitas?
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
k. Pola Sistem Kepercayaan
1) Apakah agama klien ?
2) Adakah gangguan beribadah?
3) Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya
kepada Tuhan ?

2. Diagnosa Keperawatan Artritis Reumatoid


a. Gangguan rasa nyaman nyeri akut/ kronis berhubungan dengan
distensi, proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri, penurunan, kekuatan otot.
c. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran
berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan
tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri
pada waktu bergerak, depresi.

NO Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 Gangguan rasa NOC : NIC : Pain Management
nyaman nyeri a. Pain Level a. Lakukan pengkajian
akut/ kronis b. pain control nyeri secara
berhubungan c. comfort level komprehensif termasuk
dengan distensi, Setelah dilakukan lokasi, karakteristik,
proses inflamasi, tindakan durasi, frekuensi, kualitas
destruksi sendi. keperawatan selama …. dan faktor presipitasi
Pasien tidak mengalami b. Observasi reaksi
nyeri, dengan kriteria nonverbal dari
hasil: ketidaknyamanan
a. Mampu mengontrol c. Kontrol lingkungan
nyeri yang dapat mempengaruhi
b. Melaporkan bahwa nyeri
nyeri berkurang dengan d. Kurangi faktor
menggunakan presipitasi nyeri
manajemen nyeri e. Kaji tipe dan sumber
c. Mampu mengenali nyeri nyeri untuk
(skala, intensitas, menentukan intervensi
frekuensi dan tanda nyeri) f. Ajarkan tentang teknik
d. Menyatakan rasa non farmakologi:
nyaman setelah nyeri napas dala, relaksasi,
berkurang distraksi, kompres
e. Tanda vital dalam hangat/ dingin
rentang normal g. Berikan analgetik untuk
f. Tidak mengalami mengurangi nyeri
gangguan tidur h. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

NO Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
2 Gangguan NOC : NIC : Exercise therapy :
mobilitas fisik a. Joint Movement : Ambulation
berhubungan Active
dengan b. Mobility Level a. Monitoring vital sign
deformitas c. Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan
skeletal, nyeri, d. Transfer dan lihat respon pasien
penurunan, Performance saat latihan
kekuatan otot. Setelah dilakukan b. Konsultasikan dengan
tindakan keperawatan terapi fisik tentang rencana
selama…. gangguan ambulasi sesuai
mobilitas fisik teratasi dengan kebutuhan
dengan kriteria hasil: c. Bantu klien untuk
a. Klien meningkat menggunakan
dalam aktivitas fisi tongkat saat berjalan dan
b. Memperagakan cegah terhadap cedera
penggunaan alat d. Ajarkan pasien atau
Bantu untuk tenaga kesehatan lain
mobilisasi tentang teknik ambulasi
(walker) e. Kaji kemampuan pasien
dalam
mobilisasi
f. Latih pasien dalam
pemenuhankebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
g. Dampingi dan Bantu
pasien saat
mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan klien.

NO Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

3 Gangguan Citra NOC : NIC : Body image


Tubuh / Perubahan a. Body image enhancement
Penampilan Peran b. Self esteem
berhubungan a. Kaji secara verbal
dengan perubahan Setelah dilakukan dan nonverbal respon
kemampuan untuk tindakan keperawatan klien terhadap
melaksanakan selama …. gangguan tubuhnya.
tugas-tugas umum, body image b.Monitor frekuensi
peningkatan pasien teratasi dengan mengkritik dirinya
penggunaan energi, kriteria hasil: c. Jelaskan tentang
ketidakseimbangan a. Body image positif pengobatan,
mobilitas. b. Mampu perawatan, kemajuan
mengidentifikasi dan prognosis
kekuatan personal penyakit
c. Mendiskripsikan d. Dorong klien
secara faktual mengungkapkan
perubahan fungsi perasaannya
tubuh e. Identifikasi arti
d. Mempertahankan pengurangan melalui
interaksi sosial pemakaian alat bantu
f. Fasilitasi kontak
dengan individu lain
dalam kelompok kecil
Rencana keperawatan

NO Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervsi


Keperawatan

4 Defisit perawatan NOC : NIC : Self Care assistane :


diri berhubungan Self care : Activity of ADLs
dengan kerusakan Daily Living (ADLs) a. Monitor kemempuan
musculoskeletal, klien untuk perawatan diri
penurunan Setelah dilakukan yang mandiri.
kekuatan, daya tindakan b. Monitor kebutuhan klien
tahan, nyeri pada keperawatan selama …. bantu untuk kebersihan
waktu bergerak, Defisit perawatan diri diri,
depresi. teratas dengan kriteria berpakaian, berhias,
hasil: toileting dan makan.
a. Klien terbebas c. Sediakan bantuan
dari bau badan sampai klien mampu secara
b. Menyatakan utuh untuk melakukan self-
kenyamanan care.
terhadap d. Dorong klien untuk
kemampuan melakukan aktivitas sehari-
untuk melakukan hari yang normal sesuai
ADLs kemampuan yang dimiliki.
c. Dapat melakukan e. Ajarkan klien/ keluarga
ADL secara untuk mendorong
mandiri. kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya
jika pasien
tidak mampu untuk
melakukannya.
f. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari
sesuai kemampuan.

3. Implementasi Artritis Reumatoid


Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik.
Implementasi dilakukan pada klien dengan rematoid artritis adalah
dengan tindakan sesuai intervensi yang telah dilakukan sebelumnya.
Dalam tindakan ini diperlukan kerja sama antara perawat sebagai
pelaksana asuhan keperawatan, tim kesehatan, klien dan keluarga agar
asuhan keperawatan yang diberikan mampu berkesinambungan sehingga
klien dan keluarga dapat menjadi mandiri.

4. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Terpenuhunya penuruna dan peningkatan adaptasi nyeri
b. Tercapainya fungsi sendi dan mencegah terjadinya deformitas.
c. Tercapainya peningkatan fungsi anggota gerak yang terganggu.
d. Tercapainya pemenuhan perawatan diri.
e. Tercapainya penatalaksanaan pemeliharaan rumah dan mencegah
penyakit degeneratif jangka panjang.
Terpenuhinya pendidikan dan latihan dalam rehabilitasi.

2.9 EBN Artritis Reumatoid


BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kata arthritis berasal dari kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (sendi tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
Penyebab pasti rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,
diperkirakan merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan,
hormonal dan faktor sistem reproduksi. Ada beberapa gambaran klinis
yang ditemukan pada penderita artritis reumatoid. Gambaran klinis ini
tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena
penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
Nyeri,persendian Bengkak (Reumatoid nodule), Kekakuan pada sendi
terutama setelah bangun tidur pada pagi hari, Terbatasnya pergerakan
Sendi-sendi.

2. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah di berikan, dan
dapat menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan keperawatan
dalam praktik, khususnya pada klien yang menagalami gangguan sistem
muskuloskeletal, Rheumatoid Arthritis, dan mampu memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Rheumatoid Arthritis.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta:

EGC.

Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013.

Yogyakarta: Media hardy.

Lukman dan Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien

Dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal. Jakarta: Salemba Medika.

Mansjoer, arif. Dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media

aesculapius.

Muttaqin, arif. 2006. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Sistem Muskuloskeletal. Banjarmasin: Unpublished.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai