SYSTEM
COVER.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. Latar belakang....................................................................................................1
1.1.1. Sifat Abu Vulkanik.....................................................................................3
1.1.2. Daftar Accident/incident yang di sebabkan Volcanic ash............................4
1.1.3. Daftar Peristiwa Abu Vulkanis yang sangant Signifikan Mempengaruhi
Penerbangan atau Berdampak.....................................................................4
1.1.4. British Airways Flight 9 (24 June 1982).....................................................6
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................7
1.3. Tujuan Penulisan................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................8
2.1. Gangguan Visibilitas Terhadap Pilot.......................................................................8
2.2. Abu Vulkanis Merusak Fuselage (badan pesawat) / External damage.....................9
2.2.1. Bagian yang harus di inspeksi setelah melewati abu vulkanik.......................11
2.3. Volcanic ash Mempengaruhi Engine performance dan Menyebabkan kerusakan
Engine.................................................................................................................11
2.3.1. Procedure yang dilakukan pilot jika terlanjut masuk daerah debu vulkanik. 13
2.4. Mendeteksi Tanda-tanda Pesawat Memasuki daerah sebaran AbuVulkanis.. .14
2.5. Mengantisipasi dan menghindari abu vulkanis.................................................15
2.6. Dampak Volcanic Ash Terhadap Operasional Bandara.....................................17
2.6.1.Penanganan yang di lakukan setelah volcano eruption di area airport.............18
BAB III PENUTUP.........................................................................................................20
3.1. Kesimpulan......................................................................................................20
3.2. Saran................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................21
3
KATA PENGANTAR
Akhirnya dengan iringan do’a yang tulus ikhlas semoga paper ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya
Penulis
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Jadi Abu Vulkanik itu, terdiri dari mineral yang unik yang berasal dari
erupsi gunung berapi. Umumnya mineral abu vulaknis berasal dari silica
bersamaan dengan jumlah partikel dari oksida alumunium, besi kalsium dan
natrium. Bahan silikat kaca ini sangat keras dan sangat abrasive, yang dimana titik
lebur nya dibawah sama dengan suhu burner dari mesin jet dengan begitu
mempertambah bahaya bagi mesin jet tersebut
2
“Volcanic cloud. The sum of the material ejected from a volcano into the
atmosphere and transported by winds aloft. It comprises volcanic ash, gases and
chemicals1 (Refer to Section 2.1 of ICAO’s Manual on Volcanic Ash, Radioactive
Material and Toxic Chemical Clouds (Doc 9691)).”
Yang berarti bahwa awan vulkanik sendiri merupakan material yang dikeluarkan
dari gunung berapi ke atsmofer dan material tersebut diangkut oleh angin ke
ketinggian. Dimana awan ini terdiri dari abu vulkanik, gas dan chemicals 1.
Secara visual, abu vulkanik itu terlihat seperti bubuk lunak. Tetapi hal
itu salah, karena abu vulkanik sebenarnya terdiri atas material keras dengan
kekerasan sekitar 5 skala mohs atau yang sama seperti partikel lebih kecil dari
1/16 ( 0,0625) mm. Bentuk partikel abu vulkanik tidak teratur, tajam, dan pada
bagian tepinya bergerigi. Dengan bentuk yang demikian, abu vulkanik akan
menjadi bahan yang bersifat abrasif. Inilah mengapa partikel abu vulkanik
mempunyai kemampuan untuk merusak jendela pesawat, mengiritasi mata,
serta menyebabkann keausan pada peralatan yang aktif bergerak saat
terkontaminasi abu vulkanik.Partikel abu vulkanik yang ukurannya kecil ini
sebenarnya memiliki struktur vesikular dengan banyak rongga. Hal ini
3
menyebabkan abu vulkanik memiliki kepadatan yang relatif rendah, sehingga
walaupun berupa batu akan memungkinkan material tersebut terlempar ke
udara dan terbawa oleh angin pada jarak yang jauh. Partikel abu vulkanik tidak
larut dalam air. Ketika mereka menjadi basah maka akan membentuk bubur
atau lumpur yang dapat membuat jalan raya dan landasan pacu pesawat
menjadi licin. Setelah kering, abu vulkanik akan jadi lumpur yang susah
dibersihkan.
4
dikeluarkan ke atmosfir sangat banyak dan di perkirakan juga bahwa abu
akan mencapai beberapa daerah dengan tinggkat volume lalu lintas udara
(air traffic) yang sangat tinggi.Dan dibuat rencana antar kontingensi dan
prosedur untuk pengendalian wilayah udara selama erupsi Eyjafjallajökull
yang mengeluarkan abu vulkanis ini,akan tetapi pemahaman ini tidak
cukup untuk didefinisikan atau dipahami stakeholder terkait, yang
mengakibatkan gangguan yang sangat signifikan untuk lalu lintas udara
Eropa dan Atlantik Utara.
2. Mt. Pinatubo, Filipina, 1991. Lebih dari 20 titik abu vulkanik bermunculan
setelah terjadi letusan Gunung Pinatubo di Filipina, yang dimana ini
merupakan salah satu letusan gunung berapi yang terbesar terbesar sejak
dari 50 tahun terakhir. Penerbangan komersial dan berbagai operasi
militerpun terkena dampaknya, salah satu nya operator dari negara U.S
yang pesawatnya grounded untuk beberapa hari di Manila.
5
dengan selamat meskipun mengalami kerusakan utama pada kesemua
engine. Pesawat itu pun kemudian mengalami pergantian kesemua mesin
nya yang berjumlah empat mesin sebelum di gunakan kembali.
5. Mt. Saint Helens, Amerika Serikat, tahun 1980.Pesawat B727 dan DC-8
menghadapi awan abu yang terpisah selama letusan besar ini terjadi.
Kedua pesawat mengalami kerusakan pada kaca depan mereka dan
beberapa system pesawat, namun kedua pesawat itu mendarat dengan
selamat meskipun mengalami kerusakan pada kaca depan.
6
Tiga minggu kemudian, hal yang sama terjadi pada Singapore Airlines 747, yang
kali ini kehilangan dua mesin dan mendarat darurat, terkena pengaruh abu
vulkanik dari gunung yang sama. Sejak saat itu, banyak pesawat lainnya juga
menghadapi kesulitan yang disebabkan oleh debu vulkanik.
BAB II
PEMBAHASAN
7
Dengan terjadi sebuah erupsi gunung berapi yang di terjadi sekitar
airport yang terkena dampak abu vulkanis gunung maka airport tersebut akan
ditutup sementara dan penerbangan di diverted atau dialihkan , yang dimana
ini berhubungan juga terhadap visibilitas .Seperti yang di ketahui bawah
dasarnya abu vulkanis merupakan bahan yang halus dan jika terakumulasi
banyak danberterbangan akan seperti kabut dan terjadi HAZARD Loss Of
Visibility, yang dimana untuk jarak pandang minimal pada sebuah
penerbangan takeoff/landing diatur dalam peraturan penerbangan .Dalam hal
peraturan pendaratan dan lepas landas pesawat yang terbang secara
instrument Flight Rules (IFR). Keputusan Menteri Perhubungan Keselamatan
Penerbangan Sipil (PKPS) atau Civil Aviation Safety Regulation (CASR)
pada bagian part 91 mensyaratkan dalam 91.175 Take off Landing dalam
terbang IFR bagian (f), dikutip sebagai berikut :
Yang artinya untuk pesawat yang memiliki two engine or less, minimum
jarak pandangnya 1,6 km sedangkan untuk pesawat yang memiliki engine lebih
dari dua maka jaraknya adalah 800 meters dan helicopters 800 meters. Jarak
pandang yang baik memang diperlukan dalam kegiatan penerbangan. Batas jarak
pandang minimum yang memungkinkan bagi pesawat untuk melakukan take off
8
dan landing adalah 1 km. Jarak pandang yang buruk dapat berakibat sulitnya pilot
dalam melihat runway, menyulitkan dalam keadaan take off dan landing. Dengan
adanya kejadian letusan gunung berapi seperti letusan sinabung awal oktober lalu,
mengakibatkan jarak pandang menjadi hanya sekitar 500 m, wajar jika beberapa
maskapai memutuskan untuk mendelay penerbangan, bahkan mengcancel
beberapa jadwal. Tidak hanya berkurangnya jarak pandang, pengaruh debu letusan
gunung berapi terhadap lalu lintas udara juga cukup banyak sehingga tidak hanya
penerbangan menuju bandara setempat, akan tetapi seluruh penerbangan dengan
jalur di sekitar gunung berapi tersebut juga terkena dampaknya untuk divert.
Dampak abu vulkanis juga dapat merusak windshield pesawat terbang di
karenakan partikel dari abu tersebut mennggores windshield mengakibatkan kaca
depan pesawat tersebut menjadi buram yang akibatnya memperparah pengelihatan
penerbang, seperti pada kasus British Airways Flight 9, yang di laporkan pilot saat
approach halim dia kesulitan untuk melihat landasan di karenakan kaca depan
pesawat 747-200 itu buram.
9
tergoresnya abu vulkanis. Selain itu Abu vulkanis juga dapat merusak bagian-
bagian pesawat seperti:
c. Windshield, atau yang disebut kaca depan pesawat juga terkana dampak
yang sangat signifikan karena bagian ini sendiri yang pertama
membelah ash cloud itu sendiri dan abu vulkanis itu menggoresnya
hingga buram atau efeknya seperti sand blasting (pengelupasan cat
dengan pasir).
d. Pitot Tube dan Static Ports, seperti yang diketahui bahan material abu
vulkanis terdiri bisa berukuran 1 mikron dimana bisa masuk, bahkan
bisa masuk ke bagian yang tersekat (sealed), masuknya abu vulkanis
kedalam sensor pitot tube itu sendiri dan membawa high static charge
dapat mengkacaukan sensor tersebut termasuk computernya dan juga
abu tersebut dapat menghalangi atau menyumbat pitot tube sehingga
tidak terbaca di instrument dimana pitot static sendiri merupakan alat
untuk membaca altimeter, airspeed indicator dan vertical speed dan ini
sangat hazard jika tidak terbaca oleh pilotnya .
e. Bleed Air System, atau sistem tekanan udara Abu vulkanis yang
terdeposit dan menjadi tebal jika menumpuk di filter dapat menyumbat
filter dari system bleed yang akibatnya dapat merusak secara total dari
10
system bleed dan menyebabkan hilangnya tekanan udara dalam kabin.
Jika pesawat tersebut terlanjur memasuki daerah volcanic ash cloud maka
pesawat tersebut harus melewati inspeksi oleh para teknisi atau grounded untuk
pergantian part atau pengecekan seperti:
1. Windshields
2. Forward cabin windows
3. Navigation and landing lights cover
4. Wing, stabilizer and fin leading edges
5. Engine nose cowls and thrust reversers
6. All pitot and static probes.
11
campuran leleh yang mengandung abu vulkanik yang akan masuk semakin
dalam ke sistem pembakaran dan bagian thrust tenaga pesawat.
Jika ketinggian pesawat masih memadai, maka sang pilot akan mematikan
mesin agar punya waktu yang cukup untuk sampai mesin kembali "dingin". Pada
kondisi tersebut, uap dari yang terbentuk dari campuran abu vulkanik, oksigen,
dan bahan bakar, bisa didorong keluar dari seluruh bagian system, pada mesin
pesawat. Campuran lelehan tersebut juga bisa menjadi lapisan keramik yang
bersifat abrasif yang dapah mengubah performa aerodinamika bilah-bilah mesin
jet. Pada kondisi yang terburuk bisa, merontokkan bilah itu akibat momentum
gaya yang terjadi pada saat mesin berputar dengan kecepatan ekstra tinggi.
Mesin bisa meledak di udara, bila gesekan berkecepatan tinggi itu terus
berlanjut. Ringkasnya konsekuensi apabila engine pesawat tersebut terpapar abu
vulkanis dapat menyebabkan seperti:
12
2. Kerusakan Mesin Jangka Panjang. Efek abrasive yang dihasilkan oleh
partikel abu vulkanik dapat menyebabkan kekasaran pada permukaan di
dalam mesin jet tersebut, sementara efek abrasive itu tidak langsung
terasa melainkan akan mempengaruhi konsumsi bahan bakar, jika
dibiarkan akan mempengaruhi life span engine atau umur mesin yang
menjadi pendek.
Dan sehabis itu menyalakan Engine anti Ice dan Wing anti Ice agar mesin
tersebut meningkatkan rasio bahan bakar: udara untuk mengurangi kemungkinan
mati mesin atau engine stall.
13
1) Jika mesin mati, kemungkinan akan susah di restart sampai keluar
dari daerah abu.
2) Pada waktu restart , waktu yang dibutuhkan mungkin lebih lama
untuk mencapai idle.
3) Monitor indikasi airspeed juga terpengaruh oleh abu vulkanik
kemungkinan tersumbat. Jika pilot curiga indikasi pembacaanya
tidak benar maka akan menjalankan prosedur unreliable speed
dengan melihat referensi pitch dan power untuk pesawat yang
digunakan.
14
5. Airspeed Fluctuation di instrument.
6. Cahaya Landing Light membuat bayangan yang tajam.
7. Ada beberapa gejala ketidaknormalan di mesin seperti suhu EGT
(exhaust gas temperature) yang tinggi, power loss atau kehilagan
power , engine stall atau engine fail dan flame out.
15
penyebaran informasi terkait debu vulkanik dalam kaitannya dengan keselamatan
penerbangan. Hingga 2010, terdapat 9 VAAC diseluruh dunia. Jaringan VAAC
dibentuk oleh ICAO (International Civil Aviation Organization), sebagai bagian
dari IAVW (International Airways Volcano Watch). Lembaga ini dibentuk untuk
meningkatkan kemampuan prakiraan dari lokasi awan debu vulkanik. Ketika debu
vulkanik terdeteksi, VAAC akan mengumpulkan semua informasi yang tersedia
dan menggunakan berbagai model untuk memprediksi jalur penyebaran debu
vulkanik pada setiap flight level yang digunakan dalam penerbangan. VAAC
kemudian menerbitkan peringatan kepada kantor penerbangan dan meteorologi
setempat. Peringatan ini berisi nama gunung yang mengalami letusan, negara,
lokasi dan alevasi dari kawah, sumber informasi (satelit atau pengamatan pilot),
detail kejadian erupsi seperti tanggal dan waktu, detail dari debu vulkanik
termasuk flight level dan ukuran, detail pergerakan debu vulkanik, dan
prakiraannya. Setelah mendapat peringatan dari VAAC, kantor meteorologi
setempat wajib untuk membuat informasi meteorologi khusus yang berisi
informasi detail mengenai kejadian debu vulkanik untuk disebarkan kepada pilot
pada penerbangan setempat.
16
Aktivitas gunung berapi telah menyebabkan hazard yang signifikan ke
berbagai bandara di seluruh dunia, dengan local effect berdampak pada wisatawan
dan perdagangan. Hasil Analysis of a new compilation of incidents of airports
impacted by volcanic dari 1944 sampai 2006 mengungkapkan bahwa, minimal,
101 bandara di 28 negara yang terkena dampak dari 171 kesempatan oleh letusan
pada 46 gunung berapi. Sejak tahun 1980, lima bandara per tahun rata-rata telah
dipengaruhi oleh aktivitas gunung berapi, yang menunjukkan bahwa bahaya
vulkanik ke bandara tidak langka di seluruh dunia. Bahaya utama untuk bandara
adalah hujan abu, dengan akumulasi hanya beberapa milimeter cukup untuk
memaksa penutupan sementara beberapa bandara. Sebagian besar insiden ini
disebabkan oleh abu di wilayah udara di sekitar bandara, tanpa akumulasi abu di
tanah.
17
Akumulasi abu lebih dari beberapa milimeter membutuhkan pembersihan sebelum
bandara bisa kembali beroperasi penuh. Abu tidak hilang sendiri (tidak seperti
hujan salju ) dan harus dibuang untuk mencegah dari yang pergerakan oleh angin
dan pesawat .Seperti pada kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu pada
beberapa bandara di Yogyakarta dan semarang. Bandara adi sucipto dan adi
sumarmo ditutup selama beberapa hari akibat letusan gunung kelud yang abunya
banyak menyelimuti daerah tersebut. Akibatnya bandara merugi ratusan juta
hingga miliaran rupiah.dan juga terdapat, bagian-bagian yang terdampak dalam
area bandara yang dikarenakan debu vulkanik antara lain:
18
Manual (khusus Lampiran A) harus dikonsultasikan pihak berwenang, untuk
panduan rinci tentang topik-topik tersebut, mengandung seperti berikut:
Yang berarti sebagai pengelola bandara juga harus aware dengan peristiwa
tersebut karena volcanic ash sendiri bisa dapat di kategorikan sebagai benda FOD
(Foreign Object Damage) karena sifat nya itu yang sangat merusak peralatan-
peralatan di bandara terutama alat-alat elektronik di bandara.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
19
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam paper ini menyangkut soal
bahaya Volcanic Ash, yang dimana bagi penerbangan itu sendiri sangatlah hazard
atau bahaya dan sangat berpengaruh pada industri penerbangan. Seperti pada
beberapa peristiwa letusnya gunung berapi di Indonesia sendiri pada waktu lalu.
Yang berdampak pada kebijakan buka tutupnya beberapa bandara komersial oleh
Kementerian Perhubungan, tentunya sangat merugikan bagi para penumpang
pesawat yang awam. Terlebih lagi dampak abu vulkanik bisa menyebakan direct
and indirect cost jika terjadi accidents & incident
3.2. Saran
Jadi, marilah kita lebih bijaksana jika kita sebagai penumpang dalam
menyikapi delay atau cancel yang dilakukan oleh pihak maskapai penerbangan
terutama yang disebabkan oleh force majeur yang diluar batas kekuasaan manusia,
percayalah safety atau keselamatan penumpang adalah prioritas utama bagi pihak
airline. Tidak ada satu pilotpun yang ingin mengalami insiden ataupun
kecelakaan. Dan juga operator juga harus terus selalu menggalakan komitmen
pada safety dari yang terbawah hingga top manajemen seperti safety management
system (SMS) dan juga Risk Management.
DAFTAR PUSTAKA
20
Casadevall, Thomas J.1994.Volcanic Ash and Aviation Safety : Proceedings of the
First Innternational Symposium on Volcanic Ash and Aviation Safety.Diambil dari:
https://books.google.co.id/books/about/Volcanic_Ash_and_Aviation_Safety.html?
id=pKY_VLqMTgsC&redir_esc=y
Guffanti M, Casadevall TJ, Budding K, 2010, Encounters of aircraft with
volcanic abu clouds—a compilation of known incidents, 1953–2009. US
Geological Survey Data Series 545.Diambil dari :
http://pubs.usgs.gov/ds/545/
Peraturan Menteri Perhubungan Indonesia.2009.Peraturan Keselamatan
Penerbang Sipil (P.K.P.S.) part 170 tentang Peraturan Lalu Lintas Udara
Diambil dari :
http://hubud.dephub.go.id/files/dsku/PKPS170.pdf
21