Anda di halaman 1dari 22

SEKILAS TENTANG NUSANTARA SEHAT

LATAR BELAKANG
Fokus kebijakan Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) untuk periode 2015 – 2019
adalah penguatan Pelayanan Kesehatan (Yankes) Primer. Prioritas ini didasari oleh
permasalahan kesehatan yang mendesak seperti angka kematian ibu dan bayi yang
masih tinggi, angka gizi buruk, serta angka harapan hidup yang sangat ditentukan
oleh kualitas pelayanan primer. Penguatan yankes primer mencakup tiga hal: Fisik
(pembenahan infrastruktur), Sarana (pembenahan fasilitas), dan Sumber Daya
Manusia (penguatan tenaga kesehatan).
Program Nusantara Sehat merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dicanangkan
oleh Kemenkes dalam upaya mewujudkan fokus kebijakan tersebut. Program ini
dirancang untuk mendukung pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang diutamakan oleh Pemerintah guna
menciptakan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.
Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer adalah garda terdepan dalam pelayanan
kesehatan masyarakat yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dan
melakukan upaya preventif melalui pendidikan kesehatan, konseling serta skrining
(penapisan).

TUJUAN
Program Nusantara Sehat bertujuan untuk menguatkan layanan kesehatan primer
melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar di DTPK dan
DBK juga mempunyai tujuan menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan,
menggerakan pemberdayaan masyarakat dan dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang terintegrasi serta meningkatkan retensi tenaga kesehatan yang
bertugas di DTPK. Program ini merupakan program lintas unit utama di Kemenkes
yang fokus tidak hanya pada kegiatan kuratif tetapi juga promotif dan preventif
untuk mengamankan kesehatan masyarakat (public health) dari daerah yang paling
membutuhkan sesuai dengan Nawa Cita.
SEKILAS PROGRAM
Program Nusantara Sehat melalui penempatan tenaga kesehatan berbasis tim,
dilakukan berdasarkan hasil kajian terhadap distribusi tenaga kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2012. Salah satu
rekomendasi kajian menunjukkan bahwa penempatan tenaga kesehatan untuk
daerah tertentu lebih baik jika dilakukan berbasis tim. Kajian tersebut ditindaklanjuti
dengan uji coba penempatan tenaga kesehatan berbasis tim pada tahun 2014 di 4
Puskesmas pada 4 kabupaten di 4 Propinsi (Prop. Sumatra Utara, Kalimantan Barat,
Maluku dan Papua) dan berhasil meningkatkan kunjungan Puskesmas serta Upaya
Kesehatan Masyarakat. Dari segi tenaga kesehatan mereka merasa lebih nyaman
karena ditempatkan dan bekerja dalam satu tim. Pada tahun 2015 telah ditempatkan
Tim Nusantara Sehat Periode I sebanyak 142 orang di 20 puskesmas pada bulan Mei
2015 dan Tim Nusantara Sehat Periode II sebanyak 552 orang di 100 puskesmas
pada bulan Desember 2015.

PENDEKATAN
Pendekatan yang dilakukan program Nusantara Sehat bersifat komprehensif dengan
melibatkan anggota tim dengan berbagai jenis tenaga kesehatan yang terdiri dari
dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga
kesehatan lingkungan, tenaga ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan
tenaga kefarmasian.

TARGET PROGRAM TAHUN 2016


Periode I tahun 2016:
Unit capaian : Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Jumlah capaian : 70 Puskesmas
Jumlah tenaga kesehatan : 630 orang
Rencana penempatan : Bulan Mei 2016

Periode II tahun 2016:


Unit capaian : Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Jumlah capaian : 60 Puskesmas
Jumlah tenaga kesehatan : 540 orang
Rencana penempatan : Bulan Oktober 2016
PESERTA
Peserta program adalah para tenaga profesional kesehatan yang terdiri dari dokter,
dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan
lingkungan, tenaga ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga
kefarmasian, dengan persyaratan usia maksimal 35 tahun untuk dokter dan dokter
gigi dan 30 tahun untuk tenaga kesehatan lainnya serta bersedia mengabdikan
dirinya untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sesuai
kebutuhan Kementerian Kesehatan.
Peserta Tim Nusantara Sehat melalui proses seleksi administrasi dan seleksi psikologi
(test psikologi, FGD, dan wawancara). Peserta yang lolos seleksi adalah peserta
yang memperlihatkan kemampuan sosialisasi dan berkomunikasi yang baik,
memperlihatkan inisiatif dan pengambilan keputusan yang baik, serta berkomitmen
terhadap tanggung jawab dalam melaksanakan tugas.
Kemenkes senantiasa mendorong seluruh tenaga kesehatan profesional untuk ikut
serta dalam program Nusantara Sehat dengan mendaftarkan diri baik secara online
melalui situs resmi Nusantara Sehat : www.nusantarasehat.kemkes.go.id
PROSES IMPLEMENTASI
Penempatan 1170 orang tenaga kesehatan akan dilakukan secara
berkesinambungan ke 130 Puskesmas dan mereka akan bertugas di masing-masing
Puskesmas selama 2 (dua) tahun. Seluruh peserta diberikan pembekalan materi bela
negara, keahlian medis dan non-medis serta pengetahuan tentang program –
program kesehatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan . Mereka juga
diberikan pemahaman terhadap budaya-budaya lokal sehingga diharapkan mereka
dapat berinteraksi dengan petugas kesehatan setempat dan masyarakat sekitar di
daerah penempatan.

Informasi lebih lanjut tentang Nusantara Sehat dapat diakses melalui :


www.nusantarasehat.kemkes.go.id
Twitter @Nusantara_Sehat
Facebook Nusantara Sehat.

PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN BERBASIS TIM


(TEAM BASED)

Latar belakang
Masyarakat yang sehat jasmani, rohani dan sosial, akan menjadi individu yang
produktif sehingga akan berkontribusi positif terhadap pembangunan bangsa.
Kesehatan memiliki daya ungkit yang dapat mendukung aspek-aspek pembangunan
lainnya, sehingga indikator-indikator kesehatan seringkali digunakan sebagai ukuran
kemajuan pembangunan. Upaya penurunan kemiskinan pun dipengaruhi oleh
kebijakan kesehatan yang diberlakukan, seperti universal health coverage, atau
perlindungan kesehatan menyeluruh. Agar dapat mencapai perlindungan kesehatan
yang ideal tersebut, diperlukan sebuah sistem pelayanan kesehatan yang efisien dan
efektif. Sistem ini mencakup akses terhadap pusat layanan kesehatan, obat-obatan,
tenaga kesehatan yang kompeten, serta tata kelola yang baik.
Dengan diterapkannya sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan peluncuran
Kartu Indonesia Sehat (KIS) pada tahun 2014, Indonesia telah menunjukkan
komitmennya terhadap perbaikan kualitas kesehatan rakyatnya. Hal ini perlu diikuti
dengan penguatan sistem layanan kesehatan primer, dimana penguatan layanan
primer menjadi vital dalam perannya sebagai garda terdepan menjaga kesehatan
masyarakat dalam melakukan upaya preventif melalui pendidikan kesehatan,
konseling serta skrining/penapisan. Kuatnya sistem pelayanan kesehatan primer
akan memperluas jangkauan layanan kesehatan kepada masyarakat.
Kondisi geografis Indonesia yang berupa daratan, lautan, pegunungan, dan
banyaknya pulau-pulau kecil yang tersebar dari Sabang sampai Merauke,
menyebabkan akses pelayanan kesehatan untuk daerah tertentu sangat sulit
dijangkau. Situasi di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK) dan
Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) sangat berbeda dengan daerah lainnya.
Ketersediaan tenaga kesehatan dan sarana-prasarana merupakan masalah utama
yang terjadi di lapangan. Namun demikian, pelayanan kesehatan kepada masyarakat
wajib dilaksanakan dan tidak dapat ditunda. Oleh sebab itu diperlukan kebijakan
khusus penempatan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang
disesuaikan dengan karakteristik daerah dan tidak menyamaratakan kebijakan
tersebut untuk seluruh wilayah Indonesia.

Program Nusantara Sehat


Berbagai permasalahan kesehatan di Indonesia bukanlah merupakan hal yang baru
atau yang tidak pernah diusahakan pemecahannya baik oleh pemerintah maupun
sektor swasta atau organisasi masyarakat madani sebelumnya. Saat ini Kementerian
Kesehatan melakukan pendekatan secara komprehensif dengan mempertimbangkan
setiap aspek isu kesehatan yang membutuhkan sinergi, komitmen dari berbagai
pihak agar dapat mencapai target pembangunan kesehatan.
Pemerintah pusat telah melakukan berbagai program dalam rangka peningkatan
akses dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk DTPK dan
atau DBK melalui penempatan tenaga kesehatan. Namun demikian masih diperlukan
suatu model penempatan tenaga kesehatan yang komprehensif melalui pendekatan
promotif, preventif dan kuratif.
Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Kementerian
Kesehatan melakukan penempatan tenaga kesehatan berbasis tim (Tim Nusantara
Sehat) melalui penugasan khusus, yang diharapkan mampu melaksanakan program
secara terintegrasi dan memberikan pelayanan kesehatan secara optimal di tingkat
pelayanan dasar terutama di puskesmas sangat terpencil di DTPK dan DBK, dengan
masa tugas selama 2 (dua) tahun. Penugasan khusus tenaga kesehatan tersebut
dilaksanakan sesuai dengan amanat Undang – Undang No. 36 tahun 2014 pasal 23
ayat (2). “Nusantara Sehat” bertujuan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan dasar di DTPK dan DBK disamping menjaga keberlangsungan pelayanan
kesehatan, menggerakan pemberdayaan masyarakat serta dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang terintegrasi serta meningkatkan retensi tenaga kesehatan
yang bertugas di DTPK.

Proses implementasi
Dalam proses pelaksanaan Program Nusantara Sehat dilakukan secara lintas
program Kementerian Kesehatan, meliputi:

Rekrutmen:
Untuk Periode I tahun 2016 akan direkrut sebanyak 70 tim dan pada periode II
tahun 2016 akan direkrut sebanyak 60 tim. Perekrutan dilakukan secara online
melalui (www.nusantarasehat.kemkes.go.id) dan seleksi dilakukan secara bertahap
meliputi seleksi administrasi dan seleksi psikologi (Tes Psikologi, FGD, dan
Wawancara). Pelaksanaan seleksi dilakukan secara regional di beberapa kota yang
didukung oleh lembaga asesmen yang terpercaya.

Pembekalan:
Untuk meningkatkan kompetensi Tenaga Kesehatan yang akan bertugas sebagai
Tim Nusantara Sehat dilakukan pembekalan sebelum penempatan, yang meliputi :
Bela Negara, Teknis Medis dan Nonmedis, serta pengetahuan tentang program –
program kesehatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan.

Penempatan:
Tim Nusantara Sehat akan ditempatkan untuk mendukung pelaksanaan program
kesehatan di Puskesmas terutama sangat terpencil di Kabupaten DTPK dan DBK.

Pemantauan & Evaluasi:


Untuk memantau dan mengevaluasi kinerja tim di lapangan, dikembangkan suatu
sistem monitoring internal dan eksternal. Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk
memantau dampak dari penempatan tim terhadap manajemen Puskesmas,
perluasan jangkauan pelayanan kesehatan, dan peningkatan cakupan program
puskesmas serta manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap keberadaan Tim
Nusantara Sehat di Puskesmas.
APA ITU PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN MELALUI
TEAM BASED (TIM NUSANTARA SEHAT) ... ?

Program ini merupakan Pendayagunaan secara khusus Tenaga Kesehatan berbasis


tim dalam kurun waktu tertentu dengan jumlah dan jenis tertentu guna
meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan, Daerah Bermasalah
Kesehatan

APA TUJUAN PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN


MELALUI TEAM BASED (TIM NUSANTARA SEHAT) ... ?

Tujuan Umum
Meningkatnya penyelenggaraan tugas dan fungsi Puskesmas dalam rangka upaya
kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat di Daerah tertinggal,
Perbatasan, Kepulauan dan Daerah Bermasalah Kesehatan.

Tujuan Khusus
1. meningkatnya capaian target program puskesmas
2. meningkatnya akses pelayanan kesehatan puskesmas
3. meningkatnya penanganan permasalahan kesehatan lokal daerah
4. tercapainya pemenuhan tenaga kesehatan sesuai dengan standar
5. meningkatnya retensi tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas
6. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang terintegrasi

APA SASARAN PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN


MELALUI TEAM BASED (TIM NUSANTARA SEHAT) ... ?

Sasaran akhir program penugasan khusus tenaga kesehatan berbasis tim (team
based) dalam mendukung Program Nusantara Sehat yaitu :
1. Terpenuhinya jumlah dan jenis tenaga kesehatan sesuai dengan standar di
puskesmas DTPK dan DBK
2. Terwujudnya layanan kesehatan primer yang dapat dijangkau oleh setiap
anggota masyarakat, terutama oleh mereka yang barada di wilayah - wilayah
terpencil di berbagai pelosok Nusantara

BAGAIMANA POLA PENEMPATAN PENUGASAN KHUSUS TENAGA


KESEHATAN MELALUI TEAM BASED (TIM NUSANTARA SEHAT)
... ?

POLA PENEMPATAN

1. Penempatan tenaga kesehatan di puskesmas harus merupakan satu tim minimal 5


(lima) sampai 9 (sembilan) jenis tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi, perawat,
bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi
laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian) yang disesuaikan dengan
pemetaan (mapping) ketenagaan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan
dalam formasi Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Berbasis Tim (Team
Based) Dalam Mendukung Program Nusantara Sehat.
2. Masa penempatan tenaga kesehatan penugasan khusus berbasis tim(team
based) Dalam Mendukung Program Nusantara Sehat adalah 2(dua) tahun.
3. Pemerintah daerah dapat memberdayakan tenaga kesehatan pasca penugasan
khusus berbasis tim (team based) Dalam Mendukung Program Nusantara Sehat
berdasarkan kompetensi, standar ketenagaan, dan kebutuhan daerah sehingga
tercapai kemandirian pemenuhan tenaga kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

TENAGA KESEHATAN APA SAJA YANG DAPAT MENGIKUTI


PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN MELALUI TEAM
BASED (TIM NUSANTARA SEHAT) ... ?

Tenaga Kesehatan yang dapat mengikuti Penugasan Khusus ini diantaranya :

1. Dokter
2. Dokter Gigi
3. Perawat
4. Bidan
5. Tenaga Kesehatan Masyarakat
6. Tenaga Kesehatan Lingkungan
7. Ahli Teknologi Laboratorium Medik (Analis Kesehatan)
8. Tenaga Gizi
9. Tenaga Kefarmasian

APA PERSYARATAN UNTUK MENJADI PENUGASAN KHUSUS


TENAGA KESEHATAN MELALUI TEAM BASED (TIM NUSANTARA
SEHAT) ... ?

Persyaratan calon peserta :


1) Warga Negara Indonesia
2) Usia maksimal 35 (tiga puluh lima) tahun untuk dokter umum dan dokter gigi
dan untuk tenaga kesehatan lainnya usia maksimal 30 ( tiga puluh) tahun
3) Tidak sedang terikat perjanjian/kontrak kerja dengan instansi lain
pemerintah/swasta dan tidak berkedudukan sebagai CPNS/PNS/Calon Anggota
TNI/Polri serta Anggota TNI/Polri
4) Status belum menikah bersedia untuk tidak menikah selama 6 bulan dalam
masa penugasan
5) Sehat jasmani dan rohani
6) Bebas narkoba
7) Berkelakuan Baik
8) Wajib Memiliki STR yang masih berlaku (Surat Keterangan STR yang
sedang diproses tidak berlaku/tidak diterima)
9) Bersedia ditempatkan dimana saja sesuai kebutuhan Kementerian Kesehatan

LAUNCHING PROGRAM NUSANTARA SEHAT


JAKARTA (3/2/2014) – Kesehatan merupakan investasi yang mendukung pembangunan
nasional. Untuk itu pemerataan akses kesehatan melalui ketersediaan fasilitas pelayanan
dan tenaga kesehatan yang memadai harus terus diupayakan. Guna menjawab tantangan
tersebut maka Kementerian Kesehatan menyelenggarakan program “Nusantara Sehat”.
Bertempat di Ruang Rapat J. Leimena Gedung Adyatma Kemenkes, Menteri Kesehatan
Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, SpM (K) meresmikan program baru ini saat acara
Jumpa Pers Awal Tahun untuk sosialisasi program kerja Kemenkes.

Menteri Kesehatan menyampaikan bahwa program “Nusantara Sehat” bertujuan


memperkuat pelayanan kesehatan primer untuk mewujudkan Indonesia Sehat melalui
peningkatan jumlah, sebaran, komposisi, dan mutu tenaga kesehatan. Program Nusantara
Sehat melibatkan sejumlah tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, perawat, tenaga
kefarmasian, tenaga kesehatan lingkungan, analis kesehatan, dan tenaga kesehatan
masyarakat di dalam satu tim kerja.
Dengan mengirim tenaga kesehatan secara tim maka pelayanan kesehatan bisa lebih
optimal karena menggunakan pendekatan yang terintegrasi bukan sekedar kuratif seperti
yang selama ini telah dilakukan selama ini namun juga mengedepankan aspek preventif dan
promotif. Hal ini diperlukan untuk mengamankan kesehatan masyarakat dan daerah yang
paling membutuhkan sesuai dengan visi dan misi Presiden Joko Widodo yang tertuang
dalam Nawa Cita poin ketiga yaitu “Membangun Indonesia dari pinggiran”.

Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan


Kementerian Kesehatan, drg. Usman Sumantri, MSc yang turut mendampingi Menteri
Kesehatan dalam acara jumpa pers tesrebut menyampaikan target program "Nusantara
Sehat" adalah Puskesmas yang berlokasi di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan
(DTPK) di 48 Kabupaten/Kota di Indonesia. Sesuai rencana untuk tahun ini Kementerian
Kesehatan akan mengirimkan sebanyak 960 orang tenaga kesehatan yang dibagi dalam
dua tahap. Mereka akan menempati 120 Puskesmas yang berada di.wilayah DTPK dan
Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK).

Tidak semua tenaga kesehatan yang mendaftar bisa langsung dikirim karena ada proses
seleksi terlebih dahulu untuk melihat kesiapan baik secara fisik maupun mental mengingat
masa tugas yang akan mereka jalani selama dua tahun. Bagi tenaga kesehatan yang lolos
seleksi akan mendapatkan pembekalan berupa keahlian medis dan non-medis yang
mencakup pelatihan kepemimpinan, manajerial, dan komunikasi, serta pemahaman
terhadap budaya-budaya lokal.

PROGRAM NUSANTARA SEHAT UNTUK PERKUAT PELAYANAN KESEHATAN DIPUBLIKASIKAN


PADA : RABU, 25 MARET 2015 00:00:00, DIBACA : 61.553 KALI Pada tanggl 3 Februari 2015,
Kemenkes meluncurkan Program Nusantara Sehat (NS). Program ini diluncurkan sebagai
salah satu prioritas kunci Kemenkes selama 5 tahun kedepan. Program NS adalah program
penguatan pelayanan kesehatan primer yang fokus pada upaya promotif, preventif, dengan
berbasis pada tim. Intervensi berbasis tim pada fasilitas layanan kesehatan ini merupakan
suatu terobosan, karena tim-tim ditempatkan langsung diwilayah-wilayah terpencil dimana
suatu sistem kegiatan bisnis akan dikembangkan di Puskesmas terpencil tersebut, jelas
Menkes Nila F. Moeloek pada acara Rapat Koordinasi Teknis (Rakontek) Bina Upaya
Kesehatan Dasar (BUKD), di Jakarta (25/3). Tujuan utama program NS adalah mewujudkan
layanan kesehatan primer yang dapat dijangkau oleh setiap anggota masyarakat, terutama
oleh mereka yang berada di wilayah-wilayah terpencil di berbagai pelosok Nusantara. Tim
NS adalah para tenaga profesional kesehatan dengan latar belakang medis seperti dokter,
perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi
laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian yang berusia di bawah 30 tahun.
Besaran gaji/insentif bagi tenaga kesehatan penugasan khusus berbasis tim (team based)
adalah sebesar Rp.7.850.000,- ( Tujuh Juta delapan ratus lima puluh ribu rupiah) untuk
dokter umum dan dokter gigi, sedangkan untuk Bidan/perawat/Tenaga kesehatan
Lingkungan/Tenaga Gizi/ Ahli Teknologi Laboratorium Medik/ Tenaga kefarmasian / Tenaga
Kesehatan Masyarakat sebesar Rp. 4.400.000,- (Empat Juta Empat Ratus Ribu Rupiah).
Besaran gaji/insentif tenaga kesehatan penugasan khusus berbasis tim (Team based) dalam
mendukung program Nusantara Sehat ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atas persetujuan
Menteri Keuangan. Tim pertama NS akan mulai bertugas pada tanggal 29 April 2015 hingga 2
tahun ke depan. Proses perekrutan telah dilakuan secara online dan direct assessment.
Proses seleksi calon berdasarkan resume, tes tertulis, wawancara tatap muka, tes psikologi
serta Focus Group Discussion (FGD) untuk menilai individu dalam dinamika kelompok. Bagi
peserta yang telah lulus seleksi akan diberi pelatihan dan pembekalan oleh Pusdiklat
Aparatur Kemenkes bekerja sama dengan Armabar, Fakultas Kedokteran UI dan RSCM serta
Puskesmas. Pada tahun 2015, lokus program NS direncanakan di Puskesmas kecamatan yang
berbatasan langsung dengan negara tetangga baik darat dan laut di 48 kab/Kota pada 15
Provinsi yaitu Aceh, Sumut, Riau, Kepri, Bengkulu, NTT, Kalbar, Kaltim, Kaltara, Sulut,
Sulteng, Maluku Utara, Maluku, Papua dan Papua Barat. Dalam kegiatan Rakontek BUKD ini
dilakukan penandatanganan komitmen mendukung Program NS oleh 48 Bupati/Walikota
dari 15 provinsi lokus, disaksikan Menkes. Dukungan yang diharapkan dari Bupati/Walikota
untuk keberhasilan program NS diantaranya adalah 1) Menjamin keselamatan dan
keamanan tenaga 1 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2/2 24-02-2016 kesehatan
penugasan khusus berbasis tim (team based); 2) Menyediakan sarana, prasarana, dan
fasilitas tempat tinggal yang layak untuk menunjang pelaksanaan tugas; 3) Menerbitkan
Surat Izin Praktik (SIP) untuk tenaga kesehatan penugasan khusus berbasis tim (team based)
dalam mendukung program NS sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Berita ini
disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 500-
567; SMS 081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan email
kontak[at]depkes[dot]go[dot]id.

Kesehatan adalah investasi terbaik untuk masa depan bangsa yang lebih cerah. Untuk
mewujudkannya maka diperlukan penguatan akses pelayanan kesehatan di daerah.
Kementerian Kesehatan mengajak para generasi muda untuk berperan serta memperkuat
kesehatan terutama di daerah terpencil melalui program penempatan tenaga kesehatan
yang berbasis tim (team based).

Program ini merupakan sebuah upaya peningkatan pelayanan kesehatan mencakup


preventif, promotif, dan kuratif dengan melibatkan 5 (lima) sampai 9 (sembilan) tenaga
kesehatan (dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga
kesehatan lingkungan, Ahli laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian) yang
akan ditempatkan di pelosok nusantara

Kami membuka kesempatan bagi tenaga kesehatan di seluruh Indonesia untuk turut ambil
bagian dalam program ini. Mari bergabung bersama kami mewujudkan cita-cita bersama
untuk Indonesia yang lebih sehat.
“Critical Review Program Nusantara Sehat 2015” Oleh: A. Saputri
Mulyana* *Mahasiswa Program Magister Fakultas Ilmu Keperawatan,
Kekhususan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Universitas
Indonesia. 2015 Lahirnya program Nusantara Sehat 2015
dilatarbelakangi oleh pelayanan kesehatan di Indonesia yang tidak
merata, sehingga dianggap perlu upaya untuk mencapai pembangunan
kesehatan secara nasional (Permenkes RI N0. 23 tahun 2015 tentang
Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Berbasis Tim dalam
Mendukung Program Nusantara Sehat). Realita menunjukkan, terjadi
ketidakmerataan distribusi tenaga kesehatan, baik dari segi kualitas,
jumlah, maupun jenis tenaga kesehatan. Kondisi ini semakin
memprihatinkan pada daerah-daerah tertinggal, perbatasan, dan
kepulauan (DTPK) dan daerah bermasalah kesehatan (DBK). Padahal,
kesehatan adalah hak seluruh masyarakat Indonesia. Sehingga,
bagaimanapun, sudah seharusnya pemerintah bertanggung jawab agar
masyarakat Indonesia tetap memperoleh pelayanan kesehatan yang
berkualitas. Sebagaimana yang telah tertuang pada UUD 1945 pasal
28H, bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
Namun, untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan yang berkualitas
sebagaimana mestinya, program Nusantara Sehat 2015 perlu ditinjau
kembali. Jika merujuk pada tujuan dibentuknya program ini, yaitu
menguatkan layanan kesehatan primer melalui peningkatan jumlah,
sebaran, komposisi, dan mutu tenaga kesehatan lintas profesi (dengan
melibatkan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya) ke
puskesmas-puskesmas pada daerah DTPK dan DBK, maka dapat
ditarik benang merahnya, bahwa dalam implementasi program tersebut,
pemerintah menitikberatkan pada 2 (dua) hal, yaitu ketersediaan tenaga
kesehatan dan upaya untuk menjaga kualitas tenaga sebelum bertugas
pada daerah khusus tersebut (http://nusantarasehat.kemkes.go.id). UU
No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan pada pasal 15
menyatakan bahwa dalam menyusun perencanaan tenaga kesehatan,
salah satu faktor yang perlu diperhatikan selain jenis, kualifikasi, jumlah,
pengadaan, dan distribusi tenaga kesehatan adalah ketersediaan
fasilitas pelayanan kesehatan. Kebijakan pemerintah terkait program
Nusantara Sehat seolah luput dengan pasal 15 tersebut. Padahal,
ketersediaan fasilitas juga menjadi salah satu poin penting dalam
peningkatan kualitas sistem pelayanan. Hasil studi yang dilakukan oleh
Bata, dkk. (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
kualitas pelayanan dengan kepuasan pasien. Dimana salah satu
indikator dari kualitas pelayanan yang dimaksud adalah ketersediaan
sarana dan prasarana kesehatan. UU RI No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, mempertegas bahwa fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Alasan ini semakin diperkuat
oleh Permenkes No .75 tahun 2014 tentang puskesmas. Pada pasal 7
(tujuh) dinyatakan bahwa dalam melakukan upaya pembangunan
kesehatan, puskesmas harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan
dasar secara komprehensif, berkesinambungan, dan bermutu. Untuk
mewujudkan hal itu, maka dalam pendirian Puskesmas harus
memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan
kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium. Sehingga,
dalam memaksimalkan upaya pemerintah untuk menciptakan sistem
pelayanan kesehatan secara nasional melalui program Nusantara
Sehat, dimana target wilayah kerjanya adalah puskesmas-puskesmas
di daerah terpencil, ketersediaan fasilitas kesehatan sangat perlu
dipertimbangkan, selain ketersediaan dan kualitas tenaga kesehatan.
Usman (2009) dalam hasil studinya mendapatkan sebuah realita bahwa
dalam kurun tahun 2000-2005, lokasi pembangunan fasilitas kesehatan
baru, kebanyakan ditempatkan di desa-desa yang tergolong sejahtera,
yang pada umumnya menjadi ibukota kecamatan. Adapun bentuk
fasilitas kesehatan yang dikembangkan adalah dalam kategori fix facility
(fasilitas tetap, tidak bergerak). Karakteristik pelayanan kesehatan pada
kategori ini cenderung bersifat pasif, yang memicu tenaga kesehatan
setempat menjadi kurang proaktif. Lebih banyak menunggu kebutuhan
masyarakat. Mereka baru terlihat aktif ketika terjadi epidemi atau
kejadian yang mengancam masyarakat. Pendayagunaan fasilitas tidak
menuntut pelayanan kesehatan yang mendekatkan kepada masyarakat
sebagai pasien. Kondisi ini mengindikasikan bahwa upaya untuk
menciptakan pemerataan pelayanan kesehatan menjadi sulit untuk
direalisasikan. Selain itu, UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan pada pasal 27 juga memberikan pertimbangan tersendiri
untuk meninjau kembali program Nusantara Sehat 2015. Pasal 27
tersebut menguraikan bahwa tenaga kesehatan yang bertugas di
daerah tertinggal perbatasan dan kepulauan, serta daerah
bermasalah kesehatan, selain memperoleh perlindungan dalam
pelaksanaan tugas, mereka juga berhak memperoleh hak kenaikan
pangkat istimewa. Namun, jika merujuk pada Permenkes Republik
Indonesia No. 23 tahun 2015 tentang Penugasan Khusus Tenaga
Kesehatan Berbasis Tim (Team Based) dalam Mendukung Program
Nusantara Sehat, tenaga kesehatan yang telah berkontribusi, tidak
memperoleh hak kenaikan pangkat istimewa sebagaimana yang
tertuang pada UU No. 36 pasal 27 tersebut. Setelah menyelesaikan
masa penugasan, mereka hanya diberikan surat keterangan selesai
masa penugasan oleh Kementerian Kesehatan. Padahal, para tenaga
kesehatan yang akan melibatkan diri pada program tersebut harus
mengiyakan beberapa persyaratan yang seolah ikut bersaing dengan
medan kerja yang tentu cukup menantang. Diantaranya adalah tidak
terikat kontrak kerja dengan instansi pemerintah maupun swasta dan
pernyataan bersedia meninggalkan pekerjaan tersebut apabila masih
terikat kontrak dengan pemerintah maupun swasta. Artinya, mereka
harus melepas segala bentuk pekerjaannya sebelum memutuskan
untuk melibatkan diri sebagai tenaga kesehatan untuk mensukseskan
program tersebut. Lantas, dimana bentuk apresiasi pemerintah
terhadap masa depan kepada mereka yang akan terjun langsung dalam
membangun kesehatan nasional dari daerah pinggiran? Ayuningtyas
(2014) mengemukakan bahwa dalam melakukan analisis kebijakan,
salah satu tahap yang perlu dilakukan setelah merumuskan masalah
adalah melakukan peramalan (forecasting). Terkait kebijakan program
Nusantara Sehat, maka penulis merumuskan 2 (dua) poin berikut,
sebagai bahan analisis sejauh mana program tersebut dapat menjawab
kesenjangan yang telah diuraikan sebelumnya. Pertama, pemerintah
tidak menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dalam
penerapan program Nusantara Sehat. Jika hal ini dibiarkan tanpa ada
upaya serius dari pemerintah, maka tujuan/harapan pemerintah untuk
meningkatkan sistem kesehatan di seluruh penjuru Indonesia akan sulit
diwujudkan. Lahirnya program Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang telah
lebih dulu dikeluarkan oleh pemerintah, dapat menjadi bahan
pembanding untuk menganalisis program Nusantara Sehat ini. Kedua
program tersebut setidaknya hampir memiliki kesamaan misi, yaitu
mendistribusikan tenaga kesehatan medis dan bidan di daerah-daerah
tertinggal, sebagaimana yang tertuang pada Permenkes No. 7 tahun
2013 tentang Pedoman Pengangkatan dan Penempatan Dokter dan
Bidan sebagai Pegawai Tidak Tetap. Kondisi yang terjadi di lapangan
memperlihatkan bahwa sebagian tenaga kesehatan yang bertugas tidak
dapat memaksimalkan kewajibannya dalam memberikan pelayanan
kesehatan di puskesmas karena keterbatasan fasilitas. Sehingga,
pengaruh hadirnya program PTT terhadap peningkatan pelayanan
kesehatan di daerah terpencil tidak memberikan dampak yang cukup
signifikan. Poin yang kedua, jika tenaga kesehatan tidak memperoleh
hak kenaikan pangkat istimewa yang bertugas pada daerah Tertinggal,
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) serta pada Daerah Bermasalah
Kesehatan (DBK), maka kemungkinan yang dapat terjadi adalah kurang
maksimalnya pendistribusian para klinisi untuk melibatkan diri sebagai
tenaga kesehatan pada program tersebut. Mengingat bahwa
persyaratan yang ditawarkan cukup sulit, sementara mereka akan
ditempatkan bukan pada daerah yang aman, apalagi nyaman.
Larangan menikah, keharusan untuk menghentikan kontrak kerja (bagi
yang sebelumnya pernah bekerja), tentu menjadi pertimbangan
tersendiri bagi seorang calon tenaga kesehatan sebelum memutuskan
bertugas pada daerah tersebut. Dan setelah masa kerja habis, mereka
tidak memperoleh jaminan/hak istimewa selain surat keterangan bukti
tugas. Sejumlah penelitian menunjukkan tentang pentingnya pemberian
reward kepada tenaga kesehatan, terutama yang bertugas khusus di
daerah terpencil/tertinggal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Riyadi,
dkk. (2005), ada 3 (tiga) jenis insentif yang paling diharapkan oleh
tenaga kesehatan. Baik yang bekerja di daerah kecamatan terpencil
maupun tidak terpencil. 92,3% mengharapkan gaji/tunjangan, 69,2%
mengharapkan ketersediaan fasilitas, dan 59% mengharapkan
peningkatan karir. Persentase ini diperoleh dari tenaga kesehatan yang
bekerja di daerah terpencil. Lebih rinci lagi, Riyadi, dkk. (2005)
melaporkan bahwa terkhusus tenaga kesehatan yang ditempatkan di
daerah terpencil, peningkatan karir yang dimaksud adalah misalnya
kenaikan pangkat, pengangkatan sebagai PNS, atau adanya
percepatan masa bakti. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan
bahwa ketiga harapan itu menjadi hal yang perlu dipertimbangkan oleh
pemerintah dalam melakukan perencanaan tenaga kesehatan,
terutama yang akan ditugaskan di daerah tertinggal. Rumusan tersebut
tentu menjadi acuan dalam merumuskan alternatif solusi terkait lahirnya
program Nusantara Sehat 2015 yang baru saja dilahirkan. Oleh karena
itu, penulis merekomendasikan 2 (dua) hal agar dalam penerapan
kebijakan Nusantara Sehat 2015 dapat memberikan manfaat yang lebih
maksimal. Pertama, niat baik pemerintah untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan secara merata di seluruh lapisan Indonesia
melalui program Nusantara Sehat, perlu dilakukan upaya serius untuk
mewujudkannya. Secara konkrit, perlu alokasi dana khusus untuk
memaksimalkan program tersebut. Baik untuk pendistribusian tenaga
kesehatan yang berkualitas maupun untuk ketersediaan sarana dan
fasilitas pelayanan kesehatan yang akan menunjang pemberian
pelayanan kesehatan. Lebelisasi ‘daerah tertinggal’, jangan sampai
menjadi kambinghitam sebagai alasan tidak perlunya ketersediaan
sarana dan fasilitas kesehatan yang memadai. Jika merujuk pada
APBN Konstitusi bidang kesehatan tahun 2014, diketahui bahwa
alokasi anggaran kesehatan pada tahun 2014 mencapai 2,4% dari
APBN atau senilai Rp. 44.859 M. Salah satu sasaran kebijakan dalam
APBN Konstitusi Bidang Kesehatan dan Jaminan Sosial adalah
peningkatan distribusi anggaran untuk program yang bersifat belanja
modal dan belanja pembangunan sebesar 60% dengan distribusi
belanja modal dan pembangunan sebesar 50% untuk program yang
berkaitan langsung dengan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan,
30% untuk peningkatan sarana dan prasarana penunjang kesehatan,
dan 20% untuk peningkatan kualitas SDM tenaga kesehatan. Besar
harapan agar pengalokasian dana tersebut benar-benar disalurkan
sesuai peruntukannya. Dan menjadi catatan khusus bagi pemerintah
terutama dalam memaksimalkan pencapaian tujuan dari perumusan
Program Nusantara Sehat 2015. Sebagai rekomendasi kedua,
pemerintah perlu memberikan hak istimewa kepada para tenaga
kesehatan yang telah bersedia mengabdikan diri untuk bertugas pada
daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) serta pada
Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK). Setelah masa kerja mereka
telah habis (2 tahun), para tenaga kesehatan itu diangkat menjadi PNS
(Pegawai Negeri Sipil) dalam lingkup Kementerian Kesehatan. Adapun
penempatan kerja selanjutnya diserahkan kepada pihak yang
bersangkutan. Sehingga, dalam menjalankan tugas selama di daerah
tertinggal tersebut, mereka dapat memaksimalkan diri. Program
Nusantara Sehat 2015 perlu ditinjau kembali untuk dapat
memperhatikan semua aspek demi tercapainya tujuan yang diinginkan.
Tidak hanya fokus pada pendistribusian tenaga kesehatan ke daerah
terpencil, tapi juga fokus pada ketersediaan fasilitas yang akan
menunjang dan memaksimalkan pelayanan kesehatan di daerah
tersebut, sebagaimana yang termaktub pada UUD 1945 dan UU No. 36
tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Selain itu, pemerintah juga
harus memberikan pangkat istimewa kepada para tenaga kesehatan
yang telah menjalankan tugas khusus pada daerah tertinggal,
perbatasan, dan kepulauan (DTPK) dan daerah bermasalah kesehatan
(DBK). Dengan demikian, pada akhirnya akan memberikan kesimpulan
sederhana bahwa tidak akan ada lagi alasan tentang ketidakmerataan
kesehatan di Indonesia. Rakyat Indonesia harus sehat, di mana pun.
Referensi Ayuningtyas, Dumilah. (2014). Kebijakan
Kesehatan (Prinsip dan Praktik). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Bata, dkk. (2013). Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan
Kepuasan Pasien Pengguna ASKES Sosial pada Pelayanan Rawat
Inap di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja. Makassar:
Universitas Hasanuddin. UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Usman, dkk.
Strategi Penciptaan Pelayanan Kesehatan Dasar untuk Kemudahan
Akses Penduduk Desa Miskin. Jogjakarta: UGM. Peraturan Menteri
Kesehatan (PMK) Republik Indonesia No. 7 tahun 2013 tentang
Pedoman Pengangkatan dan Penempatan Dokter dan Bidan sebagai
Pegawai Tidak Tetap. Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Republik
Indonesia No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas. Peraturan Menteri
Kesehatan (PMK) Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2015 tentang
Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Berbasis Tim (Team Based)
dalam Mendukung Program Nusantara Sehat. Saputra, Wiko. 2014.
APBN Bidang Kesehatan dan Jaminan Sosial Kesehatan. Jakarta:
Prakarsa Riyadi, dkk. (2005). Laporan Kajian Kebijakan Perencanaan
Tenaga Kesehatan. Jakarta: Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat,
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional.
http://nusantarasehat.kemkes.go.id/index.php/tentang-kami/sekilas-
nusantara-sehat, diakses pada tanggal 31 Mei 2015.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/saputri/critical-review-
program-nusantara-sehat-2015_55785bbd2f97731d599dc7e7

Jakarta - Dalam upaya penguatan Pelayanan Kesehatan (Yankes) Primer


melalui peningkatan jumlah, sebaran, komposisi dan mutu tenaga kesehatan,
Kementerian Kesehatan (Kemkes) baru saja menggulirkan program
"Nusantara Sehat".
Berbeda dengan program Pencerah Nusantara (PN) yang diprakarsai Kantor
Urusan Khusus Presiden RI untuk MDGs, pendekatan yang dilakukan
program Nusantara Sehat bersifat lebih menyeluruh dan melibatkan anggota
tim yang berbeda latar belakang, mulai dari dokter, perawat, serta tenaga
kesehatan lainnya.

Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia


Kesehatan (BPP-SDMK) Kementerian Kesehatan, Usman Sumantri
menjelaskan, target program "Nusantara Sehat" adalah Puskesmas yang
berlokasi di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) di 48
Kabupaten/Kota di Indonesia.

"Kurangnya tenaga kesehatan di Puskesmas yang berada di DPTK


membuatnya kurang mampu menjalankan fungsi promotif dan preventif.
Dengan program ini, Kemkes berupaya memperkuat Puskesmas tersebut
dengan mengirimkan 960 tenaga kesehatan tambahan," jelas Usman
Sumantri di gedung Kemkes di Jakarta, Selasa (3/2).

Pengiriman tenaga kesehatan ini akan dibagi menjadi dua tahap ke 120
Puskesmas yang berada di DPTK. "Tahap pertama akan dikirim 480 orang,
tahap kedua juga 480 orang. Mereka nantinya akan berada di masing-masing
Puskesmas selama dua tahun," terangnya.

Tenaga kesehatan yang lolos seleksi tersebut nantinya juga akan dibekali
keahlian medis dan non-medis yang mencakup pelatihan kepemimpinan,
manajerial, dan komunikasi, serta pemahaman terhadap budaya-budaya
lokal.

Herman
Nusantara Sehat Adalah
Nusantara Sehat (NS) Kemenkes RI merupakan program yang
diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan yang bertujuan
untuk memperkuat layanan kesehatan primer di Indonesia
melalui penempatan tim kesehatan di daerah perifer. Fokus
utama tim yang terdiri dari anak-anak muda ini adalah upaya
promotif dan preventif, untuk mengubah mindset masyarakat
mengenai kesehatan. Intinya program ini mengirim tim berisi
tenaga kesehatan profesional ke Daerah Terpencil Perbatasan
dan Kepulauan (DTPK) yang ada di wilayah Indonesia.
Bagian dari psikotes ini kalau tidak salah dan tidak lupa ada tes
logika aritmatika, logika penalaran, kepribadian, tes wartegg,
Kraeplien/Pauli dan masih ada lagi (udah lupa lagi). Psikotest
ini berlangsung kurang lebih 2 jam.

Anda mungkin juga menyukai