Anda di halaman 1dari 40

UNIVERSITAS JEMBER

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CHRONIC


KIDNEYDISEASE YANG DISEBABKAN OLEH INFEKSI SALURAN KEMIH
DIPOLI HEMODIALISA RUMAH SAKIT DAERAH
dr. SOEBANDI JEMBER

oleh:
Nahdah Khoirotul U, S.Kep.
NIM 182311101129

PPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
APRIL, 2019
LEMBAR PENGESAHAN

LaporanPendahuluandanAsuhan Keperawatan pada Pasien dengan Cronic Kidney


Disease yang disebabkan oleh Infeksi Saluran Kemih yang Menjalani Hemodialisis di
Poli Hemodialisa RSD dr. Soebandi Jember telah disetujui dan disahkan pada:
Hari, Tanggal :
Tempat :

Jember, April 2019

Mahasiswa

Nahdah Khoirotul U, S.Kep.


NIM 182311101129

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Fakultas Keperawatan Poli Hemodialisa
Universitas Jember RSD dr. Soebandi Jember

Ns. Ana Nistiandani,S.Kep.,M.Kep Ns. Mohammad Toha, S.Kep


NIP. 760019011 NIP. 19670902 199302 1 001
KONSEP PENYAKIT CHRONIC KYDNEY DISEASE

1. Review Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh, karena berfungsi untuk
mempertahankan homoestatis cairan tubuh agar selalu dapat berfungsi dengan
baik.Cara mempertahankan homoestatis, ginjal mengatur volume cairan serta
menyeimbangkan otmotik, asam basa, eksresi sisa metabolism, dan system
pengaturan hormonal (Kirnantoro dan Maryana, 2016).Soelaeman dkk.(2015)
menjelaskan bahwa ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang
peritonium (retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar
(transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor) di bawah hati dan
limpa.Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (kelenjar
suprarenal).Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal
memiliki panjang kurang lebih 11,25 cm, lebar 5-7 cm, dan tebal 2,5 cm. Ginjal
kiri lebih panjag dibandingkan dengan ginjal kanan, dengan berat 150-170 gram
pada laki-laki dewasa dan 115-155 pada wanita dewasa (Kirnantoro dan Maryana,
2016).
Ginjal terdiri dari unit nefron yang berjumlah kurang lebih 1-1,2 juta tiap
ginjal. Nefron merupakan unit fungsional ginajal yang terdiri dari kapsula
bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung
henle, dan tubulus kontortus distal. Nefron berfungsi sebgai regulator air dan zat
terlarut terutama elektrolit dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian
mereabsorbsi cairan dan molekuler yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan
sisa cairan lainnya yang tidak diperlukan akan dibuang. Rebsorbsi pembuangan
dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kontranspor.Hasil
akhir yang kemudian dieksresikan disebut urin (Kirnantoro dan Maryana, 2016).

b. Fisiologi ginjal
Kirnantoro dan Maryana (2016), mengatakan ginjal adalah organ yang
memiliki pembuluh darah yang sangat banyak.Tugas ginjal adalah menyaring
atau membersihkan darah. Aliran darah yang masuk ke ginjal kurang lebih 1,2
liter/ menit atau 1.700 liter/ hari, dimana darah tersebut akan disaring menjadi
cairan filtrate sebanyak 120 ml/ menit (170 liter’/ hari) ke tubulus. Cairan filtrate
akan di proses dalam tubulus sehingga dapat bebentuk urin sebanyak 1-2 liter/
hari. Beberapa fungsi ginjal, yaitu:
1) Mengatur volume cairan dalam tubuh
2) Mengatur keseimbangan osmotic dan mempertahankan keseimbangan ion
yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit)
3) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh
4) Eksresi sisa-sisa hasil metabolism (ureum, asam urat kreatinin), zat-zat toksik,
obat-obatan, hasil metabolism hemoglobin, dan bahan kimia asing

c. Fisiologi system perkemihan


System perkemihan meliputi penyaringan plasma dan memindahkan zat dari
filtrate dengan kecepatan yang bervariasi, tergantung dari kebutuhan
tubuh.kelbihan cairan dalam tubuh akan dieksresikan oleh ginjal menjadi urin
dalam jumlah tertentu (Kirnantoro dan Maryana, 2016). Proses pembentukan urin
meliputi:
1) Proses filtrasi
Proses pembentukan urin dimulai dengan filtrasi cairan yang bebas protein dari
kapiler glomerulus ke kapsula bowman. kapiler glumerulus secara relatif
bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang besar dan cukup permabel
terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino,
glukosa, dan sisa nitrogen. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh
tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler.
2) Proses absorpsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium,
klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3
bagian yaitu: non elektrolit, elektrolit dan air.Reabsorpsi terjadi di tubulus
proksimal nefron, lengkung Henle (loop of Henle), tubulus distal dan tubulus
pengumpul.Proses absorbs menyerap air dalam jumlah yang banyak.
Kandungan air yang banyak diserap adalah zat esensial yang diperlukan seperti
glukosa, Nacl, atau garam sedangkan zat yang diserap dalam jumlah kecil
yaitu ureum, fosfat, dan asam urat
3) Proses augmentasi
Proses ini terjadi sebagian tubulus kontorsus distal sampai tubulus pengumpul.
Pada tubulus pengumpul, terjadi penyerapan ion Na+, cl-, dan urea sehingga
terbentuk urin. Melalui tubulus pengumpul, urin yang dibawa ke pelvis renalis
lalu dibawa ke ureter, kemudian dialirkan ke vesika urinaria tempat
penyimpanan sementara ketika sudah penuh akan dikeluarkan melalui uretra
4) Proses sekresi
Proses sekresi ditandai dengan huruf C. Beberapa zat mengalir langsung dari
darah disekitar tubulus distal (distal convoluted tubule) dan tubulus pengumpul
(collecting tubule) ke tubulus tersebut. Sekresi atau pembuangan ion hidrogen
melalui proses ini adalah bagian dari mekanisme tubuh untuk menjaga pH
yang tepat, atau keseimbangan asam dan basa tubuh. Ion kalium, ion kalsium,
dan amonia juga dibuang pada tahap ini, seperti beberapa obat agar komposisi
kimia darah tetap seimbang dan normal.Prosesnya ini terjadi dengan
meningkatkan pembuangan zat seperti kalium dan kalsium ketika konsentrasi
tinggi dan dengan meningkatkan reabsorpsi dan mengurangi sekresi ketika
tingkatnya rendah.Urine yang terbentuk, kemudian mengalir ke bagian tengah
ginjal yang disebut pelvis ginjal, kemudian terus mengalir ke ureter dan
kemudian tersimpan di kandung kemih dan mengalir ke uretra.

2. Definisi
Istilah Chronic Kidney Disease (CKD) atau gagal ginjal kronis merupakan
terjadinya kerusakan ginjal secara permanen yang akan memburuk seiring
berjalannya waktu. CKD merupakan penyakit ginjal stadium skhir atau End Stage of
Renal Disease (ESRD) yang membutuhkan penanganan berupa transplantasi ginjal
atau dengan upayadialisis (American Kidney Fund, 2018., National Kidney
Foundation, 2018).CKD merupakan kondisi dimana ginjal mengalami kerusakan
sehingga tidak dapat menyaring darah sebagaimana mestinya (Center for Disease
Control and Prevention, 2018).

3. Epidemiologi
Sebanyak 30 juta orang dewasa di Amerika Serikat mengalami CKD, dan
jutaan orang lainnya beresiko CKD (National Kidney Foundation, 2018).CKD
merupakan penyebab kematian urutan ke sembilan di Amerika Serikat. Setiap 24 jam,
lebih dari 300 orang memulai perawatan hemodialisis. Diabetes dan tekanan darah
tinggi merupakan penyebab utama CKD (Center for Disease Control and Prevention,
2018).

4. Etiologi
National Kidney Foundation (2018) menjelaskan bahwa etiologi CKD
meliputi:
a. Diabetes militus dan Hipertensi
Dua penyebab utama penyakit ginjal kronis diabetes dan tekanan darah tinggi.
Diabetes militus terjadi ketika gula darah terlalu tinggi, menyebabkan
kerusakan pada banyak organ dan otot dalamtubuh, termasuk ginjal dan
jantung, serta pembuluh darah, sarafdan mata. Tekanan darah tinggi atau
hipertensi, terjadi ketika tekanan darah meningkat pada dinding pembuluh
darah. Jika tidak dikontrol dengan baik, tekanan darah tinggi bisa menjadi
penyebab serangan jantung, stroke dan CKD.
a. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis menyebabkan peradangan dan kerusakan unitpenyaringan
ginjal, merupakan penyebab ketiga yang paling seringterjadi pada penyakit
ginjal kronis. Glomerulonefritis kronik merupakan penyakit parenkim ginjal
progresif dan difus yang seringkali berakhir dengan gagal ginjal kronik.
Glomerulonefritis berhubungan dengan penyakit-penyakit sistemik seperti
lupus eritomatosus sistemik, poliartritis nodosa, granulomatosus wagener.
Glomerulonefritis (glomerulopati) yang berhubungan dengan diabetes
mellitus (glomerulosklerosis) tidak jarang dijumpai dan dapat berakhir dengan
penyakit ginjal kronik.
Glomerulonefritis yang berhubungan dengan amilodois sering dijumpai pada
pasien-pasien dengan penyakit menahun seperti tuberkulosis, lepra,
osteomielitis arthritis rheumatoid dan myeloma. Gambaran klinis
glomerulonefritis mungkin tanpa keluhan dan ditemukan secara kebetulan dari
pemeriksaan urin rutin atau keluhan ringan atau keadaan darurat medik yang
harus memerlukan terapi pengganti ginjal seperti dialisis.
b. Polikistik Ginjal
Polikistik ginjal merupakan penyakit ginjal bawaan sejak lahir. Keadaan ini
mengakibatkan kista pada ginjal yang akan merusak jaringan disekitarnya.
Penyakit ginjal polikitik yakni ditemukannya banyak kista yang tersebardi
kedua ginjal baik di kortek maupun dimedula yang dapat disebabkan
olehkelainan genetik atau berbagai keadaan atau penyakit.Penyakit ginjal
polikistik merupakan gangguan herediter yang terutama mengenaitubulus
ginjal yang dapat berakhir dengan gagal ginjal. Penyakit ginjal polikistik
ditandai dengan kista-kista multiple, bilateral yang mengadakan ekspansi
danlambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal
akibat penekanan. Ginjal dapat membesar (kadang-kadang sebesar sepatu
bola) dan terisi oleh cairan jernih atau hemoragik. Penyakit ginjal polikistik
dibagi menjadi dua bentuk yaitu:
1) Ginjal Polikistik Resesif Autosomal (Autosomal Resesif Polycystic
Kidney/ARPKD)
Ginjal polikistik resesif autosomal juga dikenal sebagai penyakit polikistik
infantil, gangguan autosom resesif yang jarang ini mungkin tidak
terdeteksi sampai sesudah masa bayi.
2) Ginjal Polikistik Dominan Autosomal (Autosomal Dominant Polycystic
Kidney/ADPKD)
Merupakan penyakit multisistemik dan progresif yang dikarakteristikan
dengan formasi dan pembesaran kista renal di ginjal dan organ lainnya
(pancreas, limfa). Ginjal polikistik dominan autusomal adalah penyakit
ginjal genetik yang paling sering ditemukan. Kelainan ini dapat
didiagnosa melalui biopsi ginjal. Keduanya merupakan kelainan herediter
autosomal, yaitu pada dewasa merupakan autosomal dominan, sedangkan
pada anak-anak merupakan autosomal resesif. Ini ditandai dengan
kerukasan kedua ginjal, dengan adanya infiltrat kista-kista berbagai
ukuran ke dalam parekim ginjal, sehingga fungsi ginjal semakin menurun.
c. Lupus
Penyakit ini dalam ilmu kedokteran disebut Systemic Lupus Erythematosus
(SLE), yaitu ketika penyakit ini sudah menyerangseluruh tubuh atau sistem
internal manusia
d. Malformasi pada saluran perkemihan
Adanya sumbatan karena tumor, batu ginjal atau sumbatan karenaada
pembesaran kelenjar prostat pada pria.
e. Infeksi saluran kencing yang berulang
Infeksi menyebabkan refluk balik bakteri dari saluran kencing menuju ginjal
sehingga juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Menurut Mayo (2018), beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan
gagal ginjal kronik, yaitu:
a. Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular)
b. Merokok
c. Kegemukan atau obesitas
d. Riwayat keluarga penyakit ginjal
e. Struktur ginjal yang tidak normal
f. Usia yang lebih tua

5. Klasifikasi
National Kidney Foundation (2017) menjelaskan bahwa CKD dapat
diklasifikasikan berdasarkan stadium penyakitnya, yaitu:

GFR
Kategori Deksripsi
ml/min/1.73 m2
Fungsi ginjal normal, tetapi temuan urin,
G1 ≥90 abnormalitas struktur atau ciri genetik
menunjukkan adanya penyakit ginjal
Penurunan fungsi ginjal ringan, dan temuan
G2 60-89 lain seperti pada stadium I menunjukkan
adanya penyakit ginjal
Penurunan fungsi ginjal ringan sampai
G3a 45-59
sedang
G3b 30-44 Penurunan fungsi ginjal sedang sampai berat
G4 15-29 Penurunan fungsi ginjal berat
G5 <15 Gagal ginjal
Menurut American Society of Nephrology (2018), penyakit gagal ginjal
kronik umumnya dibagi menjadi 5 stadium, dimana pembagiannya dilakukan
berdasarkan nilai GFR (Glomerular Filtration Rate) yaitu:
a. Stadium 1
Kerusakan ginjal dengan GFR normal (> 90 mL/menit/1,73m2). Kerusakan
pada ginjal dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada stadium
pertama penyakit ginjal ini, tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat
perkembangan gagal ginjal dan mengurangi resiko penyakit jantung dan
pembuluh darah.
a. Stadium 2
Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89
2
mL/menit/1,73m ). Saat fungsi ginjal mulai menurun, dokter akan
memperkirakan perkembangan gagal ginjal yang dilami pasien dan
meneruskan pengobatan untuk mengurangi resiko masalah kesehatan lain.
b. Stadium 3
Penurunan lanjut pada GFR (30-59 mL/menit/1,73m2). Saat gagal ginjal
sudah berlanjut pada stadium ini, anemia dan masalah tulang menjadi semakin
umum. Sebaiknya konsultasi dengan dokter untuk mencegah atau mengobati
masalah ini.

c. Stadium 4
Penurunan berat pada GFR (15-29 mL/menit/1,73m2). Teruskan pengobatan
untuk komplikasi gagal ginjal dan belajar semaksimal mungkin mengenai
pengobatan untuk kegagalan ginjal. Masing-masing pengobatan
membutuhkan persiapan. Bila pasien memilih hemodialisis, maka akan
membutuhkan tindakan untuk memperbesar dan memperkuat pembuluh darah
dalam lengan agar siap menerima pemasukan jarum secara sering. Untuk
dialisis peritonea, sebuah kateter harus ditanam dalam perut atau mungkin
pasien ingin minta anggota keluarga atau teman menyumbang satu ginjal
untuk dicangkok.
d. Stadium 5
Kegagalan ginjal (GFR < 15 mL/menit/1,73m2). Saat ginjal tidak bekerja
cukup untuk menahan kehidupan, pasien akan membutuhkan dialisis atau
pencangkokan ginjal.
Cara menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) /CCT (Clearance Creatinin
Test) dapat digunakan rumus:
CCT (ml/menit) = (140-umur) x berat badan (kg)
72 x creatinin serum
Pada wanita, hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
Jenis kelamin Nilai normal
Laki-laki 97 - 137 mL/menit/1,73 m2
Perempuan 88 - 128 mL/menit/1,73 m2

6. Patofisiologi
Urin merupakan zat sisa yang seharusnya berada dalam keadaan
steril.Infeksi terjadi jika bakteri masuk ke dalam urin dan mulai bertumbuh. Proses
infeksi ini biasanya bermula pada pembukaan uretra di mana urin keluar dari tubuh
dan masuk naik ke dalam traktus urinari. Biasanya, dengan miksi ia dapat
mengeluarkan bakteri yang ada dari uretra tetapi jika bakteri yang ada terlalu banyak,
proses tersebut tidak membantu. Bakteri akan naik ke atas saluran kemih hingga
kandung kemih dan bertumbuh kembang di sini dan menjadi infeksi. Infeksi bisa
berlanjut melalui ureter hingga ke ginjal. Pada ginjal, peradangan yang terjadi disebut
pielonefritis yang akan menjadi keadaan klinis yang serius jika tidak teratasi dengan
tuntas. Meskipun penyakit ginjal terus berlanjut, namun jumlah zat terlarut yang
harus diekskresi oleh ginjal untuk mempertahankan homeostasis tidaklah berubah,
meskipun jumlah nefron yang bertugas melakukan fungsi tersebut sudah menurun
secara progresif.
Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap ancaman
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi
dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh bebankerja ginjal. Terjadi peningkatan
kecepatan filtrasi, beban zat terlarut dan reabsorpsi tubulus dalam setiap nefron
meskipun GFR untuk seluruh massa nefron yang terdapat dalam ginjal turun di
bawah nilai normal. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil dalam mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat
rendah. Namun akhirnya, jika sekitar 75% massa nefron sudah hancur, maka
kecepatan filtrasi dan beban zat terlarut bagi setiap nefron semakin tinggi sehingga
keseimbangan glomerulus-tubulus (keseimbangan antara peningkatan filtrasi dan
peningkatan reabsorpsi oleh tubulus tidak dapat dipertahankan lagi. Fleksibilitas baik
pada proses ekskresi maupun proses konservasi zat terlarut dan air menjadi
berkurang. Sedikit perubahan pada makanan dapat mengubah keseimbangan yang
rawan tersebut, karena makin rendah GFR (yang berarti makin sedikit nefron yang
ada) semakin besar perubahan kecepatan ekskresi per nefron. Hilangnya kemampuan
memekatkan atau mengencerkan urine menyebabkan berat jenis urine tetap pada nilai
1,010 atau 285 mOsm (yaitu sama dengan plasma) dan merupakan penyebab gejala
poliuria dan nokturia (Cunha, 2018).

7. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari penyakit CKD yakni(Brunnar dan Suddarth, 2010;
Nuari dan Widayati, 2017):
a. Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat
perikarditis, efusi perkardial (kelebihan cairan di pericardium jantung),
gangguan irama jantung dan edema
b. Gangguan pulmoner: pola napas kusmaul (pola napas yang cepat dan
dangkal yang dapat ditemukan pada pasien dalam keadaan asidosis
metabolik (ketidakmempuan ginjal mengeliminasi asam berlebih dalam
tubuh)), batuk dengan sputum, suara crackels atau rales (suara napas
terputus, nonmusical, terdengar saat inspirasi akibat udara yang melewati
cairan dalam saluran napas seperti bronkus, bronkiolus dan alveolus)
c. Gangguan gastrointestinal: anoreksi, nausea, vomitus dan nafas bau
amonia.
d. Gangguan muskuloskeletal: restless legs syndrome (kondisi neurologis
yang menyebabkan keinginan tidak terkontrol untuk menggerakkan kaki),
burning feet syndrom (rasa kesemutan dan terbakar terutama ditelapak
kaki) dan miopati (kelemahan dan hipertropi otot-otot ekstremitas)
e. Gangguan integumen: kulit berwarna pucat dan kekuning-kuningan
akibat penimbunan urokrom/urobilin (zat kimia member warna alami
kekuningan pada urine), gatal-gatal akibat toksik (urea, kreatinin,
ammonia, garam
f. Gangguan seksual: libido dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore (dimana seorang wanita tidak mengelami menstruasi meskipun
sudah periodenya).
g. Gangguan metabolic: gangguan metabolik lemak, glukosa dan vitamin D.
h. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa: biasanya
retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalemia.
i. Sistem hematologi: anemia yang disebabkan karena berkurangnya
produksi eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sumsum
tulang berkurang

Menurut Mayo (2018) beberapa kemungkinan tanda gejala yang dapat


dimunculkan pada penderita gagal ginjal kronik, yaitu:
a. Mual
b. Muntah
c. Kehilangan atau penurunan nafsu makan
d. Kelelahan dan kelemahan
e. Gangguan tidur
f. Gangguan miksi
g. Penurunan fungsi kognitif
h. Otot berkedut dan kram
i. Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki
j. Gatal terus menerus
k. Nyeri dada, jika cairan menumpuk di sekitar selaput jantung
l. Sesak napas, jika cairan menumpuk di paru-paru
m. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yang sulit dikendalikan

8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang penyakit CKD adalah sebagai berikutNuari dan
Widayati (2017):
a. Urinalisis
Urinalisis merupakan pemeriksaan mikroskopik urine. Prosedur ini
memeriksa sedimen setelah urine disentrifugasi. Urine yang normal hampir
tidak mengandung sedimen (Baradero, dkk, 2008).
1) Volume: biasanya kurang dari 400 ml/24 jam atau tidak ada (anuria)
2) Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh
pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan
menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
3) Berat jenis: kurang dari 350mOsm/Kg menunjukkan kerusakan ginjal
tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
4) Natrium : lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium
5) Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan
kerusakan glomerolus
b. Darah
Penilaian CKD dengan ganguan yang serius dapat dilakukan
denganpemerikasaan laboratorium, seperti kadar serum sodium/natrium dan
potassium/kalium, pH, kadar serum fospor, kadar Hb, hematokrit, Blood
Urea Nitrogen (BUN), serum dan konsentrasi kreatinin urin
1) pH mengalami asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi
karena penurunan kemampuan ginjal mengeliminasi asam berlebih
dalam tubuh
2) BUN: terdapat peningkatan yang tetap dalam BUN, dan laju
peningkatannya bergantung pada tingkat katabolisme (pemecahan
protein), perfusi renal, dan masukkan protein.
3) Serum kreatinin meningkat pada kerusakan glomerulus. Kadar
kreatinin serum bermanfaat dalam pemantauan fungsi ginjal dan
perkembangan penyakit. Biasanya meningkat pada proporsi rasio
10:1.
4) Osmolalitas serum lebih besar dari 285 mOsm/kg
5) Kalium: meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan
perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis
seldarah merah).
6) Natriumbiasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi.
7) pH, kalsium dan bikarbonat menurun.
8) Klorida, fosfat, dan magnesiummeningkat.
9) Protein pada kadar serum dapat menunjukkan kehilangan protein
melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan dan
penurunan sintesis karena kekurangan asam amino esensial
c. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri,
tanda perikarditis dan aritmia
d. Pemeriksaan Radiologi Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde
Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal
Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos
abdomen. Berberapa pemeriksaan radiologi yang biasa digunanakan untuk
mengetahui gangguan fungsi ginjal antara lain:
1) Flat-Plat radiografy/Radiographic keadaan ginjal, ureter dan vesika
urinaria: yang digunakan untuk mengidentifikasi bentuk, ukuran,
posisi, dan kalsifikasi dari ginjal. Pada gambaran ini akan terlihat
bahwa ginjal mengecil yang mungkin disebabkan karena adanya
proses infeksi.
2) Computer Tomography (CT) Scan: yang digunakan untuk melihat
secara jelas struktur anatomi ginjal yang penggunaanya dengan
memakai kontras atau tanpa kontras.
3) Intervenous Pyelography (IVP): yang digunakan untuk mengevaluasi
keadaan fungsi ginjal dengan memakai kontras. IVP biasa digunakan
pada kasus gangguan ginjal yang disebabkan oleh trauma,
pembedahan, anomali kongental, kelainan prostat, calculi ginjal, abses
/ batu ginjal, serta obstruksi saluran kencing.
4) Aortorenal Angiography: yang digunakan untuk mengetahui sistem
arteri, vena, dan kepiler pada ginjal dengan menggunakan kontras.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada kasus renal arteri stenosis,
aneurisma ginjal, arterovenous fistula, serta beberapa gangguan
bentuk vaskuler
e. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengevaluasi kasus yang disebabkan oleh
obstruksi uropathi, ARF, proses infeksi pada ginjal serta post transplantasi
ginjal.
f. Biopsi Ginjal
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengdiagnosa kelainan ginjal dengan
mengambil jaringan ginjal lalu dianalisa. Biasanya biopsi dilakukan pada
kasusgolomerulonepritis, sindrom nefrotik (gangguan ginjal yang
menyebabkan tubuh manusia kehilangan terlalu banyak protein yang dibuang
melalui urine), penyakit ginjal bawaan, gagal ginjal akut, dan perencanaan
transplantasi ginjal.
g. Gas darah arteri
Pemeriksaan ini gunakan untuk memberikan determinasi objektif tentang
oksigenasi darah arteri, pertukaran gas alveoli, dan keseimbangan asam basa.
Dalam pemeriksaan ini diperlukan sampel darah arteri yang diambil dari
arteri femoralis, radialis, atau brakhialis dengan menggunakan spuit yang
telah diberi heparin untuk mencegah pembekuan darah sebelum dilakukan uji
laboratorium. Pada pemeriksaan gas darah arteri pada penderita gagal ginjal
akan ditemukan hasil yaitu asidosis metabolik dengan nilai PO2 normal,PCO2
rendah, pH rendah, dan defisit basa tinggi

9. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan
homeostasis selama mungkin. Seluruh faktor yang berperan pada CKD dan faktor
yang dapat dipulihkan diidentifikasi dan ditangani (Smeltzer dan Bare, 2010).
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu sebagai
berikut.
a. Konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya fungsi ginjal
secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin
azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit.
1) Peranan diet
Terapi diet rendah protein (DRP) untuk mencegah atau mengurangi
toksin azotemia (peningkatan kadar kreatinin dan nitrogen urea darah
dan berkaitan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus), tetapi untuk
jangka lama dapat merugikan terutama gangguan keseimbangan
negatif nitrogen.
2) Kebutuhan jumlah kalori
Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk CKD harus adekuat
dengan tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif
nitrogen, memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi.

3) Kebutuhan cairan
Bila ureum serum >150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya
jumlah diuresis mencapai 2L per hari.
4) Kebutuhan elektrolit dan mineral
5) Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual
tergantung dari GFR dan penyakit ginjal dasar.
b. Terapi simtomatik
1) Asidosis metabolik
Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum
kalium (hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis
metabolik dapatdiberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium
bicarbonat) harus segera diberikan intravena bila pH ≤ 7,35 atau
serum bikarbonat ≤ 20 mEq/L.
2) Anemia
Transfusi darah misalnya Packed Red Cell (PRC) merupakan salah
satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif.
3) Keluhan gastrointestinal
Anoreksia, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang
sering dijumpai pada CKD. Keluhan gastrointestinal ini merupakan
keluhan utama (chief complaint) dari CKD. Keluhan gastrointestinal
yang lain adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus.
Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat
dan obat-obatan simtomatik.
4) Kelainan kulit
Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan
kulit.
5) Hipertensi
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
c. Terapi pengganti ginjal Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal
kronik stadium 5, yaitu pada GFR kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut
dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal
1) Hemodialisis
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan
biokimiawi darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal,
dilakukan dengan menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisis
merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy/RRT) dan hanyamenggantikan sebagian dari
fungsi ekskresi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada pasien CKD
stadium 5.
2) Dialisis Peritoneal
Dialisis peritoneal merupakan alternatif hemodialisis pada
penanganan gagal ginjal akut dan kronis. Dialisis peritoneal
dilakukan dengan menginfuskan 1-2 L cairan dialisis ke dalam
abdomen melalui kateter. Dialisat tetap berada dalam abdomen untuk
waktu yang berbeda-beda (waktu tinggal) dan kemudian dikeluarkan
melalui gaya gravitasi ke dalam wadah yang terletak di bawah pasien.
Setelah drainase selesai, dialisat yang baru dimasukkan dan siklus
berjalan kembali. Pembuangan zat terlarut dicapai melalui difusi,
sementara ultrafiltrasi dicapai melalui perbedaan tekanan osmotik
dan bukan dari perbedaan tekanan hidrostatik seperti pada
hemodialisis
3) Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal merupakan cara pengobatan yang lebih disukai
oleh pasien gagal ginjal stadium akhir, meskipun sebagian pasien
mungkin tetap memilih dialisis di rumah mereka sendiri sesudah
mendapatkan latihan dari perawat khusus. Tindakan standar dalam
transplantasi ginjal dengan merotasikan ginjal donor dan
meletakannya pada fosa iliaka kontralateral resipien. Ureter
kemudian terletak di sebelah anterior pembuluh darah ginjal ke dalam
kemih resipien. Arteria renalis beranastomosis end-to-end pada arteri
iliaka interna, dan vena renalis beranastomosis dengan vena iliaka
komunis atau eksternal. Pertimbangan program transplantasi ginjal,
yaitu:
a) Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh
(100%) faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil
alih 70-80% faal ginjal alamiah
b) Kualitas hidup normal kembali
c) Komplikasi terutama berhubungan dengan obat imunosupresif
untuk mencegah reaksi penolakan
d) Biaya lebih murah dan dapat dibatasi
KONSEP HEMODIALISIS

1. Definisi
Hemodialisis merupakan proses penyaringan limbah dan air dari darah,
seperti halnya proses yang dilakukan oleh ginjal yang sehat (National Institute of
Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, 2018). Hemodialisis merupakan proses
penyaringan darah yang dilakukan pada pasien dengan kondisi akut dan memerlukan
terapi dialysis jangka pendek atau pada pasien penyakit ginjal stadium akhir yang
membutuhkan terapi jangka pandang atau permanen (Suharyanto, 2009).

2. Tujuan
Hemodialisis membantu mengontrol tekanan darah, menyeimbangkan
mineral penting seperti kalium, natrium, dan kalsium dalam darah (National Institute
of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, 2018). Menurut Markum (2006),
tujuan pelaksanaan hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik, yaitu:
a. Menurunkan kreatinin dan zat toksik dalam darah
b. Mengendalikan uremia
c. Menyeimbangkan cairan dan ketidakseimbangan elektrolit

3. Indikasi
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (2018) menjelaskan bahwa indikasi
dilakukan hemodialisa adalah:
a. Hemodialisa biasanya dapat dimulai jika kadar kreatinin serum diatas 6
mg/100 ml pada pria, 4 mg/100 ml pada wanita dan Glomeluro Filtration Rate
(GFR) kurang dari 4 ml/menit. Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus
berbaring ditempat tidur atau sakit berat sampai kegiatan sehari-hari tidak
dilakukan lagi.
b. Semua pasien dengan GFR kurang dari 15 ml/menit, GFR kurang dari 10
ml/menit dengan gejala uremia atau malnutrisi dan GFR kurang dari 5
ml/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis. Selain indikasi
tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila terdapat
komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik
berulang, dan nefropatik diabetic
c. Hemodialisa biasanya juga dapat dimulai ketika bersihan kreatinin menurun
dibawah 10 ml/menit, ini sebanding dengan kadar kreatinin serum 8–10
mg/dL. Pasien yang terdapat gejala-gejala uremia dan secaramental dapat
membahayakan dirinya juga dianjurkan dilakukan hemodialisa.
d. Pada umumnya indikasi dialisis pada CKD adalah bila GFR sudah kurang dari
5ml/menit
e. Hemodialisa juga dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan:
1) Kelainan fungsi otak (ensefalopati uremik)
2) Perikarditis (peradangan kantong jantung)
3) Asidosis (peningkatan keasaman darah) yang tidak memberikan respon
terhadap pengobatan lainnya
4) Gagal jantung
f. Pada gagal ginjal kronis, dialisa dilakukan jika hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik atau
jika penderita tidak dapat lagi melakukan kegiatannya sehari-hari. Dialisa juga
bisa digunakan untuk membuang obat tertentu atau racun dari tubuh.

4. Kontraindikasi
Kontra indikasi dari hemodialisa adalah tidak mungkin didapatkan akses
vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan
koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit
alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan
ensefalopati dan keganasan lanjut (Perhimpunan Nefrologi Indonesia, 2018).
5. Komponen
a. Mesin hemodialisa
Mesin hemodialisa merupakan mesin yang dibuat dengan sistem
komputerisasi yang berfungsi untuk pengaturan dan monitoring yang penting
untuk mencapai adekuasi hemodialisa.
1) Power Switch: sebagai tombol ON/OFF, saklar yang memutus dan
menyambung supply dari PLN ke alat.
2) Display: alat untuk menampilkan keadaan kondisi alat saat bekerja dan
juga terdapat alarm-alarm serta berfungsi untuk melakukan settingan
sebelum alat di operasikan.
3) Arterial Blood Line (ABL): tubing/line plastic yang menghubungkan
darah dari tubing akses vaskular tubuh pasien menuju dialiser, disebut
Inlet ditandai dengan warna merah.
4) Venouse Blood Line(VBL): tubing/line plastic yang menghubungkan
darah dari dializer dengan tubing akses vascular menuju tubuh pasien
disebut outlet ditandai dengan warna biru.

5) Dializer
Dializer merupakan komponen penting yang merupakan unit fungsional
dan memiliki fungsi seperti nefron ginjal.Dializer berbentuk silinder
dengan panjang rata – rata 30 cm dan diameter 7 cm dan didalamnya
terdapat ribuan filter yang sangat kecil yang terdiri dari dua ruang yaitu
kompartemen darah dan kompartemen dialisat yang dipisahkan oleh
membran semipermeabel. Di dalam dialiser cairan dan molekul dapat
berpindah dengan cara difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Dialiser yang
mempunyai permeabilitas yang baik mempunyai kemampuan yang tinggi
dalam membuang kelebihan cairan, sehingga akan menghasilkan bersihan
yang lebih optimal (Brunner dan Suddarth, 2005). Dialiser mempunyai 4
lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping untuk
keluar masuk dialisat.

6) Dialisat
Diasilat merupakan cairan yang komposisinya seperti plasma normal dan
terdiri dari air dan elektrolit, yang dialirkan kedalam dialiser. Dialisat
digunakan untuk membuat perbedaan konsentrasi yang mendukung difusi
dalam proses hemodialisa. Dialisat merupakan campuran antara larutan
elektrolit, bicarbonat, asetat dan dan air yang berperan untuk mencegah
asidosis dengan menyeimbangkan asam basa.Untuk mengalirkan dialisat
menuju dan keluar dari dialiser memerlukan kecepatan aliran dialisat
menuju dan keluar dari dialiser memerlukan kecepatan aliran dialisat yang
disebut Quick of Dialysate (QD). Untuk mencapai hemodialisa yang
adekuat QD disarankan adalah 400-800 mL/menit.
7) Quick of Blood, QB adalah banyaknya darah yang dapat dialirkan dalam
satuan menit dan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
bersihan ureum. Peningkatan QB akan meningkatkan peningkatan jumlah
ureum yang dikeluarkan sehingga bersihan ureum juga meningkat. QB
adalah rata-rata adalah 4 kali berat badan pasien. QB yang disarankan
untuk pasien yang menjalani hemodialisa selama 4 jam adalah 250-400
mL/menit.
8) Heparin Pump: bagian hemodialisa yang prinsip kerjanya sama seperti
syringe pump yang berfungsi untuk memasukkan obat. Heparin berfungsi
untuk mencegah terjadinya pembekuan darah pada saat proses pencucian
darah sedang berlangsung.
9) Blood Pump: sebuah bagian pesawat hemodialisa yang seperti roda motor
berputar, bagian ini berfungsi untuk membuat darah mengalir dari pasien
hingga menuju ke dializer sampai kembali menuju ke pasien. Blood pump
ini dapat menarik darah maksimal sampai 620 ml/menit.
10) Red Line Concentrate dan Blue Line Concentrate: konektor yang
berfungsi menghubungkan dialisat bikarbonat dan asetat untuk dialirkan
ke tempat mixer dan menghasilkan cairan dialisat.
11) Bubble Trap: ruangan pada ABL dan VBL yang bertugas
menahan/mengamankan gelembung udara dalam sirkulasi darah. Terdapat
dua macam Bubble Trap, diantaranya adalah Arterial Bubble Trap
(terletak sebelum dialiser, berfungsi menahan udara masuk ke dalam
dialiser) dan Venous Bubble Trap (terletak setelah dialiser, berfungsi
untuk menahan udara masuk ke pasien).
b. Akses vascular
Akses vascular merupakan jalan untuk memudahkan pengeluaran darah dalam
proses hemodialisa untuk kemudian dimasukkan lagi kedalam tubuh pasien.
Akses yang adekuat akan memudahkan dalam melakukan penusukan dan
memungkinkan aliran darah sebanyak 200-300 mL/menit untuk mendapat
hasil yang optimal. Akses vaskuler dapat dibedakan menjadi akses vaskuler
permanen dan akses vaskuler sementara. Akses vaskuler sementara adalah
akses yang dipakai hanya dalam jangka waktu tertentu atau jangka pendek dan
tidak menetap yang terdiri dari Kanulasi Vena Perkutan (Vein to Vein
Chaterization) (Kanulasi Femoralis (arteri atau vena), Kanulasi arteri
brakhialis) dan Pirau Arteriovenosa (Kanulasi Arteri Vena Eksterna/Arterio-
Venous Shunt), sedangkan akses vaskuler permanen untuk jangka panjang dan
menetap terdiri dari Arteriovenous Fistula/AVF, Arteriovenous Grafts/ AVG
dan Central Venous Catheter HD/CVC HD jenis Tunneled Cuffed double
lumen Catheter.
6. Prinsip dan Cara Kerja
Hemodialisis terdiri dari 3 kompartemen yaitu kompartemen darah,
kompartemen cairan pencuci (dialisat), dan ginjal buatan (dialiser). Darah
dikeluarkan dari pembuluh darah vena dengan kecepatan aliran tertentu, kemudian
masuk ke dalam mesin dengan proses pemompaan. Setelah terjadi proses dialisis,
darah yang telah bersih ini masuk ke pembuluh balik, selanjutnya beredar didalam
tubuh. Proses dialisis (pemurnian) darah terjadi dalam dialiser. Prinsip kerja
hemodialisis adalah komposisi solute (bahan terlarut) suatu larutan (kompartemen
darah) akan berubah dengan cara memaparkan larutan ini dengan larutan lain
(kompartemen dialisat) melalui membran semipermeabel (dialiser). Darah pasien
dipompa dan dialirkan menuju kompartemen darah. Selanjutnya, akan terjadi
perbedaan konsentrasi antara cairan dialisis dan darah karena adanya perpindahan zat
terlarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah (Sudoyo, 2009).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Gagal ginjal kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 tahun), usia muda
dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70% pada pria.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera
makan (anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah,nafas
berbau (ureum), gatal pada kulit.
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu
4) Riwayat penyakit keluarga
c. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal
ginjalkronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap
dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan
dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang
benar dan mudah dimengerti pasien.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Anoreksi, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga mulut, intake minum
yang kurang, dan mudah lelah.Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolism yang dapat mempengaruhi
status kesehatan klien.
3) Pola eleminasi
Eliminasi uri: Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine
kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing.
4) Pola istirahat dan tidur
Gelisah, cemas, gangguan tidur.Pasien dapat dengan mudah mengalami
kelelahan dan lemas menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal.
5) Pola hubungan dan peran
Kesulitan mempertahankan fungsi peran.
6) Pola penanggulangan sters
Biasanya pasien sering melamun dan merasa cemas
7) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori pada pasien dengan CKD cenderung mengalami mati rasa.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami
kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
9) Pola reproduksi dan social
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas
maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta
orgasme.
10) Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta
gagalg injal kronik dapat menghambat pasien dalam melaksanakan ibadah
maupun mempengaruhi pola ibadah pasien.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum, Kepala: Edema muka terutama daerah orbita, mulutbau
khas ureum. Dada: Pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada. Perut:Adanya
edema anasarka (ascites). Ekstrimitas: Edema pada tungkai,spatisitas otot.
Kulit: Sianosis, akral dingin, turgor kulit menurun,hiperpigmentasi
akibat penumpukan urea, kering, dan bersisik
2) Tanda - tanda vital, meliputi tekanan darah, nadi, respiratory rate, suhu,
SpO2.
3) Pengkajian fisik head to toe, meliputi kepala, wajah, mata, hidung, mulut,
telinga, leher, dada (jantung dan paru), abdomen, ekstemitas (atas dan
bawah), kulit, dan kuku.
e. Terapi obat yang digunakan
f. Pemeriksaan penunjang dan laboratorium
Meliputi pemeriksaan semua laboratorium, pemeriksaan radiologi dan
pemeriksaan penunjang lainnya

2. Diagnosis Keperawatan
a. Penurunan cardiac output berhubungan dengan peningkatan beban jantung
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan ekskresi urin dan
retensi cairan dan natrium
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolisme, nausea, vomitting, intake kurang
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialisis
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
suplai O2 dan nutrisi ke jaringan sekunder
f. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi toksik dalam kulit,
gangguan turgor kulit atau uremia, pruritus
g. Resiko infeksi berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi
h. Resiko hambatan religiusitas berhubungan dengan perubahan persepsi
i. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
3. Intervensi
No Diagnose NOC NIC
1 Penurunan cardiac Keefektifan pompa jantung (0400) Perawatan jantung (4040)
output No. Indikator Awal Tujuan 1. Secara rutin mengecek pasien
1 2 3 4 5 baik secara fisik dan
1. Tekanan darah sistol 3 psikologis sesuai dengan
2. Tekanan darah diastol 3 kebijakan tiap penyedia
3. Denyut jantung apikal 3 layanan
4. Denyut nadi perifer 3 2. Pastikan tingkat aktivitas
5. Urin output 3 pasien yang tidak
6. Keseimbangan intake 3 membahayakan curah jantung
dan output dalam 24 jam 3. Evaluasi episode nyeri dada
Keterangan: (intensitas, lokasi, radiasi,
1. deviasi berat dari kisaran normal durasi dan faktor yang
2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal memicu serta meringankan
3. Deviasi sedang dari kisaran normal nyeri dada)
4. Deviasi ringan dari kisaran normal 4. Monitor EKG, adalah
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal perubahan segmen ST
5. Monitor tanda-tanda vital
secara rutin
6. Catat tanda dan gejala
penurunan curah jantung
7. Dokumentasikan disritmia
jantung
8. Monitor toleransi aktivitas
pasien
9. Lakukan terapi relaksasi
10. Batasi rokok
11. Monitor sesak nafas, kelelahan
takipnea dan ortopnea

2 Kelebihan volume Keseimbangan cairan (0601) Monitor Cairan (4130)


cairan Tujuan 1. Monitor berat badan;
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 2. Monitor intake dan output
1. Hipotensi ortostatik 2 √ dan catat;
2. Suara nafas adventif 2 √ 3. Monitor seum dan elektrolit
3. Asites 3 √ urin;
4. Distensi vena leher 2 √ 4. Tentukan jumlah dan jenis
5. Edema perifer 3 √ intake cairan serta kebiasaan
Bola mata cekung eliminasi
6. 2 √ 5. Tentukan faktor resiko yang
dan lembek
7. Konfusi 4 √ mungkin menyebabkan
8. Kehausan 3 √ ketidakseimbangan cairan;
9 Kram otot 2 √ 6. Tentukan apakah pasien
mengalami dehidrasi;
10 Pusing 3 √
7. Periksa turgor kulit,
Keterangan:
membran mukosa;
1. Keluhan berat
8. Monitor tanda-tanda gejala
2. Keluhan cukup berat
asites;
3. Keluhan sedang
9. Monitor warna, kuantitas,
4. Keluhan ringan
dan berat urin;
5. Tidak ada keluhan

3 Ketidakseimbangan Status Nutrisi (1004) Terapi Nutrisi (11200


nutrisi kurang dari Tujuan 1. Lengkapi pengkajian nutrisi
No. Indikator Awal
kebutuhan tubuh 1 2 3 4 5 2. Monitor intake
1. Asupan Gizi √ makanan/cairan
2. Asupan Makanan √ dan hitung masukan kalori
3. Asupan Cairan √ perhari
4. Energi √ 3. Tentukan jumlah kalori dan
Rasio berat badan tipe
5. √ nutrisi yang diperlukan untuk
atau tinggi badan
6. Hidrasi √ memenuhi kebutuhan nutrisi
Keterangan ; dengan
1. Sangat menyimpang dari rentang normal berkolaborasi dengan ahli gizi
2. Banyak menyimpang dari rentang normal 4. Motivasi pasien untuk
3. Cukup menyimpang dari rentang normal mengkon
4. Sedikit menyimpang dari rentang normal sumsi makanan yang tinggi
5. Tidak menyimpang dari rentang normal kalsium
5. Motivasi untuk mengkonsumsi
makanan dan minuman yang
tinggi
kalium sesuai kebutuhan
6. Pastikan bahwa dalam diet
mengan
dung makanan yang tinggi
serat
untuk mencegah konstipasi
7. Berikan nutrisi enteral, sesuai
kebu
tuhan
8. Berikan nutrisi yang
dibutuhkan sesuai batas diet
yang dianjurkan
4 Intoleransi aktivitas Toleransi terhadap aktifitas (0005) Terapi Aktivitas (4310)
No. Indikator Awal Tujuan 1. Berkolaborasi dengan ahli
1 2 3 4 5 terapi fisik, okupasi dan
1. Saturasi oksigen ketika 3 terapis rekreasional dalam
beraktifitas perencanaan dan pemantauan
2. Frekuensi nadi ketika 3 program aktivitas jika
beraktifitas diperlukan
3. Kemudahan bernafas 3 2. Pertimbangkan komitmen
ketika beraktifitas klien untuk meningkatkan
4. Tekanan darah sistolik 3 frekuensi dan jarak aktivitas
ketika beraktifitas 3. Bantu klien untuk memilih
5. Tekanan darah sistolik 3 aktifitas dan pencapaian
ketika beraktifitas tujuan melalui aktivitas fisik
6. Kecepatan berjalan 3 yang konsistenn dengan
7. Kekuatan tubuh bagian kemampuan fisik, fisiologi
atas dan social
8. Kekuatan tubuh bagian 4. Dorong aktifitas kreatif yang
bawah tepat
Keterangan: 5. Bantu klien mengidentifikasi
1. Sangat terganggu aktifitas yang di inginkan
2. Banyak terganggu 6. Bantu klien mengidentifikasi
3. Cukup terganggu aktifitas yang bermakna
4. Sedikit terganggu 7. Bantu klien untuk
5. Tidak terganggu menjadwalkan waktu-waktu
spesifik terkait dengan
aktifitas harian
8. Instruksikan klien dan
keluarga untuk
mempertahankan fungsi dan
kesehatan terkait peran dalam
beraktifitas secara fisik,
social, dan kognitif.
9. Dorong keterlibatan dalam
aktifitas fisik secara
berkelompok
10. Bantu klien untuk rutin dan
mempertahankan aktifitas
kelompok.
5 Ketidakefektifan perfusi Perfusi jaringan perifer (0407) Menejemen cairan (1030)
jaringan perifer No. Indikator Awal Tujuan 1. Monitor status pasien
1 2 3 4 5 2. Jaga intake/asupan yang
1. Pengisian kapiler jari 3 akurat dan catat output
kaki [pasien]
2. Suhu kulit ujung kaki 3 3. Monitor status hidrasi
dan tangan (misalnya, membran mukosa
3. Nilai rata-rata tekanan 3 lembab,denyut nadi adekuat,
darah dan tekanan darah ortostatik)
4. Bruit di ujung kaki dan 3 4. Monitor status hemodinamik,
tangan termasuk CVP, MAP, PAP,
5. Edema perifer 3 danPCWP, jika ada
5. Monitor tanda tanda vital
Keterangan: pasien
1. Tidak adekuat 6. Kaji lokasi dan luasnya
2. Sedikit adekuat edema, jika ada
3. Cukup adekuat 7. Monitor makanan/cairan
4. Sebagian besar adekuat yang dikonsumsi dan hitung
5. Sepenuhnya adekuat asupankalori harian
8. Tingkatkan asupan oral
(misalnya, memberikan
sedotan, menawarkancairan
di antara waktu makan,
mengganti air essecara rutin,
menggunakan es untuk jus
favorit anak, potongangelatin
ke dalarn kotak yang
menyenangkan,
menggunakancangkir obat
kecil), yang sesuai
9. Dukung pasien dan keluarga
untuk membantu dalarn
pemberianmakan dengan
baik
10. Konsultasikan dengan dokter
jika tanda-tanda dan gejala
kelebihanvolume cairan
menetap atau memburuk
6 Kerusakan integritas Status Kerusakan integritas kulit (00046) Menejemen tekanan
kulit Tujuan 1. Anjurkan pasien untuk
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 menggunakan pakaian yang
Suhu, elastisitas longgar
1. 3 √ 2. Hindari kerutan pada tempat
hidrasi dan sensasi
2. Perfusi jaringan 3 √ tidur
3. Keutuhan kulit 3 √ 3. Jaga kebersihan kulit agar
4. Eritema kulit sekitar 1 √ tetap bersih dan kering
5. Luka berbau busuk 3 √ 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
6. Granulasi 2 √ pasien) setiap 2 jam sekali
Pembentukan 5. Monitor kulit akan adanya
7. 4 √ kemerahan
jaringan parut
8. Penyusutan luka 3 √ 6. Oleskan lotionatau
Keterangan: minyak/baby oil pada daerah
1. Gangguan eksterm yang tertekan
2. Berat 7. Monitor aktivitas dan
3. Seedang mobilisasi pasien
4. Ringan 8. Monitor status nutrisi pasien
5. Tidak ada gangguan 9. Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
DAFTAR PUSTAKA

Center for Disease Control and Prevention. 2018. Chronic Kidney Disease Basic.
https://www.cdc.gov/kidneydisease/basics.html[Akses pada 20 April
2019].
Kirnantoro, dan Maryana. 2016. Anatomi Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Mayo Clinic Staff. 2018. Chronic Kidney Desease.
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chronic-kidney-
disease/symptoms-causes/syc-20354521[Akses pada 20 April 2019].
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. 2018. Chronic
Kidney Disease (CKD). 2018. https://www.niddk.nih.gov/health-
information/kidney-disease/chronic-kidney-disease-ckd/what-is-chronic-
kidney-disease[Akses pada 20 April 2019].
National Kidney Foundation. 2018. About Chronic Kidney Disease.
https://www.kidney.org/atoz/content/about-chronic-kidney-diseas[Akses
pada 20 April 2019].
Soelaeman, R. S. L. 2015. Anatomi Fisiologi
Ginjal.http://www.rsmb.co.id/p2652/[Akses pada 20 April 2019].
Cunha, P. J. 2018. Urinary Tract Infection
(UTI).https://www.emedicinehealth.com/urinary_tract_infection_uti/articl
e_em.[Akses pada 20 April 2019 ].
Perhimpunan Nefrologi Indonesia. 2018. http://www.pernefri-
inasn.org/Laporan/4th%20Annual%20Report%20Of%20IRR%202011.pd
f[Akses pada 20 April 2019].

Anda mungkin juga menyukai