NEURODERMATITIS
Oleh :
Aristya Rahadiyan Budi 1840312410
Preseptor :
Dr. dr. Qaira Anum Sp.KK (K), FINSDV, FAADV
1.1 DEFINISI
Neurodermatitis, atau juga dikenal sebagai Lichen Simplex Chronicus, atau Lichen
Vidal, adalah suatu kondisi erdangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit
tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu,
akibat garukan atau gosokan yang berulang ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik.1
1.2 EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi dari Neurodermatitis telah diestimasikan terjadi pada 12% dari populasi.
Prevalensi tertinggi biasanya berada pada golongan umur 30 – 50 tahun, hal ini bisa
disebabkan karena faktor paparan yang lebih sering terhadap beban psikologis dan stress pada
golongan umur tersebut. Gangguan ini lebih prevalen pada wanita dibandingkan pada pria
dengan perbandingan 2:1 antara wanita dan pria.2
1.3 ETIOLOGI
Pasien dermatitis atopik memiliki probabilitas lebih tinggi untuk membentuk
Neurodermatitis.3 Hipersensitivitas terhadap gigitan serangga, luka (akibat trauma,
posherpetikum/zoster), akne keloidalis nuchae, xerosis, insufisiensi vena, dan eksim asteatotik
adalah faktor pencetus umum yang dapat menyebabkan liken simpleks kronikus. Penyakit kuit
lain seperti dermatitis atopik juga dikaitkan degan neurodermatitis dengan likenifikasi
sekunder yang terjadi akibat dermatosis primer.4
Studi pada tahun 2014 mendemonstrasikan peningkatan prevalensi pada liken simpleks
kronik pada pasien dengan gangguan ansietas dan obsessive-compulsive disorder dibandingkan
pada grup kontrol sesuai degan kelompok jenis kelamin dan umur.5 Studi pada tahun 2015
menyimpulkan bahwa pasien dengan gangguan neurodermatitis memiliki resiko untuk terkena
depresi klinis dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki gangguan.6
1.4 PATOFISIOLOGI
Neurodermatitis ditemukan pada kulit di regio badan yang mudah diakses untuk
garukan. Pruritus memancing pasien untuk menggaruk yang nantinya dapat menghasilkan
lesi. Patofisiologi pada neurodermatitis sendiri belum diketahui secara pasti.1 Beberapa tipe
kulit lebih rentan terhadap proses likenifikasi, seperti layaknya tipe kulit yang rentan terhadap
gangguan eksim (contohnya, pada dermatitis atopik). Dapat diterka adanya hubungan natara
jaringan neuron sentral dan perifer dan produk sel inflamasi pada persepsi dari rasa gatal pada
liken simplek kronik. Gangguan emoisional seperti pada pasien dengan ansietas, depresi, dan
obsessive-convulsive disorder dapat memiliki peran dalam pembentukan rasa gatal, yang
dapat berujung pada kebiasaan menggaruk kulit yang nantinya dapat menghasilkan lesi yang
dapat memulai proses likenifikasi.7
1.5 HISTOPATOLOGI
Pasien dengan liken simplek kronik biasanya mengeluhkan plak dengan sensasi gatal
yang stabil, tidak menghilang, pada satu atau lebih area; namun, penebalan pada kulit dapat
terjadi di berbagai loksai yang pasien dapat sentuh, seperti pada kulit kepala, belakang leher,
pada bagian sikut dan lutut, vulva dan skrotum, dan bagian medial paha, kaki bagian bawah,
dan pada pergelangan kaki.6 Plak eritem biasanya didapatkan pada fase awal dari lesi. Pruritus
dapat dikatakan intermitten dimana apabila pasien selesai menggaruk rasa gatal dapat
menghilang sementara, dan rasa gatal akan memburuk apabila pada malam hari, biasanya
dikarenakan tidak adanya distraksi.1
Pasien bisa memiliki riwayat gangguan kulit kronik atau trauma akut. Pasien dengan
dermatitis atopik dapat menunjukan liken pada daerah yang pernah terkena lesi dermatitis
atopik. Daerah yang pernah terkena lesi dari dermatitis kontak alergi atau iritan, gigitan
serangga, atau berbagai trauma kulit minor lainnya dapat juga menunjukan likenifikasi.1
1.6.2 Pemeriksaan Fisik
Lesi biasanya tunggal berbentuk plak eritem dengan sedikit edema. Lambat laun
eritem dan edema akan menghilang dan bagian tengah akan berskuama dan menebal,
likenifikasi dan ekskoriasi, sekitarnya akan hiperpigmentasi dan batas dengan kulit normal
tidak jelas. Bentuk skuama dapat menyerupai psoriasis. Gambaran klinis akan dipengaruhi
juga oleh lokasi lesi dan lamanya lesi.1
Letak lesi dapat terbentuk dimana saja, namun yang biasanya ditemukan pada daerah
kulit kepala, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal,
medial tungkai atas, lutut, lateral tungkai bawah, pergelangan kaki bagian depan, dan
punggung kaki. Neurodermatitis di bagian tungkuk (lichen nucheae) umumnya hanya terjadi
pada perempuan dan dapat meluas hingga bagian kulit kepala.1
Variasi klinis dari neruodermatitis dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau
korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus yang
berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, lambat laun
menjadi keras dan berwarna lebih gelap menandakan telah terjadinya hiperpigmentasi. Lesi
biasanya multiple denagn lokasi tersering di ekstremitas, berukuran mulai dari millier sampai
numular.1
1.7 Pemeriksaan Penunjang
1.7.1 Pemeriksaan Laboratorium
1.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari neurodermatitis bertujuan untuk mengurangi rasa gatal dan
meminimalisir efek dari penggarukan lesi yang dapat memulai proses likenifikasi. Morfologi,
lokasi, dan tingkat keparahan lesi dapat mempengaruhi tatalaksana dari neurodermatitis.
1.9.1 Tatalaksana umum
a. Edukasi
Secara umum, pasien perlu diberikan edukasi mengenai penyakit yang dideritanya,
terutama penjelasan tentang bagaimana garukan yang dilakukan oleh penderita dapat
memperburuk keadaan dari penyakit. Oleh karena itu, edukasi tentang pemberhentian dari
kebiasaan pasien menggaruk lesi dibutuhkan untuk meminimalisir kerusakan kulit kibat
abrasi dan untuk mencegah terjadinya proses likenifikasi.1
Faktor emosional memiliki peran yang penting dalam penyebab terjadinya rasa gatal
pada pasien. Oleh karena itu, edukasi pada pasien untuk menghindari faktor yang dapat
berpengaruh buruk terhadap mental pasien, seperti stress, adalah esensial.8
Pasien juga perlu diberikan pengetahuan bahwa dikarenakan sifat dari penyakit ini
adalah kronik, diperlukan monitoring dan ketaatan dari pasien untuk mencapai tujuan
pengobatan maksimal. Oleh karena itu, ketaatan pasien untuk berkonsultasi terhadap tenaga
medis diperlukan untuk memantau perubahan dari lesi pasca pengobatan.8
1.9.2 Pengobatan
Medikamentosa
Pemberian antipruritus dapat membantu menghilangkan sensasi gatal pada pasien.
Antipruritus dapat berupa antihistamin yang memiliki efek sedatif (hidroksizin,
difenhidramin, prometazin) atau tranquilizer. Dapat pula diberikan secara topikal krim
doxepin 5% dalam jangka pendek, dengan maksimal pemberian 8 hari.1
Kortikosteroid topikal pada saat ini merupakan terapi utama untuk neurodermatitis
dikarenakan efek dari kortikosteroid yang dapat mengurangi respon inflamasi dan rasa gatal
sekaligus mengurangi dampak dari hiperkeratosis pada kulit.8 Kortikosteroid toikal yang
dipakai biasanya berpotensi kuat, dan apabila perlu diberikan secara suntikan intralesi.1
Dikarenakan sifat penyakit yang kronis, pemberian kortikosteroid dapat berjangkau sampai
seumur hidup, tergantung dari luas lesi dan faktor psikologis dari pasien sendiri.8
Menurut PPK Perdoski, untuk pemberian obat topikal dapat diberikan;9
Emolien dapat diberikan sebagai kombinasi dengan kortikosteroid topikal
atau pada lesi di vulva dapat diberikan terapi tunggal krim emolien
Kortiksoteroid topikal dapat diberikan potensi kuat seperti salep klobetasol
propinat 0,05%, satu sampai dua kali sehari.
Calcineurin inhibitor topikal seperti salep takrolimus 0,1%, atau krim
pimekrolimus 0,1% dua kali sehari selama 12 minggu.
Preparat antipruritus nonsteroid, seperti mentol, pramoxine, dan doxepin.
Untuk lesi yang terkena infeksi, antibiotik oral atau topikal dapat diberikan pada
pasien.8
1.10 PROGNOSIS
Lesi dapat sembuh sepenuhnya, pruritus dapat menghilang, namun lesi dapat sikatrik
dan perubahan pigmentasi dapat menetap setelah terapi selesai. Relaps dapat terjadi apabila
pasien sedang mengalam stress psikis atau terjadinya kontak dengan iritan atau alergen. Pada
pasien yang tidak patuh menjalani pengobatan, lesi tidak dapat sembuh dengan sempurna.8
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I
Nomer RM : 01029553
Umur/tanggal lahir : 20 tahun/18 Agustus 1998
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan : SMA
Alamat : Palimo
Status Perkawinan : Belum Menikah
Negeri Asal : Indonesia
Agama : Islam
Suku : Minang
Tanggal Pemeriksaan : 15 Oktober 2018
II. ANAMNESIS
Seorang pasien Laki-laki, Tn. I berusia 20 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 15 Oktober 2018, dengan:
Keluhan Utama
Bercak merah kehitaman yang terasa gatal pada siku kanan dan, punggung kaki kanan, dan
bagian belakang kaki kiri sejak 4 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Awalnya kurang lebih 3 minggu yang lalu muncul bintik – bintik merah yang disertai
gatal pada punggung kaki kanan, lama kelamaan semakin bertambah banyak. Pasien
menggaruk lesi sehingga timbul luka lecet dan keropeng. Pasien mencoba mengobati
keluhan dengan meminum obat cetirizine dan metilprednisolon masing – masing 1
tablet ketika rasa gatal dirasakan. Pasien meminum obat tersebut kurang lebih selama
tiga hari, dan rasa gatal pasien menghilang setelah meminum obat.
- Kurang lebih 2 minggu yang lalu setelah lesi pertama muncul, rasa gatal muncul lagi
dirasakan pada daerah sikut kanan dan belakang kaki kiri. Akibat menggaruk maka
timbul juga bercak kehitaman yang disertai sisik putih kasar di daerah sikut kanan dan
belakang kaki kiri. Pasien mencoba mengobati keluhan dengan menggunakan salap
trifamesitin (kloramfenikol 2%) pada lesi dan obat cetirizine dan metilprednisolone.
Salap dan obat digunakan selama seminggu oleh pasien. Rasa gatal menghilang namun
bercak tidak menghilang.
- 4 hari yang lalu lesi pada punggung kaki pasien mulai merasakan rasa gatal dan nyeri
serta bercak semakin menghitam dan muncul luka dan lecet yang keluar cairan
transparan dan darah akibat di garuk oleh pasien.
- Pasien mengeluhkan rasa gatal meningkat ketika pasien tidak ada kegiatan dan sedang
banyak pikiran. Rasa gatal tidak dipengaruhi oleh makanan, aktivitas, dan berkeringat.
- Pasien menyangkal sering berkontak dengan hewan berbulu. Pasien tidak memiliki
hewan peliharaan
- Riwayat pasien memakai handuk bersama tidak ada. Pasien memakai handuk sendiri
dan sering dicuci oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien mengeluhkan terasa gatal pada bagian kedua sikut tangan dan kedua punggung
kaki pasien yang sering muncul berulang, terakhir muncul ketika pasien sedang
menghadapi ujian di perkuliahan kurang lebih 6 bulan yang lalu.
Riwayat Pengobatan
• Pasien telah menggunakan salep trifamisetin (kloramfenikol 2%) yang dioleskan pada
luka pasien saat gatal, pemakaian selama satu minggu, rasa gatal dan keluhan kulit tidak
berkurang. Pasien juga memakai obat cetirizin dan metilprednison yang keduanya
diminum 1 tablet ketika pasien sedang merasakan gatal oleh selama kurang lebih tiga
hari, lalu dilanjutkan satu minggu lagi ketika keluhan datang lagi. keluhan gatal
menghilang tetapi keluhan kulit tidak berkurang. Semua obat dibeli tanpa resep dokter
oleh pasien sendiri.
Riwayat Atopi
- Riwayat asma tidak ada
- Riwayat bersin-bersin di pagi hari tidak ada
- Riwayat alergi makanan tidak ada
- Riwayat alergi obat tidak ada
- Riwayat kaligato tidak ada
- Riwayat mata merah, gatal, dan berair tidak ada
- Riwayat alergi serbuk sari tidak ada
- Riwayat bercak kemerahan yang gatal pada daerah lutut atau siku ada
- Riwayat bercak merah gatal pada kedua pipi pasien saat pasien masih bayi tidak ada
- Riwayat kulit kering pada pasien tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
- Pasien menyangkal adanya keluarga pasien yang menderita keluhan seperti pasien.
Riwayat Pekerjaan, Sosial, dan Kebiasaan
- Pasien merupakan seorang mahasiswa di fakultas seni dan sastra Universitas Andalas.
- Pasien aktif dalam berorganisasi dalam kegiatan kampus dan unit kegiatan
mahasiswa.
- Pasien tinggal di sebuah kontrakan bersama dengan 6 orang temannya.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tidak tampak sakit
Kesadaran Umum : Komposmentis Kooperatif
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Nafas : 20 kali/menit
Suhu : 36,40C
Berat badan : 48 kg
Tinggi badan : 171 cm
IMT : 16.4 kg/m2
Status Gizi : Underweight
Status Dermatologikus
Lokasi : Punggung kaki kanan, sikut kanan, belakang kaki kiri
Distribusi : Terlokalisir.
Bentuk : Tidak khas
Susunan : Tidak khas
Batas : Tegas
Ukuran : Plakat
Efloresensi : Plak hiperpigmentasi, plak eritem, skuama putih kasar, erosi,
ekskoriasi
Punggung kaki kanan
Sikut kanan
Belakang kaki kiri
Diagnosa Kerja
Suspek neurodermatitis
Diagnosa Banding
Tinea Corporis
Dermatitis Atopik
Pemeriksaan Rutin
- Pemeriksaan KOH tidak ditemukan hifa panjang bersekat.
Pemeriksaan Laboratorium/Anjuran
Tidak perlu dilakukan
Resume
Seorang pasien laki-laki datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP. Dr. M.Djamil
Padang dengan Bercak merah yang terasa gatal pada siku kanan dan, punggung kaki kanan,
dan bagian belakang kaki kiri sejak 4 hari yang lalu. Awalnya kurang lebih 3 minggu yang lalu
muncul bintik – bintik merah yang disertai gatal pada punggung kaki kanan, lama kelamaan
semakin bertambah banyak. Pasien menggaruk lesi sehingga timbul luka lecet dan keropeng.
Pasien mencoba mengobati keluhan dengan meminum obat cetirizine dan metilprednisolon
masing – masing 1 kali sehari, pasien meminum obat tersebut selama satu minggu, dan rasa
gatal pasien menghilang setelah meminum obat. Kurang lebih 2 minggu yang lalu setelah lesi
pertama muncul, rasa gatal muncul lagi dirasakan pada daerah sikut kanan dan belakang kaki
kiri. Akibat menggaruk maka timbul juga bercak kehitaman yang disertai sisik putih kasar di
daerah sikut kanan dan belakang kaki kiri. Pasien mencoba mengobati keluhan dengan
menggunakan salap trifamesitin (kloramfenikol 2%) pada lesi. Salap digunakan selama
seminggu oleh pasien namun rasa gatal dan bercak tidak menghilang. 4 hari yang lalu lesi pada
punggung kaki pasien mulai merasakan nyeri dan bercak semakin menghitam dan muncul luka
dan lecet yang keluar cairan transparan dan darah akibat di garuk oleh pasien. Pasien
mengeluhkan rasa gatal meningkat ketika pasien tidak ada kegiatan dan sedang banyak pikiran.
Rasa gatal tidak dipengaruhi oleh makanan, aktivitas, dan berkeringat. Pasien menyangkal
sering berkontak dengan hewan berbulu. Pasien tidak memiliki hewan peliharaan. Pasien
mengatakan sering memakai handuk bersama. Pasien memakai handuk yang berulang dan
lembab serta jarang dicuci.
Diagnosis
Neurodermatitis
Malnutrisi
Penatalaksanaan
Umum
• Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit pasien merupakan penyakit yang tidak
dapat sembuh sepenuhnya dan dapat dicetuskan oleh beban psikologis pasien
• Menjelaskan kepada pasien bahwa hal yang paling utama adalah menghindari atau
mengurangi faktor yang dapat memberatkan psikologis pasien
• Menjelaskan kepada pasien agar tidak menggaruk bagian yang gatal, dan menggaruk
hanya akan memperburuk keadaan penyakit pasien.
• Menjelaskan kepada pasien untuk berkonsultasi kepada bagian gizi klinik untuk
menangani status gizi pasien
• Menjelaskan kepada pasien cara penggunaan obat
• Menjelaskan pada pasien untuk berobat sampai sembuh.
Khusus
• Topikal :
• Mometason furoat cream 0,1% 2x/hari
• Hidrophilic Urea cream 10% 2x/hari
• Kompres NaCl 0,9% 2x/hari
• Sistemik :
• Cetirizine 1x 10mg
Resep
dr. Aristya Rahadiyan Budi
Praktek Umum
SIP.001/06/20162
Alamat: Jl. Perintis Kemerdekaan No. 7 Padang
Hari Praktek : Senin – Jumat, 18.00 – 21.00
No. Telp. 085924854742
Pro : Tn. I
Umur : 20 tahun
Alamat: Palimo, Padang
Prognosis
Quo Ad Sanam : Dubia at malam
Quo Ad Vitam : Bonam
Quo Ad Kosmetikum : Dubia at bonam
Quo Ad Functionam : Bonam
BAB III
DISKUSI
Telah diperiksa seorang pasien laki-laki umur 20 tahun di Poliklinik Kulit dan Kelamin
pada tanggal 15 Oktober 2018 keluhan plak merah kehitaman yang disertai dengan keropeng
dan gatal pada punggung kaki yang sejak 4 hari yang lalu. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan
Dari anamnesis pasien mengeluhkan plak merah kehitaman yang disertai dengan
keropeng dan gatal pada punggung kaki yang sejak 4 hari yang lalu. Bercak merah yang disertai
gatal ini sesuai dengan manifestasi dari peradangan kulit (dermatitis).1 Kurang lebih 3 minggu
yang lalu muncul bintik – bintik merah yang disertai gatal pada punggung kaki kanan, lama
kelamaan semakin bertambah banyak, dan 2 minggu yang lalu setelah lesi pertama muncul,
muncul juga plak kehitaman yang disertai sisik putih kasar dan gatal pada sikut kanan dan
tendon achiles kiri. Pasien menggaruk lesi pada pungung kaki kanan sehingga terjadinya luka
lecet dan keropeng. Pasien mengaku merasakan sensasi gatal terus menerus, gatal dirasakan
ketika saat tidak sibuk. Gatal tidak dipengaruhi oleh makanan, tidak dipengaruhi aktifitas, dan
tidak dipengaruhi oleh keringat. Keluhan berkurang saat pasien menggaruk lesi tersebut. Pasien
juga mengatakan tidak ada penyakit kulit lain seperti biang keringat, dan kemerahan bentol-
bentol.
Gejala klinis muncul kurang lebih 3 minggu yang lalu ketika pasien sedang merasa
terbebani oleh permasalahan kuliah pasien. Pada kasus neurodermatitis, faktor tekanan
Pasien telah mencoba mengobati keluhan dengan menggunakan salep trifamisetin, obat
cetirizin dan metilprednison sejak 1 minggu yang lalu. Setelah pemakaian salep dan obat pasien
tidak merasakan adanya perubahan pada lesi dan sensasi gatal yang dirasakan pasien.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan lesi plak hiperpigmentasi, plak eritem, skuama putih
kasar di punggung kaki kanan, sikut kanan, tendon achiles kiri dengan, distribusi terlokalisir,
memiliki bentuk dan sususnan yang tidak khas, berbatas tegas dengan ukuran plakat. Pasien
menyakatakan lesi pertama kali muncul disaat pasien sedang memiliki beban pikiran. Hal ini
merupakan ciri khas dari neurodermatitis yaitu munculnya lesi akibat adanya gangguan psikis
pada pasien. Selain itu, pasien juga menyatakan bahwa pasien pernah mengalami lesi yang
sama dengan bercak merah pada kedua sikut dan lipatan sikut pasien kurang lebih 1 tahun yang
lalu, keluhan muncul bersamaaan saat hari – hari menjelang pasien mengadapi ujian SBMPTN.
umum bertujuan untuk menghentikan kebiasaan pasien menggaruk lesi dan menjelaskan
kepada pasien bahwa lesi yang muncul dapat dikarenakan adanya gangguan emosional pada
pasien. Pasien disarankan untuk menghindari stress dengan mencoba mengurangi kegiatan
berorganisasi pasien. Mengurangi menggaruk daerah gatal tersebut karena akan menimbulkan
perlukaan dan lesi baru berupa ekskoriasi yang dapat terjadinya proses likenifikasi, sehingga
mengurangi proses inflamasi dan rasa gatal. Pemberian obat topikal berupa mometason furoat
cream, dan tupepe cream dapat membantu untuk mengurangi keparahan dari lesi sementara
obat sistemik cetirizine sebanyak 10mg per hari dapat berfungsi sebagai antipruiritik.
Prognosis pada pasien ini adalah quo ad vitam bonam, quo ad sanam dubia ad bonam,