Anda di halaman 1dari 17

Bed Side Teaching

NEURODERMATITIS

Oleh :
Aristya Rahadiyan Budi 1840312410

Preseptor :
Dr. dr. Qaira Anum Sp.KK (K), FINSDV, FAADV

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS


BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN
RSUP DR. M DJAMIL PADANG
2018
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 DEFINISI
Neurodermatitis, atau juga dikenal sebagai Lichen Simplex Chronicus, atau Lichen
Vidal, adalah suatu kondisi erdangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit
tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu,
akibat garukan atau gosokan yang berulang ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik.1
1.2 EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi dari Neurodermatitis telah diestimasikan terjadi pada 12% dari populasi.
Prevalensi tertinggi biasanya berada pada golongan umur 30 – 50 tahun, hal ini bisa
disebabkan karena faktor paparan yang lebih sering terhadap beban psikologis dan stress pada
golongan umur tersebut. Gangguan ini lebih prevalen pada wanita dibandingkan pada pria
dengan perbandingan 2:1 antara wanita dan pria.2
1.3 ETIOLOGI
Pasien dermatitis atopik memiliki probabilitas lebih tinggi untuk membentuk
Neurodermatitis.3 Hipersensitivitas terhadap gigitan serangga, luka (akibat trauma,
posherpetikum/zoster), akne keloidalis nuchae, xerosis, insufisiensi vena, dan eksim asteatotik
adalah faktor pencetus umum yang dapat menyebabkan liken simpleks kronikus. Penyakit kuit
lain seperti dermatitis atopik juga dikaitkan degan neurodermatitis dengan likenifikasi
sekunder yang terjadi akibat dermatosis primer.4

Studi pada tahun 2014 mendemonstrasikan peningkatan prevalensi pada liken simpleks
kronik pada pasien dengan gangguan ansietas dan obsessive-compulsive disorder dibandingkan
pada grup kontrol sesuai degan kelompok jenis kelamin dan umur.5 Studi pada tahun 2015
menyimpulkan bahwa pasien dengan gangguan neurodermatitis memiliki resiko untuk terkena
depresi klinis dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki gangguan.6

1.4 PATOFISIOLOGI
Neurodermatitis ditemukan pada kulit di regio badan yang mudah diakses untuk
garukan. Pruritus memancing pasien untuk menggaruk yang nantinya dapat menghasilkan
lesi. Patofisiologi pada neurodermatitis sendiri belum diketahui secara pasti.1 Beberapa tipe
kulit lebih rentan terhadap proses likenifikasi, seperti layaknya tipe kulit yang rentan terhadap
gangguan eksim (contohnya, pada dermatitis atopik). Dapat diterka adanya hubungan natara
jaringan neuron sentral dan perifer dan produk sel inflamasi pada persepsi dari rasa gatal pada
liken simplek kronik. Gangguan emoisional seperti pada pasien dengan ansietas, depresi, dan
obsessive-convulsive disorder dapat memiliki peran dalam pembentukan rasa gatal, yang
dapat berujung pada kebiasaan menggaruk kulit yang nantinya dapat menghasilkan lesi yang
dapat memulai proses likenifikasi.7

1.5 HISTOPATOLOGI

Perubahan histopatologi neurodermatitis tergantung pada fase lesi saat biopsi


dilakukan, secara general, gambaran histologis pada neurodermatitis menunjukan adanya
hiperkeratosis, akantosis, spongiosis, dan plak parakeratosis pada epidermis. Terdapat
penebalan dari semua lapisan dengan pemanjangan rete ridges dan dengan hiperplasia
psudoepitheliomatuous. Terdapat fibrosis papiler dermal dengan garis vertikal dari kumpulan
kolagen yang khas.
Pada fase akut ditemukan spongiosis, vesikel intraepidermal, serta sebukan sel radang
limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Pada fase subakut terdapat parakeratosis,
scale-crust, hiperlasei epidermal, dan spongiosis epidermis, selain itu juga ditemukan sel
infiltrat campuran pada dermis. Pada lesi kronik didapatkan hiperkeratosis dan akantosis.
1.6 DIAGNOSA
1.6.1 Riwayat Penyakit

Pasien dengan liken simplek kronik biasanya mengeluhkan plak dengan sensasi gatal
yang stabil, tidak menghilang, pada satu atau lebih area; namun, penebalan pada kulit dapat
terjadi di berbagai loksai yang pasien dapat sentuh, seperti pada kulit kepala, belakang leher,
pada bagian sikut dan lutut, vulva dan skrotum, dan bagian medial paha, kaki bagian bawah,
dan pada pergelangan kaki.6 Plak eritem biasanya didapatkan pada fase awal dari lesi. Pruritus
dapat dikatakan intermitten dimana apabila pasien selesai menggaruk rasa gatal dapat
menghilang sementara, dan rasa gatal akan memburuk apabila pada malam hari, biasanya
dikarenakan tidak adanya distraksi.1
Pasien bisa memiliki riwayat gangguan kulit kronik atau trauma akut. Pasien dengan
dermatitis atopik dapat menunjukan liken pada daerah yang pernah terkena lesi dermatitis
atopik. Daerah yang pernah terkena lesi dari dermatitis kontak alergi atau iritan, gigitan
serangga, atau berbagai trauma kulit minor lainnya dapat juga menunjukan likenifikasi.1
1.6.2 Pemeriksaan Fisik

Penderita neurodermatitis umumnya mengeluhkan rasa gatal yang bervariasi dari


ringan sampai berat. Rasa gatal pada malam hari dapat sampai menggangu tidur pasien.
Biasanya rasa gatal akan bersifat intermiten dimana pada saat kesibukan rasa gatal tidak terasa
terlalu berat dan akan terasa berat apabila pasien sedang tidak ada kegiatan. Rasa gatal akan
menghilang selepas digaruk sampai terbentuk luka, dikarenakan rasa gatal yang digantikan
dengan nyeri.1

Lesi biasanya tunggal berbentuk plak eritem dengan sedikit edema. Lambat laun
eritem dan edema akan menghilang dan bagian tengah akan berskuama dan menebal,
likenifikasi dan ekskoriasi, sekitarnya akan hiperpigmentasi dan batas dengan kulit normal
tidak jelas. Bentuk skuama dapat menyerupai psoriasis. Gambaran klinis akan dipengaruhi
juga oleh lokasi lesi dan lamanya lesi.1

Letak lesi dapat terbentuk dimana saja, namun yang biasanya ditemukan pada daerah
kulit kepala, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal,
medial tungkai atas, lutut, lateral tungkai bawah, pergelangan kaki bagian depan, dan
punggung kaki. Neurodermatitis di bagian tungkuk (lichen nucheae) umumnya hanya terjadi
pada perempuan dan dapat meluas hingga bagian kulit kepala.1

Variasi klinis dari neruodermatitis dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau
korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus yang
berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, lambat laun
menjadi keras dan berwarna lebih gelap menandakan telah terjadinya hiperpigmentasi. Lesi
biasanya multiple denagn lokasi tersering di ekstremitas, berukuran mulai dari millier sampai
numular.1
1.7 Pemeriksaan Penunjang
1.7.1 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah rutin biasanya menunjukan adanya peningkatan dari kadar


immunoglobulin E yang dapat membantu menyokong kemungkinan dari gangguan atopik
pada pasien. Pada lesi yang berada di daerah inguinal atau genitalia, dapat dilakukan
pemeriksaan KOH dan pengembangbiakan kultur untuk mengeliminasi kecurigaan terhadap
gangguan infeksi jamur pada pasien.8
1.7.2 Patch Test
Patch test dapat membantu untuk mengeksklusi dermatitis kontak alergi sebagai
gangguan kulit mendasar (contoh: dermatitis kontak alergi et causa nikel dengan liken
simplek kronis sekunder) atau sebagai faktor dalam perjalanan penyakit (contoh: dermatitis
kontak alergi et causa kortikosteroid topikal).8
1.7.3 Biopsi kulit
Pemeriksaan biopsi kulit pada lesi dapat dilakukan untuk mengeksklusi gangguan
kulit kronis lain, khususnya psoriasis atau mikosis fungoides (limfoma sel-T perkutan) pada
pasien geriatri.8
1.8 DIAGNOSA BANDING
1.8.1 Psoriasis
Psoriasis umumnya memiliki persebaran yang lebih luas dibandingkan dengan
neurodermatitis, meliputi ekstensor dari ekstrimitas, terutama pada bagian lutut dan sikut, dan
dapat mencakup ke seluruh tubuh. Bagian dari kulit kepala dan kuku juga dapat terkena. Pada
fase awal, lesi dapat berbentuk makula berwarana merah cerah atau merah gelap dengan
makulopapul atau papul yang nampak dengan permukaan yang seperti berminyak,
membentuk plak yang berukuran milier sampai plakat. Diatas lesi dapat ditemukan skuama
lebar yang berwaran keperakan yang tebal, apabila skuama dirobek dapat ditemukan titik
perdarahan (Auspitz’s sign). Lesi psoriasis biasanya lebih gatal dibandingkan dengan lesi dari
neurodermatitis.1
1.8.2 Liken Planus
Erupsi dari liken planus biasanya melibatkan permukaan bagian fleksor dari
pergelangan tangan dan lengan bawah, juga dapat terjadi di bagian bawah kaki sampai ke
bagian pergelangan kaki. Lesi dapat bermanifestasi sebagai papul eritem dengan bagian atas
datar berukuran 2-10 mm disertai rasa gatal yang terasa sangat intens. Bagian permukaan dari
lesi menunjukan pola garis putih berenda (Wickham’s striae). Lesi dapat bertahan lama,
biasanya pada bagian lutut, dan dapat berkembang menjadi plak hipertrofik yang mirip
dengan neurodermatitis, dengan permukaan kasar berskuama. Membran mukosa biasanya
terkena pada 40-60% kasus dari liken planus.1
1.8.3 Dermatitis atopik
Dermatitis atopik biasanya berbentuk eksim akut ataupun subakut. Karakteristik lesi
bermanifestasi sebagai lesi kering, kasar, menebal, dan berskuama, mendalam dan melebar
pada garis batas kulit, dan dapat terjadi hiperpigmentasi atau hipopigmentasi dari kulit. Rasa
gatal dapat dirasakan moderat ataupun intens, dengan penggarukan berulang yang dapat
membentuk likenifikasi. Persebaran dermatitis atopik biasanya muncul pada kedua belah pipi
simetris pada saat pasien berumur 2 bulan sampai 2 tahun dan meluas seiring dengan
perkembangan motorik pasien dan pertambahan umur.1

1.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari neurodermatitis bertujuan untuk mengurangi rasa gatal dan
meminimalisir efek dari penggarukan lesi yang dapat memulai proses likenifikasi. Morfologi,
lokasi, dan tingkat keparahan lesi dapat mempengaruhi tatalaksana dari neurodermatitis.
1.9.1 Tatalaksana umum
a. Edukasi
Secara umum, pasien perlu diberikan edukasi mengenai penyakit yang dideritanya,
terutama penjelasan tentang bagaimana garukan yang dilakukan oleh penderita dapat
memperburuk keadaan dari penyakit. Oleh karena itu, edukasi tentang pemberhentian dari
kebiasaan pasien menggaruk lesi dibutuhkan untuk meminimalisir kerusakan kulit kibat
abrasi dan untuk mencegah terjadinya proses likenifikasi.1
Faktor emosional memiliki peran yang penting dalam penyebab terjadinya rasa gatal
pada pasien. Oleh karena itu, edukasi pada pasien untuk menghindari faktor yang dapat
berpengaruh buruk terhadap mental pasien, seperti stress, adalah esensial.8
Pasien juga perlu diberikan pengetahuan bahwa dikarenakan sifat dari penyakit ini
adalah kronik, diperlukan monitoring dan ketaatan dari pasien untuk mencapai tujuan
pengobatan maksimal. Oleh karena itu, ketaatan pasien untuk berkonsultasi terhadap tenaga
medis diperlukan untuk memantau perubahan dari lesi pasca pengobatan.8

1.9.2 Pengobatan
Medikamentosa
Pemberian antipruritus dapat membantu menghilangkan sensasi gatal pada pasien.
Antipruritus dapat berupa antihistamin yang memiliki efek sedatif (hidroksizin,
difenhidramin, prometazin) atau tranquilizer. Dapat pula diberikan secara topikal krim
doxepin 5% dalam jangka pendek, dengan maksimal pemberian 8 hari.1
Kortikosteroid topikal pada saat ini merupakan terapi utama untuk neurodermatitis
dikarenakan efek dari kortikosteroid yang dapat mengurangi respon inflamasi dan rasa gatal
sekaligus mengurangi dampak dari hiperkeratosis pada kulit.8 Kortikosteroid toikal yang
dipakai biasanya berpotensi kuat, dan apabila perlu diberikan secara suntikan intralesi.1
Dikarenakan sifat penyakit yang kronis, pemberian kortikosteroid dapat berjangkau sampai
seumur hidup, tergantung dari luas lesi dan faktor psikologis dari pasien sendiri.8
Menurut PPK Perdoski, untuk pemberian obat topikal dapat diberikan;9
 Emolien dapat diberikan sebagai kombinasi dengan kortikosteroid topikal
atau pada lesi di vulva dapat diberikan terapi tunggal krim emolien
 Kortiksoteroid topikal dapat diberikan potensi kuat seperti salep klobetasol
propinat 0,05%, satu sampai dua kali sehari.
 Calcineurin inhibitor topikal seperti salep takrolimus 0,1%, atau krim
pimekrolimus 0,1% dua kali sehari selama 12 minggu.
 Preparat antipruritus nonsteroid, seperti mentol, pramoxine, dan doxepin.
Untuk lesi yang terkena infeksi, antibiotik oral atau topikal dapat diberikan pada
pasien.8

1.10 PROGNOSIS
Lesi dapat sembuh sepenuhnya, pruritus dapat menghilang, namun lesi dapat sikatrik

dan perubahan pigmentasi dapat menetap setelah terapi selesai. Relaps dapat terjadi apabila

pasien sedang mengalam stress psikis atau terjadinya kontak dengan iritan atau alergen. Pada

pasien yang tidak patuh menjalani pengobatan, lesi tidak dapat sembuh dengan sempurna.8
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I
Nomer RM : 01029553
Umur/tanggal lahir : 20 tahun/18 Agustus 1998
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan : SMA
Alamat : Palimo
Status Perkawinan : Belum Menikah
Negeri Asal : Indonesia
Agama : Islam
Suku : Minang
Tanggal Pemeriksaan : 15 Oktober 2018

II. ANAMNESIS
Seorang pasien Laki-laki, Tn. I berusia 20 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 15 Oktober 2018, dengan:
Keluhan Utama
Bercak merah kehitaman yang terasa gatal pada siku kanan dan, punggung kaki kanan, dan
bagian belakang kaki kiri sejak 4 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Awalnya kurang lebih 3 minggu yang lalu muncul bintik – bintik merah yang disertai
gatal pada punggung kaki kanan, lama kelamaan semakin bertambah banyak. Pasien
menggaruk lesi sehingga timbul luka lecet dan keropeng. Pasien mencoba mengobati
keluhan dengan meminum obat cetirizine dan metilprednisolon masing – masing 1
tablet ketika rasa gatal dirasakan. Pasien meminum obat tersebut kurang lebih selama
tiga hari, dan rasa gatal pasien menghilang setelah meminum obat.
- Kurang lebih 2 minggu yang lalu setelah lesi pertama muncul, rasa gatal muncul lagi
dirasakan pada daerah sikut kanan dan belakang kaki kiri. Akibat menggaruk maka
timbul juga bercak kehitaman yang disertai sisik putih kasar di daerah sikut kanan dan
belakang kaki kiri. Pasien mencoba mengobati keluhan dengan menggunakan salap
trifamesitin (kloramfenikol 2%) pada lesi dan obat cetirizine dan metilprednisolone.
Salap dan obat digunakan selama seminggu oleh pasien. Rasa gatal menghilang namun
bercak tidak menghilang.
- 4 hari yang lalu lesi pada punggung kaki pasien mulai merasakan rasa gatal dan nyeri
serta bercak semakin menghitam dan muncul luka dan lecet yang keluar cairan
transparan dan darah akibat di garuk oleh pasien.
- Pasien mengeluhkan rasa gatal meningkat ketika pasien tidak ada kegiatan dan sedang
banyak pikiran. Rasa gatal tidak dipengaruhi oleh makanan, aktivitas, dan berkeringat.
- Pasien menyangkal sering berkontak dengan hewan berbulu. Pasien tidak memiliki
hewan peliharaan
- Riwayat pasien memakai handuk bersama tidak ada. Pasien memakai handuk sendiri
dan sering dicuci oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien mengeluhkan terasa gatal pada bagian kedua sikut tangan dan kedua punggung
kaki pasien yang sering muncul berulang, terakhir muncul ketika pasien sedang
menghadapi ujian di perkuliahan kurang lebih 6 bulan yang lalu.

Riwayat Pengobatan
• Pasien telah menggunakan salep trifamisetin (kloramfenikol 2%) yang dioleskan pada
luka pasien saat gatal, pemakaian selama satu minggu, rasa gatal dan keluhan kulit tidak
berkurang. Pasien juga memakai obat cetirizin dan metilprednison yang keduanya
diminum 1 tablet ketika pasien sedang merasakan gatal oleh selama kurang lebih tiga
hari, lalu dilanjutkan satu minggu lagi ketika keluhan datang lagi. keluhan gatal
menghilang tetapi keluhan kulit tidak berkurang. Semua obat dibeli tanpa resep dokter
oleh pasien sendiri.
Riwayat Atopi
- Riwayat asma tidak ada
- Riwayat bersin-bersin di pagi hari tidak ada
- Riwayat alergi makanan tidak ada
- Riwayat alergi obat tidak ada
- Riwayat kaligato tidak ada
- Riwayat mata merah, gatal, dan berair tidak ada
- Riwayat alergi serbuk sari tidak ada
- Riwayat bercak kemerahan yang gatal pada daerah lutut atau siku ada
- Riwayat bercak merah gatal pada kedua pipi pasien saat pasien masih bayi tidak ada
- Riwayat kulit kering pada pasien tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
- Pasien menyangkal adanya keluarga pasien yang menderita keluhan seperti pasien.
Riwayat Pekerjaan, Sosial, dan Kebiasaan
- Pasien merupakan seorang mahasiswa di fakultas seni dan sastra Universitas Andalas.
- Pasien aktif dalam berorganisasi dalam kegiatan kampus dan unit kegiatan
mahasiswa.
- Pasien tinggal di sebuah kontrakan bersama dengan 6 orang temannya.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tidak tampak sakit
Kesadaran Umum : Komposmentis Kooperatif
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Nafas : 20 kali/menit
Suhu : 36,40C
Berat badan : 48 kg
Tinggi badan : 171 cm
IMT : 16.4 kg/m2
Status Gizi : Underweight

Status Dermatologikus
Lokasi : Punggung kaki kanan, sikut kanan, belakang kaki kiri
Distribusi : Terlokalisir.
Bentuk : Tidak khas
Susunan : Tidak khas
Batas : Tegas
Ukuran : Plakat
Efloresensi : Plak hiperpigmentasi, plak eritem, skuama putih kasar, erosi,
ekskoriasi
Punggung kaki kanan

Sikut kanan
Belakang kaki kiri

Diagnosa Kerja
Suspek neurodermatitis
Diagnosa Banding
 Tinea Corporis
 Dermatitis Atopik
Pemeriksaan Rutin
- Pemeriksaan KOH tidak ditemukan hifa panjang bersekat.
Pemeriksaan Laboratorium/Anjuran
Tidak perlu dilakukan
Resume
Seorang pasien laki-laki datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP. Dr. M.Djamil
Padang dengan Bercak merah yang terasa gatal pada siku kanan dan, punggung kaki kanan,
dan bagian belakang kaki kiri sejak 4 hari yang lalu. Awalnya kurang lebih 3 minggu yang lalu
muncul bintik – bintik merah yang disertai gatal pada punggung kaki kanan, lama kelamaan
semakin bertambah banyak. Pasien menggaruk lesi sehingga timbul luka lecet dan keropeng.
Pasien mencoba mengobati keluhan dengan meminum obat cetirizine dan metilprednisolon
masing – masing 1 kali sehari, pasien meminum obat tersebut selama satu minggu, dan rasa
gatal pasien menghilang setelah meminum obat. Kurang lebih 2 minggu yang lalu setelah lesi
pertama muncul, rasa gatal muncul lagi dirasakan pada daerah sikut kanan dan belakang kaki
kiri. Akibat menggaruk maka timbul juga bercak kehitaman yang disertai sisik putih kasar di
daerah sikut kanan dan belakang kaki kiri. Pasien mencoba mengobati keluhan dengan
menggunakan salap trifamesitin (kloramfenikol 2%) pada lesi. Salap digunakan selama
seminggu oleh pasien namun rasa gatal dan bercak tidak menghilang. 4 hari yang lalu lesi pada
punggung kaki pasien mulai merasakan nyeri dan bercak semakin menghitam dan muncul luka
dan lecet yang keluar cairan transparan dan darah akibat di garuk oleh pasien. Pasien
mengeluhkan rasa gatal meningkat ketika pasien tidak ada kegiatan dan sedang banyak pikiran.
Rasa gatal tidak dipengaruhi oleh makanan, aktivitas, dan berkeringat. Pasien menyangkal
sering berkontak dengan hewan berbulu. Pasien tidak memiliki hewan peliharaan. Pasien
mengatakan sering memakai handuk bersama. Pasien memakai handuk yang berulang dan
lembab serta jarang dicuci.
Diagnosis
Neurodermatitis
Malnutrisi
Penatalaksanaan
Umum
• Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit pasien merupakan penyakit yang tidak
dapat sembuh sepenuhnya dan dapat dicetuskan oleh beban psikologis pasien
• Menjelaskan kepada pasien bahwa hal yang paling utama adalah menghindari atau
mengurangi faktor yang dapat memberatkan psikologis pasien
• Menjelaskan kepada pasien agar tidak menggaruk bagian yang gatal, dan menggaruk
hanya akan memperburuk keadaan penyakit pasien.
• Menjelaskan kepada pasien untuk berkonsultasi kepada bagian gizi klinik untuk
menangani status gizi pasien
• Menjelaskan kepada pasien cara penggunaan obat
• Menjelaskan pada pasien untuk berobat sampai sembuh.
Khusus
• Topikal :
• Mometason furoat cream 0,1% 2x/hari
• Hidrophilic Urea cream 10% 2x/hari
• Kompres NaCl 0,9% 2x/hari
• Sistemik :
• Cetirizine 1x 10mg
Resep
dr. Aristya Rahadiyan Budi
Praktek Umum
SIP.001/06/20162
Alamat: Jl. Perintis Kemerdekaan No. 7 Padang
Hari Praktek : Senin – Jumat, 18.00 – 21.00
No. Telp. 085924854742

Padang, 15 Oktober 2018

R/ Mometasone Furoate 0,1% cream 5 g tube No. I


S.u.e applic loc dol b.d.d.
R/ Urea 10% cream 40 g tube No. 1
S.u .e applic loc dol b.d.d
R/ Cetirizine tab 10 mg No. VII
S.i.d.d tab 1
R/ Nacl 0,9% 500cc kolf No. I
Kasa Sterile box No. I
S.u.c.

Pro : Tn. I
Umur : 20 tahun
Alamat: Palimo, Padang

Prognosis
Quo Ad Sanam : Dubia at malam
Quo Ad Vitam : Bonam
Quo Ad Kosmetikum : Dubia at bonam
Quo Ad Functionam : Bonam
BAB III

DISKUSI

Telah diperiksa seorang pasien laki-laki umur 20 tahun di Poliklinik Kulit dan Kelamin

pada tanggal 15 Oktober 2018 keluhan plak merah kehitaman yang disertai dengan keropeng

dan gatal pada punggung kaki yang sejak 4 hari yang lalu. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan penunjang.

Dari anamnesis pasien mengeluhkan plak merah kehitaman yang disertai dengan

keropeng dan gatal pada punggung kaki yang sejak 4 hari yang lalu. Bercak merah yang disertai

gatal ini sesuai dengan manifestasi dari peradangan kulit (dermatitis).1 Kurang lebih 3 minggu

yang lalu muncul bintik – bintik merah yang disertai gatal pada punggung kaki kanan, lama

kelamaan semakin bertambah banyak, dan 2 minggu yang lalu setelah lesi pertama muncul,

muncul juga plak kehitaman yang disertai sisik putih kasar dan gatal pada sikut kanan dan

tendon achiles kiri. Pasien menggaruk lesi pada pungung kaki kanan sehingga terjadinya luka

lecet dan keropeng. Pasien mengaku merasakan sensasi gatal terus menerus, gatal dirasakan

ketika saat tidak sibuk. Gatal tidak dipengaruhi oleh makanan, tidak dipengaruhi aktifitas, dan

tidak dipengaruhi oleh keringat. Keluhan berkurang saat pasien menggaruk lesi tersebut. Pasien

juga mengatakan tidak ada penyakit kulit lain seperti biang keringat, dan kemerahan bentol-

bentol.

Gejala klinis muncul kurang lebih 3 minggu yang lalu ketika pasien sedang merasa

terbebani oleh permasalahan kuliah pasien. Pada kasus neurodermatitis, faktor tekanan

psikologis seperti stress dapat mencetuskan penimbulan lesi pada pasien.1

Pasien telah mencoba mengobati keluhan dengan menggunakan salep trifamisetin, obat

cetirizin dan metilprednison sejak 1 minggu yang lalu. Setelah pemakaian salep dan obat pasien

tidak merasakan adanya perubahan pada lesi dan sensasi gatal yang dirasakan pasien.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan lesi plak hiperpigmentasi, plak eritem, skuama putih

kasar di punggung kaki kanan, sikut kanan, tendon achiles kiri dengan, distribusi terlokalisir,

memiliki bentuk dan sususnan yang tidak khas, berbatas tegas dengan ukuran plakat. Pasien

menyakatakan lesi pertama kali muncul disaat pasien sedang memiliki beban pikiran. Hal ini

merupakan ciri khas dari neurodermatitis yaitu munculnya lesi akibat adanya gangguan psikis

pada pasien. Selain itu, pasien juga menyatakan bahwa pasien pernah mengalami lesi yang

sama dengan bercak merah pada kedua sikut dan lipatan sikut pasien kurang lebih 1 tahun yang

lalu, keluhan muncul bersamaaan saat hari – hari menjelang pasien mengadapi ujian SBMPTN.

Pasien neurodermatitis diberikan penatalaksanaan umum dan khusus. Penatalaksanaan

umum bertujuan untuk menghentikan kebiasaan pasien menggaruk lesi dan menjelaskan

kepada pasien bahwa lesi yang muncul dapat dikarenakan adanya gangguan emosional pada

pasien. Pasien disarankan untuk menghindari stress dengan mencoba mengurangi kegiatan

berorganisasi pasien. Mengurangi menggaruk daerah gatal tersebut karena akan menimbulkan

perlukaan dan lesi baru berupa ekskoriasi yang dapat terjadinya proses likenifikasi, sehingga

proses penyembuhan terjadi semakin lama. Penatalaksanaan khusus bertujuan untuk

mengurangi proses inflamasi dan rasa gatal. Pemberian obat topikal berupa mometason furoat

cream, dan tupepe cream dapat membantu untuk mengurangi keparahan dari lesi sementara

obat sistemik cetirizine sebanyak 10mg per hari dapat berfungsi sebagai antipruiritik.

Prognosis pada pasien ini adalah quo ad vitam bonam, quo ad sanam dubia ad bonam,

quo ad functionam bonam, dan quo ad kosmetikum bonam.


DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito SA (2015). Neurodermatitis sirkumskripta. Dalam: Menaldi SL, Bramono K,


Indriatmi W (eds). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
2. Charifa A, Badri T. Lichen (2018). Simplex Chronicus. In: StatPearls. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2018.
3. Buckhard CG, Buckhard CN (1998). Acne keloidalis is lichen simplex chronicus with
fibrotic keloidal scaring. J Am Acad Dermatol 1998. 39(4):661
4. Gerritsen MJ, Gruintjes FW, Andreissen MA, van der Valk PG, Van de Kerkhof PC
(1998). Lichen simplex chroncus as a complication of herpes zoster. Br J. Dermatol.
138(5):921-2.
5. Laio YH, Lin CC, Tsai PP, Shen WC, Sung FC, Kao CH (2014). Increased risk of lichen
simplex chronicus in people with anxiety disorder: a nationwide population-based
retrospective cohort study. Br J Dermatol. 180(4): 890-4.
6. Juan CK, Chen HJ, Shen JL, Kao CH (2015). Lichen simplex chronicus associated with
erectile dysfunction: a population-based retrospective cohort study. PloS One. 10(6).
7. Lotti T, Buggiani G, Prignao F (2008). Prurigo nodularis and lichen simplex crhonicus.
Dermatol Ther Jan 2008. 21(1):42-6.
8. Medscape (2016). Lichen simplex chronicus workup.
https://emedicine.medspace.com/article/1123423-workup#c5. Diakses Oktober 2018.

Anda mungkin juga menyukai