Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

CACING TAMBANG
DEFINISI
Merupakan infeksi yang di sebabkan oleh cacing tambang (
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale ).

MORFOLOGI DAN DAUR HIDUP

Necator americanus dan Ancylostoma duodenale adalah dua


spesies cacing tambang yang dewasa di manusia. Habitatnya ada di
rongga usus halus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir
telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing
jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau
C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi.
Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur
cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah,
telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu
sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat
menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur
cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk
bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa
sel, larva rabditiform panjangnya kurang lebih 250 mikron,
sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron.
Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke
paru-paru. Di paru larvanya menembus pembuluh darah masuk ke
bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan
dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi
terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan
bersama makanan( Menteri Kesehatan , 2006).
Gambar 1. Daur hidup Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale (Menteri Kesehatan, 2006).

EPIDEMIOLOGI
Insiden ankilostomiasis di Indonesia sering ditemukan pada
penduduk yang bertempat tinggal di perkebunan atau pertambangan.
Cacing ini menghisap darah hanya sedikit namun luka-luka gigitan
yang berdarah akan berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan
dapat menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan buang air
besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat
penting dalam penyebaran infeksi penyakit ini (Gandahusada, 2000).
Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah
gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum 32ºC-38ºC. Untuk
menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai sandal atau
sepatu bila keluar rumah.

PATOFISIOLOGI

Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus. Selain


mengisap darah, cacing tambang juga menyebabkan perdarahan pada
luka tempat bekas tempat isapan.
Infeksi oleh cacing tambang menyebabkan kehilangan darah
secara perlahan-lahan sehingga penderita mengalami kekurangan
darah (anemia) akibatnya dapat menurunkan gairah kerja serta
menurunkan produktifitas. Kekurangan darah akibat cacingan sering
terlupakan karena adanya penyebab lain yang lebih terfokus (Menteri
Kesehatan, 2006)

GEJALA KLINIK DAN DIAGNOSIS


Lesu, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, pucat,
rentan terhadap penyakit,, prestasi kerja menurun, dan anemia
merupakan manifestasi klinis yang sering terjadi. Di samping itu juga
terdapat eosinofilia (Menteri Kesehatan, 2006)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENULARAN INFEKSI
Menurut Hotes (2003) mengemukakan bahwa faktor-faktor
risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit cacingan yang
penyebarannya melalui tanah antara lain :

LINGKUNGAN
Penyakit cacingan biasanya terjadi di lingkungan yang
kumuh terutama di daerah kota atau daerah pinggiran (Hotes, 2003).
Sedangkan menurut Phiri (2000) yang dikutip Hotes (2003) bahwa
jumlah prevalensi Ascaris lumbricoides banyak ditemukan di daerah
perkotaan. Sedangkan menurut Albonico yang dikutip Hotes (2003)
bahwa jumlah prevalensi tertinggi ditemukan di daerah pinggiran
atau pedesaan yang masyarakat sebagian besar masih hidup dalam
kekurangan.
TANAH
Penyebaran penyakit cacingan dapat melalui
terkontaminasinya tanah dengan tinja yang mengandung telur
Trichuris trichiura, telur tumbuh dalam tanah liat yang lembab dan
tanah dengan suhu optimal ± 30ºC (Depkes R.I, 2004:18). Tanah liat
dengan kelembapan tinggi dan suhu yang berkisar antara25ºC-30ºC
sangat baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides sampai
menjadi bentuk infektif (Srisasi Gandahusada, 2000:11).Sedangkan
untuk pertumbuhan larva Necator americanus yaitu memerlukan
suhu optimum 28ºC-32ºC dan tanah gembur seperti pasir atau
humus, dan untuk Ancylostoma duodenale lebih rendah yaitu 23ºC-
25ºC tetapi umumnya lebih kuat (Gandahusada, 2000).
IKLIM
Penyebaran Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura
yaitu di daerah tropis karena tingkat kelembabannya cukup tinggi.
Sedangkan untuk Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
penyebaran ini paling banyak di daerah panas dan lembab.
Lingkungan yang paling cocok sebagai habitat dengan suhu dan
kelembapan yang tinggi terutama di daerah perkebunan dan
pertambangan (Onggowaluyo, 2002).
PERILAKU
Perilaku mempengaruhi terjadinya infeksi cacingan yaitu
yang ditularkan lewat tanah (Peter J. Hotes, 2003:21). Anak-anak
paling sering terserang penyakit cacingan karena biasanya jari-jari
tangan mereka dimasukkan ke dalam mulut, atau makan nasi tanpa
cuci
tangan (Oswari, 1991).

SOSIAL EKONOMI
Sosial ekonomi mempengaruhi terjadinya cacingan menurut
Tshikuka (1995) dikutip Hotes (2003) yaitu faktor sanitasi yang
buruk berhubungan dengan sosial ekonomi yang rendah.
STATUS GIZI
Cacingan dapat mempengaruhi pemasukan (intake),
pencernaan (digestif), penyerapan (absorbsi), dan metabolisme
makanan. Secara keseluruhan (kumulatif), infeksi cacingan dapat
menimbulkan kekurangan zat gizi berupa kalori dan dapat
menyebabkan kekurangan protein serta kehilangan darah. Selain
dapat menghambat perkembangan fisik,anemia, kecerdasan dan
produktifitas kerja, juga berpengaruh besar dapat menurunkan
ketahanan tubuh sehinggamudah terkena penyakit lainnya (Depkes
R.I, 2006).
ASKARIASIS
DEFINISI
Suatu infeksi pada usus yang disebabkan oleh suatu jenis
cacing besar, Ascaris lumbricoides.
MORFOLOGI DAN DAUR HIDUP
Seseorang dapat terinfeksi penyakit askariasis setelah secara
tidak sengaja atau tidak disadari menelan telur cacing. Telur menetas
menjadi larva di dalam usus seseorang. Larva menembus dinding
usus dan mencapai paru-paru melalui aliran darah. Larva tersebut
akhirnya kembali ke tenggorokan dan tertelan. Dalam usus, larva
berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing betina dewasa yang
dapat tumbuh lebih panjang mencapai 30 cm, dapat bertelur yang
kemudian masuk ke dalam tinja. Jika tanah tercemar kotoran
manusia atau hewan yang mengandung telur, maka siklus tersebut
dimulai lagi. Telur berkembang di tanah dan menjadi infektif setelah
masa 2-3 minggu, tetapi dapat tetap infektif selama beberapa bulan
atau tahun.1

Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Ascaris


lumbricoides, jika tertelan telur yang infektif, maka didalam usus
halus bagian atas telur akan pecah dan melepaskan larva infektif dan
menembus dinding usus masuk kedalam vena porta hati yang
kemudian bersama dengan aliran darah menuju jantung kanan dan
selanjutnya melalui arteri pulmonalis ke paru-paru dengan masa
migrasi berlangsung selama sekitar 15 hari. Dalam paru-paru larva
tumbuh dan berganti kulit sebanyak 2 kali, kemudian keluar dari
kapiler, masuk ke alveolus dan seterusnya larva masuk sampai ke
bronkus, trakhea, laring dan kemudian ke faring, berpindah ke
osepagus dan tertelan melalui saliva atau merayap melalui epiglottis
masuk kedalam traktus digestivus. Terakhir larva sampai kedalam
usus halus bagian atas, larva berganti kulit lagi menjadi cacing
dewasa. Umur cacing dewasa kira-kira satu tahun, dan kemudian
keluar secara spontan.4

Siklus hidup cacing ascaris mempunyai masa yang cukup


panjang, dua bulan sejak infeksi pertama terjadi, seekor cacing betina
mulai mampu mengeluarkan 200.000 – 250.000 butir telur setiap
harinya, waktu yang diperlukan adalah 3 – 4 minggu untuk tumbuh
menjadi bentuk infektif. Menurut penelitian stadium ini merupakan
stadium larva, dimana telur tersebut keluar bersama tinja manusia
dan diluar akan mengalami perubahan dari stadium larva I sampai
stadium III yang bersifat infektif.4

Telur-telur ini tahan terhadap berbagai desinfektan dan dapat


tetap hidup bertahun-tahun di tempat yang lembab. Didaerah
hiperendemik, anak-anak terkena infeksi secara terus-menerus
sehingga jika beberapa cacing keluar, yang lain menjadi dewasa dan
menggantikannya. Jumlah telur ascaris yang cukup besar dan dapat
hidup selama beberapa tahun maka larvanya dapat tersebar
dimanamana, menyebar melalui tanah, air, ataupun melalui binatang.
Maka bila makanan atau minuman yang mengandung telur ascaris
infektif masuk kedalam tubuh maka siklus hidup cacing akan
berlanjut sehingga larva itu berubah menjadi cacing. Jadi larva
cacing ascaris hanya dapat menginfeksi tubuh melalui makanan yang
tidak dimasak ataupun melalui kontak langsung dengan kulit.4
Gambar 2.2 Siklus Hidur Askaris5

EPIDEMOLOGI
Penyakit Ascariasis dapat ditemukan di seluruh dunia. Infeksi
terjadi dengan frekuensi terbesar di daerah tropis dan subtropis, dan
di setiap daerah dengan sanitasi yang tidak memadai. Ascariasis
adalah salah satu infeksi parasit pada manusia yang paling umum.
Sampai dengan 10% dari penduduk negara berkembang terinfeksi
cacing – dengan persentase besar disebabkan oleh Ascaris. Di
seluruh dunia, infeksi Ascaris menyebabkan sekitar 60.000 kematian
per tahun, terutama pada anak.1
Prevalensi tertinggi ascariasis adalah pada anak usia 2-10
tahun, dengan intensitas infeksi tertinggi terjadi pada anak usia 5-15
tahun yang memiliki infeksi simultan dengan cacing lain seperti
Trichuris trichiura dan cacing tambang. Sebuah studi terbaru
menemukan bahwa wanita dewasa Vietnam yang tinggal di daerah
pedesaan, terutama yang terkena tanah pada malam hari dan tinggal
di rumah tangga tanpa jamban, beresiko sangat tinggi untuk
ascariasis. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)
memperkirakan bahwa tingkat ascariasis di seluruh dunia pada 2005
adalah sebagai berikut: 86 juta kasus di Cina, 204 juta di tempat lain
di Asia Timur dan Pasifik, 173 juta di sub-Sahara Afrika, 140 juta di
India, 97 juta di tempat lain di Asia Selatan, 84 juta dalam bahasa
Latin Amerika dan Karibia, dan 23 juta di Timur Tengah dan Afrika
Utara.3

PATOFISIOLOGI
Seseorang dapat terinfeksi penyakit askariasis setelah secara
tidak sengaja atau tidak disadari menelan telur cacing. Telur menetas
menjadi larva di dalam usus seseorang. Larva menembus dinding
usus dan mencapai paru-paru melalui aliran darah. Larva tersebut
akhirnya kembali ke tenggorokan dan tertelan. Dalam usus, larva
berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing betina dewasa yang
dapat tumbuh lebih panjang mencapai 30 cm, dapat bertelur yang
kemudian masuk ke dalam tinja. Jika tanah tercemar kotoran
manusia atau hewan yang mengandung telur, maka siklus tersebut
dimulai lagi. Telur berkembang di tanah dan menjadi infektif setelah
masa 2-3 minggu, tetapi dapat tetap infektif selama beberapa bulan
atau tahun.1

Manifestasi Klinis dan Diagnosis


Gejala awal ascariasis, selama migrasi paru awal, termasuk
batuk, dyspnea, mengi, dan nyeri dada. Nyeri perut, distensi, kolik,
mual, anoreksia, dan diare intermiten mungkin manifestasi dari
obstruksi usus parsial atau lengkap oleh cacing dewasa. Penyakit
kuning, mual, muntah, demam, dan nyeri perut berat mungkin
mengarah pada kolangitis, pankreatitis, atau apendisitis.3
Mengi dan takipnea dapat terjadi selama migrasi paru.
Urtikaria dan demam mungkin juga terjadi terlambat dalam tahap
migrasi. Distensi abdomen tidak spesifik tetapi adalah umum pada
anak dengan ascariasis. Nyeri perut, terutama di kuadran kanan atas,
hypogastrium, atau kuadran kanan bawah, mungkin
mengindikasikan komplikasi ascariasis. Bukti untuk kekurangan gizi
karena ascariasis paling kuat untuk vitamin A dan C, serta protein,
seperti ditunjukkan oleh penelitian albumin dan pertumbuhan pada
anak yang diamati secara prospektif. Beberapa penelitian belum
mengkonfirmasi keterlambatan perkembangan gizi atau karena
ascariasis.3
Kelainan-kelainan yang terjadi pada tubuh penderita terjadi
akibat pengaruh migrasi larva dan adanya cacing dewasa. Pada
umumnya orang yang kena infeksi tidak menunjukkan gejala, tetapi
dengan jumlah cacing yang cukup besar (hyperinfeksi) terutama
pada anak-anak akan menimbulkan kekurangan gizi, selain itu
cacing itu sendiri dapat mengeluarkan cairan tubuh yang
menimbulkan reaksi toksik sehingga terjadi gejala seperti demam
typhoid yang disertai dengan tanda alergi seperti urtikaria, odema
diwajah, konjungtivitis dan iritasi pernapasan bagian atas.5,6

Cacing dewasa dapat pula menimbulkan berbagai akibat


mekanik seperti obstruksi usus, perforasi ulkus diusus. Oleh karena
adanya migrasi cacing ke organ-organ misalnya ke lambung,
oesophagus, mulut, hidung dan bronkus dapat menyumbat
pernapasan penderita. Ada kalanya askariasis menimbulkan
manifestasi berat dan gawat dalam beberapa keadaan sebagai
berikut:

1. Bila sejumlah besar cacing menggumpal menjadi suatu bolus yang


menyumbat rongga usus dan menyebabkan gejala abdomen akut.
2. Pada migrasi ektopik dapat menyebabkan masuknya cacing kedalam
apendiks, saluran empedu (duktus choledocus) dan ductus
pankreatikus.5,6

Bila cacing masuk ke dalam saluran empedu, terjadi kolik


yang berat disusul kolangitis supuratif dan abses multiple. Untuk
menegakkan diagnosis pasti harus ditemukan cacing dewasa dalam
tinja atau muntahan penderita dan telur cacing dengan bentuk yang
khas dapat dijumpai dalam tinja atau didalam cairan empedu
penderita melalui pemeriksaan mikroskopik.5,6

SCHISTOSOMIASIS

Schistosoma adalah salah satu penyakit infeksi parasit yang


disebabkan oleh cacing trematoda dari genus schistosoma (blood
fluke).

DISTRIBUSI GEOGRAFIS
S. mansoni – wilayah tropis dan subtropis sub-Saharan Africa,
the Middle East, South America and the Caribbean.

S. haematobium - terutama Afrika Utara, sub-Saharan Africa,


the Middle East, Turki, dan India.

S. japonicum – hanya di Asia, terutama Cina, Filipina,


Thailand, dan Indonesia.
S. intercalatum - hanya di Afrika Tengah dan Barat S. Mekongi
- terbatas di Laos and Kambodia

MORFOLOGI SIKLUS HIDUP


Cacing dewasa melekat didinding pembuluh darah dengan
menggunakan sucker; kopulasi permanent, hidup 5-7 tahun, dapat
sampai 30 tahun. Terdapat 3 spesies utama dan 2 spesies minor
menimbulkan infeksi pada manusia:
Schitosoma mansoni dan S. japonicum menimbulkan
komplikasi pada intestin dan hati; S. hematobium terutama
mengakibatkan gangguan ginjal danvesica urinaria, kadang-kadang
menyebabkan penyakit hati spesies minor : S. mekongi dan S.
intercalatum dapat menginduksi penyakit intestin dan hati.
Organisme berbentuk daun dan tidak bersegmen; panjang
cacing dewasa 1-2 cm, tubuh silindris, 2 terminal sucker, sebuah
traktus digestivus dan organ reproduksi; Dewasa ♂ mempunyai
gynaecophoric canal/channel dimana dewasa betina bertempat.
Dewasa ♀ memproduksi telur ratusan/ribuan tergantung
spesies → setelah ovum kontak dengan air → setiap ovum menetas
menjadi larva miracidium bercilia → mencari intermediate host
(keong, snail)
Setelah 4-6 minggu, miracidium multiplikasi secara
aseksual menjadi sporocyst → kemudian cercaria dengan
bifurcated tail → meninggalkan keong → mencari definitive host
→ schistosomula → menjadi cacing dewasa
Manusia (definitive host) : larva cercaria (fresh water, free
living) penetrasi kulit intact manusia → stadium schistosomula (ekor
dilepas) → migrasi ke pembuluh darah dan lymph → jantung dan
paru → pembuluh darah kapiler paru → sirkulasi arteri → a.
mesenterica, a. splanchnicus, v. portae → hati → matur jadi dewasa
selama 1-4 minggu
PATOFISIOLOGI
GAMBARAN KLINIS
Umumnya asimtomatik

Penderita non-imun (misal : wisatawan) → umumnya


simtom bersifat akut oleh karena respons imun lebih intensif
terhadap paparan parasit

Penderita didaerah endemis → infeksi khronis karena beban


penyakit tinggi (berulang-ulang terpapar infeksi)

Simtom lokal : karena menyerang organ spesifik sedangkan


simtom sistemik : antara lain fatigue

Simtom → early/dini dan late/akhir; intensitas klinis dan


patogenisitas bervariasi tergantung spesies dan strain geografis
parasit

Swimmer’s Itch, Simtom bersifat akut. Cercaria penetrasi


kulit manusia bisa asimptomatik, atau, menimbulkan reaksi berupa
dermatitis lokal (papula pruritus atau urticarial rash) dibagian tubuh
yang diinvasi oleh cercaria; umumnya di lengan bawah atau kaki.
Swimmer’s itch muncul 1 hari setelah terpapar cercaria; segera kulit
terasa gatal ditempat cercaria invasi→ 12 – 24 jam kemudian terjadi
reaksi papula pruritus → simtom berakhir > 1 minggu. Manifestasi
klinis tersebut umumnya didapatkan pada infeksi S. japonicum ; pada
infeksi S. hematobium jarang.

Katayama fever, merupakan reaksi hipersensitiftas sistemik


terhadap parasit bermigrasi; terjadi pada minggu ke-2 sd ke-8
setelah terpapar antigen schistosoma dan circulating immune
complex; antigen berasal dari telur schistosoma yang diproduksi pada
2 minggu pertama. Suatu manifestasi akut; sering didapatkan pada
infeksi S. mansoni dan S. Japonicum. Wisatawan dan penderita non-
imun sering menunjukkan simtom tersebut; umumnya karena
melakukan aktifitas : mandi di sungai/danau didaerah endemis, scuba
diving, water skiing, dan rakit. Simtom : mendadak demam,
menggigil, myalgia, arthralgia, batuk, diare, sakit kepala;
pemeriksaan fisik : lymphadenopathy, hepatosplenomegali →
simtom menghilang dalam beberapa minggu → namun bisa berlanjut
dengan kaku kuduk, coma, dan fatal; laboratorium : eosinofilia; chest
x-ray : infiltrasi sel-sel radang. Pada infeksi persisten : berat badan
menurun, dyspnea, diare kronik.

DIAGNOSIS
Ditemukan telur dalam tinja, urin, atau jaringan biopsy.

PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN


1. Piraziquantel, derivate pirazino-isokuinolon 40-60mg/KgBB sebagai
dosis tunggal yang efektif untuk semua spesies.
2. Oxaminiquine, komponen tetrahydroquinoloien yang efektif untuk
S. mansoni dengan dosis 30mg/kgBB dalam 2kali pemberian.
3. Metritonat, komponene organofosfat yang memblokir kerja dari
acetylcolin esterase sehingga cacing paralisis dan efektif unutk S.
hematobium dengan dosisi 10mg/kgBB dosis tunggal
4. Dengan pencegahan yaitu pengobatan masal keseluruh masayarakat,
perbaikan lingkungan hidup dan pemberantasan siput.
PROGNOSIS
Pada skistosomiasis akut, prognosis adalah dubia ad bonam,
sedangkan yang kronis, prognosis menjadi dubia ad malam.

STRONGILOIDIASIS

EPIDEMIOLOGI

Hidup di tanah Ditemukan pada daerah tropic dan subbtropik.


Menyerang segala usia dan semua jenis kelamin.
ETIOLOGI
Strongyloides stercoralis
FAKTOR RESIKO

1. Pasien HIV/AIDS
2. Pasien HTLV-1
3. Pasien dengan diare
4. Pasien dengan maligna dan/atau kondisi imunokompresi
5. Anak-anak

PATOFISIOLOGI

Bila larva filaform dalam jumlah besar menembus kulit,


timbul kelainan kulit yang dinamakan creeping eruption yang sering
disertai rasa gatal yang hebat. Cacing dewasa sebabkan kelainan
mukosa usus halus.

Gejala klinis:

1. Infeksi ringan: terjadi tanpa diketahui hospes


2. Infeksi sedang:
a) Rasa sakit seperti tertusuk pada epigastrium tengah dan tidak
menjalar
b) Mual
c) Muntah
d) Diare
e) Hiperinfeksi: cacing dewasa yang hidup sebagai parasit ditemukan
diseluruh traktus digestivus.
Diagnosis

a) Sering disertai infeksi berat (orang dewasa)


b) Tidak didapati edema dan fibrosis (anak)
c) Hiperinfeksi dan diseminasi ditemukan terputusnya pada mukosa
secara lengkap (nekrosis) tukak lambung, ileus paralitik
d) Pemeriksaan prasitologi:
a. Feses: larva rhabditiform S. stercoralis atau cacing dewasa dan
telur.

e) Pemeriksaan hematologi: peningkatan jumlah eosinophil perifer


f) Pemeriksaan imunologi: kadar IgE serum total meningkat
Penetalaksanaan

a) Thiabendazol 25 mg/kgBB/hr selama 2 hari.


a. Efektif pada 80-90% pasien dengan infeksi kronis tanpa komplikasi
b. Tidak berespon baik pada pasien yang kekebalan terganggu,
dianjurkan dosis tinggi sampai 50 mg/kgBB/hr
b) Albendazole dan mebendazole
a. Hasil sering tidak memuaskan
c) Sering dilakukan pemberian multiple
TAENIASIS

Taeniasis adalah penyakit zoonosis parasiter yang


disebabkan oleh cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia
(Taenia saginata, Taenia solium, dan Taenia asiatica) pada manusia.

TAENIA SAGINATA
Taenia saginata adalah cacing yang sering ditemukan di negara
yang penduduknya banyak makan daging sapi/kerbau. Infeksi lebih
mudah terjadi bila cara memasak daging setengah matang.
MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP

Cacing pita berukuran panjang 4-12 meter dan besar; terdiri


atas skoleks, leher, dan strobila yang merupakan rangkaian ruas
proglotid, sebanyak 1000-2000 buah.

Proglotid dewasa terlihat struktur alat kelamin 300-400 buah,


tersebar di bidang dorsal. Ovarium terdiri dari 2 lobus. Proglotid
gravid berisi 100.000 buah telur

GEJALA KLINIS

Mual, muntah dengan diare dan pusing, obstruksi usus dan


yang khas yaitu nyeri perut

DIAGNOSIS

Ditemukan proglottid yang aktif bergerak dalam tinja atau


keluar spontan yang ditemukan juga dengan telur didalam tinja atau
swab anus. Proglottid kemudian ditentukan jenisnya dengan larutan
laktofenol jenuh.

TAENIA SOLIUM
Taenia solium adalah cacing pita yang ditemukan di daging
babi. Penyakit ini ditemukan pada orang yang biasa memakan daging
babi khususnya yang diolah tidak matang. Penyebarannya
cosmopolitan. Berkembang dalam suatu keadaan yaitu cysticercosis
cellulosa yang dapat hidup di subkutan, mata, otak, jantung, hati,
paru dan organ perut. Khususnya dapat ditemukan didalam ventrikel
IV otak dan menyebabkan kematian.

MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP

Berukuran panjang 2-4 meter; terdiri atas skoleks, leher,


strobili 800-1000 ruas proglotid. Proglotid dewasa terlihat struktur
alat kelamin 150-200 buah. Proglotid gravid berisi 30.000-50.000
buah telur.

GEJALA

Mual, demam tinggi, miositis dank has yaitu nyeri kepala.

DIAGNOSIS

Ditemukan ekstipasi benjolan kemudian diperiksa dengan


pemeriksaan histopatologi anatomi, radiologis dengan CT-Scan dan
MRI, dan deteksi coproantigen pada tinja.
PENGOBATAN, PENCEGAHAN DAN PROGNOSIS
TAENIASIS 1. Niklosamid (yomesan)

Dewasa : 4tablet/2gr dosis tunggal

Anak : 11-34kg: dosis tunggal 2tablet 1gr.

>34kg: dosis tunggal 3tablet 1,5gr

2. Piraziqkuantel 10-20 mg/kgBB dosis tunggal

3. Pencegahan: masaklah makan atau daging sampai matang,


kebersihan diri dan lingkungan.

4. Prognosis: pada umumnya bonam kecuali jika terdapat komplikasi


berupa sistiserkosis.

Anda mungkin juga menyukai