Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
CACING TAMBANG
DEFINISI
Merupakan infeksi yang di sebabkan oleh cacing tambang (
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale ).
EPIDEMIOLOGI
Insiden ankilostomiasis di Indonesia sering ditemukan pada
penduduk yang bertempat tinggal di perkebunan atau pertambangan.
Cacing ini menghisap darah hanya sedikit namun luka-luka gigitan
yang berdarah akan berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan
dapat menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan buang air
besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat
penting dalam penyebaran infeksi penyakit ini (Gandahusada, 2000).
Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah
gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum 32ºC-38ºC. Untuk
menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai sandal atau
sepatu bila keluar rumah.
PATOFISIOLOGI
LINGKUNGAN
Penyakit cacingan biasanya terjadi di lingkungan yang
kumuh terutama di daerah kota atau daerah pinggiran (Hotes, 2003).
Sedangkan menurut Phiri (2000) yang dikutip Hotes (2003) bahwa
jumlah prevalensi Ascaris lumbricoides banyak ditemukan di daerah
perkotaan. Sedangkan menurut Albonico yang dikutip Hotes (2003)
bahwa jumlah prevalensi tertinggi ditemukan di daerah pinggiran
atau pedesaan yang masyarakat sebagian besar masih hidup dalam
kekurangan.
TANAH
Penyebaran penyakit cacingan dapat melalui
terkontaminasinya tanah dengan tinja yang mengandung telur
Trichuris trichiura, telur tumbuh dalam tanah liat yang lembab dan
tanah dengan suhu optimal ± 30ºC (Depkes R.I, 2004:18). Tanah liat
dengan kelembapan tinggi dan suhu yang berkisar antara25ºC-30ºC
sangat baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides sampai
menjadi bentuk infektif (Srisasi Gandahusada, 2000:11).Sedangkan
untuk pertumbuhan larva Necator americanus yaitu memerlukan
suhu optimum 28ºC-32ºC dan tanah gembur seperti pasir atau
humus, dan untuk Ancylostoma duodenale lebih rendah yaitu 23ºC-
25ºC tetapi umumnya lebih kuat (Gandahusada, 2000).
IKLIM
Penyebaran Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura
yaitu di daerah tropis karena tingkat kelembabannya cukup tinggi.
Sedangkan untuk Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
penyebaran ini paling banyak di daerah panas dan lembab.
Lingkungan yang paling cocok sebagai habitat dengan suhu dan
kelembapan yang tinggi terutama di daerah perkebunan dan
pertambangan (Onggowaluyo, 2002).
PERILAKU
Perilaku mempengaruhi terjadinya infeksi cacingan yaitu
yang ditularkan lewat tanah (Peter J. Hotes, 2003:21). Anak-anak
paling sering terserang penyakit cacingan karena biasanya jari-jari
tangan mereka dimasukkan ke dalam mulut, atau makan nasi tanpa
cuci
tangan (Oswari, 1991).
SOSIAL EKONOMI
Sosial ekonomi mempengaruhi terjadinya cacingan menurut
Tshikuka (1995) dikutip Hotes (2003) yaitu faktor sanitasi yang
buruk berhubungan dengan sosial ekonomi yang rendah.
STATUS GIZI
Cacingan dapat mempengaruhi pemasukan (intake),
pencernaan (digestif), penyerapan (absorbsi), dan metabolisme
makanan. Secara keseluruhan (kumulatif), infeksi cacingan dapat
menimbulkan kekurangan zat gizi berupa kalori dan dapat
menyebabkan kekurangan protein serta kehilangan darah. Selain
dapat menghambat perkembangan fisik,anemia, kecerdasan dan
produktifitas kerja, juga berpengaruh besar dapat menurunkan
ketahanan tubuh sehinggamudah terkena penyakit lainnya (Depkes
R.I, 2006).
ASKARIASIS
DEFINISI
Suatu infeksi pada usus yang disebabkan oleh suatu jenis
cacing besar, Ascaris lumbricoides.
MORFOLOGI DAN DAUR HIDUP
Seseorang dapat terinfeksi penyakit askariasis setelah secara
tidak sengaja atau tidak disadari menelan telur cacing. Telur menetas
menjadi larva di dalam usus seseorang. Larva menembus dinding
usus dan mencapai paru-paru melalui aliran darah. Larva tersebut
akhirnya kembali ke tenggorokan dan tertelan. Dalam usus, larva
berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing betina dewasa yang
dapat tumbuh lebih panjang mencapai 30 cm, dapat bertelur yang
kemudian masuk ke dalam tinja. Jika tanah tercemar kotoran
manusia atau hewan yang mengandung telur, maka siklus tersebut
dimulai lagi. Telur berkembang di tanah dan menjadi infektif setelah
masa 2-3 minggu, tetapi dapat tetap infektif selama beberapa bulan
atau tahun.1
EPIDEMOLOGI
Penyakit Ascariasis dapat ditemukan di seluruh dunia. Infeksi
terjadi dengan frekuensi terbesar di daerah tropis dan subtropis, dan
di setiap daerah dengan sanitasi yang tidak memadai. Ascariasis
adalah salah satu infeksi parasit pada manusia yang paling umum.
Sampai dengan 10% dari penduduk negara berkembang terinfeksi
cacing – dengan persentase besar disebabkan oleh Ascaris. Di
seluruh dunia, infeksi Ascaris menyebabkan sekitar 60.000 kematian
per tahun, terutama pada anak.1
Prevalensi tertinggi ascariasis adalah pada anak usia 2-10
tahun, dengan intensitas infeksi tertinggi terjadi pada anak usia 5-15
tahun yang memiliki infeksi simultan dengan cacing lain seperti
Trichuris trichiura dan cacing tambang. Sebuah studi terbaru
menemukan bahwa wanita dewasa Vietnam yang tinggal di daerah
pedesaan, terutama yang terkena tanah pada malam hari dan tinggal
di rumah tangga tanpa jamban, beresiko sangat tinggi untuk
ascariasis. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)
memperkirakan bahwa tingkat ascariasis di seluruh dunia pada 2005
adalah sebagai berikut: 86 juta kasus di Cina, 204 juta di tempat lain
di Asia Timur dan Pasifik, 173 juta di sub-Sahara Afrika, 140 juta di
India, 97 juta di tempat lain di Asia Selatan, 84 juta dalam bahasa
Latin Amerika dan Karibia, dan 23 juta di Timur Tengah dan Afrika
Utara.3
PATOFISIOLOGI
Seseorang dapat terinfeksi penyakit askariasis setelah secara
tidak sengaja atau tidak disadari menelan telur cacing. Telur menetas
menjadi larva di dalam usus seseorang. Larva menembus dinding
usus dan mencapai paru-paru melalui aliran darah. Larva tersebut
akhirnya kembali ke tenggorokan dan tertelan. Dalam usus, larva
berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing betina dewasa yang
dapat tumbuh lebih panjang mencapai 30 cm, dapat bertelur yang
kemudian masuk ke dalam tinja. Jika tanah tercemar kotoran
manusia atau hewan yang mengandung telur, maka siklus tersebut
dimulai lagi. Telur berkembang di tanah dan menjadi infektif setelah
masa 2-3 minggu, tetapi dapat tetap infektif selama beberapa bulan
atau tahun.1
SCHISTOSOMIASIS
DISTRIBUSI GEOGRAFIS
S. mansoni – wilayah tropis dan subtropis sub-Saharan Africa,
the Middle East, South America and the Caribbean.
DIAGNOSIS
Ditemukan telur dalam tinja, urin, atau jaringan biopsy.
STRONGILOIDIASIS
EPIDEMIOLOGI
1. Pasien HIV/AIDS
2. Pasien HTLV-1
3. Pasien dengan diare
4. Pasien dengan maligna dan/atau kondisi imunokompresi
5. Anak-anak
PATOFISIOLOGI
Gejala klinis:
TAENIA SAGINATA
Taenia saginata adalah cacing yang sering ditemukan di negara
yang penduduknya banyak makan daging sapi/kerbau. Infeksi lebih
mudah terjadi bila cara memasak daging setengah matang.
MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP
GEJALA KLINIS
DIAGNOSIS
TAENIA SOLIUM
Taenia solium adalah cacing pita yang ditemukan di daging
babi. Penyakit ini ditemukan pada orang yang biasa memakan daging
babi khususnya yang diolah tidak matang. Penyebarannya
cosmopolitan. Berkembang dalam suatu keadaan yaitu cysticercosis
cellulosa yang dapat hidup di subkutan, mata, otak, jantung, hati,
paru dan organ perut. Khususnya dapat ditemukan didalam ventrikel
IV otak dan menyebabkan kematian.
GEJALA
DIAGNOSIS