Anda di halaman 1dari 6

18

Tabel 3. Standar Penggunaan Herbisida Pada Perawatan TM


No Gulma Sasaran Nama merek Bahan Aktif Dosis / Ha Rotasi
Rumput-rumputan
1 Elang Glyphosate 0.500 L 3
daun lebar lunak
Rumput-rumputan
2 Starane Fluroxypyr 0.063 L 3
Dominan Mekania
Sumber : Standar Oprasional Prosedur (SOP) PT. MISP
2) Pemupukan
Pemupukan merupakan kegiatan pemeliharaan yang paling penting di
tanaman menghasilkan karena 40 – 60% biaya perawatan adalah pemupukan.
Penggunaan pupuk yang diberikan sangat berpengaruh baik terhadap
pertumbuhan vegetatif dan hasil produksi tandan buah segar tanaman kelapa
sawit. Pupuk yang digunakan pada tanaman menghasilkan (TM) ada dua jenis,
yaitu :
a. Pemupukan menggunakan pupuk Fosfat (P)
Pupuk Fosfat adalah pupuk yang bermanfaat memperbaiki struktur tanah
agar unsur hara yang ada didalam tanah dapat tersedia bagi tanaman dan hasil
produksi dapat meningkat. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pemupukan dengan
menggunakan jenis Fosfat alami yang mengandung P2O5 28%. Penggunaan
pupuk tersebut diberikan tergantung kondisi dan keperluan tanaman yang telah di
teliti oleh tim riset PT. MISP. Dosis yang digunakan 1,5 kg untuk 1 pohon
tanaman, pemberian pupuk tergantung dari umur tanaman. Hasil pemberian pupuk
Fosfat dapat dilihat dari kualitas buah, tanaman kelapa sawit yang diberi pupuk
Fosfat biasanya buah yang dihasilkan lebih berkualitas, tandan buah dan brondol
lebih besar serta memiliki kandungan minyak yang banyak. Kegiatan pemupukan
masih kurang pengawasan oleh mandor, karena setiap pupuk yang tumpah tidak
dipungut kembali.
19

Gambar 8. Pupuk Tumpah yang tidak dipungut


b. Pemupukan menggunakan pupuk (N)
Pupuk N adalah pupuk yang mengandung Nitrogen yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah besar. Hasil pengamatan pemupukan dengan kandungan N
46%, dilakukan dengan cara ditabur mengeliling tajuk tanaman, dengan dosis 1,25
kg untuk 1 tanaman. Pemberian pupuk menggunakan wadah yang disiapkan.
Kegiatan pemupukan dikerjakan oleh 6 orang karyawan pupuk yang diawasi 1
orang mandor, pupuk yang diberikan dengan cara ditabur masih kurang baik,
karena penaburan yang tidak merata dan pupuk N bersifat menguap sehingga
pupuk yang diberikan sedikit saja yang diserap oleh tanaman. Penaburan pupuk
yang dilakukan masih belum merata, tampak terlihat pada gambar dibawah pupuk
yang diberikan bertumpuk.

Gambar 9. Pemupukan tidak Merata


20

c. Pelepah yang tidak dipangkas


Pelepah yang tidak dipangkas pada tanaman kelapa sawit menyebabkan
tanaman menjadi rimbun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pelepah
yang tidak dilakukan pemangkasan biasanya ditemukan pada blok yang jauh dari
jalan utama, karena tidak terpantau oleh mandor dan karyawan. Pruning
seharusnya dilakukan pada setiap tanaman kelapa sawit agar produktivitas
tanaman dapat meningkat.

Gambar 10. Pohon tidak dilakukan Pruning


B. Pembahasan
1. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma secara kimia adalah pengendalian gulma dengan
menggunakan herbisida. Herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan
untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun
non selektif. Herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan
penggunaannya bisa pada saat gulma tumbuh subur dan mengganggu tanaman
utama. Keuntungan pengendalian gulma secara kimia adalah cepat dan efektif,
terutama untuk areal yang luas. Selain itu manfaat pengendalian ini
memungkinkan pembasmian hingga mencapai daerah perakaran, keadaan ini akan
mematikan gulma. Terdapat beberapa cara untuk pengendalian gulma di kebun
kelapa sawit, yaitu secara fisik-mekanis, biologis, kimiawi. Pengendalian gulma
secara mekanis adalah pengendalian gulma yang dilakukan dengan merusak fisik
atau bagian tubuh gulma sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat.
Pengendalian gulma secara fisik mekanis dilakukan dengan menggunakan
21

beberapa peralatan seperti cangkul, arit dan parang. Pengendalian gulma secara
biologis (hayati) dengan menggunakan organisme lain, seperti tanaman penutup
tanah Mucuna bracteata, pengendalian ini dapat menekan pertumbuhan gulma,
sehingga gulma tidak dapat tumbuh. Selain menekan pertumbuhan gulma tanaman
penutup tanah jenis kacangan juga berpengaruh baik terhadap tanah dan tanaman
utama karena tanaman jenis kacangan dapat bersimbiosis dengan bakteri
Rhizobium yang dapat mengikat nitrogen di udara. Pengendalian secara kimiawi
adalah pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimia, yang biasa disebut
herbisida.
Pengendalian yang banyak dilakukan yaitu dengan cara kimiawi
menggunakan herbisida karena penggunaan herbisida memiliki beberapa
keuntungan jika dibandingkan dengan teknik pengendalian yang lain. Keuntungan
dari penggunaan herbisida yaitu menekan pertumbuhan gulma, lebih ekonomis,
lebih efektif , menghemat tenaga kerja dan waktu.
Pengendalian gulma yang telah dilaksanakan di PT. MISP adalah
pengendalian dengan cara kimiawi, menggunakan herbisida Glyphosate dan
Fluroxypyr dengan penyemprotan. Penggunaan herbisida dengan alat
penyemprotan dapat diberikan secara langsung pada gulma yang dikendalikan,
pada piringan, jalan panen dan pada Tempat Penampungan Hasil (TPH).
Pengendalian yang dilakukan menggunakan 2 jenis herbisida yang dicampurkan,
yaitu herbisida Glyphosate dosis 0,500L/Ha (sistemik) dan Fluroxypyr dosis
0,063 L/Ha (sistemik), dengan mengunakan alat semprot berkapasitas 15 L.
Penyemprotan seharusnya tidak menggunakan herbisida sistemik, karena
herbisida sistemik dapat merusak akar tanaman kelapa sawit sehingga
pertumbuhan dan perkembangannya terganggu, mengingat usia tanaman kelapa
sawit yang sudah tua, maka pengendalian menggunakan herbisida sistemik
dianjurkan, karena herbisida yang disemprotkan pada gulma tidak terlalu
berpengaruh terhadap tanaman utama.
Rotasi penyemprotan seharusnya dilakukan 4 bulan sekali pada blok yang
sama dikarenakan kurangnya ketersediaan herbisida, pengendalian yang dilakukan
kurang efektif karena herbisida yang ada tidak cukup untuk mengendalikan gulma
disetiap blok, hal tersebut mengakibatkan blok yang jauh dari jangkauan tidak
22

terawat sehingga pada bagian gawangan, piringan, jalan panen dan TPH banyak
ditumbuhi gulma. Areal yang bersemak menyebabkan aktifitas panen terhambat
karena pemanen susah untuk berjalan dan memanen buah kelapa sawit sehingga
menurunkan hasil dan kualitas produksi. Menanggulangi permasalahan tersebut,
pihak perusahaan seharusnya lebih banyak mengerahkan karyawan untuk
melakukan pengendalian dengan cara manual, cara ini lebih efektif dilakukan
untuk sementara waktu menunggu adanya stok herbisida yang tersedia.
Keuntungan pengendalian gulma dengan cara manual atau penebasan biasanya
tanaman utama tidak rusak, karena tidak ada penggunaan bahan kimia yang
digunakan untuk pengendalian.
2. Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu usaha pemeliharaan tanaman untuk
menyediakan hara yang dibutuhkan oleh tanaman, agar produksi tanaman optimal
dan memuaskan. Pemupukan yang baik harus memenuhi persyaratan 4T, tepat
jenis, dosis, cara dan waktu. Pupuk yang diberikan ada dua jenis, yaitu pupuk
Nitrogen (N) dan Fosfor (P).
Pupuk N adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen 46%. Unsur
Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk N
berbentuk butiran kristal berwarna putih, merupakan pupuk yang mudah larut
dalam air dan sifatnya mudah menguap. Manfaat pupuk N terhadap tanaman
yaitu, membuat daun tanaman lebih hijau segar sehingga banyak mengandung
klorofil yang mempunyai peran penting dalam proses fotosintesis, pupuk N juga
dapat membantu mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pemberian pupuk N yang dilakukan di PT. MISP, menggunakan sistem tabur
mengelilingi tajuk tanaman, dengan dosis 1,5 kg/pohon.
Pupuk P biasa di sebut dengan nama pupuk Fosfat merupakan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar (hara makro). Pupuk Fosfat sangat
berguna bagi tanaman kelapa sawit karena berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan akar, mempercepat pembungaan dan pemasakan buah. Pemupukan
yang dilakukan menggunakan pupuk dengan merek dagang Fosfat Alami yang
mengandung P2O5N 28% yang diberikan dengan dosis 1,5 kg/pohon, pemberian
dosis pupuk tergantung umur tanaman, yang ditaburkan mengelilingi tajuk
23

tanaman. Beberapa faktor yang harus di perhatikan dalam melaksanakan


pemupukan dengan pupuk fosfat salah satunya penaburan pupuk ditajuk tanaman,
karena pupuk fosfat berasal dari batuan yang di haluskan sehingga pada saat
penaburan akan mengakibatkan debu, maka penaburan pupuk tidak boleh terlalu
kuat agar debu tidak terlalu banyak melayang, dan karyawan diwajibkan
menggunakan masker agar debu tidak terhirup.
Pemberian pupuk yang dilakukan kurang optimal karena masih banyak
pupuk yang diberikan sangkut diantara pelepah dan gulma serta penaburan tidak
merata, hal tersebut mengakibatkan pupuk yang diberikan tidak langsung jatuh
ketanah dan tanaman tidak bisa menyerap pupuk tersebut, dengan demikian
pemberian pupuk sia – sia dan tanaman kurang akan asupan unsur hara tambahan.
Piringan tanaman harus bersih sebelum melakukan pemupukan, agar bebas dari
gulma dan pelepah bekas pruning sehingga pada saat melakukan pemupukan,
pupuk yang diberikan bisa jatuh langsung ketanah sehingga pupuk tersebut dapat
larut didalam tanah dan dapat diserap oleh akar tanaman kelapa sawit.
3. Pelepah yang tidak dipangkas
Pelepah yang tidak dipangkas merupakan tanaman kelapa sawit yang
pertumbuhannya kurang baik. Pokok tidak dilakukan dipangkas memiliki pelepah
daun lebih banyak, hal tersebut menyebabkan tanaman kelapa sawit menurun
hasil produksinya dan proses pemanenan terhambat karena tandan buah sulit
diraih oleh pemanen. Kerugian yang ditimbulkan karena tidak dilakukannya
pemangkasan pelepah antara lain sirkulasi udara kurang, pencahayaan daun
bagian bawah kurang, menjadi sarang hama dan penyakit, kesulitan dalam
pemanenan dan dari segi pandangan tidak baik. Pelepah tidak dipangkas banyak
ditemukan di daerah blok yang jauh dari jangkauan mandor dan karyawan, karena
jalan rusak sulit diakses.

Anda mungkin juga menyukai