Anda di halaman 1dari 44

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Definisi Pariwisata
Menurut World Tourism Organization (WTO) (Pitana, 2009 dalam
Pengantar Ilmu Pariwisata), pariwisata adalah kegiatan seseorang yang bepergian
ke atau tinggal di suatu tempat di luar lingkungannya yang biasa dalam waktu
tidak lebih dari satu tahun secara terus menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun
tujuan lainnya.
Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan,
yang dimaksud pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan pemerintah daerah.
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai
wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan
pengusaha. ( Undang-undang No. 10 Tahun 2009 ).
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara.( Undang-undang No. 10 Tahun 2009 )
Secara umum pariwisata sebagai bagian dari kegiatan dalam sistem
perwilayahan dapat diidentifikasikan tiga unsur pembentuk terjadinya kegiatan
wisata yaitu :
a. Ruang merupakan tempat kegiatan wisata berlangsung dimana kondisi
fisik yang bersifat alami maupun binaan yang mempengaruhi
perkembangan wisata, sesuai dengan daya tarik wisata yang dimiliki.
Tingkat daya hubung antara lokasi wisata dengan sumber pasar juga
merupakan hal yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan
yang terjadi.

10
b. Manusia sebagai pelaku kegiatan wisata baik sebagai pengelola maupun
pemakai. Sebagai pemakai, wisatawan memiliki karakteristik yang akan
mempengaruhi perilaku wisatanya. Sebagai pengelola, produsen jasa
wisata ini juga memiliki perilaku yang berbeda karena faktor internal
maupun eksternalnya.
c. Prasarana dan sarana merupakan faktor penunjang yang menghubungkan
tempat asal wisatawan dan tujuan wisatanya.

2.1.2 Definisi Wisata Religi


Wisata religi adalah jenis produk wisata yang berkaitan erat dengan religi
atau keagamaan yang dianut oleh manusia. Wisata religi dimaknai sebagai
kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus bagi umat beragama,
biasanya berupa tempat ibadah, makam ulama atau situs-situs kuno yang memiliki
kelebihan. Misalnya dilihat dari sisi sejarah, mitos dan legenda atau budaya.
(Hasan, 2014)
Ziarah adalah kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berziarah yaitu kunjungan ke tempat
yang dianggap keramat atau mulia (seperti makam) untuk berkirim doa
(Daryanto,1997).
Wisata Ziarah adalah jenis wisata yang dikaitkan dengan agama,
kepercayaan ataupun adat istiadat dalam masyarakat. Wisata Ziarah dilakukan
baik perseorangan atau rombongan dengan berkunjung ke tempat-tempat suci,
makam-makam orang suci atau orang-orang terkenal dan pimpinan yang
diagungkan. Tujuanya adalah untuk mendapatkan restu, berkah, kebahagiaan dan
ketentraman. Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat
istiadat dan kepercayaan suatu kelompok orang ke tempat suci, ke makam-makam
orang besar, ke bukit, atau gunung yang dikeramatkan dan bersejarah.
(Hidayat,2013)
Pemahaman mengenai kegiatan ziarah ke tempat-tempat suci tidak hanya
sebagai wujud pelaksanaan ajaran agama semata, namun sudah menjadi budaya
rutin yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Terjadi suatu trend
perjalanan ziarah dikemas dalam suatu paket perjalanan wisata ziarah (pilgrim)
yang dapat membangkitkan aura ritual keagamaan ( Pendit,2002).

11
2.1.2.1 Contoh Wisata Religi di Luar Negeri
Salah satu contoh wisata religi di luar negeri yaitu Masjid Biru di Turki.
Kemegahan Masjid Biru sangat kental dengan kejayaan sejarah Islam pada masa-
masa terakhir. Bagaimana berdiri di Masjid ini kita akan dibawa ke masa dimana
Muhammad Al Fatih mengalahkan Konstantinopel dan menjadikan Istanbul
sengaja pusat peradaban Islam di Turki dan hingga saat ini masa kejayaan tersebut
masih menjadi kebanggaan tidak saja bagi warga muslim Turki tetapi juga umat
muslim dunia. (https://chanelmuslim.com, diakses pada tanggal 29 Agustus 2017).
Jika bertandang ke kawasan Sultan Ahmed Square maka penampakan
Masjid Biru akan sangat kuat sekali dan merupakan bangunan utama dikawasan
tersebut. Selain sebagai destinasi wisata, masjid ini tetap digunakan sebagai
sarana ibadah. Jadual pengunjung juga disesuaikan dengan waktu ibadah karena
Masjid Biruakan ditutup ketika tiba waktu shalat lima waktu selama 90 menit
setelah adzan namun untuk pengunjung muslim yang ingin menunaikan shalat
masih dapat masuk gerbangnya yang hanya ditutup sekitar jam 21.00 (ba’da isya)
dan sampai tiba waktu shubuh. Terdapat enam menara masjid yang menjulang
tinggi dimana pada waktu dahulu kala seorang muadzin harus naik ke atas menara
tersebut melalui tangga yang berbentuk spiral untuk mengumandangkan
adzan. Untuk saat ini panggilan adzan sudah bisa didengarkan melalui pengeras
suara yang mana suaranya dapat menjangkau seluruh wilayah kota tua Istanbul.
Namun pada jam-jam tertentu yang telah ditentukan, Masjid Biru ditutup hingga
besok waktu kerja berikutnya. Wisatawan harus menutup aurat untuk dapat
menikmati keindahan arsitektur masjid biru yang megah ini.Selain kaligrafi dan
keramik yang luar biasa tersebut, dalam perjalanan ke Turkey wisatawan dapat
menyaksikan hiasan lampu di Masjid Biru yang memiliki emas murni. Sehingga
tampilan dalam Masjid Biru semakin indah dengan ramai ratusan lampu yang
memberikan kemegahan pada masjid. Ada dua bagian di dalam masjid ini, bagian
tempat orang bershalat dan bagian shaf paling belakang digunakan untuk koridor
bagi wisatawan yang sekedar berkunjung dan mengambil foto keindahan interior
Masjid Biru. Kedua bagian ini dipisahkan oleh pagar pembatas pembatas pendek
yang terbuat dari kayu. Masjid ini terbuka bagi seluruh wisatawan (kecuali di
waktu shalat) baik Muslim ataupun non-Muslim, akan tetapi terdapat beberapa

12
aturan yang harus diperhatikan jika ingin masuk ke dalam bagian masjid ini salah
satunya adalah melepaskan alas kaki (sendal/sepatu) dan memasukkannya ke
dalam kantong plastik yang tersedia di pintu masuk, untuk pengunjung perempuan
diharuskan menggunakan kerudung untuk masuk ke dalam masjid.
(https://www.cheria-travel.com/, diakses pada tanggal 29 Agustus 2017).

(i) (ii)

(iii) (iv)

Gambar 3 (i) Masjid Al-Ahmed atau Masjid Biru di Turki (ii) Masjid Biru tampak atas
dengan 6 menaranya (iii)Masjid biru dilihat dari Sultan Ahmed Square (iv) Suasana di
dalam Masjid Biru

2.1.3 Definisi Wisata sejarah


Wisata sejarah (historic tourism) adalah salah satu bentuk wisata budaya.
Wisata budaya sendiri didefinisikan sebagai perjalanan yang dilakukan atas dasar
keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan mengadakan
kunjungan, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat, carahidup,
budaya dan seni suatu daerah (Hadinoto,1996) .Wisata sejarah berorientasi pada
objek-objek atau benda-benda bersejarah (Yoeti,1996;Pendit,2002).

13
Salah satu wisata sejarah yang menarik adalah Madurodam atau taman
miniatur di Belanda. Madurodam adalah sebuah kota miniatur yang terletak
di Scheveningen, Den Haag, Belanda. Kota ini adalah model dari sebuah kota
Belanda dalah skala 1:25, terdiri dari bangunan-bangunan khas Belanda dan
landmarks seperti yang ditemukan di berbagai lokasi di negara tersebut.Beragam
miniatur dan kisahnya tampak begitu nyata di Madurodam. Wisatawan dapat
melihat, menikmati, dan melakukan banyak hal. Madurodam menyampaikan
kisah tentang bangunan miniaturnya dalam presentasi multimedia, sehingga Anda
dapat lebih mengenal sejarah Belanda. (https://www.holland.com/id, diakses pada
tanggal 29 Agustus 2017)

(i)

Gambar 4 (i) Madurodam sebuah kota miniatur di Belanda

2.1.4 Sumber Daya Pariwisata


Sumber daya yang terkait dengan pengembangan pariwisata umumnya
berupa sumber daya alam dan sumber daya budaya, di samping sumber daya
manusia. Orang ataupun organisasi menggunakan sumber daya untuk beragam
kegiatan pariwisata. Misalnya, di tempat kerja operator pariwisata digunakan
sumber daya manusia (tenaga kerja), fasilitas dan peralatan (sumber daya fisik),
menyediakan atraksi budaya sebagai daya tarik wisata (sumber daya budaya), dan
menjual pemandangan alam sebagai atraksi wisata (sumber daya alam). Muaranya
sebenarnya sama, yaitu bagaimana menggunakan sumber daya, baik secara-

14
individual maupun kombinasinya untuk memuaskan keinginan wisatawan yang
beragam sesuai harapan. (Kartini,2011)
Menurut Depbudpar (2007) dalam Pengantar Ilmu Pariwisata, argumentasi
tentang sumber daya pariwisata dapat diperluas, termasuk berbagai faktor yang
tidak tercakup dalam konseptualisasi secara tradisional yang selalu dihubungkan
dengan sumber daya alam. Salahsatu karakteristik dari sumber daya pariwisata
adalah dapat dirusak dan dihancurkan oleh pemakaian yang tidak terkendali dan
kesalahan pengaturan (missmanagement).

A. Sumber Daya Alam


Elemen dari sumber daya, misalnya, air, pepohonan, udara, hamparan
pegunungan, pantai, bentang alam, dan sebagainya, tidak akan menjadi sumber
daya yang berguna bagi pariwisata kecuali semua elemen tersebut dapat
memuaskan dan memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karenanya, sumber daya
memerlukan intervensi manusia untuk mengubahnya agar bermanfaat. Unsur-
unsur alam sebenarnya bersifat netral sampai manusia mentransformasikannya
menjadi sumber daya. Hal ini juga dipengaruhi oleh budaya yang menentukan
siapa yang menggunakan sumber daya dan bagaimana sumber daya tersebut
digunakan. (Kartini, 2011)
Menurut Damanik dan Weber (2006) dalam Pengantar Ilmu Pariwisata,
sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata alam adalah :
a. Keajaiban dan keindahan alam (topografi)
b. Keragaman flora
c. Keragaman fauna
d. Kehidupan satwa liar
e. Vegetasi alam
f. Ekosistem yang belum terjamah manusia
g. Rekreasi perairan (danau, sungai, air terjun, pantai)
h. Lintas alam (trekking, rafting, dan lain-lain)
i. Objek megalitik
j. Suhu dan kelembaban udara yang nyaman
k. Curah hujan yang normal, dan lain sebagainya.

15
B. Sumber Daya Manusia
Berkaitan dengan sumber daya manusia dalam pariwisata, McIntosh,et al.,
(1995) (Pitana, 2009 dalam Pengantar Ilmu Pariwisata), memberikan gambaran
atas berbagai peluang karir dalam industri pariwisata yang memanfaatkan dan
digerakkan oleh sumber daya manusia, seperti di bidang transportasi, akomodasi,
pelayanan makanan dan minuman, shopping, travel, dan sebagainya. Secara garis
besar, karir yang dapat ditekuni di sektor pariwisata adalah sebagai berikut :
a. Airlines (maskapai penerbangan), merupakan salah satu industri
perjalanan yang menyerap dan menggunakan sumber daya manusia
dalam jumlah paling besar. Bagi masyarakat lokal airlines menyediakan
berbagai level pekerjaan, mulai dari level pemula sampai manager.
Contohnya agen pemesanan tiket, awak pesawat, pilot, mekanik, staf
pemeliharaan, penanganan bagasi, pelayanan makan dan minum di
pesawat (catering), agen tiket, peneliti, satpam, sampai tenaga pembersih.
b. Cruise companies. Peluang karir terbuka untuk posisi kantor perwakilan
dan penjualan, agen tiket, tenaga administrasi, direktur rekreasi,
akuntansi.
c. Hotel, motel, resort. Memerlukan tenaga general manager, controller,
akuntan, housekeeper, waiter, waitress.
d. Travel agency. Tenaga administrasi, penasihat travel, akuntan, ahli
computer.
e. Tourism education, memerlukan tenaga administrasi, pengajar.

C. Sumber Daya Budaya


Pariwisata budaya memberikan kesempatan kontak pribadi secara
langsung dengan masyarakat lokal dan kepada individu yang memiliki
pengetahuan khusus tentang suatu objek budaya. Tujuannya adalah memahami
makna suatu budaya dibandingkan dengan sekedar mendeskripsikan atau melihat
daftar fakta yang ada mengenai suatu budaya.
Sumber daya budaya yang bisa dikembangkan menjadi Daya Tarik Wisata
diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Bangunan bersejarah, situs, monumen, museum, galeri seni, situs budaya
kuno, dsb.

16
2) Seni & patung kontemporer, arsitektur, tekstil, pusat kerajinan tangan &
seni, pusat design, studio artis, industri film & penerbit, dsb.
3) Seni pertunjukan, drama, sendratari, lagu daerah, teater jalanan, eksibisi
foto, festifal, dan event khusus lainnya
4) Peninggalan keagamaan ( Pura, candi, masjid)
5) Kegiatan dan cara hidup masyarakat local, system pendidikan sanggar,
teknologi tradisional, cara kerja dan system kehidupan setempat.
6) Perjalanan ( trekking ) ke tempat bersejarah menggunakan alat transportasi
unik ( berkuda, dokar,cikar dsb )
7) Kuliner.

2.1.5 Jenis-jenis Wisata


Menurut Kartini (2011) Wisata berdasarkan jenis-jenisnya dapat dibagi ke
dalam dua kategori, yaitu :
1. Wisata Alam, yang terdiri dari:
a. Wisata Pantai (marine tourism), merupakan kegiatan wisata yang
ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing,
menyelam, dan olahraga air lainnya, termasuk sarana dan prasarana
akomodasi, makan dan minum.
b. Wisata Cagar Alam (ecotourism), merupakan wisata yang banyak
dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa
udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang (margasatwa) yang
langka, serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat
lain.
c. Wisata Buru, merupakan wisata yang dilakukan di negeri-negeri yang
memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan
oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.
d. Wisata Agro, merupakan jenis wisata yang mengorganisasikan
perjalanan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, dan ladang
pembibitan di mana wisata rombongan dapat mengadakan kunjungan
dan peninjauan untuk tujuan studi maupun menikmati segarnya
tanaman di sekitarnya.

17
2. Wisata Sosial-Budaya, yang terdiri dari :
a. Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, wisata ini termasuk
golongan budaya, monumen nasional, gedung bersejarah, kota, desa,
bangunan-bangunan keagamaan, serta tempat-tempat bersejarah lainnya
seperti tempat bekas pertempuran (battle fields) yang merupakan daya
tarik wisata utama di banyak negara.
b. Museum dan fasilitas budaya lainnya, merupakan wisata yang
berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan di suatu kawasan atau
daerah tertentu. Museum dapat dikembangkan berdasarkan pada
temanya, antara lain museum arkeologi, sejarah, etnologi, sejarah alam,
seni dan kerajinan, ilmu pengetahuan dan teknologi, industri, ataupun
dengan tema khusus lainnya.
c. Wisata Etnik (etnik tourism), merupakan perjalanan untuk
mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang
dianggap menarik.

2.1.6 Kawasan dan Obyek Wisata


A. Kawasan Wisata
Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau
budidaya (Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang).
Lebih lanjut dalam regulasi tersebut dijelaskan maksud daripada wilayah adalah
ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang
batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek
fungsional.
Adisasmita, 2007 (dalam Muhammad Ilyas, 2009) mencoba menjelaskan
maksud dari kawasan wisata dengan menelaah kedua komponen tersebut.
Kawasan adalah bentangan permukaan (alam) dengan batas-batas dan sistemnya
ditentukan berdasarkan aspek fungsional. Kawasan memiliki fungsi tertentu
(misalnya kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan pesisir pantai, kawasan
pariwisata, dan lain-lain). Wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi kawasan
wisata adalah bentangan permukaan yang dikunjungi atau didatangi oleh orang-

18
banyak (wisatawan) karena kawasan tersebut memiliki obyek wisata yang
menarik.
B. Obyek Wisata
Suwantoro, 1997 (dalam Muhammad Ilyas, 2009) menjelaskan bahwa
obyek wisata terdiri dari keindahan alam (natural amenities), iklim,
pemandangan, flora dan fauna yang aneh (uncommon vegetation and animals),
hutan (the sylvan elements), dan sumber kesehatan (health center) seperti sumber
air panas belerang, dan lain-lain. Disamping itu, obyek wisata yang diciptakan
manusia seperti kesenian, festival, pesta ritual, upacara perkawinan tradisional,
khitanan dan lain-lain semuanya disebut sebagai atraksi wisata (tourist attraction).
Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang
menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.
Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, dikelompokkan kedalam obyek dan
daya tarik wisata alam, wisata budaya, dan wisata minat khusus. Dalam penentuan
obyek wisata berdasarkan pada kriteria-kriteria antara lain :
1. Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah,
nyaman, dan bersih.
2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
3. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.
4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan
yang hadir.
5. Obyek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi, karena keindahan alam
pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.
6. Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik karena memiliki nilai
khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara adat, nilai luhur yang
terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa yang
lampau.
Sedangkan, Suryo (2012) menyatakan bahwa objek dan daya tarik wisata
adalah suatu bentukan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat
wisatawan atau pengungjung untuk dating ke suatu daerah atau ke tempat tertentu.
Daya Tarik yang tidak atau belum dikembangkan merupakan sumberdaya
potensial belum dapat disebut sebagai daya Tarik wisata sampai adanya suatu-

19
jenis pengembangan tertentu. Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi
kepariwisataan.
Menurut Suryo Objek dan daya tarik wisata dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) yaitu :
1) Objek Wisata Alam
Objek wisata alam adalah sumberdaya alam yang berpotensi serta
memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun
setelah ada usaha budi daya
2) Objek Wisata Sosial Budaya
Objek wisata sosial budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan
sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan
sejarah, situs arkeologi, upacara adat, kerajinan dan seni pertunjukan
3) Objek Wisata Minat Khusus
Objek wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru
dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan yang mempunyai
motivasi khusus.
2.1.7 Definisi Wisatawan
R.G Soekadijo, dalam bukunya “Anatomi Pariwisata” tahun 2000, Mereka
yang termasuk wisatawan adalah :
a) Orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang (pleasure)
karena alasan keluarga.
b) Orang yang melakukan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan /
sebagian utusan (ilmiah, administratif, diplomatik, keagamaan, atletik, dan
sebagainya).
c) Orang yang mengadakan perjalanan bisnis.
d) Orang yang datang dalam rangka pelayaran pesiar jika ia tinggal kurang
dari 24 jam.
Wisatawan adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan
perjalanan untuk tujuan wisata, seperti untuk berekreasi (pleasure), berbisnis
(business) maupun untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus yang lain
(special interest). Segmentasi wisatawan berdasarkan pada jenis-jenis perjalanan
diklasifikasikan berdasarkan pada lama waktu perjalanan, jarak yang ditempuh,

20
waktu musim melakukan perjalanan, jenis akomodasi yang dipilih, moda
transportasi yang digunakan dalam perjalanan, pengorganisasian perjalanan,
besarnya pengeluaran wisatawan dan kriteria yang lain yang terkait dengan
pembedaan jenis perjalanan. (Sunaryo, B.,2013:3)
Tabel 2
Karakteristik Perjalanan Wisatawan
Karakteristik Pembagian
Lama waktu perjalanan 1-3 hari
4-7 hari
8-28 hari
29-91 hari
92-365 hari
Jarak yang ditempuh (bias Dalam kota
digunakan kilometer/ mil) Luar Kota (satu propinsi)
Luar Kota (lain propinsi)
Luar negeri
Waktu melakukan perjalanan Hari Biasa
Akhir pecan/Minggu
Hari libur/Raya
Liburan Sekolah
Akomodasi yang digunakan Komersial (Hotel bintang/ non bintang)
Non komersial (rumah reman/saudara/keluarga)
Sumber : Diadaptasi dari Smith, 1989.

2.1.8 Klasifikasi Motif dan Tipe Wisata


Robert W. Macintosh (1972) dalam Yoeti (2008:113)
mengemukakan empat hal mengapa orang melakukan perjalanan wisata, yaitu:
1. Motivasi fisik
Orang-orang melakukan perjalanan wisata dengan tujuan
untuk mengembalikan keadaan fisik yang sudah lelah karena bekerja,
perlu beristirahat dan bersantai, melakukan kegiatan olahraga, agar
kembali semangat ketika masuk kerja.
2. Motivasi kultural
Orang-orang tergerak hatinya untuk melakukan perjalanan wisata
disebabkan ingin melihat dan menyaksikan tingkat kemajuan budaya suatu
bangsa, baik kebudayaan dimasa lalu maupun apa yang sudah dicapai
sekarang, adatistiadat, kebiasaan hidup (the way of life) suatu bangsa atau
daerah yang berbeda.

21
3. Motivasi personal
Orang-orang ingin melakukan perjalanan wisata karena ada keinginan
untuk mengunjungi sanak keluarga atau teman yang sudah lama tidak
bertemu.
4. Motivasi status dan prestise
Ada orang-orang tertentu yang beranggapan dengan melakukan
perjalanan wisata dapat meningkatkan status dan prestise keluarga,
menunjukkan mereka memilki kemampuan dibandingkan dengan orang
lain.
2.1.9 Komponen-komponen Wisata
Menurut Inskeep (1991:38), di berbagai macam literatur dimuat berbagai
macam komponen wisata. Namun ada beberapa komponen wisata yang selalu ada
dan merupakan komponen dasar dari wisata. Komponen-komponen tersebut
saling berinteraksi satu sama lain. Komponen-komponen wisata tersebut dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Atraksi dan kegiatan-kegiatan wisata. Kegiatan-kegiatan wisata yang
dimaksud berupa semua hal yang berhubungan dengan lingkungan alami,
kebudayaan, keunikan suatu daerah dan kegiatan-kegiatan lain yang
berhubungan dengan kegiatan wisata yang menarik wisatawan untuk
mengunjungi sebuah obyek wisata.
b. Akomodasi. Akomodasi yang dimaksud adalah berbagai macam hotel dan
berbagai jenis fasilitas lain yang berhubungan dengan pelayanan untuk para
wisatawan yang berniat untuk bermalam selama perjalanan wisata yang
mereka lakukan.
c. Fasilitas dan pelayanan wisata. Fasilitas dan pelayanan wisata yang
dimaksud adalah semua fasilitas yang dibutuhkan dalam perencanaan
kawasan wisata. Fasilitas tersebut termasuk tour and travel operations
(disebut juga pelayanan penyambutan). Fasilitas tersebut misalnya, restoran
dan berbagai jenis tempat makan lainnya, toko-toko untuk menjual hasil
kerajinan tangan, cinderamata, toko-toko khusus, toko kelontong, bank,
tempat penukaran uang dan fasilitas pelayanan keuangan lainnya, kantor
informasi wisata, pelayanan pribadi (seperti salon kecantikan), fasilitas-

22
pelayanan kesehatan, fasilitas keamanan umum (termasuk kantor polisi dan
pemadam kebakaran), dan fasilitas perjalanan untuk masuk dan keluar
(seperti kantor imigrasi dan bea cukai).
d. Fasilitas dan pelayanan transportasi. Meliputi transportasi akses dari dan
menuju kawasan wisata, transportasi internal yang menghubungkan atraksi
utama kawasan wisata dan kawasan pembangunan, termasuk semua jenis
fasilitas dan pelayanan yang berhubungan dengan transportasi darat, air, dan
udara.
e. Infrastruktur lain. Infrastruktur yang dimaksud adalah penyediaan air bersih,
listrik, drainase, saluran air kotor, telekomunikasi (seperti telepon, telegram,
telex, faksimili, dan radio).
f. Elemen kelembagaan. Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan
yang diperlukan untuk membangun dan mengelola kegiatan wisata,
termasuk perencanaan tenaga kerja dan program pendidikan dan pelatihan;
menyusun strategi marketing dan program promosi; menstrukturisasi
organisasi wisata sektor umum dan swasta; peraturan dan perundangan yang
berhubungan dengan wisata; menentukan kebijakan penanaman modal bagi
sektor publik dan swasta; mengendalikan program ekonomi, lingkungan,
dan sosial kebudayaan.
Menurut Gunn (1988) ada beberapa komponen yang sangat penting bagi
perencanaan sebuah wisata. Komponen-komponen tersebut seperti dijelaskan
sebagai berikut :
1. Pasar (Markets)
2. Atraksi (Attractions)
3. Fasilitas Pelayanan (Services Facilities)
4. Transportasi (Transportation)
5. Promosi Informasi (Information Promotion)
6. Keterkaitan/Ketergantungan (Interdependence)
Suyitno (2001) mengemukakan bahwa ada 9 (sembilan) komponen
pembentuk kegiatan wisata, yaitu :

23
1. Sarana Transportasi
Sarana transportasi berkaitan erat dengan mobilisasi wisatawan. Dalam
perkembangan pariwisata dewasa ini alat transportasi tidak hanya dipakai
sebagai sarana untuk membawa wisatawan dari satu tempat ke tempat lain
saja, namun juga digunakan sebagai atraksi wisata yang menarik. Sebagai
komponen wisata, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
sehubungan dengan sarana transportasi ini, antara lain : jenis, fasilitas,
biaya, lokasi, dan lain-lain.
2. Sarana akomodasi
Sarana akomodasi dibutuhkan apabila wisata diselenggarakan dalam
waktu lebih dari 24 jam dan direncanakan untuk menggunakan sarana
akomodasi tertentu sebagai tempat menginap. Akomodasi sebagai
komponen wisata memiliki berbagai jenis, mulai dari home stay, losmen,
motel, youth hostel, hotel melati hingga hotel berbintang. Untuk
menempatkannya sebagai bagian dari suatu wisata, maka perlu
diperhatikan beberapa hal, antara lain : jenis, fasilitas, harga, lokasi, dan
lain-lain.
3. Sarana makan dan minum/restauran
Dilihat dari lokasinya, ada restoran yang berada di hotel dan menjadi
bagian atau fasilitas hotel yang bersangkutan. Ada pula restoran yang
berdiri sendiri secara independent. Dimana pun restoran itu berada, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: jenis atau kelas, menu,
fasilitas, harga, lokasi, dan lain-lain.
4. Objek dan atraksi wisata
Objek dan atraksi wisata dapat dibedakan atas dasar asal-usulnya yang
menjadi karakteristik objek atau atraksi tersebut, yaitu : objek atau atraksi
wisata yang bersifat alami, buatan manusia serta perpaduan antara buatan
manusia dan keadaan alami. Selain itu objek dan atraksi wisata dapat pula
dibedakan menurut bentuknya, sehingga dikenal : objek wisata alam,
budaya, agama, dan lain-lain. Karena kebanyakan tujuan berwisata adalah
untuk bersenang-senang, maka objek dan atraksi wisata ini paling dominan
mewarnai kualitas wisata yang diselenggarakan. Untuk itu perlu-

24
diperhatikan beberapa hal, antara lain: daya tarik, lokasi, fasilitas, biaya
dan kemudahan-kemudahan lainnya.
5. Sarana hiburan (entertainment dan amusement)
Hiburan pada hakikatnya merupakan salah satu bentuk atraksi wisata.
Hiburan tersebut dapat bersifat massal, digelar untuk masyarakat umum,
dan bahkan melibatkan masyarakat secara langsung serta tidak adanya
pungutan biaya bagi yang menikmatinya. Hiburan macam ini disebut
amusement. Akan tetapi ada pula hiburan yang digelar secara khusus dan
ada pula hiburan yang digelar secara khusus dipersiapkan untuk
penyelenggaraan hiburan tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
memasukkan hiburan sebagai komponen wisata antara lain : daya tarik,
kapasitas, fasilitas, lokasi, dan biaya.
6. Toko cinderamata (souvenir shop)
Komponen wisata ini erat kaitannya dengan oleh-oleh atau kenang-
kenangan dalam bentuk barang tertentu. Barang-barang yang dijual
biasanya memiliki ciri khusus sesuai dengan kondisi daerah tempat toko
cinderamata tersebut berada. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk-
komponen ini antara lain : jenis barang, kapasitas, lokasi, harga dan
kualitas.
7. Pramuwisata dan pengatur wisata (guide dan tour manager)
Pramuwisata dan pengatur wisata, kedua-duanya merupakan petugas purna
jual yang bertindak sebagai wakil perusahaan yang mengelola wisata
untuk membawa, memimpin, memberi informasi, dan layanan lain kepada
wisatawan sesuai dengan acara yang telah disepakati. Dalam kaitannya
dengan penyelanggaraan wisata, maka pramuwisata dapat dibedakan
menjadi dua :
a. Tour guide, yaitu pramuwisata yang bertugas memandu wisatawan
dari awal keberangkatan hingga kembali lagi ke tempat semula.
b. Lokal guide, yaitu pramuwisata yang bertugas memandu wisatawan
hanya di objek-objek tertentu saja.
Pada jenis wisata tertentu, selain melibatkan pramuwisata diperlukan juga
pengatur wisata. Secara organisatoris, pengatur wisata memiliki

25
kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pramuwisata. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan untuk kedua komponen tersebut antara lain :
keahlian, jenis, dan biaya.
8. Pengemudi
Pengemudi merupakan komponen penting dalam sebuah tur, terutama
selama dalam perjalanan (on board). Pengemudi harus mendapat perhatian
khusus, sebab apapun dapat terjadi dalam perjalanan. Adapun komponen
penting lain yang menyertai driver adalah co-driver. Dalam tur tertentu,
pengemudi dapat pula berperan sebagai guide (pemandu wisata) yang
biasa disebut driver guide. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan
untuk pengemudi antara lain adalah : keahlian, pengalaman, pengenalan
medan atau rute tur, serta tarif dan tip.
9. Parkir
Tempat parkir adalah bagian yang tidak dipisahkan dari objek dan atraksi
wisata. Atraksi yang menarik boleh jadi hanya dapat dinikmati sepintas
saja (sight seeing) apabila tidak tersedia tempat parkir. Beberapa faktor-
yang perlu diperhatikan berkaitan dengan tempat parkir adalah lokasi,
kapasitas, fasilitas, waktu beroperasi, dan tarif.
Menurutnya kesembilan komponen tersebut diatas tidak selamanya selalu
dilibatkan dalam penyelenggaraan sebuah wisata, tergantung pada kondisi wisata
yang diselenggarakan, baik menyangkut jenis dan harganya.

2.1.10 Unsur-Unsur Kegiatan Wisata


Dalam sebuah kegiatan wisata harus tersedia unsur-unsur kegiatan wisata
yang terkait satu sama lain dan saling ketergantungan. Unsur-unsur tersebut
memiliki hubungan yang saling ketergantungan untuk menghasilkan pengalaman
berwisata yang memuaskan dari para wisatawan. Beberapa ahli berpendapat
bahwa keberadaan unsur-unsur tersebut sangat penting. Sammeg (2000) dalam
Hayati (2001) menjelaskan bahwa unsur pokok pembentuk kegiatan pariwisata
menurutnya adalah :
1) Daya tarik wisata, merupakan sesuatu yang menarik dan menyebabkan
wisatawan berkunjung ke suatu tempat/daerah/Negara. Daya tarik ini terbagi
kedalam 3 (tiga) kelompok besar yaitu objek wisata alam, buatan dan budaya.

26
Objek wisata alam meliputi ; laut, pantai, gunung, gunung berapi, danau,
sungai, flora, fauna, kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam, dan
lain-lain. Objek wisata budaya meliputi upacara kelahiran, tari-tarian, musik,
pakaian adat, perkawinan adat, upacara panen, cagar budaya, bangunan
bersejarah, festival budaya, kain tenun, adat istiadat, museum, dan lain-lain.
Sedangkan objek wisata buatan meliputi sarana dan fasilitas olahraga,
permainan, hiburan, ketangkasan, kegemaran, kebun binatang, taman
rekreasi, taman nasional, dan lain-lain.
2) Kemudahan, maksudnya adalah kemudahan dalam memperoleh informasi,
mengurus dokumen perjalanan, membawa uang atau barang dan sebagainya.
3) Aksesibilitas, maksudnya adalah kelancaran seseorang dalam melakukan
perpindahan dari satu tempat ketempat lainnya, misalnya sarana transportasi
baik untuk transportasi darat, laut maupun udara.
4) Akomodasi, merupakan semua jenis sarana yang menyediakan tempat
penginapan bagi seseorang yang sedang dalam perjalanan yang meliputi
hotel, motel, wisma, pondok wisata, villa, apartemen, caravan, perkemahan,
kapal pesiar, pondok remaja, dan sebagainya.
5) Jasa boga, tempat yang menyediakan makanan dan minuman bagi wisatawan.
Terbagi kedalam 2 bagian yaitu restoran dan rumah makan.
Mc Intosh (1996) dalam Holden (2001) mengemukakan bahwa unsur
pembentuk pariwisata adalah :
1) Sumber daya alam yang meliputi iklim, pantai, kawasan lindung, taman
wisata, dan danau
2) Infrastruktur yang meliputi jalan, bandara dan telepon
3) Transportasi yang meliputi kendaraan baik itu kereta api maupun pesawat
udara
4) Budaya setempat misalnya keramahtamahan dan sapaan
Pendit (1999) mengemukakan bahwa ada sepuluh unsur pokok pariwisata
adalah :
1) Politik pemerintah, maksudnya adalah sikap pemerintah tersebut terhadap
kunjungan wisatawan ke negeri tersebut. Unsur ini terdiri dari 2 bagian yaitu
politik pemerintah yang langsung maupun yang tidak langsung. Politik-

27
pemerintah yang langsung adalah sikap pemerintahnya yang langsung
mempengaruhi terhadap perkembangan pariwisata di negeri tersebut,
sedangkan yang tidak langsung adalah keadaan atau situasi dan kondisi baik
itu sosial, ekonomi, maupun politik yang secara tidak langsung
mempengaruhi perkembangan pariwisata.
2) Perasaan ingin tahu, merupakan dasar yang paling hakiki yang melahirkan
pariwisata adalah perasaan manusia yang selalu ingin mengetahui segala
sesuatu selama hidupnya.
3) Sifat ramah tamah, sifat ini merupakan faktor potensial dalam pengembangan
pariwisata.
4) Jarak dan waktu (aksesibilitas), dewasa ini jarak dan waktu tidak lagi menjadi
persoalan. Ketepatan, kecepatan dan kelancaran merupakan hal yang dapat
mengurangi waktu tempuh yang dipergunakan.
5) Atraksi, merupakan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk
dikunjungi dan dilihat. Atraksi ini meliputi panorama keindahan alam,
gunung, lembah, gua, danau, air terjun, pantai, cuaca, dan lain-lain.
6) Akomodasi, merupakan unsur yang dengan sendirinya dibutuhkan dan
merupakan rumah sementara bagi para wisatawan, yang terdiri dari hotel,
penginapan melati, mess, griyawisata, losmen, pondok remaja, dan
perkemahan.
7) Pengangkutan, syarat-syarat tertentu dalam pengangkutan meliputi jalan yang
baik, lalu lintas yang lancar, alat yang cepat.
8) Harga-harga, dalam menentukan harga-harga baik itu ongkos, transportasi,
akomodasi, souvenir, dan lain-lain tidak melebihi harga standar.
9) Publisitas dan promosi, maksudnya adalah kampanye atau propaganda
kepariwisataan yang didasarkan atas rencana atau program yang teratur atau
kontinyu.
10) Kesempatan berbelanja, maksudnya adalah kesempatan untuk membeli
barang-barang atau oleh-oleh untuk dibawa ketempat asal.

28
2.1.11 Dampak Ekonomi Pariwisata
Cohen dalam (Pitana dan Diarta, 2009), secara teoritis mengemukakan
dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal
dikelompokan ke dalam delapan kelompok, yaitu:
1. Dampak terhadap penerimaan devisa
2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat
3. Dampak terhadap kesempatan kerja
4. Dampak terhadap harga dan tarif
5. Dampak terhadap distribusi manfaat keuntungan
6. Dampak terhadap kepemilikan dan pengendalian
7. Dampak terhadap pembangunan
8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah
Menurut Robert Cristie Mill (1990), Secara ringkas kegiatan pariwisata
dapat memberikan dampak positif atau negatif di bidang ekonomi:
Dampak positif :
1) Terbuka lapangan pekerjaan baru
2) Meningkatkan taraf hidup dan pendapatan masyarakat
3) Meningkatkan nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang asing
4) Membantu menanggung beban pembangunan sarana dan prasarana
setempat
5) Meningkatkan kemampuan manajerial dan keterampilan masyarakat yang
6) memacu kegiatan ekonomi lainnya.
Dampak negatif :
1) Meningkatkan biaya pembangunan sarana dan prasarana
2) Meningkatkan harga barang-barang lokal dan bahan-bahan pokok
3) Peningkatan yang sangat tinggi tetapi hanya musiman, sehingga
pendapatan masyarakat naik dan turun
4) Mengalirnya uang keluar negeri karena konsumen menuntut barang-
barang impor untuk bahan konsumsi tertentu.
Baik secara langsung atau tidak, kegiatan pariwisata yang terjadi di suatu
daerah atau wilayah akan memberikan dampak terhadap masyarakat yang tinggal-

29
di daerah atau wilayah tersebut. Dampak yang ditimbulkan meliputi dampak fisik,
ekonomi, dan sosial.
Menurut Yoeti (2008), bahwa terdapat faktor penting dalam pembangunan
ekonomi suatu negara yang disebabkan akibat adanya kegiatan pariwisata,
diantaranya adalah:
1. Peningkatan kegiatan perekonomian sebagai akibat dibangunya prasarana
dan sarana demi pengembangan pariwisata sehingga memungkinkan orang
orang melakukan aktivitas ekonominya dari suatu tempat ke tempat
lainnya,baik dalam satu wilayah negara tertentu, maupun dalam kawasan
internasional pun.
2. Meningkatkan industri-industri baru yang erat kaitannya dengan
pariwisata;
3. Meningkatkan hasil pertanian dan peternakan untuk kebutuhan hotel dan
restoran;
4. Meningkatkan permintaan terhadap handicraft, souvenir goods, art
painting, dan lain-lain;
5. Memperluas barang-barang lokal untuk lebih dikenal oleh dunia
internasional termasuk makanan dan minuman;
6. Meningkatkan perolehan devisa negara sehinga mengurangi beban deficit
neraca pembayaran;
7. Memberikan kesempatan berusaha, kesempatan kerja, peningkatan
penerimaan pajak bagi pemerintah, dan peningkatan pendapatan nasional;
8. Membantu membangun daerah-daerah terpencil yang selama ini tidak
tersentuh pembangunan;
2.1.12 Dampak Sosial-Budaya Pariwisata Tehadap Lingkungan
Menurut Gee (1997) dalam Sunaryo (2013) ada berbagai kemungkinan
pemicu terjadinya dampak positif maupun negative yang diakibatkan oleh
aktivitas kepariwisataan terhadap lingkungan sosial budaya masyarakat di suatu
destinasi. Berbagai faktor pemicu terjadinya dampak kepariwisataan adalah
berbagai aspek kegiatan yang terkait dengan kepariwisataan sebagai berikut :
1. Menggunakan budaya sebagai tempat atraksi wisata
2. Pola interaksi penduduk dengan wisatawan

30
3. Perubahan mata pencaharian dari kepariwisataan dan struktur
perekonomian yang bisa menyebabkan perubahan tatanan sosial
4. Pembangunan berbagai fasilitas kepariwisataan
5. Peningkatan populasi di destinasi yang didorong oleh kegiatan dan usaha
kepariwisataan.
Lebih jelasya mengenai dampak sosial-budaya pariwisata terhadap
lingkungan dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3
Dampak Sosial-Budaya Pariwisata Terhadap Lingkungan
Kegiatan Yang
Dampak Positf Dampak Negatif
Berhubungan Dengan
Kepariwisataan
 Meningkatkan apresiasi  Mengubah aktifitas dan
Pemanfaatan nilai budaya
terhadap budaya lokal dan kesenian tradisional untuk
setempat sebagai atraksi
identitas suatu etnis memenuhi kebutuhan
wisata
 Revitalisasi bahasa dan nilai wisatawan
kesenian tradisional  Mengganggu aktifitas adat
 Konservasi peninggalan nilai dan tradisi
budaya lokal yang jika tidak  Mengganggu kebebasan
dilakukan dapat tergusur oleh pribadi
laju moderenisasi
 Berkembangnya Museum,
teater, dan fasilitas budaya
lainnya
 Membangun kebanggaan
budaya sendiri bagi penduduk
lokal
 Membangun kebanggan
terhadap budaya sendiri bagi
penduduk lokal
Pola interaksi penduduk  Menggugurkan streotipe  Menimbulkan streotip
dengan wisatawan negative negative
 Meningkatkan akses dan  Meningkatan komersialisme
mobilitas sosial masyrakat  Masuknya berbagai penyakit
 Membagikan peluang baik medis maupun sosial
pertukaran kebudayaan antar
penduduk lokal dengan
wisatawan
Perubahan mata pencahrian  Kesempatan sosial dan  Ketegangan dan konflik
dan struktu perekonomian perekonomianyang baru masyarakat
masyarakat dapat mengurangi  Meningkatkan kesenjangan
kesenjangan sosial sosial
 Meningkatkan taraf dan
kualitas hidup masyarakat
Intensitas Pembangunan  Meningkatkan peluang reaksi  Kehilangan akses ke suatu
Fasilitas Wisata tempat dan aktifitas rekreasi
Peningkatan Populasi berasal  Perbaikan kualitas hidup  Ramai dan macet
dari wisatawan dan (kesehatan, pendidikan, dan  Peningkatan kriminalitas
pembangunan terkait fasilitas lainnya)
Sumber : Adaptasi dari Gee (1997)

31
2.1.13 Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata
Kebijakan pariwisata memberikan filsafat dasar untuk pembangunan dan
menentukan arah pengembangan pariwisata di destinasi tersebut untuk masa
depan. Sebuah destinasi dapat dikatakan akan melakukan pengembangan wisata
jika sebelumnya sudah ada aktivitas wisata. Dalam pelaksanaan pengembangan,
perencanaan merupakan faktor yang perlu dilakukan dan dipertimbangkan.
Menurut Inskeep (1991:29) (dalam Marseilla 2006), terdapat beberapa
pendekatan yang menjadi pertimbangan dalam melakukan perencanaan
pariwisata, diantaranya:
1. Continous Incremental, and Flexible Approach, dimana perencanaan
dilihat sebagai proses yang akan terus berlangsung didasarkan pada
kebutuhan dengan memonitor feed back yang ada.
2. System Approach, di mana pariwisata dipandang sebagai hubungan sistem
dan perlu direncanakan seperti dengan tehnik analisa sistem.
3. Comprehensive Approach, berhubungan dengan pendekatan sistem diatas,
dimana semua aspek dari pengembangan pariwisata termasuk didalamnya
institusi elemen dan lingkungan serta implikasi sosial ekonomi, sebagai
pendekatan holistik. sebagai pendekatan holistik.
4. Integrated Approach, berhubungan dengan pendekatan sistem dan
keseluruhan dimana pariwisata direncanakan dan dikembangkan sebagai
sistem dan keseluruhan di mana pariwisata direncanakan dan
dikembangkan sebagai sistem yang terintegrasi dalam seluruh rencana dan
total bentuk pengembangan pada area.
5. Environmental and sustainable development approach, pariwisata
direncanakan, dikembangkan, dan dimanajemeni dalam cara dimana
sumber daya alam dan budaya tidak mengalami penurunan kualitas dan-
diharapkan tetap dapat lestari sehingga analisa daya dukung lingkungan
perlu diterapkan pada pendekatan ini.
6. Community Approach, pendekatan yang didukung dan dikemukakan juga
oleh Peter Murphy (1991) menekankan pada pentingnya memaksimalkan
keterlibatan masyarakat lokal dalam perencanaan dan proses pengambilan
keputusan pariwisata, untuk dapat meningkatkan yang diinginkan dan

32
kemungkinan, perlu memaksimalkan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan dan manajemen yang dilaksanakan dalam pariwisata dan
manfaatnya terhadap sosial ekonomi.
7. Implementable Approach, kebijakan pengembangan pariwisata, rencana,
dan rekomendasi diformulasikan menjadi realistis dan dapat diterapkan,
dengan tehnik yang digunakan adalah tehnik implementasi termasuk
pengembangan, program aksi atau strategi, khususnya dalam
mengidentifikasi dan mengadopsi.
8. Application of systematic planning approach, pendekatan ini diaplikasikan
dalam perencanaan pariwisata berdasarkan logika dari aktivitas. Goals
biasanya termasuk aspek-aspek.

2.1.14 Pengertian Smart Tourism


Seiring dengan kemajuan teknologi Dalam pengembangan wisata sosial-
budaya di Kawasan Straegis Banten Lama penulis mencoba menerapkan konsep
smart tourism dalam pengembangannya. Secara etimologi menurut Kamus
Bahasa Inggris, kata Smart berarti pintar. Sedangkan ditinjau dari segi ekonomi,
pariwisata (dalam bahasa asingnya tourism) adalah meliputi berbagai macam
usaha bisnis, besar maupun kecil. Selanjutnya istilah pariwisata menurut Institute
of tourism in Britain (sekarang tourism Society in Britain) di tahun 1976
merumuskan pariwisata adalah :
“Kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke
tempat tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-harinya
serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan
tersebut; ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk
kunjungan seharian atau darmawisata/ ekskursi.”
Smart tourism dapat diartikan sebagai pariwisata pintar atau bijaksana.
Dalam konsep smart tourism di sini merupakan salah satu corak pengembangan
creative tourism. Dalam creative tourism, tour operator baik pemerintah,swasta,
maupun masyarakat itu sendiri) akan mengedepankan network dengan masyarakat
lokal yang terlibat langsung dalam atraksi budaya. (Mahendro, 2014).
Pada era modernisasi dan globalisasi seperti saat ini, merupakan suatu
kewajiban untuk mengoptimalkan industri pariwisata dengan memanfaatkan

33
teknologi. Apalagi ketika berbicara tentang smart tourism. Kata teknologi seakan
menjadi hal yang selalu bersinggungan dengan konsep itu. Besarnya pengguna
gadget dan internet bisa dijadikan pintu masuk pemerintah daerah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik dan peningkatan ekonomi daerah. Pada
bidang pariwisata, selain fokus dalam perbaikan infrastruktur, peluang kemajuan
teknologi dijadikan ujung tombak untuk mendongkrak nilai pariwisata daerah.
Dalam pewujudan smart tourism, terdapat tiga komponen dan layer utama.
Pertama adalah Smart Experience yang memberikan pengalaman lebih bagi
pengunjungnya, misalnya update informasi terbaru, dan sebagainya. Kedua adalah
Smart Business Ecosystem tentu saja industri pariwisata tidak lepas dari urusan
bisnis, sehingga pelaksanaannya harus ramah investor. Ketiga adalah Smart
Destination selain meningkatkan pengalaman pengguna, destinasi wisata pun
harus mampu menawarkan nilai lebih yang membedakannya dengan tempat yang
lain. Ketiga elemen di atas sama-sama menghasilkan dan menggunakan data yang
berpola: pengumpilan, pertukaran, dan pemrosesan.
Piranti ICT serta aplikasi yang bisa diakses secara luas juga
memungkinkan industri pariwisata untuk menjadi semakin pintar. Artinya, pihak-
pihak terkait mesti ikut meningkatkan performa serta tingkat persaingan satu
destinasi wisata dengan destinasi wisata yang lain. Terdapat perputaran informasi
yang begitu deras di sisi bisnisnya. Hal itu akan berdampak pada strategi
marketing, manajemen usaha, maupun standar pelayanan terhadap wisatawan.

(i)

Gambar 5 (i) Salah satu penerapan smart tourism melalui ICT

34
Contoh smart tourism yang dikembangkan kota- kota di negara luar,
adalah Seoul Korea Selatan yang menyediakan fasilitas free-wifi
dan smartphone untuk para wisatawan, atau Sunmoon Lake Taiwan yang
menyediakan informasi tentang bus wisata berdasarkan lokasi menggunakan
ICT. Kota Barcelona memanjakan wisatawan yang berkunjung dengan
menyediakan halte bus interaktif tidak hanya memberikan informasi objek-objek
wisata dan jadwal bus, tetapi juga port USB untuk pengisian daya. Barcelona pun
menyediakan fasilitas peminjaman sepeda yang bisa dimanfaatkan wisatawan di
seluruh penjuru kota dan bisa dilacak dengan aplikasi smartphone. Contoh lain di
Brisbane misalnya memasang 100 petunjuk di tempat-tempat yang menarik
sebagai alat komunikasi dan informasi wisatawan melalui aplikasi mobile pada
radius tertentu, atau Jeju Island yang telah mendeklarasikan sebagai pusat smart
tourism menggunakan inovasi teknologi untuk menyampaikan informasi tentang
kepariwisataan pada wisatawan. Sedangkan contoh pemanfaatan ICT dalam dunia
pariwisata adalah E-Hotel, E-Resto, E-Transport, E-Show, dan E-Tours. Dimana
penyuplai informasi tersebut berasal dari industri penginapan, travel agent,
transportasi, pelayanan area publik dan event festival.

(i) (ii)

Gambar 6 (i), (ii) smart tourism Barcelona

35
2.2 Kebijakan
2.2.1 UU No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Menurut UU No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pada prinsipnya
keseluruhan kebijakan penyelenggaraan kepariwisataan di Indonesia harus
mendasarkan diri pada prinsip dan kaidah yang terdapat pada undang-undang
kepariwisataan tersebut beserta segenap peraturan perundangan pelaksanaannya.
Penyelenggaraan kepariwsataan di Indonesia harus dilakukan pada asas :
manfaat, kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, kemandirian, kelestarian,
partisipatif, berkelanjutan, demokratis, kesetaraan, dan kesatuan, yang
kesemuanyadiwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan
kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan
budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata.
Tujuan kepariwisataan di Indonesia adalah untuk :
1) Meningkatakan pertumbuhan ekonomi
2) Meningkatkan kesejahteraan Rakyat
3) Menghapus Kemiskinan
4) Mengatasi Pengangguran
5) Melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya
6) Memajukan kebudayaan
7) Mengangkat citra bangsa
8) Memupuk rasa cinta tanah air
9) Memperkukuh jati diridan kesatuan bangsa
10) Mempererat persahabatan antar bangsa
Dalam rangka mewujudkan sepuluh tujuan penyelenggaraan
kepariwisataan di Indonesia seperti telah disebutkan di atas, UU No. 10 tahun
2009 juga telah menggariskan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan di
Indonesia harus berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawntahan
dari konsep hidup dalam keseimbangan antara manusia dan Tuhan Yang
Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia dan antara
hubungan manusia dan lingkungan;

36
2) Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya dan kearifan
local;
3) Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan dan
proporsionalitas;
4) Memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup
5) Memberdayakan mayarakat setempat
6) Menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah, atar pusat dan daerah
yang merupakan satu kesatuan yang sistematik dalam kerangka otonomi
daerah, serta keterpaduan antar pemangku kepentingan;
7) Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional
dalam bidang pariwisata; dan
8) Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam UU No. 10 tahun 2009, Kepariwisataan dipandang bukan sekedar
sebagai bentuk interaksi antara wisatawan dan objek wisata saja, akan tetapi
dimengerti lebih luas sebagai satu kesatuan sistem yang saling berkaitan antara
paling tidak komponen sebagai berikut :
1) Industri Pariwisata
2) Destinasi Pariwisata
3) Pemasaran pariwisata, dan
4) Kelembagaan Pariwisata.

2.2.2 RIPPARNAS
Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tahun 2011
tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS)
secara Nasional telah ditetapkan bahwa di seluruh wilayah Indonesia terdapat 50
(lima puluh) Destinasi Pariwisata Nasional (DPN), 222 Kawasan Pengembangan
Pariwisata (KPPN), dan di dalamnya telah ditetapkan ada 88 (delapan puluh
delapan) Kawasan Strategis Parwisata Nasional (KSPN). Provinsi Banten
termasuk dalam DPN KRAKATAU–UJUNGKULON dan sekitarnya. Untuk
Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN), Provinsi Banten terdapat 4
KPPN salah satunya adalah KPPN Serang- Banten lama dan sekitarnya. Lebih
jelasnya disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 7 dan Gambar 8.

37
Tabel 4
Perwilayahan Pembangunan Kepariwisataan Nasional
PROVINSI Kawasan Pengembangangan Destinasi Pariwisata
Pariwisata Nasional (KPPN) Nasional (DPN)

BANTEN 56. KPPN Carita dan sekitarnya DPN KRAKATAU–


57. KPPN Ujung Kulon dan UJUNGKULON dan
sekitarnya sekitarnya
58. KPPN Serang–Banten Lama
dan sekitarnya
59. KPPN Lebak–Badui dan
sekitarnya
Sumber : Lampiran II Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang RIPPARNAS

2.2.3 RTRW Provinsi Banten


Kawasan strategis sosial budaya di Provinsi Banten yaitu Kawasan Situs
Banten Lama di Kota Serang, Kawasan Masyarakat Adat Baduy di Kabupaten
Lebak. Konsep pengembangan kawasan strategis sosial budaya Kawasan Banten
Lama dan Kawasan Masyarakat Adat Baduy yang merupakan kawasan yang
dilindungi oleh Pemerintah sehingga keberadaannya harus tetap dipertahankan
atau direstorasi sesuai dengan perundangan yang berlaku. Khusus pengembangan
Kawasan Banten Lama diarahkan sebagai obyek wisata relijius termasuk
keberadaan situs purbakalanya yang secara ekonomi keberadaan situs purbakala
ini telah memberikan banyak manfaat bagi ekonomi masyarakat setempat.
Nilai strategis KSP Banten Lama dan KSP Kahulan Baduy meliputi :
1. Kawasan Banten Lama sudah ada sejak tahun 1500, masa kesultanan
Demak dan memiliki cerita sejarah pembentukan Kota Banten dahulu dan
kini.
2. Sejak tahun 1995, Kota Kuno Banten telah diusulkan ke UNESCO untuk
dijadikan salah satu Situs Warisan Dunia.
3. Kawasan Banten Lama dan Kawasan Cagar Budaya Masyarakat Adat
Baduy mendapat dukungan sebagai salah satu destinasi wisata Indonesia
melalui ditetapkannya Peraturan Presiden No. 50 Tahun 2011 tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025.
Untuk lebih jelas mengenai Kawasan Straegis Provinsi Banten dapat
dilihat pada Gambar 9.

38
7

39
8

40
9

41
a) Banten Water Front City
Banten Waterfront City merupakan Kawasan Strategis Provinsi Banten dari
sudut kepentingan ekonomi. Banten Waterfront city terletak di Kota Serang.
Selain dalam RTRW Provinsi Banten, Banten Waterfront City tertuang dalam
RTRW Kota Serang 2010-2030 dan menetapkan Kecamatan Kasemen sebagai
kota tepi laut yang dapat dikembangkan menjadi Banten Waterfront City.
Penetapan Kecamatan Kasemen menjadi Banten Waterfront City lantaran
memiliki potensi untuk dikembangkan dengan beragam faktor pendukungnya,
sehingga diharapkan kawasan ini memiliki fungsi primer sebagai pariwisata.
Banten water front city merupakan kawasan strategis yang berdekatan dengan
Banten Lama. Manfaat Banten Water Front City bagi Banten Lama diantaranya
adalah :
1) Berada dalam Kawasan Eksklusif Komersial
2) Potensi ditingkatkan infrastruktur kawasan Banten Lama untuk memenuhi
kebutuhan pengunjung
a. Jalan lingkungan dan pedestrian kawasan
b. Signage & Street Furniture
c. Pengembangan Sarana Pertunjukan
d. Pengembangan Sarana Transportasi Internal (Delman, Kapal, Sky
train, dll)
3) Potensi dikembangkannya kreasi tampilan budaya yg beragam (modern
tradisional).
Manfaat Banten Lama bagi Banten water front city, meliputi :
1) Kawasan Kota Lama, Bekas Pusat Kerajaan Islam Banten
2) Situs Internasional Cagar Budaya dengan berbagai bekas tinggalan
bangunan
3) Tempat wisata budaya yang dapat dikembangkan
Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran dari Banten Water Front City yang
merupakan Kawasan Strageis Provinsi Banten dari sudut kepentingan ekonomi
dapat dilihat pada Gambar 10.

42
10

43
2.2.4 Revisi RIPPDA Provinsi Banten
RIPPDA Provinsi Banten memliki visi yaitu “The Virgin Tourism
Destination of Java ( Keaslian Daerah Tujuan Wisata di Jawa)”. Dengan Brand
Image “Banten, The Gate Tourism of Java ( Banten, Pintu Gerbang Kepariwisataan
di Jawa). Adapun misi kepariwisataan di Provinsi Banten yaitu dijabarkan sebagai
berikut :
1) Mengembangkan Banten secara terpadu, mencakup seluruh wilayah
kabupaten dan kota secara bersama-sama dan tetap mempertahankan unsur
keaslian daerah
2) Menguatkan usaha kepariwisataan sebagai komponen penting dalam
pembentukan ekonomi wilayah
3) Peningkatan kesiapan dan peran serta masyarakat dalam usaha
kepariwisataan
Dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Provinsi Banten,
pengembangan destinasi pariwisata dibagi ke dalam tiga wilayah pengembangan
pariwisata (WPP), yaitu : (1) WPP A : Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang
(termasuk Kota Tangerang Selatan), (2) WPP B : Kabupaten Serang, Kota Cilegon
(termasuk Kota Serang), dan WPP C : Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak.
Adapun Kota Tangerang Selatan dan Kota Serang, merupakan kota pemekaran dari
Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Serang, sehingga pembagian Wilayah-
pengembangan pariwisatanya masih mengikuti wilayah pengembangan induk
pemekarannya. Secara kewilayahan, pola pengembangan pariwisata Provinsi
Banten terdiri dari Kawasan Pantai Barat, Kawasan Wisata Sejarah dan Budaya,
Kawasan Wisata Pantai Selatan dan Baduy, dan Kawasan Taman Nasional Ujung
Kulon. Dalam RIPPARDA Provinsi Banten Kawasan Strategis Banten Lama
termasuk ke dalam kawasan wisata sejarah dan budaya.
Kawasan wisata sejarah/situs purbakala mliputi Keraton Surosowan,
Keraton Kaibon, Makam Sultan Maulana yusuf, Watu gilang, Danau dan Salutan
Tasikadi, Benteng Speeelwijk, citaman (Pandeglang), batu Qur’an (Pandeglang),
Situs Cibedug (Lebak), Batu Goong (Pandeglang) dan Sanghiang Dengdek
(Pandeglang).

44
Kawasan wisata ziarah/keagamaan meliputi kompleks Banten Lama,
Makam Syekh Mansur, Pemakaman Gunung Santri, Makam Syekh Asnawi dan
Nawawi, Masjid Agug Banten, Masjid Kasunyatan, Masjid Kenari, Masjid Pintu
Seribu, Vihara Banten dan Vihara Tanjung Kait Tangerang.
Dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Provinsi Banten telah
ditetapkan 18 kawasan pengembangan pariwisata yang tersebar di seluruh
kabupaten/kota berdasarkan hasil pengelompokan (clustering) obyek-obyek
wisata yang ada. Kawasan pengembangan pariwisata tersebut adalah:
a. Kawasan wisata Kota Tangerang;
b. Kawasan wisata Kota Pandeglang;
c. Kawasan wisata Serang Utara;
d. Kawasan wisata Ciomas;
e. Kawasan wisata Banten Kepulauan;
f. Kawasan wisata Tigaraksa;
g. Kawasan wisata Tangerang Selatan;
h. Kawasan wisata Kota Serang;
i. Kawasan wisata Rangkasbitung;
j. Kawasan wisata Tangerang Utara;
k. Kawasan wisata Pantai Barat Serang-Cilegon;
l. Kawasan wisata Ujung Kulon;
m. Kawasan wisata Pantai Sumur;
n. Kawasan wisata Pantai Barat Pandeglang;
o. Kawasan wisata Lebak Tengah;
p. Kawasan wisata Pantai Selatan Lebak;
q. Kawasan wisata Leuwidamar;
r. Kawasan wisata Sawarna.

Untuk lebih jelasnya mengenai sebaran 18 kawasan pengembangan


pariwisata yang tersebar di seluruh kabupaten/kota berdasarkan hasil
pengelompokan (clustering) di Provinsi Banten obyek-obyek wisata yang ada
dapat dilihat pada Gambar 11.

45
11

46
2.2.5 RTRW Kota Serang
Wilayah studi merupakan bagian dari Kawasan pengembangan pariwisata
religi dan pariwisata lainnya di koridor utara, Kecamatan Kasemen. Kawasan
pengembangan pariwisata koridor utara meliputi potensi wisata alam, minat khusus
dan budaya antara lain : pantai, berbagai peninggalan sejarah seperti makam dan
wisata khusus seperti ziarah, gedung-gedung tua, dan situs sejarah. Berdasarkan
RTRW Kota Serang tahun 2010-2030 Kawasan Banten Lama ditetapkan sebagai
Kawasan strategis kota yang memiliki pengaruh penting di dalam pengembangan
sosial budaya masyarakat dan pelestarian cagar budaya. Di dalam RTRW Kota
Serang terdapat strategi pengembangan dan penataan wisata religi Banten Lama.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan Pengembangan dan penataan wisata religi
Banten Lama adalah sebagai berikut:
a. Merehabilitasi dan menata kawasan wisata Banten Lama
b. Mempertahankan dan melestarikan delineasi kawasan cagar budaya
Banten Lama
c. Mengamankan situs-situs cagar budaya Banten Lama
d. Menata dan mengelola sektor informal yang telah berkembang
e. Mengembangkan atraksi dan sarana serta prasarana pariwisata
Untuk lebih jelasnya mengenai RTRW Kota Serang 2010-2030 dapat dilihat
pada Gambar 12 dan Gambar 13.

2.2.6 RIPPARRDA Kota Serang


Dalam rangka mengefektifkan pengembangan pariwisata daerah, maka
Perwilayahan pembangunan pariwisata Kota Serang terdiri dari :
a. Kota Serang Bagian Tengah, Kota Serang Bagian Utara, Kota Serang
Bagian Barat dan Kota Serang Bagian Timur Selatan ditetapkan sebagai
DPD (Destinasi Pariwisata Daerah); dan
b. Banten Lama, Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen ditetapkan
sebagai KSPD (Kawasan Strategis Pariwisata Daerah).

47
12

48
13

49
Strategi perencanaan pembangunan Banten Lama sebagai KSPD
(Kawasan Strategis Pariwisata Daerah) meliputi yaitu :
a. pengaturan zonasi dan alur kunjungan wisatawan yang jelas di masing-
masing daya tarik wisata sebagai upaya perlindungan di lokasi yang
memiliki nilai sejarah;
b. pelestarian cagar budaya dan aset lainnya yang memiliki nilai sejarah;
c. penataan dan pengembangan fasilitas parkir terpadu untuk melayani
pergerakan wisatawan di dalam kawasan;
d. pembangunan infrastruktur dan kelengkapan jalan yang mendukung
pembantuan kawasan pariwisata warisan budaya;
e. penataan dan pengendalian ruang untuk relokasi pedagang kaki lima
serta pembangunan pusat oleh-oleh dan cinderamata khas Banten
disekitar jalankawasan wisata.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana wilayah pembangunan dan rencana
pengembangan daya tarik wisata Kota Serang dapat dilihat pada Gambar 14 dan
Gambar 15.

50
14

51
15

52

Anda mungkin juga menyukai