HAJI
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasullulah SAW. Berkat limpahan dan rahmat- Nya penyusun mampu
ini tidak lain berkat bantuan teman sekelompok sehingga kendala-kendala yang
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang sejarah
haji, yang penulis sajikan berdasarkan sumber informasi, referensi, dan berita.
Baik yang itu datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan oleh Allah akhirnya makalah
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
banyak kekurangan. Untuk itu, kepada dosen pengampuh mata kuliah penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
1
C. Tujuan....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3
A. Sejarah Mekah dan Haji............................................................................
3
B. Hakekat Haji............................................................................................. 4
1. Definisi Haji......................................................................................... 4
2. Hukum Haji......................................................................................... 5
3. Syarat Haji........................................................................................... 6
4. Rukun dan Wajib Haji......................................................................... 7
5. Macam – macam Haji.......................................................................... 9
6. Tata Cara Haji.....................................................................................10
7. Perwakilan Haji.................................................................................. 14
C. Mencapai Haji Mabrur............................................................................
14
D. Hikmah Haji dalam Berbagai Aspek...................................................... 15
E. Makna Spiritual Haji Bagi Kehidupan Sosial......................................... 16
BAB III KESIMPULAN...................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian haji.
2. Mengetahui tujuan dan dasar hukum haji.
3. Mengetahui syarat, rukun, wajib dan sunnah haji.
4. Mengetahi dam/denda saat haji.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Mekah merujuk pada abad XIX sebelum Masehi, tepatnya pada
masa Ibrahim dan Isma’il. Keduanya adalah orang pertama yang
menempati Mekah. Allah berfirman seraya menuturkan tentang Ibrahim:
ٌ َ ٰ َةﻣ
ﻟﺼﻠَﻮ
ُﻮا اٌ ﱠ
ْ ُﺤ ﱠﺮم َرﺑﱠﻨَﺎ ﻟِﯿُ ِﻘﯿﻤ ٌْ َ ْ ُ
ِ ﱢﻦ اﻟﻨﱠ
ﺗﺤﻮ ى َ َ ﯾﺘﻰ ﺑِ َﻮاد ُ ىﺄﺳ َﻜْ ﱠرﺑﱠﻨﺂإﻧﱢ
ِ ﺎس ِ َ ْﺮ ِذى ز ْر ٍع ِﻋﻨ َﺪﺑَ ْﯿﺘِﻚ اﻟﻤ
ِ ٍﻏﯿ ِ ﻨﺖ ِﻣﻦ ذ ِر
ْ ٰت ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﺤ ْﻢ ﯾ
َ َﺸ ُﻜﺮو ﱢﻦ اٌ ﱠ
َ ﯿﻬ ْﻢ َواٌ ْر ُز ْﻗ ُﺤﻢ ﻣ
ُن ِ ﻟﺸ َﻤﺮ ِ َإِﻟ
“ Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku
di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah
Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar
mereka melaksanakan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Ibrahim [14] : 37)
Berkat doa Ibrahim, air Zamzam memancar dari kedua kaki Isma’il ketika
persediaan air dan makanan ibunya, Hajar, habis. Sejak saat itu berbagai
kabilah berdatangan ke sumbe rair tersebut, dan kehidupan mulai merayap
disana.
Nabi diutus di Mekah, Ka’bah menjadi kiblat kaum muslimin, dan Mekah
menjadi basis dakwah Islam. Sayangnya para penduduk negeri ini sangat
membenci dakwah Islam dan begitu gencar menyiksa para pemeluk Islam.
Hingga akhirnya kaum muslimin terpaksa berhijrah ke Madinah
Al-Munawwarah. Daulah Islam kiat kuat di Madinah, kemudian Nabi
kembali sebagai penakluk Mekah. Sejak saat itu, Mekah menjadi negeri
Islam nan besar hingga saat ini.
2. Hukum Haji
Ibadah haji adalah salah satu dari rukun Islam yang lima dan wajib
dilaksanakan oleh setiap Muslim mukallaf (baligh dan berakal) merdeka
dan mempunyai kesanggupan (istithâ’ah), berdasarkan firman Allah
SWT:
ﯿﻼۚ َوﻣﻦ ِ ۗ َوِﱠﷲِ َﻋ َﻞ اٌْﻟﺒَﯿ
ً ِْﺖ ِﻣ َﻦ اٌ ْﺳﺘَﻄﺎَ َع أِﻟَْﯿ ِﻪ َﺳﺒ َﻛﺎ َن َءا ِﻣﻨًﺎ,َﺧﻠَ ُﻪ َ ٰت ﱠﻣ َﻘﺎ ُم أِﺑ
َ ْﺮ ِﻫﯿ َﻢۖ َو َﻣﻦ د ٌ َﺖ ﺑَﯿﱢﻦ
ٌ ِﻓﯿ ِﻪ َءاﯾ
ْ ﺮر َﻓﺈ ﱠن اٌ ﻟﻠﱠ َﻬ َﻐﻨِ ٌﻲ َﻋﻦ
َ َﭑﻟ َﻌﻠ
ﻤﯿﻦ ِ ِ َ َﻛ َﻔ
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) maqam
Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah
dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.
Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Q.S. Ali
Imran [3] : 97)
c. Keamanan
d. Transportasi
e. Kuota
f. Tidak ada halangan syar’i lainnya
Kewajiban haji bagi yang sanggup hanya satu kali seumur hidup, haji
lebih dari satu kali hukumnya sunah kaeran dalam hadis dari Ibnu
Abbas dengan isi yang sama dengan hadis dari Abu Hurairah di atas
walaupun dengan redaksi yang sedikit berbeda, Rasulullah SAW
menyatakan: “... barangsiapa yang menambahnya, jatuhnya jadi
sunnah” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan al-Nasa’i dan juga Hakim yang
menyatakan kesahihannya).
Bagi yang sudah masuk kategori sanggup, sebaiknya segera berangkat
ke tanah suci melaksanakan ibadah haji. Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas
RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa hendak
menunaikan ibadah haji, hendaklah dia lakukan segera, karena
mungkin dimasa yang akan datang ada yang sakit, hilang kendaraanya,
atau ada keperluan lainnya” HR. Ahmad, Baihaqi, Thahawi dan Ibn
Majah).
3. Syarat Haji
a. Islam. Dengan demikian, haji tidak wajib dan tidak sah bagi orang
kafir.
b. Akal. Dengan demikian, haji tidak wajib bagi orang gila,
berdasarkan sabda Nabi:
ﻮن َﺣﺘﱠﻰ ﯾ َْﻌ ِﻘ َﻞ ْ َﺴﺘَ ْﯿ ِﻘ َﻆ َو َﻋ ْﻦ ﱠ ِ ُر ِﻓ َﻊ ْاﻟ َﻘﻠَ ُﻢ َﻋ ْﻦ اﻟﻨﱠ
ِ َُﺤﺘَﻠِ َﻢ َو َﻋ ْﻦ اﻟ َﻤ ْﺠﻨ
ْ اﻟﺼﺒِ ﱢﻲ َﺣﺘﱠﻰ ﯾ ْ ﺎﻋ ِﻢ َﺣﺘﱠﻰ ﯾ
“Pena diangkat dari tiga orang; orang tidur sampai bangun, anak
kecil sampai baligh, dan orang gila sampai berakal.”
c. Baligh. Dengan demikian, haji tidak wajib bagi anak kecil. Apabila
anak kecil berihram untuk haji, hukumnya sah. Hanya saja tidak
cukup untuk haji islam (haji wajib), dan hajinya menjadi haji
10
7. Perwakilan Haji
Bagi yang tidak mampu melaksanakan haji atau umrah karena sudah
tua, sakit tanpa adanya harapan sembuh atau lemah fisik yang tidak
memungkinkan untuk berkendara, ia wajib untuk menunjuk seseorang
untuk mewakili haji dan haji ini sah untuknya. Bagi yang mewakili haji
orang lain, disyaratkan dua hal :
1. Syarat-syarat sebelumnya harus dipenuhi
2. Orang yang mewakili haji sudah haji untuk dirinya sendiri. Apabila
seseorang mewakili haji orang lain sementara ia sendiri belum haji,
haji yang ia lakukan tidak sah, menjadi haji untuk dirinya sendiri,
13
dan dinilai sebagai haji wajib untuk dirinya. Dalilnya adalah riwayat
Ibnu Abbas, “ Nabi mendengar seseorang mengucapkan, ‘ Aku
penuhi panggilan-Mu untuk Syubrunah.’ ‘ Siapa Syubrumah?’ tanya
Beliau. ‘Saudaraku atau kerabatku’ kata orang itu. ‘Apakah kau
sudah melaksanakan haji untuk dirimu?’ ‘Tidak’, jawabnya.
‘Laksanakan haji untuk dirimu, kemudian laksanakan haji untuk
Syubrumah’,” perintah Beliau.
Imam Nawawi dalam syarah Muslim: “Haji mabrur itu ialah haji yang
tidak dikotori oleh dosa, atau haji yang diterima Allah swt., yang tidak ada
riya, tidak ada sum’ah tidak rafats dan tidak fusuq.”
14
15
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Azzam, Abdul Aziz Muhammad; Abdul Wahab. 2009. Fiqih Ibadah. Jakarta:
Amzah
urabaya: Duta
Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Terjemahannya. S
Ilmu
Hamid, Abdul; Beni Ahmad Saebani. 2009. Fiqih Ibadah: Refleksi Ketundukan
Hamba Allah kepada al-khalaq perspektif al-quran dan as-Sunnah.
Bandung: Pustaka Setia