PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu yang mengalami penyakit atau trauma mungkin juga
akan mengalami rasa kehilangan atau berduka. Seorang klien bisa merasakan
duka karena : kehilangan beberapa hal, antara lain kehilangan bagian atau
fungsi tubuh, kepercayaan diri, kepercayaan atau penghasilan. Penyakit dapat
mengubah atau mengancam identitas seseorang, dan pada waktunya setiap
orang akan meninggal. Perawat memiliki tugas utama untuk mencegah
penyakit dan trauma, serta membantu klien kembali menjadi sehat. Perawat
juga berperan penting dalam membantu klien dan keluarga untuk beradaptasi
dengan sesuatu yang tidak dapat diubah dan memfasilitasi suatu kematian
yang damai.
Beberapa penghalang muncul dalam upaya penyampaian perawatan
khusus pada akhir kehidupan. Sebelum berkembangnya teknologi medis,
kematian terjadi di rumah, dalam suatu tempat yang non-teknis dan dikenal
bersama keluarga dan teman yang merawatnya. Saat ini, kematian lebih
sering terjadi di institusi yang menyediakan intervensi bersifat teknis dan
efisien yang bertujuan untuk memperpanjang hidup dan menghindari
kematian. Penyakit terminal akan mengingatkan teman dan anggota keluarga
pada kematian mereka sendiri, dimana dapat menyebabkan mereka secara
tidak sengaja menarik diri dari individu yang sedang sekarat.
Meskipun ada banyak penghalang dalam memberikan perawatan di
akhir kehidupan, tetapi perawat memiliki sejarah yang panjang dan
membanggakan dari tanggungjawab utama yang diterima untuk perawatan
berduka dan kematian secara langsung tersebut (Blum, 2006). Oleh karena itu
klien dan keluarga memerlukan asuhan keperawatan khusus mengenai
berduka dan kematian, bahkan mungkin lebih banyak dibandingkan
perawatan yang lainnya. Penyediaan pelayanan bagi klien pada akhir
kehidupan membutuhkan pengetahuan dan kepedulian untuk memberikan
rasa nyaman, bahkan ketika harapan pengobatan atau kelanjutan hidup sudah
tidak mungkin lagi (Virani dan Sofer, 2003).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa/i
keperawatan mengenai psikososial pada pasien kehilangan kematian dan
berduka serta mampu menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien
tersebut.
D. Sistematika Penulisan
1. BAB I Pendahuluan
Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penugasan, sistematika
penulisan
2. BAB II Tinjauan Teori
Kosep dasar kehilangan kematian dan berduka, teori berduka dan
berkabung, jenis-jenis kehilangan, dampak dari kehilangan, rentang
respon individu terhadap kehilangan, factor yang mempengaruhi
kehilangan dan berduka, asuhan keperawatan pasien kehilangan dan
berduka.
3. BAB III Kesimpulan
Kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Kehilangan dan Berduka
1. Definisi Kehilangan Menurut Beberapa Ahli
Kehilangan adalah suatau keadaan individu mengalami kehilangan
sesuatu yang sebelumnya ada dan dimiliki. Kehilangan merupakan
sesuatu yang sulit dihindari, seperti kehilangan harta, kesehatan, orang
yang dicintai, dan kesempatan. (Stuart, 2005)
Kehilangan adalah sesuatu keadaan berpisahnya individu dengan
sesuatu yang dimiliki atau ada. Kehilangan merupakan pengalaman yang
pernah dialami oleh setiap individu selama masa kehidupan dan cederung
akan berulang walaupun dalam bentuk yang berbeda, peristiwa
kehilangan dapat terjadi secara tiba- tiba atau bertahap, bersifat
sementara atau menetap (Ermawati Dalami dkk. 2009)
Kehilangan (bereavement) mencakup berduka dan berkabung
(mourning), yaitu perasaan di dalam dan reaksi keluar orang yang
ditinggalkan. (Aziz Alimul, 2014)
Kehilangan dapat didefinisikan sebagai situasi actual atau potensial
yang menyebabkan benda berharga, orang, bagian tubuh, atau emosi
yang sebelumnya ada menjadi hilang dan tidak lagi dapat dilihat,
dirasalan, didengar, diketahui, atau dialami. (Priscilla LeMone, 2015)
C. Jenis-jenis Kehilangan
Menurut Aziz Alimul (2014), kehilangan digolongkan menjadi beberapa
jenis yakni sebagai berikut:
1. Kehilangan objek eksternal (misalnya kecurian atau kehancuran akibat
bencana).
2. Kehilangan lingkungan yang dikenal (misalnya berpindah rumah, dirawat
di rumah sakit, atau berpindah pekerjaan).
3. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti (misalnya pekerjaan,
kepergian anggota keluarga atau teman dekat, perawat yang dipercaya,
atau binatang peliharaan).
4. Kehilangan suatu aspek diri (misalnya anggota tubuh dan fungsi
psikologis atau fisik).
5. Kehilangan hidup (misalnya kematian anggota keluarga, teman dekat,
atau diri sendiri).
b. Kesehatan Fisik
Individu dengan fisik, mental, serta pola hidup yang teratur
cenderung mempunyai kemampuan dalam mengatasi stress yang
lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan
jasmani.
c. Kesehatan Mental
Individu yang mengalami gangguan jiwa, terutama yang
mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak
berdaya dan pesimis, selau dibayangi masa depan peka dalam
menghadapi situasi kehilangan.
d. Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang dicintai pada
masa kanak-kanak akan memengaruhi kemampuan individu dalam
mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa.
e. Struktur Kepribadian
Individu dengan konsep diri yang negative dan perasaan rendah
diri akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah dan tidak
objektif terhadap stress yang dihadapi.
f. Adanya Stressor Perasaan Kehilangan
Stressor ini dapat berupa stressor yang nyata ataupun imajinasi
individu itu sendiri, seperti kehilangan biopsikososial yang meliputi
kehilangan harga diri, pekerjaan, seksualitas, posisi dalam
masyarakat, milik pribadi (kehilangan harta benda atau yang dicintai,
kehilangan kewarganegaraan, dan lain-lain). Mekanisme koping yang
sering dipakai oleh individu dengan respons kehilangan, antara lain
pengingkaran, regresi, intelektualisasi, disosiasi, supresi, dan
proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang
dirasakan sangat menyakitkan.
Dalam keadaan patologi, mekanisme koping sering dipakai secara
berlebihan atau tidak memadai. Pengkajian tanda klinis berupa
adanya distress somatis seperti gangguan lambung, rasa sesak, napas
pendek, sering mengeluh, dan merasakan lemah. Pengkajian terhadap
masalah psikologis adalah tidak ada atau kurangnya pengetahuan dan
pemahaman kondisi yang terjadi, penghindaran pembicaraan tentang
kondisi penyakit, serta kemampuan pemahaman sepenuhnya terhadap
prognosis dan usaha menghadapinya.
2. Diagnosa Keperawatan
b. Tahap Marah
Mengizinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa
marah secara verbal tanpa melawan kemarahan tersebut dengan cara
sebagai berikut.
1) Menjelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan pasien
sebenarnya tidak ditujukan kepada mereka.
2) Membiarkan pasien menangis.
3) Mendorong pasien untuk membicarakan kemarahannya.
c. Tahap Tawar-Menawar
Membantu pasien mengungkapkan rasa bersalah dan takut
dengan cara sebagai berikut.
1) Mendengarkan ungkapan dengan penuh perhatian.
2) Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut atau rasa
bersalahnya.
3) Bila pasien selalu mengatakan kata “kalau” atau
“seandainya…,” beritahu pasien bahwa perawat hanya dapat
melakukan sesuatu yang nyata.
4) Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah
atau rasa takutnya.
d. Tahap Depresi
1) Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut
dengan cara sebagai berikut.
a) Mengamati perilaku pasien dan bersama dengannya
membahas perasaannya.
b) Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai
derajat risikonya.
2) Membantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan cara sebagai
berikut.
a) Meghargai perasaan pasien.
b) Membantu pasien menemukan dukungan yang positif
dengan mengaitkan terhadap kenyataan.
c) Memberi kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan
perasaannya.
d) Bersama pasien membahas pikiran negative yang selalu
timbul.
e. Tahap Penerimaan
Membantu pasien menerima yang tidak bisa dielakkan dengan
cara sebagai berikut.
1) Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur.
2) Membantu keluarga berbagi rasa, karena setiap anggota keluarga
tidak berada pada tahap yang sama pada saat yang bersamaan.
3) Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati.
4) Memberi informasi akurat tentang kebutuhan pasien dan
keluarga.
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kehilangan dan berduka secara umum
dapat dinilai dari kemampuan untuk menghadapi atau memaknai arti
kehilangan, reaksi terhadap kehilangan, dan perubahan perilaku yang
menerima arti kehilangan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus Pemicu
Ny.X seorang wanita usia 34 tahun di bawa kerumah sakit jiwa 2 jam yang
lalu, keluarga mengatakan Ny.X telah di PHK dari pekerjaannya. Keluarga
mengatakan Ny.X sebelumnya sering berbicara bahwa tidak mungkin ia di
PHK sehingga Ny.X mengunjungi kantornya sendiri untuk memastikan bahwa
ia belum di PHK, setelah pulang dari kantornya itu Ny.X sering mengamuk,
melempar benda-benda disekitar dan berbicara dengan nada tinggi selama 2
hari. Saat dikaji lebih lanjut oleh perawat terdapat luka di tangan dan kaki
kanan, bicara dengan nada tinggi, TD : 140/90mmHg, nadi 98x/menit, RR
28x/menit.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.X
Umur : 34 th
Jenis Kelamin :P
Alamat : Jl. Wargaramai
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Perkawinan :
Agama :
Suku Bangsa :
Tanggal Masuk RS :
Tanggal Pengkajian :
Sumber Informasi :
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama Saat Masuk RS
2) Riwayat Penyakit Sekarang
c. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Diagnosa Medik Saat Masuk RS
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Cohen, S., Doyle, W.J. & Baum, A. 2006. Socioeconomic Status is Associated
with Stress Hormones. Journal of Psychiatry in Medicine [serial on
internet].Availablefrom:http://www.psy.cmu.edu/~scohen/sesandstress
hormones.pdf.
Potter, A Patricia dan Anne G. Perry. (2010). Fundamental Keperwatan , Edisi 7Buku 2.
Singapore : Elsevier.
Stuart & Laraia. (2005). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta:
EGC.