Anda di halaman 1dari 86

ASKEP IBU DENGAN GANGGUAN

SISTEM REPRODUKSI

Tri Lestari Handayani, M.Kep.,Sp.Mat


Gangguan Siklus Mentruasi
 Periode menstruasi (lamanya waktu
menstruasi) normal biasanya dari 3 - 7
tujuh hari.
 Pola siklus menstruasi normal bisa
berada pada rentang 21 hingga 35 hari.
 Pola terlalu pendek, menyebabkan sel
telur kurang matang, dan terlalu
panjang ( sel telur jarang )
Kelainan Menstruasi (dari
banyaknya darah)
 Hipermenorea adalah perdarahan haid yang
lebih banyak dari normal, ditandai dengan
waktu lebih lama dari normal, yakni lebih
dari 14 hari. Penyebabnya antara lain adanya
mioma uteri, polip endometrium, gangguan
pelepasan endometrium, disfungsional
uterie bleeding, gangguan hormonal.

 Hipomenorea adalah perdarahan haid yang


lebih pendek atau kurang dari normal, yakni
kurang dari 2 sampai 7 hari. Penyebabnya
antara lain kesuburan endometrium kurang
akibat kurang gizi, penyakit menahun maupun
gangguan hormonal.
Gangguan Siklus Menstruasi
 Polimenorea adalah siklus haid lebih pendek dari biasanya (kurang
dari 21 hari siklusnya atau masa bersih tanpa darah haid kurang
dari 2 minggu). Secara awam bisa terlihat sebagai haid yang terjadi
dua kali atau lebih dalam satu bulan. Banyaknya perdarahan bisa
sama atau lebih banyak dari haid normal. Penyebabnya antara lain
gangguan hormonal sehingga siklus haid menjadi lebih pendek.

 Oligomenorea adalah siklus haid yang lebih panjang dari 35 hari.


Perdarahan pada oligomenorea biasanya lebih sedikit dari ukuran
normal. Penyebabnya antara lain gangguan hormonal, psikologis
dan efek penyakit tertentu seperti TBC.

 Amenorea adalah ketiadaan haid selama 3 bulan berturut-turut.


Dibedakan menjadi dua:
 - Amenorea primer bila perempuan usia 18 tahun ke atas tidak
pernah mendapat haid sama sekali. Penyebabnya adalah kelainan
genetik/anatomi.
 - Amenorea sekunder bila perempuan ini pernah mendapat haid tapi
kemudian berhenti. Penyebabnya adalah gangguan kurang gizi,
metabolisme, tumor, penyakit infeksi dan sebagainya.
Beberapa kemungkinan penyebab dari
ketidakteraturan siklus menstruasi :
 Fungsi hormon terganggu: menstruasi terkait erat dengan sistem hormon
yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini
akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila
sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus mens pun akan
terganggu.
 Masalah kelenjar tiroid: Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid
juga bisa menjadi penyebab tak teraturnya siklus haid. Gangguan bisa
berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun
terlalu rendah (hipotiroid). Pasalnya, sistem hormonal tubuh ikut
terganggu.
 Kelainan sistemik wanita yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus: Hal ini
bisa mempengaruhi siklus menstruasinya karena sistem metabolisme di
dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik. Atau penderita penyakit diabetes,
juga akan memengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus menstruasinya
pun tak teratur
 Management stres yang tidak baik: Stres jangan dianggap enteng sebab
akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh. Bisa saja karena
stres, perempuan menjadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan
sakit-sakitan, sehingga metabolismenya terganggu. Bila metabolisme
terganggu, siklus menstruasi pun ikut terganggu.
Lanjutan….
 Hormon prolaktin (hormon menyusui) yang berlebihan Pada wanita
menyusui: Hormon prolaktin ini sering kali membuat wanita tak
kunjung menstruasi karena memang hormon ini menekan tingkat
kesuburan wanita. Pada kasus ini tak masalah, justru sangat baik
untuk memberikan kesempatan pada wanita guna memelihara organ
reproduksinya. Sebaliknya, jika tidak sedang menyusui, hormon
prolaktin juga bisa tinggi, biasanya disebabkan kelainan pada
kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala.
 Penurunan atau kenaikan berat badan secara drastis
 Penggunaan obat pengontrol kehamilan: obat pengontrol kehamilan
mengandung hormon progestin yang dapat menghambat proses
ovulasi yang berhubungan siklus menstruasi.
 ketidakseimbangan hormon: Ketika terjadi perubahan pada level
hormon estrogen atau progesteron dalam tubuh, maka haid bisa
menjadi tidak teratur. Ketidakseimbangan level hormon dalam tubuh
disebabkan perubahan pola makan yang drastis stres dan PCOS
(polycystic ovarian syndrome). PCOS adalah kumpulan gejala yang
terjadi karena penumpukan folikel pada ovarium (indung telur) yang
berkembang tidak sempurna. Pada keadaan normal, ovarium hanya
memproduksi sedikit hormon androgen. Tetapi, penderita PCOS
mengalami peningkatan level androgen yang ditandai dengan tidak
teraturnya siklus haid.
ENDOMETRITIS
 Endometritis is an infection of the
endometrium or decidua, with extension
into the myometrium and parametrial
tissues
 Radangan pada selaput yang melindungi
rahim uterus (ENDOMETRIUM)
PENYEBAB
 biasanya akibat infeksi gonorea,
 atau akibat infeksi pada abortus
 atau infeksi puerpural
 alat-alat yang digunakan pada
abortus dan partus dan tidak
sucihama dapat membawa kuman-kuman
ke dalam uterus
Endometritis kronika
 Gejala-gejala klinis endometritis
kronika ialah, leukorea dan menoragia
 Pengobatannya tergantung dari
penyebabnya
Endometritis Kronika Ditemukan
a. pada tuberkulosis;

b. jika tertinggal sisa-sisa


abortus atau partus;

c. jika terdapat korpus


alienum di kavum uteri;

d. pada polip uterus dengan


infeksi;

e. pada tumor ganas


uterus;

f. pada salpingo-ooforitis
dan sellulitis pclvik
Endometritis Akuta
 endometrium mengalami edema dan
hiperemi,
 dan pada pemeriksaan mikroskopik
terdapat hiperemi, edema, dan infiltrasi
leukosit berinti polimoni yang banyak,
serta perdarahan-perdarahan
interstisial.
PATOFISIOLOGI
 Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis
akuta, dan radang menjalar ke atas dan
menyebabkan endometritis akuta.
 Infeksi post abortus dan post partum
sering terdapat oleh karena luka-luka
pada serviks uteri, luka pada dinding
uterus bekas tempat plasenta, yang
merupakan porte d’entree bagi kuman-
kuman patogen.
Metritis / Miometritis
 Adalah radang miometrium
 Sering terdapat pada abortus septik dan
infeksi postpartum
Parametritis
 Adalah radang serosa yang meliputi
uterus.
 Radang ini merupakan bagian dari
radang peritoneum pelvis.
Aneksitis atau Salpingo-ooforitis
 Radang tubafalopi dan radang ovarium
yang biasanya terjadi seara bersamaan
 Penyebab: infekso gonorea, infeksi
puerpural, dan post aborsi.
 Radang anexia juga bisa timbul akibat
pemasangan IUD
 Gejala : nyeri, banyak sel radang pada sal
kencing, suhu dan lekositosis tidak
terlalu meningkat.
 Penatalaksanaan; perawatan umum,
antibiotik dan analgesik.
Peritonitis Pelvika
 Sering bersamaan dengan Salpingo-
ooforitis
 Exudat bernanah, ngumpul di cavum
dauglasi
 Gejala peradangan lebih jelas; demam,
lekositosisi.
 Terapi : drainase, antibiotika dan
analgesik.
SALPINGINGITIS
Salpingitis
Definisi Salpingitis
 Salpingitis
merupakan
radang pada
saluran indung
telur (tuba
falopii). Ada
salpingitis akut
dan ada
salpingitis
kronik
Gejala Salpingitis Akut:
 Demam
 Nyeri hebat di bagian perut bawah
 Nyeri perut makin hebat saat batuk,
bersin
 Nyeri perut makin hebat saat pipis,
buang air besar
Gejala salpingitis kronik (menahun):

 Sering nyeri perut bawah


 Sering sakit punggung bawah
 Nyeri pada saat berhubungan seksual
 Nyeri pada saat buang air besar/kecil
 Sering demam ringan
 Saat menstruasi banyak darah yg keluar
 Lamanya nyeri makin lama makin bertambah
 Bau tidak sedap dari vagina
Diagnosis Salpingitis dilakukan
dengan
 Pemeriksaan pelvis
 Kultur swab cervix
 Laparoscopy
 Kultur swab dari laparoscopy
Penanganan Salpingitis:
 Dirawat di rumah sakit
 Diberi antibiotic
 Antibiotic intravena
 Drainase dengan pembedahan untuk
mengeluarkan pus atau cairan
 Pengangkatan tuba falopii
Komplikasi yang dapat
muncul akibat salpingitis
 Tuba falopi tersumbat
 Subfertil
 Pus di tuba falopi
 Cairan di tuba falopi
 Bengkak
 Radang selaput perut
 Pelvis bengkak
 Jaringan parut di pelvis
 Perlengketan di pelvis
Peritonitis pelvix ( Pelveoperitonitis /
Perimetritis
Pengertian
Ialah radang pada peritoneum pelvix, biasanya terjadi bersamaan dengan
radang salpingo ovoritis ( adnexitis ), ovarium dan alat-alat sekitarnya
dalam rongga pelvix
Tanda dan gejala
• Nyeri tekan di abdomen bagian bawah
• Nyeri sewaktu bernapas
• Tumor aneksia (tidak selalu dapat dipalpasi)
• Nausea, dorongan untuk muntah
• Nadi lemah dan cepat, tekanan darah rendah
• Demam
Penyebab dan terapi
 Penyebab
• Infeksi sekunder, umumnya setelah menstruasi atau abortus
• Gonorhoe
• Jarang abses tuba ovarium yang pecah
Terapi
• Infuse larutan glukosa/NaCL
• Antibiotik golongan amphicillin atau galongan
kloramphenikol
• Bila ada abses cavum douglasi insisi dan drainase: hapusan
dan kultur.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU
DENGAN INFEKSI SISTEM
REPRODUKSI

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
• Nyeri
• Luka
• Perubahan fungsi seksual
3. Riwayat Penyakit
a. Sekarang
Keluhan Klien menderita infeksi alat kelamin
b. Dahulu
Riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa, gangguan
reproduksi
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
• Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia
perkembangan klien
• Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema, visura,
leokoplakia dan eksoria
• Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap
pemebengkakan ulkus, keluaran dan nodul
2. Pemeriksaan Bagian Dalam
Inspeksi
Serviks: ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran dan
warnanya
Palpasi
• Raba dinding vagina: Nyeri tekan dan nodula,
• Serviks: posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas
dan nyeri tekan
• Uterus: ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas
• Ovarium: ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi dan nyeri
tekan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada system
reproduksi
Kriteria hasil:
Memperhatikan bahwa nyeri ini ada
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan
dan menurunkan nyeri dapat mengidentifikasi
dan menurunan sumber-sumber nyeri
Intervensi:
• Berikan pengurang rasa nyeri yang optimal
• Meluruskan kesalahan konsep pada keluarga
• Bicarakan mengenai ketakutan, marah dan
rasa frustasi klien
• Berikan privasi selama prosedur tindakan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan
seksual
Kriteria hasil:
Menceritakan masalah mengenai fungsi seksual,
mengekspresikan peningkatan kepuasan dengan
pola seksual. Melaporkan keinginan untuk
melanjutkan aktivitas seksual
Intervensi:
• Kaji riwayat seksual mengenai pola seksual,
kepuasan, pengetahuan seksual, masalah seksual
• Identifikasi masalah penghambat untuk
memuaskan seksual
• Berikan dorongan bertanya tentang seksual
atau fungsi seksual
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Resiko terhadap infeksi b/d kontak dengan
mikroorganisme
Kriteria hasil:
Klien mampu memperlihatkan teknik cuci tangan yang
benar, bebas dari proses infeksi nasokomial selama
perawatan dan memperlihatkan pengetahuan tentang
fakor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan
melakukan pencegahan yang tepat.
Intervensi:
• Teknik antiseptik untuk membersihan alat genetalia
• Amati terhadap manefestasi kliniks infeksi
• Infomasikan kepada klien dan keluarga mengenai
penyebab, resiko-resiko pada kekuatan penularan dari
infeksi
• Terafi antimikroba sesuai order dokter
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan
Kriteria hasil:
Menunjukan pemahaman akan proses penyakit dan
prognosis, mampu menunjukan prosedur yang
diperlukan dan menjelaskan rasional dari tindakan
dan pasien ikut serta dalam program pengobatan
Intervensi:
• Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan
• Berikan informasi mengenai terafi obat-obatan,
interaksi, efek samping dan pentingnya pada program
• Tinjau factor-faktor resiko individual dan bentuk
penularan/tempat masuk infeksi
• Tinjau perlunya pribadi dan kebersihan lingkungan.
DX KEPERAWATAN YANG LAIN
 Resiko infertilitas b.d infeksi organ
reproduksi
 Cemeas berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang prognosa penyakit
 Resiko penularan infeksi b.d kurang
pengetahuan
 Harga diri rendah bd discarge vagina
yang berbau
Endometriosis
 Adanya jaringan endometrium ( lapisan
bagian dalam rahim ) diluar rahim
 Misalnya pada
 usus
 indung telur
 Dinding perut bagian dalam

3
5
ANATOMI GENITALIA
WANITA

Rahim (uterus)
Saluran telur
Indung telur
Vagina

3
6
ENDOMETRIUM  selaput lendir yang
melapisi permukaan dalam rongga
rahim
3
7
Saluran telur Indung telur

Endometriosis

Rahim

Endometriosis

Usus besar
Kandung
kencing

Tempat tersering tumbuhnya endometriosis


3
8
Penyebab
 Banyak teori
 Penyebab pasti tidak diketahui
 Sangat berhubungan dengan hormon
estrogen

3
9
 Diperkirakan di Indonesia 15 – 20% perempuan dengan
gangguan kesuburan menderita ENDOMETRIOSIS

4
0
Mengapa endometriosis
meningkatkan resiko gangguan
kesuburan ?

Menganggu fungsi organ reproduksi

41
Rahim

Saluran telur

Endometriosis

Kista coklat Endometriosis

4 Usus Besar
2
Gejala tersering : NYERI HAID
Gejala Lain :
 Nyeri panggul
 Nyeri sanggama
 Nyeri saat kencing
 Nyeri saat buang air besar
 dll

4
3
Kecurigaan adanya ENDOMETRIOSIS
 Keluhan pasien
berdasarkan gejala
 Pemeriksaan ginekologi :
Periksa dalam
 Teraba benjolan
 Terasa nyeri

4
4
Pemeriksaan Tambahan

USG  HANYA BERMANFAAT JIKA ADA


KISTA !!
4
5
DIAGNOSIS PASTI
 LAPAROSKOPI
(diteropong )

4
6
4
7
4
8
4
9
5
0
PENATALAKSANAAN
PENGOBATAN TERGANTUNG :
Umur penderita, luasnya penyakit, lamanya gangguan
kesuburan, dan beratnya keluhan/gejala

TUJUAN AKHIR :
HILANGNYA KELUHAN DAN HAMIL

5
1
PENATALAKSANAAN

A. MENGATASI NYERI
- Obat-obat bebas
- Obat-obat dengan resep
• banyak jenis

5
2
B. HORMONAL
menekan estrogen !!
menopause semu
- Pil KB
- Hormon progesteron
- Danazol
- GnRH Agonist

5
3
C. PEMBEDAHAN / OPERASI
I. KONSERVATIF
- usia muda
- infertilitas
II. RADIKAL
- pengangkatan organ genitalia
interna

5
4
Mioma uteri

Tri Lestari H, M.Kep.,Sp.Mat


Pengertian Mioma Uteri
 Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau
lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat disekitarnya
 Mioma uteri atau fibroid uterus adalah pertumbuhan jaringan
jinak dalam uterus.
 Pertumbuhan tersebut tidak berhubungan dengan keganasan
dan hampir tidak pernah berkembang menjadi kanker
Pengertian Mioma Uteri
 Mioma uteri adalah tumor jinak yang berpotensi menjadi
ganas walaupun jarang, mioma uteri dapat mengalami
transformasi ganas kurang dari 0,5% .
 Montaque dkk (dikutip dari Wallach) melaporkan bahwa
dari 13.000 kasus mioma uteri, terapat 38 kasus (0,29%)
memperlihatkan perubahan ganas.
 Sedangkan Corscaden dan singh (dikutip dari Wallach )
melaporkan 0,13% dari mioma uteri
Insiden Mioma Uteri
 Myoma uteri merupakan jenis tumor pelvic yang paling sering
ditemukan.
 Berdasarkan otopsi, Novac (dikutip dari Joeda Saputra)
menemukan 27% wanita berumur diatas 35 th menunjukkan
adanya myoma.
 Di Indonesia Karel Tangkudung 1977 dan Susilo Raharjo 1974 dari
Surabaya (dikutip dari Joeda Saputra) masing-masing menemukan
angka kejadian myoma uteri sebesar 10.3% dan 11.87% dari
semua penderita gynekologi yang dirawat.
 Peneliti yang lain menyebutkan myoma uteri mencapai 40% dari
wanita setelah berumur 35 th.1
Insiden Mioma Uteri
 Mioma uteri muncul pada umur 30-50 tahun.
 Tidak pernah ditemui pada wanita yang kurang dari 20 th.
 Setelah menopose, jika wanita tidak mendapatkan asupan
esterogen , mioma itu akan mengecil
Klasifikasi Mioma Uteri
 mioma intramurall masuk atau
kebanyakan berada didalam
miometrium.
 Mioma subserosa terletak di
bagian luar dari uterus.
 Mioma sub mukosa terletak
didalam cavum endometrium.
 Mioma pedunkulata adalah yang
melekat ke dinding uterus
dengan tangkai yang bisa masuk
ke peritoneal atau cavum uteri.8
Patofisiologi
 mioma tumbuh sebagai hasil dari ransangan esterogen
yang muncul sampai menopouse.
 Selanjutnya mioma uteri yang sebelumnya tidak
bergejala mungkin tumbuh menjadi bergejala.
 Sebaliknya beberapa mioma mulai mengecil seiring
perubahan ransangan esterogen dan gejala mioma secara
spontan berkurang setelah menopouse.
Tanda dan Gejala
 Bisa timbul tanpa menimbulkan gejala.
 Gejala tergantung dari besar dan lokasi mioma.
 Penekanan dan gejala nyeri biasanya merupakan hasil efek dari masa tumor.
 Ini bisa ditemui dari suatu mioma tunggal yang besar atau dari kombinasi dari
multiple mioma yang berukuran kecil.
 Mioma uteri bisa tumbuh jadi lebih besar mendekati ukuran kehamilan aterm.
 Beberapa mioma bisa menekan ureter dan bisa menyebabkan hydronefrose dan yang
sangat jarang obstruksi ureter
 Perdarahan abnormal biasanya merupakan hasil dari distorsi dari cavum endometrial
oleh mioma, beberapa pasien terjadi perdarahan menstruasi yang banyak atau
menorhagia dari mioma single, kecil sesuai letak miomanya.
 Mioma submukosa sewaktu-waktu bisa prolaps melewati cerviks dan mungkin tidak
akan bergejala ataupun bisa menyebabkan perdarahan yang banyak
Tanda dan Gejala
 Nyeri akut dari mioma tidak sering dan biasanya pada
mioma yang bertangkai 1 atau 2.
 Beberapa mioma pedunculata bisa mengalami torsi yang
menyebabkan nyeri yang hebat seperti torsi dari
ovarium.
 Mioma yang besar bisa juga menjadi infark (degenerasi )
yang bisa menyebabkan nyeri yang ekstrem
Penyebab
 Tak bisa diketahui penyebab pasti dari mioma ,
tampaknya pertumbuhan mioma ini sangat erat
hubungannya dengan hormon esterogen.
 Mioma uteri sering tumbuh membesar ketika kadar
esterogen meningkat seperti pada kehamilan.
 Obat-obatan yang dapat menurunkan kadar esterogen
dapat menyebabkan penyusutan mioma
Prosedur diagnostik
 Ultra Sono Grafi
Penatalaksanaannya
 Observation.
 Hysterectomy.
 Myomectomy.
 transfusions.
 Medical treatment
Indikasi Myomectomy adalah
 Menorrhagia.
 Penekanan terhadap organ pelvic lainnya (bladder dan
rectum)
 Infertilitas karena perubahan yang nyata pada cavum
uteri atau penekanan terhadap tuba
 Pertumbuhan yang cepat dari mioma
 Permintaan pasien yang tidak mau untuk histerektomi
Kista Ovarium
 adalah suatu massa berisi cairan, bisa kental seperti gel
(mukus), bisa juga cair (serous). Kista ini diproduksi oleh
kelenjar-kelenjar yang ada di ovarium, yang tak bisa
dikeluarkan. Akhirnya tertampung, dan makin lama makin
besar.
Ca Cervix (Kanker Leher Rahim)
Pendahuluan
 Pengertian Kanker leher
rahim atau disebut juga kanker
serviks adalah sejenis kanker yang
99,7% disebabkan oleh human
papilloma virus (HPV) onkogenik,
yang menyerang leher rahim.
Insiden Ca Cervik
 Every two minutes a woman dies of cervical cancer
 Menurut penelitianWHO, di seluruh dunia terjadi 490,000 kasus
kanker serviks dan mengakibatkan 240,000 kematian tiap tahunnya. 80
Persen dari angka itu terjadi di Asia
 Di seluruh dunia, kanker serviks merupakan penyebab kematian wanita
akibat kanker terbesar ketiga
 Di Indonesia sendiri diperkirakan ada sekitar 41 kasus baru setiap
harinya yang berujung dengan kematian rata-rata 20 orang per hari.
 Di Indonesia, Kanker Serviks adalah kanker pembunuh perempuan
Indonesia no.1 tertinggi saat ini.
 Tingginya angka ini terutama disebabkan oleh rendahnya pengetahuan
dan kesadaran akan bahaya kanker serviks..
Tanda-tanda dan gejala
 Tahapan awal kanker serviks dapat dikatakan tanpa
menunjukkan gejala apapun.
 Pendarahan pada vagina mungkin menunjukkan adanya
kanker ganas.
 Selain itu, Rasa agak sakit (dalam vagina) saat bersetubuh
 dan vaginal discharge (keputihan yng terus menerus) dapat
menjadi gejala kanker serviks.
Tanda-tanda dan gejala
Gejala kanker serviks lanjutan yaitu:
 hilangnya nafsu makan,
 hilangnya berat badan,
 kelelahan,
 sering munculnya rasa sakit (pada panggul, tungkai,
punggung, dan kaki),
 bengkak satu kaki,
 perdarahan berat vagina,
 bocor (mengalirnya) air kencing atau kotoran dari vagina, dan
munculnya keretakan tulang.
Penyebab
 Human papilloma virus (HPV) 16 dan 18 merupakan
penyebab utama pada 70% kasus kanker serviks di dunia.
 Perjalanan dari infeksi HPV hingga menjadi kanker serviks
memakan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 10 hingga 20
tahun.
 Namun proses penginfeksian ini seringkali tidak disadari oleh
para penderita, karena proses HPV kemudian menjadi pra-
kanker sebagian besar berlangsung tanpa gejala
Perjalanan Ca Cervik
 Setelah terpapar HPV, sistem imun wanita biasanya
mencegah virus untuk membahayakan tubuh.
 Pada beberapa kelompok wanita, virus ini dapat bertahan
selama bertahun-tahun sampai pada akhirnya
mengkonversi beberapa sel pada permukaan serviks
menjadi sel kanker.
 kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi
genetic yang mengubahnya dari sel normal menjadi sel
abnormal.
 Sel sehat tumbuh dan berkembang dengan kecepatan
yang teratur. Sel kanker tumbuh dan bertambah banyak
tanpa control dan mereka tidak mati.
 Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu
massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan sekitar
dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain di
dalam tubuh (metastasis)
Perjalanan Ca Cervik
 Kanker srviks paling sering bermula dengan sel datar, tipis
yang membentuk dasar serviks (sel skuamosa).
 Karsinoma sel squamosa merupakan 80% dari kasus kanker
serviks.
 Kanker serviks dapat juga terjadi pada sel kelenjar yang
membentuk bagian atas dari cerviks. Dapat disebut dengan
adenocarcinoma, prevalensi kanker ini yaitu 15% dari kanker
serviks.
Pencegahan
 Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan
pemberian vaksinasi HPV sebelum aktif seksual
 pap smear, bagi yang sudah aktif sexual umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan
Pap rutin setiap satu atau 2 tahun sekali.
 Dari umur 30 hingga 69 tahun, Pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3 tahun jika pasien
memiliki 3 kali berurutan pemeriksaan Pap yang normal.
Umur 70 keatas, jika 3 pemeriksaan Pap Smear negative maka Pap smear sudah
dapat dihentikan.
 Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui
suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam.
 Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali lebih
tinggi pada remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang berusia 15
hingga 25 tahun
Pencegahan
 tidak pula memulai aktivitas
seksual terlalu dini
 Tidak merokok, atau dekat-
dekat dengan orang yang
merokok.
Perilaku Yang Berisiko
Menyebabkan Kanker Cervik
 Merokok, Nikotin, mempermudah semua selaput lendir sel-
sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang,
 Makan makanan yang mengandung karsinogen, pengawet,
pewarna, penyedap, di bakar dll
 Perilaku hidup tidak bersih; cara cebok, penggunaan
panthilener, celana dalam yang ketat, dll
Kelompok berisiko
 Setengah dari kejadian kanker serviks terjadi pada wanita diantara umur 35
dan 55.
 Infeksi HPV paling sering terjadi pada kalangan dewasa muda (18-28 tahun).
 Aktivitas Seks Dini (sebelum 18 th)
 Banyak partner sex
 Infesi Menular Seksual Lainnya (IMS)
 melahirkan banyak anak,
 memakai alat kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama,
 serta mereka yang terinfeksi HIV Aids
Stadium Ca Cervik
 Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker noninvasive, kanker dini ini
kecil dan hanya terbatas pada permukaan serfiks.
 Stadium I. Kanker hanya terbatas pada serviks

 Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun belum
menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina..

 Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus ke
dinding pelvis atau bagian bawah vagina.

 Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti
kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain didalam tubuh,
seperti paru-paru, hati, atau tulang.
penatalakasanaan
 Operasi. jika kanker dalam stadium yang dini – Invasi kurang
dari 3 milimeter (mm) ke dalam serviks
 Radiasi.
 Kemoterapi
 Kemoradiasi.
Pengobatan untuk keadaan
prekanker (NIVA)
Untuk menentukan lokasi NIVA yang pasti, dilakukan pemeriksaan kolposkopi.
Untuk memperkuat diagnosis dilakukan biopsi.
Pilihan pengobatan untuk NIVA:
 Bedah laser untuk menguapkan jaringan yang abnormal.
 LEEP (loop electroexcision procedure) : digunakan kauter panas untuk membuang lesi
pada vagina. Efektif untuk lesi yang kecil.
 Kemoterapi topikal : digunakan kemoterapi (5FU/fluorouracil) yang dioleskan
langsung ke vagina setiap malam selama 1-2 minggu atau setiap minggu selama 10
minggu.
Obat ini bisa menyebabkan iritasi vagina dan vulva.
 NIVA tingkat rendah seringkali menghilang dengan sendirinya, karena itu
pengobatan biasanya hanya dilakukan pada NIVA tingkat menengah atau tinggi.
Pengobatan berdasarkan stadium
 Pengobatan kanker vagina tergantung kepada stadium dan
jenis penyakit, serta usia dan keadaan umum penderita.
 Kanker vagina stadium 0
- Vaginektomi. Setelah vaginektomi mungkin harus dilakukan
pencangkokan kulit untuk memperbaiki kerusakan pada
vagina.
- Terapi radiasi interna
- Bedah laser
- Kemoterapi intravagina.
Pengobatan berdasarkan stadium
 Kanker vagina stadium I
Kanker skuamosa
- Radiasi interna dengan atau tanpa radiasi eksterna
- Eksisi lokal luas, bisa diikuti dengan perbaikan vagina. Pada beberapa kasus, bisa
diikuti dengan terapi penyinaran.
- Vaginektomi dan diseksi kelenjar getah bening
Adenokarsinoma
- Vaginektomi dan pengangkatan rahim, ovarium serta tuba falopii, disertai diseksi
kelenjar getah bening panggul. Prosedur ini diikuti dengan perbaikan vagina.
Pada beberapa kasus bisa dilanjutkan dengan terapi penyinaran.
- Radiasi interna dengan atau tanpa radiasi eksterna.
- Pada kasus tertentu dilakukan eksisi lokal luas dan diseksi beberapa kelenjar getah
bening panggul yang diikuti dengan radiasi interna.
 Kanker vagina stadium II
- Kombinasi radiasi interna dan eksterna
- Pembedahan, yang bisa dilanjutkan dengan terapi penyinaran
Pengobatan berdasarkan stadium
 Kanker vagina stadium III
- Kombinasi radiasi interna dan eksterna
- Pembedahan, kadang dikombinasikan dengan terapi penyinaran
 Kanker vagina stadium IVA
- Kombinasi radiasi interna dan eksterna
- Pembedahan kadang dikombinasikan dengan terapi penyinaran
 Kanker vagina stadium IVB
- Penyinaran untuk meringankan gejala nyeri, mual, muntah maupun
gangguan fungsi pencernaan
- Kemoterapi.
 Jika kanker berulang (kambuh kembali) dan menyebar ke organ wanita
lainnya, maka dilakukan eksenterasi, tergantung kepada lokasi penyebaran
kanker.
Bisa juga dilakukan terapi penyinaran dan kemoterapi.

Anda mungkin juga menyukai