Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENYUSUN PUZZLE


DI RUANG KANTHIL RSUD BANYUMAS

Disusun oleh :
KELOMPOK 10

1. Munova Anjarwati (1811040029)


2. Rafa Afifah (1811040011)
3. Ratnasari (1811040126)
4. Sefa Budi Tri. P (1811040119)
5. Safira Amalia.P (1811040055)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan kasih -Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK MENYUSUN
PUZZLE ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Proposal terapi
bemain ini diajukan guna memenuhi tugas kelompok dalam Stase
Keperawatan Anak.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan
masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan
untuk dapat menyelesaikan Proposal Terapi Bernain ini baik itu secara
langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi ini Proposal Terapi Bernain masih jauh dari
kategori sempurna, baik dari segi kalimat, isi maupun dalam
penyusunan.oleh karen itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen
mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan Proposal Terapi Bermain ini.

Banyumas, 20 Mei 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan


pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan
ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan control, dan akibat dari
tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan
berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak,
tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan.
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan
salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena
hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi
tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk
mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping
dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain
tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009)
Bermain pada anak dapat meningkatkan kecerdasan dalam berfikir dan
mengembangkan imajinasi serta melatih daya motorik halus dan kasar pada
anak. Pada anak pra sekolah umumnya perkembangan motorik kasar dan
motorik halusnya sudah baik (Soetjiningsih, 1995). Pada tahap ini mereka
berminat untuk mendapatkan pengetahuan dan mulai mengalami peningkatan
kompetensi. Dengan mengerti tentang dunia anak terutama usia anak pra
sekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk melaksanakan program
terapi bermain karena dengan bermain membuat anak menjadi lebih rileks.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh
emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah
kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu
yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk
bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal
sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah
berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa
kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain
Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain menyusun puzzle.
Alasan memilih terapi bermain menyusun puzzle adalah untuk
mengembangkan motorik halus, keterampilan kognitif dan kemampuan
berbahasa. Puzzle merupakan salah satu bentuk permainan yang
membutuhkan ketelitian, melatih untuk memusatkan pikiran, karena kita harus
berkonstrasi ketika meyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga
menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap. Sehingga puzzle merupakan
jenis permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti terapi bermain menyusun puzzle diharapkan dapat
mengurangi dampak stress hospitalisasi pada anak
2. Tujuan Khusus
Dengan mengikuti terapi bermain menyusun puzzle, diharapkan dapat:
1) Melatih kemampuan kognitif anak.
2) Melatih kemampuan motorik halus anak.
3) Melatih kemampuan sosial personal anak.
4) Melatih kemampuan berbahasa anak.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Bermain
Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling
universal, meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari
ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat
mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Bermain dipandang
sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang
penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional
dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena
dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal
waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).
B. Fungsi Bermain
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan
melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini
aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh
bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual melalui
rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal
tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau
dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya
akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru
dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau
dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari
anak lebih cepat berkembang.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal
ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba
melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek
permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan
dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan
berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi
bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif
selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh
dimana pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap
kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada
usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini
sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain
peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi
seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain,
kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan
teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi
dengan teman dan orang.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas,
dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada
dan mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan
sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti
bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk
ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang
merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau
belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman
sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat
bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada
anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah
dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya,
dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus
dilakukan tidak boleh dilanggar.
C. Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada
saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Walaupun demikian, selama anak dirawat di rumah
sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus
tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat
dirumah sakit.

D. Manfaat Bermain
Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Berikut
ini adalah bererapa manfaat bermain pada anak-anak :
1) Perkembangan aspek fisik. Anggota tubuh mendapat kesempatan untuk
digerakkan, anak dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan,
sehingga ia tidak merasa gelisah.
2) Perkembangan aspek motorik kasar dan halus.
3) Perkembangan aspek sosial. Ia akan belajar tentang sistem nilai,
kebiasaan-kebiasaan dan standar moral yang dianut oleh masyarakat.
4) Perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak mendapat kesempatan
untuk melepaskan ketegangan yang dialami, perasaan tertekan dan
menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dalam dirinya.
5) Perkembangan aspek kognisi. Anak belajar konsep dasar, mengembangkan
daya cipta, memahami kata-kata yang diucapkan oleh teman-temannya.
6) Mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis dan
bukan anak yang acuh tak acuh terhadap kejadian disekelilingnya.
7) Sebagai media terapi, selama bermain perilaku anak-anak akan tampil
bebas dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh
seorang anak.
8) Sebagai media intervensi, untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu
dan sering digunakan untuk melatih konsentrasi pada tugas tertentu,
melatih konsep dasar.

E. Macam - Macam Bermain

1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari
apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi,
mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-
rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan
dengan teman-temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.

2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat
dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain
aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan
dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.
F. Prinsip dalam Aktivitas Bermain
Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan
maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti:
a) Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang
sakit kecil kemungkinan untuk melakukan permainan.
b) Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain
sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal.
c) Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan
usia dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi
anak.
d) Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang
tamu, halaman, bahkan di tempat tidur.
e) Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak
akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam
menggunakan alat permainan tersebut.
f) Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan
sosialisasi anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila
permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua
dan anak menjadi lebih akrab.

G. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
anak dalam bermain yaitu:
a) Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak
yaitu harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan
anak, karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
b) Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan
energi bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang
sakit.
c) Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak
laki-laki atau anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir,
imajinasi, kreativitas dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi,
permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal
identitas diri.
d) Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan
kreativitas anak dalam bermain.
e) Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh
kembang anak.
H. Konsep Puzzle
Puzzel berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar
pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan
bongkar pasang. Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat
disimpulkan bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang
dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara
membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.
Ada beberapa jenis puzzle, antara lain:
a) Puzzle konstruksi
Puzzle rakitan (construction puzzle) merupakan kumpulan
potongan-potongan yang terpisah, yang dapat digabungkan kembali
menjadi beberapa model. Mainan rakitan yang paling umum adalah blok-
blok kayu sederhana berwarna-warni. Mainan rakitan ini sesuai untuk anak
yang suka bekerja dengan tangan, suka memecahkan puzzle, dan suka
berimajinasi.
b) Puzzle batang (stick)
Puzzle batang merupakan permainan teka-teki matematika
sederhana namun memerlukan pemikiran kritis dan penalaran yang baik
untuk menyelesaikannya. Puzzle batang ada yang dimainkan dengan cara
membuat bentuk sesuai yang kita inginkan ataupun menyusun gambar
yang terdapat pada batang puzzle.
c) Puzzle lantai
Puzzle lantai terbuat dari bahan sponge (karet/busa) sehingga baik
untuk alas bermain anak dibandingkan harus bermain di atas keramik.
Puzzle lantai memiliki desain yang sangat menarik dan tersedia banyak
pilihan warna yang cemerlang. Juga dapat merangsang kreativitas dan
melatih kemampuan berpikir anak. Puzzle lantai sangat mudah dibersihkan
dan tahan lama.
d) Puzzle angka
Mainan ini bermanfaat untuk mengenalkan angka. Selain itu anak
dapat melatih kemampuan berpikir logisnya dengan menyusun angka
sesuai urutannya. Selain itu, puzzle angka bermanfaat untuk melatih
koordinasi mata dengan tangan, melatih motorik halus serta menstimulasi
kerja otak.
e) Puzzle transportasi
Transportasi merupakan permainan bongkar pasang yang memiliki
gambar berbagai macam kendaraan darat, laut dan udara. Fungsinya selain
untuk melatih motorik anak, juga untuk stimulasi otak kanan dan otak kiri.
Anak akan lebih mengetahui macam-macam kendaraan.
f) Puzzle logika
Puzzle logika merupakan puzzle gambar yang dapat
mengembangkan keterampilan serta anak akan berlatih untuk memecahkan
masalah. Puzzle ini dimainkan dengan cara menyusun kepingan puzzle
hingga membentuk suatu gambar yang utuh.
g) Puzzle geometri
Puzzle geometri merupakan puzzle yang dapat mengembangkan
keterampilan mengenali bentuk geometri (segitiga, lingkaran, persegi dan
lain-lain), selain itu anak akan dilatih untuk mencocokkan kepingan puzzle
geometri sesuai dengan papan puzzlenya.
h. Puzzle Penjumlahan dan Pengurangan
Puzzle penjumlahan dan pengurangan merupakan puzzle yang
dapat mengembangkan kemampuan logika matematika anak. Dengan
puzzle penjumlahan dan pengurangan anak memasangkan kepingan puzzle
sesuai dengan gambar pasangannya.
Fungsi Puzzle
Permainan puzzle berfungsi untuk:
a) Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran
b) Melatih koordinasi mata dan tangan. Anak belajar mencocokkan
keping-keping puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar.
c) Memperkuat daya ingat
d) Mengenalkan anak pada konsep hubungan
e) Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih anak untuk berfikir
matematis (menggunakan otak kiri).
BAB III
SAK TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit


Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia3 - 6 tahun
Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Hari / Tanggal : Senin, 20 Mei 2019
Jam / Durasi : Pukul 09.00 sd 09.30
Tempat Bermain : Ruang Terapi Bermain

A. Peserta
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang anak
yang memenuhi kriteria :
a. Anak usia 3 – 6tahun
b. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
c. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
d. Pasien kooperatif

Peserta terdiri dari anak usia prasekolah minomal 2 orang didampingi


keluarga.
B. Target : minimal 2orang
C. Sarana dan Media :
a. Sarana
- Ruangan tempat bermain
- Tikar untuk duduk
b. Media:
- puzzle
D. Pengorganisasian
a. Leader : Munova
Tugasnya
- Menampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi bermain sebelum
kegiatan dimulai
- Menjelaskan kegiatan, mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam
proses kegiatan bermain (mewarnai gambar)
- Mampu memimpin terapi bermain dengan dengan baik dan tertib, serta
menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
b. Co Leader : Safira Amalia.P
Tugasnya :
- Mengambil alih posisi leader jika leader pasif (bloking)
- Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas anak
dan mengingatkan leader jika kegiatannya menyimpang
- Menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya
c. Observer : Sefa Budi Tri
Tugasnya :
- Mengobservasi jalannya proses kegiatan
- mencatat perilaku verbal dan nonverbal anak selama kegiatan berlangsung
- Menyampaikan hasil observasi pada kelompok
d. Fasilitator : - Ratnasari dan Rafa Afifah
Tugasnya :
- Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung,
- memotivasi anak yang kurang aktif
- membantu leader memfasilitasi peserta untuk berperan aktif dan
memfasilitasi peserta.
E. Setting Tempat

Keterangan
: Leader
: Peserta
: Co Leader
: Observer
: Fasilitator
F. Susunan Kegiatan

KEGIATAN
No. WAKTU
Terapi Anak Keterangan
1. 5 menit Pembukaan a. Menjawab salam
a. Membuka kegiatan b. Mendengarkan
dengan c. Mendengarkan
mengucapkan d. Mendengarkan
salam e. Mendengarkan dan
b. Memperkenalkan saling berkenalan
diri f. Mendengarkan
c. Memperkenalkan
pembimbing
d. Menjelaskan tujuan
dari terapi bermain
yaitu (menyusun
puzzle )
e. Memperkenalkan
anak satu persatu
dan anak saling
berkenalan dengan
temannya
f. Kontrak waktu
dengan anak

2. 20 menit Kegiatan Inti a. Mendengarkan


a. Menjelaskan tata b. Menjawab
cara pelaksanaan pertanyaan
terapi bermain c. Antusias saat
menyusun puzzle menerima peralatan
kepada anak d. Bermain(menyusun
b. Menanyakan pada puzzle)
anak, anak mau e. Mengungkapkan
bermain atau tidak perasaan
c. Menbagikan
puzzle kepada
setiap anak
d. Leader ,co-leader,
dan Fasilitator
memotivasi anak
e. Fasilitator
mengobservasi
anak
f. Menanyakan
perasaan anak
3. 5 menit Penutup a. Memperhatikan
a. Memberikan b. Selesai bermain
motivasi dan c. Senang
pujian kepada d. Menjawab salam
seluruh anak yang
teah mengikuti
program terapi
bermain
b. Leader
Menghentikan
permainan
c. Memberikan
hadiah pada anak
yaitu buku gambar
dan crayon
d. Mengucapkan
salam
G. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a) Kesiapan media dan tempat
b) Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di Ruang Kantil RSUD
Banyumas
2. Evaluasi proses
a) Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan
teratur
b) Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik
c) Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
d) 100 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
a) Peserta memahami permainan yang telah dimainkan.
b) Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksplorasi alat
mainannya
c) Anak dapat mengembangkan hubungan social, komunikasi dan belajar
untuk sabar dan saling menghargai.
d) Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama hospitalisasi, anak
dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya(distraksi dan
relaksasi)
e) Anak dapat berintraksi dengan anak lain dan perawat.
IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang
mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut,
tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,
memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak, dimana dalam
bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya,
serta cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain. Bermain bagi anak adalah
suatu kebutuhan selayaknya bekerja pada orang dewasa, oleh sebab itu bermain di
rumah sangat diperlukan guna untuk mengatasi adanya dampak hospitalisasi yang
diasakan oleh anak.Dengan bermain, anak tetap dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya tanpa terhambat oleh adanya dampak hospitalisasi tersebut.

B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar
anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat
menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan
tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap
diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi
dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh
kembang anak.Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat
terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.( 2010) Bermain melatih konseentrasi anak. [Online].Tersedia :
Hurlock, E B.1991. Perkembangan Anak Jilid 1. Erlangga : Jakarta
L. Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi
4. EGC : Jakarta www.Pediatrik.com
Nursalam.(2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat
danBidan). Jakarta: Salemba Medika.
Soetjiningsih, 1995,Tumbuh Kembang Anak, EGC : Jakarta
Whaley and Wong, 2009, Nursing Care Infanst and Children. Fourth
Edition. Mosby Year Book. Toronto Canada
Stuart, Gail and Laraia, Michele.(1998). Principles and practice of psychiatric
nursing. St. Louis: Mosby.
Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai