Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia merupakan tokoh sentral dalam sebuah

organisasi. Agar aktivitas manajemen berjalan dengan baik, maka

organisasi tersebut harus memiliki pegawai dengan pengetahuan dan

keterampilan tinggi dalam mengelola organisasi dengan seoptimal

mungkin sehingga kinerja pegawai akan meningkat. Keberhasilan dalam

peningkatan kinerja pegawai menuntut organisasi tersebut untuk

mengetahui sasaran kinerja. Jika sasaran kinerja ditumbuhkan dari dalam

diri pegawai maka akan membentuk suatu kekuatan diri dan pencapaian

kinerja akan menjadi lebih mudah. Kinerja pegawai merupakan hasil atau

prestasi kerja pegawai yang dinilai dari segi kualitas maupun kuantitas

berdasarkan standar kerja yang ditentukan oleh pihak organisasi (Budi

Setiyawan dan Waridin, 2006).

Paradigma baru yang muncul mulai tahun 1900-an sering disebut

New Public Management atau NPM (Hood, 1991) dalam Verbeten (2008).

Paradigma tersebut muncul akibat adanya kritikan keras yang ditujukan

kepada organisasi sektor publik yang sering tidak produktif, tidak efisien,

selalu rugi, rendah kualitas, miskin inovasi dan kreativitas. New Public

Management berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi

pada kinerja, bukan berorientasi kebijakan. New Public Management pada

1
2

awalnya lahir di negara-negara maju di Eropa dan Amerika. Namun,

negara-negara berkembang juga sudah mulai menggunakan konsep ini,

begitu juga dengan Indonesia.

Indonesia sebagai negara yang juga turut ingin berbenah, berusaha

menerapkan paradigma NPM tersebut, meski ada sikap pesimis dari

berbagai pihak mengenai kesanggupan penerapannya. Di Indonesia

sendiri, pelaksanaan manajemen kinerja pada organisasi sektor publik

sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1999 dengan dikeluarkannya

Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah. Penerapan New Public Management di Indonesia

dapat dilihat dari penerapan beberapa karakteristik karakteristiknya di

dalam praktek-praktek yang tengah di jalankan oleh instansi-instansi

pemerintahan di Indonesia.

Manajemen kinerja dapat didefinisikan sebagai daya upaya untuk

meningkatkan kemampuan dan mendorong pegawai melalui berbagai

cara agar bekerja dengan penuh semangat, efektif, efisien dan produktif,

sesuai dengan proses kerja yang benar agar mencapai hasil kerja yang

optimal. Menurut Heinrich (2002) dalam komang (2013) praktek

manajemen kinerja meliputi tujuan yang akan dicapai, pengalokasian

hak-hak keputusan, serta pengukuran dan pengevalusaian kinerja

organisasi. Praktek manajemen kinerja ini dapat meningkatkan kinerja

organisasi sektor publik.

Fenomena yang terjadi beberapa waktu yang lalu menunjukkan


3

bahwa sektor publik di Provinsi Jambi ini sering disorot karena isu kinerja

pegawainya yang kurang maksimal. Hal tersebut terlihat dari beberapa

inspeksi dadakan yang dilakukan oleh Gubernur Provinsi Jambi di

beberapa badan sektor publik, dikutip dari hari Tribun Jambi 11 Maret

2016 bahwa banyak ditemukannya pegawai badan sektor publik yang

tidak masuk kerja dan masih melakukan pungutan liar ketika dilakukan

inspeksi dadakan oleh Gubernur Provinsi Jambi.

Kinerja pegawai merupakan hal penting yang menentukan

bagaimana suatu organisasi sektor publik dapat memberikan pelayanan

yang baik bagi masyarakat. Berdasarkan survei, masih banyak pungutan

liar yang dilakukan oleh oknum pegawai dalam badan organisasi sektor

publik. Badan organisasi sektor publik merupakan titik penting pada

pembangunan daerah, terutama badan-badan yang mengurus kegiatan

investasi dan izin usaha di Provinsi Jambi, salah satunya Badan

Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi

Jambi.

Badan BPMD dan PPT Provinsi Jambi merupakan salah satu

organisasi sektor publik yang memiliki peran penting di setiap daerah

termasuk Provinsi Jambi. Badan Penanaman Modal Daerah dan

Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Jambi mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang

Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Perizinan Terpadu Tingkat

Provinsi. Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Perizinan


4

Terpadu mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian daerah.

Semakin banyak penanaman modal atau investasi dalam suatu daerah

semakin memungkinkan ekonomi di daerah tersebut menjadi lebih baik.

Pegawai BPMD dan PPT Provinsi Jambi memiliki peranan dalam

kemajuan pengembangan kebijakan daerah di bidang penanaman modal

dan belum pernahnya diadakan penelitian tentang faktor yang

mempengaruhi kinerja pegawai pada badan tersebut menjadi alasan

peneliti tertarik memilih Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan

Perizinan Terpadu sebagai objek penelitian. Jika pegawai bekerja dengan

baik dan bersih, maka kinerja organisasinya juga akan menjadi baik dan

dipercaya oleh publik.

Manajemen Berbasis Kinerja sudah diterapkan di Indonesia mulai

sejak tahun 1999. Penerapan tersebut menunjukkan hasil yang positif

terhadap peningkatan kinerja pemerintah. Praktek Manajemen kinerja

meliputi penetapan tujuan mana yang akan diraih, pengalokasian hak

keputusan, pengukuran kinerja dan insentif yang berdasarkan pada

prestasi kerja yang dihasilkan. Penerapan manajemen kinerja diharapkan

dapat meningkatkan kinerja individu pada suatu organisasi. Namun belum

diketahui secara pasti pengaruh dari penerapan manajemen kinerja

terhadap kinerja individu pada organisasi sektor publik di Indonesia.

Beberapa faktor yang dianggap dapat memperngaruhi kinerja pegawai

antara lain seperti insentif, motivasi kerja, desentralisasi, dan sistem

pengukuran kinerja. Insentif dapat didefinisikan sebagai motivator luar


5

dimana gaji, honor, atau perspektif karir dihubungkan kepada kinerja

pegawai (Bonner et al, 2000). Individu dianggap memiliki pilihan untuk

meningkatkan kekayaan dan juga menambah waktu luangnya.

Kinerja organisasi dapat ditingkatkan dengan berbagai macam

cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah meningkatkan motivasi

kerja pada pegawai tersebut. Peningkatan motivasi intrinsik merupakan

salah satu cara usaha yang dapat dilakukan instansi atau perusahaan

untuk meningkatkan kinerja pegawai.

Peraturan Pemerintah 58 tahun 2005 mengatakan bahwa

pengelolaan keuangan daerah yang mengatur desentralisasi dari kepala

daerah kepada pejabat di bawahnya untuk mengelola keuangan dan

melaksanakan program-program sesuai dengan tujuan masing-masing

satuan kerja. Desentralisasi dimaksudkan agar setiap satuan kerja dapat

meningkatkan kinerja karena mereka mngetahui kondisi masyarakat dan

dapat menetapkan program-program yang tepat sasaran.

Penetapan sasaran-sasaran strategik sebagai awal dari proses

pengendalian manajemen terdapat di dalam manajemen kinerja. Dengan

adanya penetapan sasaran-sasaran strategik ini maka dapat dilakukan

pengukuran kinerja untuk menilai sejauh mana kinerja sektor publik.

pengukuran kinerja ini adalah salah satu elemen dalam sistem

pengendalian manajemen dan manajemen kinerja. Pengukuran kinerja

diartikan sebagai suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap

tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk di


6

dalamnya informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam

menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa; hasil kegiatan

dibandingkan dengan maksud yang diinginkan dan; efektivitas tindakan

dalam mencapai suatu tujuan (Robertson, 2002).

Gerry Hartajunika, Edy Sujana, dan Anantawikrama (2015) dalam

penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja

Organisasi Sektor Publik (Studi Empiris Pada Kantor Dinas Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Kabupaten Buleleng). Menemukan pengaruh yang

signifikan dalam semua variabel independen yang ditelitinya, dimana

variabel tujuan yang jelas, motivasi kerja, sistem pengukuran kinerja,

insentif dan desentralisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja

pegawai di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Buleleng dengan menggunakan alat analisis program SPSS versi 19.

Penelitian yang dilakukan Andarias Patiran (2010) yang berjudul

Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai Negeri Sipil

(PNS). Menemukan bahwa dari 3 (tiga) variabel independen (variabel

disiplin, tingkat pendidikan, dan motivasi) yang dimasukkan ke dalam

model, terdapat 2 (dua) variabel yaitu variabel tingkat pendidikan dan

variabel motivasi yang berpengaruh negatif dan tidak. Sedangkan variabel

disiplin berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai dan signifikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Dian Indudewi yang berjudul

Pengaruh Sasaran Jelas dan Terukur, Insentif, Desentralisasi, dan


7

Pengukuran Kinerja terhadap Kinerja Organisasi (Studi Empiris pada SKPD

dan BUMD Kota Semarang) meneliti tentang faktor sasaran yang jelas dan

terukur, insentif, desentralisasi, dan pengukuran kinerja terhadap kinerja

organisasi. Hasil dari penelitian tersebut, sasaran yang jelas dan terukur,

insentif, serta pengukuran kinerja mempengaruhi kinerja organisasi.

Sedangkan desentralisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja.

Penelitian oleh Josephine Betsy berjudul “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kinerja Organisasi Sektor Publik (Studi pada Pemerintah

Daerah Kabupaten Demak) mendapatkan hasil tujuan yang jelas dan

terukur berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten

Demak. Insentif tidak berpengaruh terhadap kinerja karena insentif pada

pemerintah daerah kabupaten Demak masih dihitung berdasarkan absensi

bukan terhadap kinerjanya. Motivasi kerja juga tidak berpengaruh karena

minimnya kesempatan untuk naik jabatan ke jenjang lebih tinggi.

Dewi diniaty dan Muhammad Fairus (2014) dalam penelitiannya

yang berjudul Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Perpustakaan UIN SUSKA RIAU mendapatkan hasil Tingkat pendidikan

berpengaruh terhadap kinerja pegawai tetapi tidak signifikan, pengalaman

kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai, namun

pengembangan pegawai tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan

oleh Gerry Hartajunika, Edy Sujana, dan Anantawikrama (2015) yang

meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Organisasi Sektor


8

Publik (Studi Empiris Pada Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kabupaten Buleleng) yang menggunakan variabel tujuan yang jelas,

motivasi, sistem pengukuran kinerja, insentif dan desentralisasi. Beda

penelitian ini dengan penelitian Gerry Hartajunika, Edy Sujana, dan

Anantawikrama (2015) yaitu pertama pada variabel yang digunakan,

peneliti mengurangi variabel tujuan yang jelas sehingga variabel dalam

penelitian ini yaitu variabel insentif, motivasi kerja pegawai, desentralisasi,

serta sistem pengukuran kinerja sebagai variabel independen dan juga

menyesuaikannya untuk kondisi yang ada dalam praktik-praktik

pengukuran kinerja di sektor publik Indonesia. Kedua peneliti

menggunakan unit analisis yang lebih kecil yaitu Badan Penanaman Modal

Daerah dan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Jambi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan


penelitian dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KINERJA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK (STUDI EMPIRIS
PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAERAH DAN PELAYANAN
PERIZINAN TERPADU PROVINSI JAMBI)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya,

maka dirumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan, yaitu:

1. Apakah pemberian insentif, motivasi kerja, desentralisasi dan sistem

pengukuran kinerja berpengaruh secara simultan terhadap kinerja

Organisasi Sektor Publik Badan Penanaman Modal Daerah dan

Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Jambi?


9

2. Apakah pemberian insentif berpengaruh terhadap kinerja Organisasi

Sektor Publik Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan

Perizinan Terpadu Provinsi Jambi?

3. Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja Organisasi Sektor

Publik Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Perizinan

Terpadu Provinsi Jambi?

4. Apakah desentralisasi berpengaruh terhadap kinerja Organisasi Sektor

Publik Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Perizinan

Terpadu Provinsi Jambi?

5. Apakah sistem pengukuran kinerja berpengaruh terhadap kinerja

Organisasi Sektor Publik Badan Penanaman Modal Daerah dan

Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Jambi?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan

dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui dan menganalisis secara empiris pengaruh pemberian

insentif, motivasi kerja, desentralisasi dan sistem pengukuran kinerja

secara simultan terhadap kinerja Organisasi Sektor Publik Badan

Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi

Jambi.

2. Menganalisis pengaruh pemberian insentif terhadap kinerja Organisasi


10

Sektor Publik Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan

Perizinan Terpadu Provinsi Jambi.

3. Menganalisis pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja Organisasi

Sektor Publik Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan

Perizinan Terpadu Provinsi Jambi.

4. Menganalisis pengaruh desentralisasi terhadap kinerja Organisasi

Sektor Publik Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan

Perizinan Terpadu Provinsi Jambi.

5. Menganalisis pengaruh sistem pengukuran kinerja terhadap kinerja

Organisasi Sektor Publik Badan Penanaman Modal Daerah dan

Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Jambi.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai


berikut:

1. Bagi Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Perizinan

Terpadu Provinsi Jambi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau bahan masukan

dalam meningkatkan dan memperbaiki kinerja Organisasi Sektor

Publik sehingga meningkatkan kualitas pelayanan sektor publik serta

meningkatkan pemahaman tentang praktek manajemen kinerja pada

Organisasi Sektor Publik.


11

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat sebagai pelatihan intelektual,

mengembangkan wawasan berpikir yang dilandasi konsep ilmiah

khususnya ilmu akuntansi sektor publik.

3. Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat memberikan wacana alternatif bagi praktisi

mengenai pengaruh praktek manajemen kinerja terhadap kinerja

Organisasi Sektor Publik di Indonesia. Bagi pengembangan teori dan

pengetahuan di bidang akuntansi, dapat dijadikan gambaran

mengenai pengaruh praktek manajemen kinerja terhadap kinerja

Organisasi Sektor Publik di Indonesia dan juga sebagai bahan

referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai permasalahan ini.

Anda mungkin juga menyukai