Anda di halaman 1dari 5

Sriyono - Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam 33

Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran


Telurium Dioksida Alam
(masuk/received 28 Mei 2017, diterima/accepted 6 Juli 2017)x
Optimation of Production Radioiodine-131 from Neutron Activated on
Natural Tellurium Dioxide Target

Sriyono, Maskur, Abidin, Triyanto, Hambali


Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka – BATAN
Gedung 11 Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang Selatan, Banten
sriyonoprr@batan.go.id

Abstrak – Radioiod-131 adalah nama lain dari radioisotop yodium-131 (131I) yang merupakan radioisotop pemancar
gamma pada energi 364 keV (81%) dan juga pemancar partikel beta dengan energi maksimum 610 keV dengan umur
paro (T½) 8,02 hari sehingga dapat digunakan di kedokteran nuklir untuk keperluan diagnosa fungsi ginjal, kerusakan
kelenjar gondok juga untuk terapi kanker thyroid, kanker kelenjar endoktrin, dan neuroblastoma. PTRR-BATAN telah
memproduksi 131I untuk mem-back up kebutuhan radioiod-131, namun dari batch RI-001 sampai dengan RI-008
radioiod-131 yang dihasilkan masih belum memenuhi persyaratan medis. Pada penelitian ini dilakukan optimasi
produksi dengan mengubah parameter proses seperti pabrikan bahan sasaran, setting temperatur, jumlah charcoal, dan
waktu elusi. Dari perubahan parameter tersebut pada batch RI-009 – RI-014 dihasilkan larutan produk 131I dalam
bentuk sodium iodida (Na131I) yang jernih tidak berwarna dengan pH = 12, konsentrasi radioaktif >100 mCi/ml dengan
kemurnian radionuklida >99% dan kemurnian radiokimia >95%. Dengan spesifikasi tersebut larutan produk 131I telah
memenuhi syarat untuk keperluan medis.
Kata kunci : optimasi produksi, telurium dioksida alam, radioiodine-131, aktivasi neutron, distilasi kering
Abstract – Radioiodine-131 is the other name of the radioisotope iodine-131 (131I) which is a gamma emitting
radioisotope at 364 keV energy (81%) and also a beta emitter with a maximum energy of 610 keV with halflife (T½) of
8.02 days so it can be used in nuclear medicine to diagnose kidney function, thyroid damage, also for the treatment of
thyroid cancer, endoktrin gland cancer, and neuroblastoma. PTRR-BATAN has produced 131I to back up the 131I demand,
but from batch RI-001 until RI-008 our product have not met the medical requirements. Therefore, the optimation of
production is needed by changing the process parameters such as manufacturer of target material, temperature setting,
amount of charcoal, and elution time. By Changing those parameters, we got product in the form of sodium iodide
solution which was colorless clear, pH 12, radioactive concentration of >100 mCi/ml, radionuclide purity >99% and
radiochemical purity >95%. With these specification, the product of batch RI-009 – RI-014 have met the medical
requirements.
Keywords : production optimation, natural tellurium dioxide, radioiodine-131, neutron activation, dry distillation

I. PENDAHULUAN reaksi neutron-fisi (n,f) dan juga penangkapan neutron


Dewasa ini ketersediaan akan radioisotop untuk tellurium dioksida (TeO2) alam melalui reaksi neutron-
keperluan medis di dalam negeri sudah merupakan suatu gamma (n,).[7,8] Radioiod-131 dari hasil belah 235U (n,f)
kebutuhan yang harus dipenuhi terutama radioisotop tidak dilakukan karena proses pemisahan 131I dari produk-
Teknesium-99m (99mTc) untuk diagnosa dan Radioiod- produk fisi yang lain melalui proses kimia yang panjang
131 untuk diagnosa maupun terapi. Radioiod-131 adalah dan membutuhkan fasilitas yang sangat rumit disamping
nama lain dari radioisotop yodium-131 (131I) yang itu juga menghasilkan limbah hasil fisi yang sangat
merupakan radioisotop pemancar gamma pada energi 364 kompleks dan mempunyai umur paro yang panjang,
keV (81%) dan juga pemancar partikel beta dengan namun masih ada cara kedua yaitu dengan cara aktivasi
energi maksimum 610 keV dengan umur paro (T½) 8,02 neutron terhadap sasaran TeO2 alam dan proses
hari sehingga dapat digunakan untuk keperluan diagnosa pemisahan produk dari bahan sasarannya cukup dengan
maupun terapi dalam kedokteran nuklir.[1] Pemanfaatan distilasi distilasi kering dan limbah yang dihasilkan
dari radioiod-131 di antaranya adalah 131I-Hippuran untuk cukup sederhana sehingga mudah penanganannya.
diagnosis fungsi ginjal[2], Na-131I oral untuk diagnosis Adapun reaksi inti yang terjadi dari kedua metoda
kerusakan kelenjar gondok dan terapi kanker thyroid[1,3,4], tersebut seperti terlihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
131
I-MIBG untuk diagnosis maupun terapi neuroblastoma Berdasarkan Peraturan Kepala BATAN Nomor 21
dan kanker kelenjar endoktrin.[5,6] Tahun 2014 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di
Radioiod-131 dalam jumlah besar pada umumnya BATAN, maka Pusat Teknologi Radioisotop dan
diproduksi dari pembelahan inti uranium-235 melalui Radiofarmaka (PTRR) yang merupakan salah satu unit

Risalah Fisika Vol. 1 no. 2 (2017) 33-37


ISSN 2548-9011
34 Sriyono - Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam

99
Mo Universal dari E. Merck. Kemudian bahan-bahan gelas
seperti ampul kuarsa, dan peralatan distilasi kering di
235 131 pasok dari dalam negeri.
U(n,f) I + neutron
Seperangkat alat las acetylene untuk penutupan ampul
kuarsa, dan untuk penutupan tabung aluminium (kapsul
Radioisotop lain iradiasi) digunakan las tig/argon Telwin, No. Seri
Gambar 1. Reaksi neutron-fisi (n,f). 096776 dari Italia, serta seperangkat alat uji gelembung
(bubble test) digunakan untuk uji kebocoran kapsul
iradiasi. Fasilitas hot cell digunakan untuk penanganan
130
Te ( n ,  ) 131Te meluruh 131
I sasaran paska iradiasi, glove box berperisai timbal (Pb)
yang dilengkapi dengan sistem ventilasi yang memadai
untuk proses distilasi kering. Dose calibrator ATOMLAB
Gambar 2. Reaksi aktivasi neutron (n,).
untuk pengukuran aktifitas produk 131I dan spectrometer
gamma untuk menentukan kemurnian radionuklida 131I,
kerja di BATAN di bawah Deputi Bidang Pendaya-
sedangkan untuk menentukan kemurnian radiokimia
gunaan Teknologi Nuklir mempunyai tugas
digunakan alat pencacah gamma (gamma counter).
melaksanakan perumusan dan pengendalian kebijakan
teknis, pelaksanaan, dan pembinaan dan bimbingan di Cara Kerja
bidang teknologi produksi radioisotop dan radiofarmaka,
Sebanyak 5 g serbuk sasaran TeO2 alam dipanaskan
maka BATAN khususnya PTRR harus mem-back up
kebutuhan dalam negeri akan radioisotop 131I tersebut. terlebih dahulu dalam furnace pada temperatur 500 oC
Kegiatan produksi radioisotop 131I melalui reaksi selama 1 (satu) jam dan dikemas dalam kapsul iradiasi
dari bahan aluminium kemurnian tinggi kemudian
penangkapan neutron (n,) terhadap sasaran TeO2 alam di
dikirim ke reaktor G.A. Siwabessy PRSG-BATAN
dalam fasilitas iradiasi reaktor nuklir G.A. Siwabessy
Serpong untuk diaktivasi di fasilitas iradiasi Central
PRSG-BATAN Serpong dan proses pemisahannya
Irradiation Position (CIP) selama sekitar 5 hari pada
melalui distilasi kering di dalam fasilitas hotcell dengan
daya 15 MW dengan melampirkan isian formulir iradiasi
kapasitas produksi dapat mencapai 12.000 mCi dari 100
dan formulir pengujian kapsul iradiasi dari Bidang
gram TeO2 alam. Proses pembuatan radioisotop 131I di
Teknologi Radioisotop - PTRR.
PTRR-BATAN masih mempunyai kendala yaitu proses
Paska iradiasi, kapsul iradiasi dipindahkan dari
pembuatannya masih menggunakan fasilitas glove box
fasilitas iradiasi (reaktor) ke fasilitas hotcell radioisotop
(bukan hotcell) yang hanya mampu untuk memproduksi
menggunakan wadah yang terbuat dari timbal (Pb). Di
kurang dari 1.000 mCi radioisotop 131I dari hasil aktivasi
dalam hotcell radioisotop, kapsul iradiasi dibongkar
neutron terhadap 5 gram serbuk sasaran TeO2 alam.
untuk mengeluarkan sasaran TeO2 alam teriradiasi yang
Dengan demikian perlu perubahan dimensi sistem
selanjutnya dimasukkan ke dalam labu distilasi dari
peralatan distilasi terutama ukuran vycor yang
bahan kuarsa berbentuk tabung (yang biasa disebut
berkapasitas sampai dengan 100 gram sasaran menjadi
vycor). Kemudian vycor tersebut dimasukkan ke dalam
hanya 5 gram sasaran. Setelah perubahan dimensi vycor
tungku pemanas dan selanjutnya disambungkan ke sistem
pada sistem distilasi tersebut PTRR telah melakukan
distilasi kering seperti pada Gambar 3.
proses mulai batch RI-001 sampai dengan RI-008 dan
Sebelum dilakukan proses produksi 131I dengan
dihasilkan 131I dengan radioaktivitas 300 – 700 mCi
metoda distilasi kering (Gambar 3) harus dilakukan uji
namun hasilnya masih belum memenuhi persyaratan
kebocoran di setiap sambungan pada sistem distilasi
medis, maka pada penelitian ini dilakukan optimasi
dengan cara vakum yaitu dengan menghidupkan pompa
produksi dengan melakukan perubahan beberapa
vakum kemudian mengatur kevakuman sistem sebesar
parameter proses di antaranya adalah: pabrikan bahan
1,5 inHg melalui kran pada pompa vakum, apabila tidak
sasaran TeO2, setting temperatur, jumlah charcoal, dan
ada gelembung udara pada botol trap maka semua
waktu elusi. Diharapkan dari perubahan parameter
sambungan dinyatakan tidak bocor.
tersebut dihasilkan larutan produk 131I dalam bentuk
Pada kondisi ini proses distilasi kering dimulai
sodium iodida (Na131I) yang jernih tidak berwarna dengan
dengan menghidupkan heating tape dan tungku pemanas
pH = 12, konsentrasi radioaktif >100 mCi/ml dengan
dengan setting temperatur secara bertahap mulai 100 °C
kemurnian radionuklida >99% dan kemurnian radiokimia
sampai 750 °C. Pada kondisi ini proses distilasi mulai
>95%.
berjalan dan dipertahankan selama 5 jam untuk memas-
II. METODE PENELITIAN/EKSPERIMEN tikan bahwa hampir semua uap yodium-131 dalam
bentuk yodida (131I2) telah terdistilasi dan terperangkap
Bahan dan Peralatan
dalam kolom charcoal aktif yang terpasang pada sistem.
Sebagai sasaran iradiasi digunakan serbuk tellurium Setelah proses distilasi berlangsung selama 5 jam,
dioksida (TeO2) alam dari Sigma-Aldrich, karbon aktif dilakukan pendinginan dengan menurunkan setting
untuk menangkap/menyerap uap yodium diperoleh dari temperatur menjadi 100 °C dan ditunggu sampai
Fisher Scientific, dan untuk mengikat yodium digunakan temperatur dalam tungku mencapai sekitar 250 °C.
larutan sodium hidroksida (NaOH) dari E. Merck, serta Selanjutnya sistem distilasi dihentikan dengan menutup
untuk mengukur pH larutan produk digunakan kertas pH semua valve dan sambungan ke pompa vakum dilepas.

Risalah Fisika Vol. 1 no. 2 (2017) 33-37


ISSN 2548-9011
Sriyono - Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam 35

Gambar 3. Proses produksi 131I dengan metoda distilasi kering.

30 mm
Yodium yang telah terperangkap dalam kolom charcoal
dikeluarkan dengan melewatkan larutan NaOH 0,05N ke
dalam kolom charcoal dengan cara elusi.
Larutan hasil elusi tersebut adalah sebagai larutan 30 mm
produk radioiod-131 dalam bentuk sodium yodida
(Na131I) yang selanjutnya disampling untuk dilakukan uji

40 mm
kualitas pengukuran radioaktivitas, pH, kemurnian
306 mm

radionuklida, kemurnian radiokimianya. Proses elusi


dengan larutan NaOH 0,05N tersebut dilakukan beberapa

122 mm
kali sampai tingkat keradioaktifan produk < 50 mCi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR)-
BATAN mulai tahun 2013 telah membuat radioisotop 131I
tersebut dengan fasilitas glove box yang hanya mampu 56 mm 40 mm
membuat 131I sebesar kurang dari 1000 mCi. Dengan
fasilitas yang dimiliki maka desain sistem distilasi untuk Gambar 4. Modifikasi ukuran vycor.
pembuatan radioisotop tersebut juga mengalami
perubahan terutama dimensi tabung vycor sebagai wadah
bahan sasaran teriradiasi dari kapasitas 100 gram menjadi Setelah dilakukan perubahan parameter proses mulai
5 gram sasaran TeO2. Perubahan dimensi vycor tersebut dari pasokan bahan sasaran TeO2, setting temperatur,
ditunjukkan pada Gambar 4. jumlah charcoal, dan waktu elusi seperti pada Tabel 1,
Mulai Mei 2013 sampai dengan Nopember 2014 terlihat bahwa hanya perubahan setting suhu dari 850 °C
PTRR-BATAN telah melakukan pembuatan radioisotop menjadi 750 °C saja yang memberikan efek yang sangat
131
I dengan menggunakan fasilitas dan sistem distilasi signifikan terhadap produk 131I yang dihasilkan.
yang baru. Dari batch RI-001 sampai dengan RI-008 Perubahan setting suhu tersebut dilakukan berdasarkan
dihasilkan produk 131I yang tidak memenuhi analisa hasil uji kualitas produk yang masih
persyaratan untuk keperluan medis seperti yang telah terkontaminasi Te dari bahan sasarannya sehingga larutan
disampaikan oleh Maskur, dkk.[9], maka pada batch RI- produk berwarna putih keruh, hal ini dimungkinkan
009 – RI-014 dilakukan optimalisasi produksi dengan karena terjadi panas belebih (over heating) di dalam
melakukan perubahan-perubahan parameter seperti vycor (wadah sasaran TeO2) yang mengakibatkan sasaran
penggantian pasokan bahan sasaran, preparasi sasaran, TeO2 tersebut bukan hanya meleleh tetapi kemungkinan
jumlah karbon aktif, setting temperatur, dan waktu elusi sampai mencair atau bahkan mendidih sehingga sebagian
produk. Dari hasil perubahan tersebut diperoleh data-data Te ikut terbawa oleh uap yodium dan terperangkap pada
produk radioiod-131 seperti pada Tabel 1. kolom charcoal dalam sistem distilasi.

Risalah Fisika Vol. 1 no. 2 (2017) 33-37


ISSN 2548-9011
36 Sriyono - Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam

Tabel 1. Parameter Proses dan Hasil uji kualitas produk 131I.

Parameter Hasil
Kem. Kem.
Setting Jumlah Waktu Aktivitas pH Keterangan
Pasokan Visual Radio- Radio- Kem.
No. Batch Temp. Charcoal elusi Produk larutan
TeO2 Produk nuklida kimia Kimia
(°C) (mg) Produk (mCi) Produk
(%) (%)
Dibiarkanse Putih Terkontami
RI-001 38 12 99,99 < 95
Merck malam Keruh nasi Te
RI-002 Proses gagal karena filamen tungku pemanas putus
RI-003 Sigma- 11,5
Aldrich Produk tidak
RI-004 9 < 95
850 memenuhi persyaratan
Dibiarkan
RI-005 Merck 230 Putih Terkonta- medis
500 semalam
Keruh minasi Te
RI-006 370 95,72
RI-007 598 96,66
RI-008 344 90,14
12 99,99
RI-009 561 95,88 Produk memenuhi
RI-010 Sigma- 477 97,54 persyaratan medis
Aldrich
Langsung Jernih Bebas Produk tidak
RI-011 713 91,72
750 dielusi tidak kontamina- memenuhi persyaratan
RI-012 392 berwarna 90,23 si Te medis
300
RI-013 702 96,65 Produk memenuhi
RI-014 419 97,40 persyaratan medis

Berdasarkan hasil uji kualitas produk 131I tersebut, maka sasaran sehingga memudahkan pada saat penanganan target
dilakukan kalibrasi tungku pemanas dengan cara pengukuran paska iradiasi, yaitu saat mengeluarkan serbuk sasaran TeO 2
temperatur bagian dalam vycor dan dibandingkan dengan dari kapsul iradiasi supaya tidak menggumpal.
hasil pembacaan pada termokopel kontrol tungku pemanas.
Kalibrasi tungku pemanas tersebut dilakukan oleh P.T. Tabel 2. Hasil Kalibrasi Tungku Pemanas (furnace).
KALIMAN (Kalibrasi Instrumentasi Mandiri) dan hasilnya
seperti terlihat pada Tabel 2. Pengaturan Pembacaan Alat Pembacaan
Setting Reading Standard
Dari hasil kalibrasi seperti pada Tabel 2 terlihat bahwa (°C ) (°C ) (°C )
ada perbedaan temperatur dari hasil pengukuran standar 100 99 134,5
(dalam vycor) dengan setting temperatur yang sangat 150 150 199,7
signifikan yaitu hampir 60 °C, misalnya dengan setting 200 200 256,9
temperatur 850 °C ternyata temperatur yang sebenarnya 300 300 339,0
dalam vycor sebesar 906,2 °C, sedangkan titik leleh serbuk 400 400 438,4
TeO2 adalah 733 °C dan titik didih serbuk TeO2 pada 500 500 555,8
temperatur 1245 °C,[10, 11] ini membuktikan bahwa dengan 600 600 660,2
700 700 763,3
setting temperatur 850 °C terjadi over heating dan dengan
750 750 809,7
adanya sistem vakum maka mengakibatkan serbuk TeO 2 800 800 858,0
menjadi cair atau bahkan mendidih sehingga sebagian Te 850 850 906,2
terbawa oleh uap yodium dan terperangkap dalam kolom Ketidakpastian kalibrasi/calibration uncertainty
charcoal dan ketika kolom charcoal dielusi dengan larutan ± 1,0 %
NaOH 0,05N maka larutan produk 131I yang diperoleh
menjadi putih keruh sehingga tidak memenuhi persyaratan Setelah dilakukan perubahan setting temperatur dari
medis karena terkontaminasi Te. Setelah dilakukan 850 °C menjadi 750 °C mulai batch RI-009 sampai dengan
penurunan setting temperatur dari 850 °C menjadi 750 °C, RI-014 maka larutan produk 131I yang dihasilkan sudah tidak
maka larutan produk tidak lagi terkontaminasi Te dan terkontaminasi lagi telurium (Te) sehingga larutan produk
larutan menjadi jernih tidak berwarna seperti pada Tabel 1. menjadi jernih tidak berwarna. Namun produk 131I batch
Di samping itu juga dilakukan perubahan cara preparasi RI-011 dan RI-012 meskipun secara visual larutan produk
bahan sasaran yang akan diiradiasi di reaktor G.A. jernih tidak berwarna tetapi kemurnian radiokimianya diba-
Siwabessy yang sebelumnya bahan sasaran TeO2 langsung wah 95% (lihat Tabel 1). Hal ini disebabkan karena sebelum
dikemas dalam kapsul iradiasi. Mulai batch RI-008, sebelum kolom charcoal dielusi dengan larutan NaOH 0,05N sudah
dikemas bahan sasaran TeO2 dipanaskan terlebih dahulu mengalami kontak dengan udara sehingga sebagian 131I
dalam furnace pada temperatur 500 °C selama 1 jam. Ini dalam bentuk Na131I teroksidasi menjadi iodat (Na131IO3) dan
bertujuan untuk menghilangkan kadar air hidrat dalam bahan periodat (Na131IO4).

Risalah Fisika Vol. 1 no. 2 (2017) 33-37


ISSN 2548-9011
Sriyono - Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam 37

Kemudian untuk batch RI-013 dan RI-014 sebelum radiokimianya di atas 95% seperti yang terlihat pada
kolom charcoal dielusi dengan larutan NaOH 0,05N Tabel 3 tentang Laporan Hasil Uji yang berisi Standar
dijaga jangan sampai kontak dengan udara, sehingga Keberterimaan dan Hasil Analisis terhadap produk
dihasilkan produk 131I yang tingkat kemurnian 131
I.

Tabel 3. Hasil Uji yang berisi Standar Keberterimaan dan Hasil Analisis terhadap produk 131I.
No. Standar
Jenis Pengujian Metode Analisis (Method Hasil Analisis
Keberterimaan
(Parameters) of Analysis) (Result of Analysis)
(Range)
1 Kejernihan Jernih Visual Jernih
(Clarity)
2 Derajad 10 – 12 Indikator pH 12,0
Keasaman (pH) (SOP.016.3.10/RR 00
04/TRR.5)
3 Konsentrasi >100 mCi/ml Dose Calibrator Aktivitas saat pengujian
Radioaktif (SOP.016.3.10/RR 00 112,13 mCi/ml
(Radioactive 04/TRR.5) Tgl. 21-10-2014 pkl. 09.02
Concentration) Ketidakpastian bentangan 2,28%
4 Kemurnian >99 % Spektrometri Gamma 99,99 %
Radionuklida (SOP.016.3.10/RR 00 Ketidakpastian bentangan 2,00%
(Radionuclide 04/TRR.5)
Puryti)
5 Kemurnian > 95 % Kromatografi Lapis Tipis 96,65 %
Radiokimia (SOP.016.3.10/RR 00 Ketidakpastian bentangan 2,39%
(Radiochemical 04/TRR.5)
Purity)

KESIMPULAN [2] Evi Setiawati, Muhammad Munir, Endras Ari Prasaja.,


Pendeteksian kelainan fungsi ginjal dengan
Optimasi produksi radioiod-131 dari sasaran telurium memanfaatkan radiofarmaka Hippuran 131I menggunakan
dioksida (TeO2) alam teraktivasi telah dilakukan dengan kamera gamma., Jurnal Pengembangan Rekayasa &
cara melakukan perubahan parameter-parameter proses Teknologi Vol. 11 No 1, Juni 2009: 1-7, ISSN1410-9840.
dan diperoleh tetapan parameter yang akan digunakan [3] Kusakabe K, Maki M., Radionuclide therapy of thyroid
untuk proses-proses berikutnya yaitu pasokan bahan disease-radioactive iodine therapy., Departement of
sasaran TeO2 dari Sigma-Aldrich, setting temperatur 750 Radiology, Tokyo Women’s Medical College., Kaku
Igaku 1993 Jul; 30 (7) : 813-9.
°C, jumlah charcoal 300 mg, dan waktu elusi langsung
setelah pendinginan. Dari parameter tersebut dihasilkan [4] ANONIMOUS: Iodine-131 Medical Use.
http://www.news-medical.net/health/Iodine-131-Medical-
larutan produk 131I dalam bentuk sodium iodida (Na131I)
Use.aspx, diakses 21 Oktober 2016.
yang jernih tidak berwarna dengan pH = 12, konsentrasi
[5] Stefan Vöö, Jan Bucerius, Felix M. Mottaghy., I-131-
radioaktif >100 mCi/ml dengan kemurnian radionuklida
MIBG therapies., 2011 Elsevier Inc.
>99% dan kemurnian radiokimia >95%. Larutan produk
131 [6] ANONIMOUS :131I-MIBG Therapy, written by Antonia
I yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan medis
Palmer, Neuroblastoma Parent June 2015, http://www.
dan selanjutnya dapat digunakan untuk penandaan nant.org/dl/nc-mibg_article_june_2015.pdf, diakses 22
sediaan radiofarmaka yang akan digunakan di rumah Oktober 2016.
sakit untuk tujuan baik diagnosa maupun terapi. [7] ANONIMOUS : A.F. RUPP, E. E. BEAUCHAMP, J. R.
UCAPAN TERIMA KASIH PARMAKES, Production of Fission Product Iodine-131,
ORNL-1047.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Kepala PTRR [8] ANONIM, “Manual for Reactor Produced Radioisotops”,
BATAN (Ibu Siti Darwati), Kepala Bidang Teknologi IAEA-TECDOC-1340, Austria, January 2003.
Radioisotop (Bapak Hotman Lubis) dan Kepala Bidang [9] Maskur, Sriyono, Yono Sugiharto, Fath Priyadi,
Teknologi Radiofarmaka (Bapak Rohadi Awaludin) serta Chairuman, dan Hambali, Optimasi pembuatan
seluruh Tim Produksi 131I (Indra Saptiama, Chairuman, radioisotop I-131 dengan metoda aktivasi neutron dan
Yono S., Mulyono, Hermanto, dan Fath Priyadi) dan pemisahan secara distilasi kering, Pros. Sem. Nasional
semua pihak yang telah bekerja bersama-sama dalam Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir PRSG tahun
melakukan kegiatan ini. 2014., ISBN 978-979-17109-9-2.
[10] ANONIMOUS, Tellurium Dioxide, https://en.wikipedia.
PUSTAKA org/wiki/Tellurium_dioxide, diakses 24 Oktober 2016.
[1] Anna Wyszomirska., Iodine-131 for therapy of thyroid [11] A. Simek and B. Stehlik., The melting point of tellurium
diseases., Physical and Biological Basis., Nuclear dioxide., Collection of Czechoslovak Chemical
Medicine Review 2012, 15, 2 : 120-123, ISSN 1506-9680. Communication, 1930, Vol. 2, p. 447-456.

Risalah Fisika Vol. 1 no. 2 (2017) 33-37


ISSN 2548-9011

Anda mungkin juga menyukai