Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

MANFAAT SHOLAT BAGI KESEHATAN


DI UPT PSTW BLITAR

1. Latar Belakang Masalah


Rangkaian gerakan sholat yang dicontohkan oleh Rasulullah saw sarat
akan hikmah dan manfaat bagi kesehatan. Sebab, setiap gerakan sholat
merupakan bagian dari olahraga otot-otot dan persendian tubuh. Sholat dapat
membantu menjaga vitalitas dan kebugaran tubuh tetapi dengan syarat semua
gerakan sholat dilakukan dengan benar, tuma’ninah (perlahan dan tidak terburu-
buru), dan istiqomah (konsisten/terus menerus).
Begitu banyak manfaat gerakan sholat bagi kesehatan tubuh manusia.
Semakin sering kita sholat dengan benar, semakin banyak manfaat yg kita
peroleh untuk kesehatan diri kita.
Inilah risalah singkat tentang kewajiban bersuci dan shalat bagi orang-
orang yang sakit. Karena orang sakit mempunyai hukum tersendiri tentang hal
ini. Syariat Islam begitu memperhatikan hal ini karena Allah mengutus
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan aturan yang lurus dan lapang
yang dibangun atas dasar kemudahan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam
agama suatu kesempitan” [Al-Hajj : 78]
“Artinya : Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu” [Al-Baqarah : 185]
“Artinya : Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu dan dengarlah serta ta’atlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik
untuk dirimu” [At-Taghabun : 16]

Berdasar kaidah dasar ini maka Allah memeberi keringanan bagi orang
yang mempunyai udzur dalam masalah ibadah mereka sesuai dengan tingkat
udzur yang mereka alami, agar mereka dapat beribadah kepada Allah tanpa
kesulitan, dan segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

1
2. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Setelah dilakukan penyuluhan tentang manfaat sholat bagi kesehatan
pasien dan keluarga pasien memahami manfaat sholat bagi kesehatan.
b. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan / pendidikan kesehatan
selama 1 x 30 menit paien dan keluarga pasien diharapkan mampu :
1) Mengetahui manfaat sholat bagi kesehatan
2) Mengetahui tatacara sholat bagi orang sakit
3) Mengetahui syarat-syarat ibadah sholat bagi orang yang sakit yang
berada di rumah sakit.
3. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Waktu Perawat Peserta Media / Alat

· Salam pembuka
· Memperkenalkan diri
Pembuka · Menjelaskan topik
D= yang akan disampaikan
· Menjawab
Deskripsi · Menjelaskan TIU dan
1. 4 menit salam
T = Tujuan TIK
· Mendengarkan
R= · Menjelaskan relevansi
Relevansi dari materi yang
disampaikan terhadap
kesehatan

15 · Mendengarkan
menit o Penyampaian Materi dengan penuh
Menjelaskan tentang perhatian
: o Bertanya · Leaflet
1. Mengetahui · Menjawab . Proyektor
2. Kerja
manfaat sholat Pertanyaan
bagi kesehatan

2
2. Mengetahui
5 menit tatacara sholat · Menjelaskan
bagi orang sakit dan
3. Mengetahui mempraktekkan
syarat-syarat
3 menit ibadah sholat bagi
orang yang sakit
yang berada di
rumah sakit.
o Tanya Jawab
Memberi kesempatan
pada peserta untuk
mengajukan
pertanyaaan.
o Evaluasi
Memberikan pertanyaan
tentang
1. Mengetahui
manfaat sholat bagi
kesehatan
2. Mengetahui
tatacara sholat bagi
orang sakit
3. Mengetahui syarat-
syarat ibadah
sholat bagi orang
yang sakit yang
berada di rumah
sakit.

· Menyimpulkan
3. Penutup 3 menit · Mendengarkan
· Salam Penutup

3
· Menjawab
salam

4
4. Strategi Pelaksanaan
a. Metode : Ceramah, diskusi
b. Media : Speaker
5. Setting
Peserta penyuluhan dengan bed berhadapan dengan penyaji

Keterangan :
: Penyaji
: Lansia
: Mahasiswa

6. Struktur organisasi
Leader : Batara Prima A
Co Leader : Cici Intan P
Observer : Nelly Cristianti
Dokumentator : Allamul Angga
Fasilitator :
1. Umi Hanik
2. Aida Safitri
3. Aida Fitriya
4. Kurnia Aqidatul I
5. Yoyok Ari W
6. Yuli Kristiyaningsih
7. Istiqomah
8. Lismiati
9. Budi Suprapto
10. Lailin Mufida
11. Siti Nur Maya
12. Dyas Ayu P

5
13. Nanik Puji R
14. Titik
15. Merita Ayu L
16. Lolyta Citra A
17. Faizal Bastomi

6
MANFAAT SHOLAT BAGI KESEHATAN
1. Manfaat Sholat Bagi Kesehatan
Dr. Bahar Azwar, SpB-Onk, seorang dokter spesialis bedah-onkologi (
bedah tumor ) lulusan FK UI dalam bukunya “ Ketika Dokter Memaknai Sholat
“ mampu menjabarkan makna gerakan sholat. Bagaimana sebenarnya manfaat
sholat dan gerakan-gerakannya secara medis?
Selama ini sholat yang kita lakukan lima kali sehari, sebenarnya telah
memberikan investasi kesehatan yang cukup besar bagi kehidupan kita. Mulai
dari berwudlu ( bersuci ), gerakan sholat sampai dengan salam memiliki makna
yang luar biasa hebatnya baik untuk kesehatan fisik, mental bahkan
keseimbangan spiritual dan emosional. Tetapi sayang sedikit dari kita yang
memahaminya. Berikut rangkaian dan manfaat kesehatan dari rukun Islam
yang kedua ini.
Manfaat Wudlu Kulit merupakan organ yang terbesar tubuh kita yang
fungsi utamanya membungkus tubuh serta melindungi tubuh dari berbagai
ancaman kuman, racun, radiasi juga mengatur suhu tubuh, fungsi ekskresi (
tempat pembuangan zat-zat yang tak berguna melalui pori-pori ) dan media
komunikasi antar sel syaraf untuk rangsang nyeri, panas, sentuhan secara
tekanan.
Begitu besar fungsi kulit maka kestabilannya ditentukan oleh pH
(derajat keasaman) dan kelembaban. Bersuci merupakan salah satu metode
menjaga kestabilan tersebut khususnya kelembaban kulit. Kalu kulit sering
kering akan sangat berbahaya bagi kesehatan kulit terutama mudah terinfeksi
kuman.
Dengan bersuci berarti terjadinya proses peremajaan dan pencucian
kulit, selaput lendir, dan juga lubang-lubang tubuh yang berhubungan dengan
dunia luar (pori kulit, rongga mulut, hidung, telinga). Seperti kita ketahui kulit
merupakan tempat berkembangnya banya kuman dan flora normal, diantaranya
Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes,
Mycobacterium sp (penyakit TBC kulit). Begitu juga dengan rongga hidung
terdapat kuman Streptococcus pneumonia (penyakit pneumoni paru), Neisseria
sp, Hemophilus sp.

7
Seorang ahli bedah diwajibkan membasuh kedua belah tangan setiap
kali melakukan operasi sebagai proses sterilisasi dari kuman. Cara ini baru
dikenal abad ke-20, padahal umat Islam sudah membudayakan sejak abad ke-
14 yang lalu. Luar Biasa!!
Keutamaan Berkumur Berkumur-kumur dalam bersuci berarti
membersihkan rongga mulut dari penularan penyakit. Sisa makanan sering
mengendap atau tersangkut di antara sela gigi yang jika tidak dibersihkan
(dengan berkumur-kumur atau menggosok gigi) akhirnya akan menjadi
mediasi pertumbuhan kuman. Dengan berkumur-kumur secara benar dan
dilakukan lima kali sehari berarti tanpa kita sadari dapat mencegah dari infeksi
gigi dan mulut.
Istinsyaq berarti menghirup air dengan lubang hidung, melalui rongga
hidung sampai ke tenggorokan bagian hidung (nasofaring). Fungsinya untuk
mensucikan selaput dan lendir hidung yang tercemar oleh udara kotor dan juga
kuman.
Selama ini kita ketahui selaput dan lendir hidung merupakan basis
pertahanan pertama pernapasan. Dengan istinsyaq mudah-mudahan kuman
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dapat dicegah.
Begitu pula dengan pembersihan telinga sampai dengan pensucian kaki
beserta telapak kaki yang tak kalah pentingnya untuk mencegah berbagai
infeksi cacing yang masih menjadi masalah terbesar di negara kita.
Manfaat Kesehatan Sholat Berdiri lurus adalah pelurusan tulang
belakang, dan menjadi awal dari sebuah latihan pernapasan, pencernaan dan
tulang. Takbir merupakan latihan awal pernapasan. Paru-paru adalah adlat
pernapasan.
Paru kita terlindung dalam rongga dada yang tersusun dari tulang iga
yang melengkung dan tulang belakang yang mencembung. Susunan ini
didukung oleh dua jenis otot yaitu yang menjauhkan lengan dari dada
(abductor) dan mendekatkannya (adductor).
Takbir berarti kegiatan mengangkat lengan dan merenggangkannya,
hingga rongga dada mengembang seperti halnya paru-paru. Dan mengangkat

8
tangan berarti meregangnya otot-otot bahu hingga aliran darah yang membawa
oksigen menjadi lancar.
Dengan ruku, memperlancar aliran darah dan getah bening ke leher
oleh karena sejajarnya letak bahu dengan leher. Aliran akan semakin lancar
bila ruku’ dilakukan dengan benar yaitu meletakkan perut dan dada lebih tinggi
daripada leher. Ruku’ juga mengempiskan pernapasan. Pelurusan tulang
belakang pada saat ruku’ berarti mencegah terjadinya pengapuran. Selain itu,
ruku’ adalah latihan kemih (buang air kecil) untuk mencegah keluhan prostat.
Pelurusan tulang belakang akan mengempiskan ginjal. Sedangkan penekanan
kandung kemih oleh tulang belakang dan tulang kemaluan akan melancarkan
kemih.
Getah bening (limfe) fungsi utamanya adalah menyaring dan
menumpas kuman penyakit yang berkeliaran di dalam darah.
Sujud Mencegah Wasir Sujud mengalirkan getah bening dari tungkai
perut dan dada ke leher karena lebih tinggi. Dan meletakkan tangan sejajar
dengan bahu ataupun telinga, memompa getah bening ketiak ke leher. Selain
itu, sujud melancarkan peredaran darah hingga dapat mencegah wasir. Sujud
dengan cepat tidak bermanfaat. Ia tidak mengalirkan getah bening dan tidak
melatih tulang belakang dan otot. Tak heran kalau ada di sebagian sahabat
Rasul menceritakan bahwa Rasulullah sering lama dalam bersujud.
Duduk di antara dua sujud dapat mengaktifkan kelenjar keringat karena
bertemunya lipatan paha dan betis sehingga dapat mencegah terjadinya
pengapuran. Pembuluh darah balik di atas pangkal kaki jadi tertekan sehingga
darah akan memenuhi seluruh telapak kaki mulai dari mata kaki sehingga
pembuluh darah di pangkal kaki mengembang. Gerakan ini menjaga supaya
kaki dapat secara optimal menopang tubuh kita.
Gerakan salam yang merupakan penutup sholat, dengan memalingkan wajah
ke kanan dan ke kiri bermanfaat untuk menjaga kelenturan urat leher. Gerakan
ini juga akan mempercepat aliran getah bening di leher ke jantung.
Manfaat Sholat Malam Malam hari biasanya dingin dan lembab. Kalau
ditanya, paling enak tidur di waktu tersebut. Banyak lemak jenuh yang melapisi
saraf kita hingga menjadi beku. Kalau tidak segera digerakkan, sistem pemanas

9
tubuh tidak aktif, saraf menjadi kaku, bahkan kolesterol dan asam urat merubah
menjadi pengapuran. Tidur di kasur yang empuk akan menyebabkan urat
syaraf yang mengatur tekanan ke bola mata tidak mendapat tekanan yang
cukup untuk memulihkan posisi saraf mata kita.
Jadi sholat malam itu lebih baik daripada tidur. Kebanyakan tidur malah
menjadi penyakit. Bukan lamanya masa tidur yang diperlukan oleh tubuh kita
melainkan kualitas tidur. Dengan sholat malam, kita akan mengendalikan urat
tidur kita.
Sholat Lebih Canggih dari Yoga “Apakah pendapatmu sekiranya
terdapat sebuah sungai di hadapan pintu rumah salah seorang di antara kamu
dan dia mandi di dalamnya setiap hari lima kali. Apakah masih terdapat kotoran
pada badannya?”. Para sahabat menjawab : “Sudah pasti tidak terdapat sedikit
pun kotoran pada badannya”. Lalu beliau bersabda : “Begitulah perumpamaan
sholat lima waktu. Allah menghapus segala keselahan mereka”. (H.R Abu
Hurairah r.a)
Jika manfaat gerakan sholat kita betul, maka sangat luar biasa
manfaatnya dan lebih canggih daripada yoga. Sangat disayangkan tidak ada
universitas yang berani atau sengaja mengembangkan teknik gerakan sholat ini
secara ilmiah.
Belum lagi manajemen yang terkandung dalam bacaan sholat. Seperti
doa iftitah yang berarti mission statement (dalam manajemen strategi).
Sedangkan makna bacaan Alfatihah yang kita baca berulang sampai 17 kali
adalah objective statement. Tujuan hidup mana yang lebih canggih
dibandingkan tujuah hidup di jalan yang lurus, yaitu jalan yang penuh kebaikan
seperti diperoleh para orang-orang shaleh seperti nabi dan rasul?
Dr. Gustafe le Bond mengatakan bahwa Islam merupakan agama yang
paling sepadan dengan penemuan-penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan etika sains harus didukung dengan kekuatan iman. Semoga
sholat kita makin terasa manfaatnya.
2. Mengetahui Tatacara Sholat Bagi Orang Sakit
a. Bersuci bagi orang yang sakit

10
“…Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu…” (QS. Al-Maa-idah: 6)
Sedangkan orang yang tidak bisa menggunakan air, juga tidak
mungkin untuk bertayammum, maka dia wajib melakukan shalat pada
waktu itu juga walaupun tanpa berwudhu dan bertayammum, hal ini
berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu…” (QS. At-Taghaabun: 16)
Orang yang sakit wajib bersuci dengan air. Ia harus berwudhu jika
berhadats kecil dan mandi jika berhadats besar. Jika tidak bisa bersuci
dengan air karena ada halangan, atau takut sakitnya bertambah, atau
khawatir memperlama kesembuhan, maka ia boleh bertayamum.

Tata cara tayamum : Hendaknya ia memukulkan dua tangannya ke


tanah yang suci sekali pukulan, kemudian mengusap wajahnya lalu
mengusap telapak tangannya.
Bila tidak mampu bersuci sendiri maka ia bisa diwudhukan, atau
ditayamumkan orang lain. Caranya hendaknya seseorang memukulkan
tangannya ke tanah lalu mengusapkannya ke wajah dan dua telapak tangan
orang sakit. Begitu pula bila tidak kuasa wudhu sendiri maka diwudhukan
orang lain.
Jika pada sebagian anggota badan yang harus disucikan terluka,
maka ia tetap dibasuh dengan air. Jika hal itu membahayakan maka diusap
sekali, caranya tangannya dibasahi dengan air lalu diusapkan diatasnya. Jika
mengusap luka juga membahayakan maka ia bisa bertayamum.

11
Jika pada tubuhnya terdapat luka yang digips atau dibalut, maka
mengusap balutan tadi dengan air sebagai ganti dari membasuhnya.
Dibolehkan betayamum pada dinding, atau segala sesuatu yang suci
dan mengandung debu. Jika dindingnya berlapis sesuatu yang bukan dari
bahan tanah seperti cat misalnya,maka ia tidak boleh bertayamum padanya
kecuali jika cat itu mengandung debu.
Jika tidak mungkin bertayamum di atas tanah, atau dinding atau
tempat lain yang mengandung debu maka tidak mengapa menaruh tanah
pada bejana atau sapu tangan lalu bertayamum darinya. Jika ia bertayamum
untuk shalat lalu ia tetap suci sampai waktu shalat berikutnya maka ia bisa
shalat dengan tayamumnya tadi, tidak perlu mengulang tayamum, karena ia
masih suci dan tidak ada yang membatalkan kesuciannya.
Orang yang sakit harus membersihkan tubuhnya dari najis, jika tidak
mungkin maka ia shalat apa adanya, dan shalatnya sah tidak perlu
mengulang lagi. Orang yang sakit wajib shalat dengan pakaian suci. Jika
pakaiannya terkena najis ia harus mencucinya atau menggantinya dengan
pakaian lain yang suci. Jika hal itu tidak memungkinkan maka ia shalat
seadanya, dan shalatnya sah tidak perlu mengulang lagi.
Orang yang sakit harus shalat di atas tempat yang suci. Jika
tempatnya terkena najis maka harus dibersihkan atau diganti dengan tempat
yang suci, atau menghamparkan sesuatu yang suci di atas tempat najis
tersebut. Namun bila tidak memungkinkan maka ia shalat apa adanya dan
shalatnya sah tidak perlu mengulang lagi.
Orang yang sakit tidak boleh mengakhirkan shalat dari waktunya
karena ketidak mampuannya untuk bersuci. Hendaknya ia bersuci
semampunya kemudian melakukan shalat tepat pada waktunya, meskipun
pada tubuhnya, pakaiannya atau tempatnya ada najis yang tidak mampu
membersihkannya.
3. Tata Cara Shalat Orang Sakit
Orang yang sakit harus melakukan shalat wajib dengan berdiri meskipun
tidak tegak, atau bersandar pada dinding, atau betumpu pada tongkat. Bila
sudah tidak mampu berdiri maka hendaknya shalat dengan duduk. Yang lebih

12
utama yaitu dengan posisi kaki menyilang di bawah paha saat berdiri dan ruku.
Bila sudah tidak mampu duduk maka hendaknya ia shalat berbaring miring
dengan bertumpu pada sisi tubuhnya dengan menghadap kiblat, dan sisi tubuh
sebelah kanan lebih utama sebagai tumpuan. Bila tidak memungkinkan
meghadap kiblat maka ia boleh shalat menghadap kemana saja, dan shalatnya
sah, tidak usah mengulanginya lagi. Bila tidak bisa shalat miring maka ia shalat
terlentang dengan kaki menuju arah kiblat. Yang lebih utama kepalanya agak
ditinggikan sedikit agar bisa menghadap kiblat. Bila tidak mampu yang
demikian itu maka ia bisa shalat dengan batas kemampuannya dan nantinya
tidak usah mengulang lagi.
Orang yang sakit wajib melakukan ruku dan sujud dalam shalatnya. Bila
tidak mampu maka bisa dengan isyarat anggukan kepala. Dengan cara untuk
sujud anggukannya lebih ke bawah ketimbang ruku. Bila masih mampu ruku
namun tidak bisa sujud maka ia ruku seperti biasa dan menundukkan kepalanya
untuk mengganti sujud. Begitupula jika mampu sujud namun tidak bisa ruku,
maka ia sujud seperti biasa saat sujud dan menundukkan kepala saat ruku.
Apabila dalam ruku dan sujud tidak mampu lagi menundukkan kepalanya
maka menggunakan isyarat matanya. Ia pejamkan matanya sedikit untuk ruku
dan memejamkan lebih banyak sebagai isyarat sujud. Adapun isyarat dengan
telunjuk yang dilakukan sebagian orang yang sakit maka saya tidak
mengetahuinya hal itu berasal dari kitab, sunnah dan perkataan para ulama.
Jika dengan anggukan dan isyarat mata juga sudah tidak mampu maka
hendaknya ia shalat dengan hatinya. Jadi ia takbir, membaca surat, niat ruku,
sujud, berdiri dan duduk dengan hatinya (dan setiap orang mendapatkan sesuai
yang diniatkannya).
Orang sakit tetap diwajibkan shalat tepat pada waktunya pada setiap shalat.
Hendaklah ia kerjakan kewajibannya sekuat dayanya. Jika ia merasa kesulitan
untuk mengerjakan setiap shalat pada waktunya, maka dibolehkan menjamak
dengan shalat diantara waktu akhir dzhuhur dan awal ashar, atau antara akhir
waktu maghrib dengan awal waktu isya. Atau bisa dengan jama taqdim yaitu
dengan mengawalkan shalat ashar pada waktu dzuhur, dan shalat isya ke waktu
maghrib. Atau dengan jamak ta’khir yaitu mengakhirkan shalat dzuhur ke

13
waktu ashar, dan shalat maghrib ke waktu isya, semuanya sesuai kondisi yang
memudahkannya. Sedangkan untuk shalat fajar, ia tidak bisa dijamak kepada
yang sebelumnya atau ke yang sesudahnya. Apabila orang sakit sebagai
musafir, pengobatan penyakit ke negeri lain maka ia mengqashar shalat yang
empat raka’at. Sehingga ia melakukan shalat dzuhur, ashar dan isya, dua
raka’at-raka’at saja sehingga ia pulang ke negerinya kembali baik
perjalanannya lama ataupun sebentar.
4. Mengetahui Syarat-Syarat Ibadah Sholat Bagi Orang Yang Sakit Yang
Berada Di Rumah Sakit.
a. Shalatnya Orang yang Beser
Seseorang yang sedang sakit parah biasanya menggunakan kantong
untuk air seni, maka bagaimanakah dia shalat dan berwudhu.
Wajib baginya melakukan shalat dengan keadaannya itu, kasusnya
seperti orang yang terkena penyakit beser (buang air seni yang tidak
tertahankan) atau wanita yang mengalami istihadhah, maka pasien tersebut
wajib melaksanakan shalat jika telah masuk waktu dalam keadaannya yang
seperti itu, dan wajib baginya bertayammum ketika tidak bisa menggunakan
air, dan jika dia bisa menggunakannya, maka wajib baginya berwudhu. Hal
ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu…” (QS. At-Taghaabun: 16)
Sedangkan yang keluar darinya setelah itu sama sekali tidak menjadi
masalah, tetapi dia tidak berwudhu kecuali setelah masuk waktu shalat, lalu
dia melakukan shalat walaupun ada yang keluar darinya selama dia ada pada
waktu shalat karena dia sedang berada pada keadaan darurat, seperti orang
yang memiliki penyakit beser. Sesungguhnya ia melakukan shalat pada
waktunya walaupun air seni keluar dari kemaluannya. Demikian pula
seorang wanita istihadhah, sesungguhnya ia melakukan shalat pada
waktunya walaupun darah keluar darinya pada waktu yang lama. Mereka
semua melakukan shalat dalam keadaannya masing-masing. Akan tetapi
seseorang yang selalu berhadats tidak berwudhu kecuali setelah masuk

14
waktu shalat, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam kepada wanita yang sedang istihadhah:
“Berwudhulah pada setiap waktu shalat.”
Maka seorang wanita yang mengalami istihadhah, seseorang yang
punya penyakit beser, dan seseorang yang sakit parah hendaklah berwudhu
ketika masuk waktu shalat untuk semua shalat, baik yang fardhu atau
sunnah. Dia bisa membaca Al Qur’an dari mushaf, berthawaf di Ka’bah jika
dia berada di Makkah selama dia masih berada pada waktu shalatnya. Jika
waktu shalat telah keluar, maka dia tidak bisa melakukan semua itu sehingga
dia berwudhu kembali bagi waktu yang telah masuk. Hanya Allah-lah yang
bisa memberikan pertolongan.
b. Bercak Darah pada Pakaian
Seseorang yang pada pakaiannya terdapat bercak darah, apakah dia
melakukan shalat dengan pakaian tersebut atau dia menunggu sehingga
datang baju bersih.
Wajib baginya melakukan shalat dalam keadaannya pada waktu itu.
Tidak dibenarkan baginya meninggalkan shalat sehingga keluar waktunya,
akan tetapi dia wajib melakukan shalat dalam keadaannya pada waktu itu,
jika tidak mungkin baginya membersihkan darah tersebut atau
menggantinya dengan pakaian yang suci sebelum keluar waktu shalat. Hal
ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu…” (QS. At-Taghaabun: 16)
Pada dasarnya setiap muslim wajib mencuci darah yang mengenai
pakaiannya atau menggantinya dengan pakaian yang suci jika dia mampu
melakukannya. Jika tidak bisa, maka dia melakukan shalat dengan
keadaannya itu, dan tidak wajib baginya mengulang shalat. Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Jauhilah segala hal yang aku larang, dan lakukanlah segala hal yang
aku perintahkan semampumu.” (Muttafaq ‘alaihi).
7. EVALUASI

15
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)

A. Persiapan

1. Topik : Range Of Motion (ROM)

2. Tujuan Umum : Klien dapat menyebutkan manfaat dan cara melaksanakan

latihan rentang gerak sendi (ROM)

3. Tujuan Khusus :
a. Klien mampu menyebutkan pengertian Latihan rentang gerak sendi
(ROM).
b. Klien mampu menyebutkan manfaat Latihan rentang gerak sendi
(ROM)
c. Klien mampu melaksanakan contoh Latihan rentang gerak sendi
(ROM).
4. Landasan Teori :
Pada proses menua biasanya terjadi penurunan produksi cairan
sinovia pada persendian dan tonus otot, kartilago sendi menjadi lebih tipis
dan ligamentum menjadi lebih kaku serta terjadi penurunan kelenturan
(fleksibilitas), sehingga mengurangi gerakan persendian. Adanya
keterbatasan pergerakan dan berkurangnya pemakaian sendi dapat
memperparah kondisi tersebut. Penurunan kemampuan muskuloskeletal
dapat menurunkan aktivitas fisik (physical activity) dan latihan (exercise),
sehingga akan mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari (activity daily living/ ADL). Latihan dan aktivitas fisik pada
lansia dapat mempertahankan kenormalan pergerakan persendian, tonus
otot dan mengurangi masalah fleksibilitas (Wold, 1999). Range of Motion
(ROM) merupakan salah satu indikator fisik yang berhubungan dengan
fungsi pergerakan. Menurut Kozier (2004), ROM dapat diartikan sebagai
pergerakan maksimal yang dimungkinkan pada sebuah persendian tanpa
menyebabkan rasa nyeri. Latihan ROM merupakan salah satu alternatif
latihan yang dapat dilakukan oleh lansia dengan keterbatasan gerak sendi.

16
Adanya keterbatasan pergerakan dan berkurangnya pemakaian
sendi, dapat memperparah kondisi sistem muskuloskeletal yang mengalami
penurunan karena proses menua (Tortora dan Grabowski, 2003). Menurut
Dep.Kes RI (1998), lansia yang kurang mampu melakukan latihan fisik atau
olah raga karena sakit dan lemah, dapat melakukan gerakan-gerakan
sederhana yang menyerupai senam. Dengan latihan ROM, diharapkan dapat
meningkatkan fleksibilitas sendi pada lansia yang mengalami keterbatasan
gerak sendi, sehingga lansia dapat menjalankan aktivitas kehidupan sehari-
hari dengan lebih mandiri atau latihan yang lebih tinggi seperti latihan
senam.

5. Struktur Anggota Kelompok


a. Leader (Pemimpin) :
Tugas dan Peran
 Mengkoordinir jumlah peserta yang telah ditentukan
 Mampu mengatasi masalah yang timbul dalam kelompok
 Memimpin perkenalan, menjelaskan tujuan kegiatan
 Menjelaskan proses kegiatan
 Mendemonstrasikan cara melaksanakan latihan rentang gerak sendi
(ROM).
b. Fasilitator :
Tugas dan Peran
 Mampu memotivasi anggota terlibat dalam kegiatan
 Mampu menjadi role model bagi peserta TAK
c. Observer :
Tugas dan Peran
 Mengamati jalannya proses kegiatan sebagai acuan untuk
mengevaluasi.
 Mencatat serta mengamati respon klien selama TAK berlangsung.
 Mencatat peserta yang aktif dan pasif dalam kelompok serta klien
yang drop out

17
d. Operator (Co-Leader) :
Tugas dan Peran
 Membantu leader selama TAK berlangsung
 Mengatur jalannya TAK dengan mengontrol musik pengiring (sound
system)

6. Persiapan lingkungan
a. Menyiapkan tempat pelaksanaan TAK (di beranda rumah Ny.Mardiah)
b. Peralatan yang dibutuhkan: Tape recorder, kaset lagu, kursi, poster
latihan rentang gerak sendi (ROM).

B. Rencana Kegiatan
a. Waktu :
b. Tempat :
c. Pengorganisasian :
Leader : Batara Prima A
Co Leader : Cici Intan P
Observer : Nelly Cristianti
Dokumentator : Allamul Angga
Fasilitator :
1. Umi Hanik
2. Aida Safitri
3. Aida Fitriya
4. Kurnia Aqidatul I
5. Yoyok Ari W
6. Yuli Kristiyaningsih
7. Istiqomah
8. Lismiati
9. Budi Suprapto
10. Lailin Mufida
11. Siti Nur Maya
12. Dyas Ayu P

18
13. Nanik Puji R
14. Titik
15. Merita Ayu L
16. Lolyta Citra A
17. Faizal Bastomi

d.Setting Tempat

Skema Ruang Terapi

Keterangan :
L O T
L = leader

K K F = Fasilitator

O = Observer
F F

T = tape recorder
K K

K K K = Klien
F

d. Pembukaan (Fase Orientasi) :


 Perkenalan :
Salam teraupetik
 Menjelaskan tujuan, aturan permainan aktivitas dan peran.
 Membuat kontrak waktu TAK.

e. Proses Kegiatan (Fase Kerja)


1. Memberikan penjelasan awal tentang pengertian latihan rentang gerak
sendi

19
2. Memberikan penjelasan tentang manfaat melakukan latihan rentang
gerak sendi
3. Memberikan kesempatan pada lansia untuk mempersiapkan diri untuk
melaksanakan latihan rentang Gerak Sendi (ROM).
4. Pada saat tape dinyalakan, lansia mulai melaksanakan Latihan rentang
Gerak Sendi (ROM).
5. Beri pujian untuk tiap keberhasilan lansia dengan memberi tepuk
tangan.

f. Evaluasi (Fase Terminasi)


1. Sharing Perception
 Leader mengeksplorasi perasaan lansia setelah mengikuti Terapi
Aktifitas Kelompok.
 Leader memberi umpan balik positif kepada lansia.
 Leader meminta lansia mempraktekkan satu contoh Latihan rentang
Gerak Sendi (ROM) yang telah dilaksanakannya dan manfaatnya.
Hasil yang diharapkan :
± 75% anggota kelompok mampu melaksanakan Latihan rentang gerak
sendi (ROM).
2. Penutup
Observer membaca hasil observasi.
g. Program antisipasi masalah
a. Memotivasi klien yang tidak aktif selama TAK. Memberi kesempatan
klien menjawab sapaan perawat/terapis
b. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit
- Panggil nama klien
- Menanyakan alasan klien meninggalkan permainan
- Memberi penjelasan tentang tujuan permainan dan menjelaskan
bahwa klien dapat meninggalkan kegiatan setelah TAK selesai atau
klien mempunyai alasan yang tepat.
c. Bila ada klien lain yang ingin ikut

20
- Beri penjelasan dengan bijaksana , bahwa permainan ini ditujukan
kepada klien yang telah dipilih.
- Bila klien memaksa berikan kesempatan untuk ikut dengan tidak
memberi pertanyaan bila hendak meninggalkan kegiatan.

LATIHAN ROM

Tujuan :
1. Mempertahankan / memelihara kekuatan otot
2. Memelihara mobilitas persendian
3. Menstimulasi sirkulasi

Petunjuk :
1. Ada dua jenis latihan Range of Motion
- Latihan pasif
- Latihan aktif
2. Latihan pasif biasanya dilakukan pada :
- Pasien semikoma dan tidak sadar
- Pasien lansia dengan mobilitas terbatas
- Pasien bedrest
- Pasien dengan paralysis ekstremitas tepat
3. Latihan Aktif biasanya dilakukan pada :
- Klien dengan paralysis ekstremitas sebagian
- Klien bedrest / tirah baring (tanpa kontraindikasi)
4. Definisi istilah – istilah Range of Motion
- Fleksi : menekuk persendian
- Ekstensi : meluruskan persendian
- Abduksi : gerakan suatu anggota tubuh ke arah aksis tubuh
- Adduksi : gerakan suatu anggota tubuh menjauhi aksis tubuh
- Rotasi : memutar atau menggerakkan suatu bagian melingkar
- Pronasi : memutar ke bawah
- Supinasi : memutar ke atas

21
- Infersi : menggerakkan ke dalam
- Efersi : menggerakkan ke luar
5. Range of motion harus dilakukan sekitar 7-10 kali dan dikerjakan sekurang-
kurangnya dua kali sehari. Lakukan pelan-pelan dan hati-hati dan tidak
melelahkan klien.
6. Dalam merencanakan suatu program latihan, perhatikan umur klien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lama bedrest (tirah baring).
7. Latihan seringkali diprogramkan dokter dan dikerjakan oleh para terapis
fisik.
8. Bagian tubuh yang akan dilakukan latihan range of motion adalah: leher,
jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, pergelangan kaki.
9. Latihan terapeutik dilakukan, dapat dikerjakan pada semua persendian
tubuh atau hanya pada bagian-bagian yang dicurigai mengalami proses
penyakit.
10. Waktu melakukan latihan yang tepat misalnya setelah memandikan atau
perawatan.

Pelaksanaan
1. Kaji klien dan rencanakan program latihan yang sesuai untuk klien
2. Memberitahu klien tentang tindakan yang akan dilakukan, area yang akan
digerakkan dan peran klien dalam latihan
3. Jaga privacy klien
4. Jaga/atur pakaian yang menyebabkan hambatan pergerakan
5. Angkat selimut sebagaimana diperlukan
6. Anjurkan klien berbaring dalam posisi yang nyaman
7. Lakukan latihan sebagaimana dengan cara berikut
8. Kaji pengaruh/efek latihan pada klien
9. Atur klien pada posisi yang nyaman
10. Benahi selimut dan linen

22
Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
a. Atur posisi lengan klien menjauhi sisi tubuh dengan siku menekuk dengan
lengan
b. Pegang tangan klien dengan satu tangan dan tangan lainnya memegang
pergelangan tangan klien
c. Tekuk tangan klien ke depan sejauh mungkin

LATIHAN ROM PASIF


Latihan pasif seringkali dilakukan oleh perawat epada klien yang menderita
paralysis atau lemah otot pada salah satu bagian tubuh. Pemilihan latihan yang
spesifik tergantung batas kemampuan klien.
Petunjuk dalam melakukan latihan pasif terdiri dari :
- Pastikan bahwa klien mengerti alasan dilakukannya latihan ROM
- Gunakan body mekanik yang baik sewaktu melakukan ROM, untuk
mencegah keseleo atau injury pada perawat atau klien
- Gerakkan hanya bagian yang akan dilatih untuk menghindari klien
merasa malu
- Tahan persendian untuk menghindari injury dengan menggunakan
telapak tangan
- Gerakkan bagian otot tersebut dengan lembut, perlahan dan teratur
- Hindari melakukan gerakan yang pasien tersebut tidak mampu
karena injury bisa saja terjadi.

Leher – gerakan berputar


Flexi : Gerakkan kepala dari posisi tegak lurus ke arah depan sehingga dagu
menempel pada dada. Jarak normal yaitu 45o dari garis tengah tubuh. Otot utama
adalah sternocleidomastoideus.
Extensi : Gerakkan kepala dari posisi ditekuk ke posisi tegak lurus. Jarak normal
yaitu 45 o dari garis tengah tubuh. Otot utama adalah trapezius.
Hiperextensi : Gerakkan kepala dari posisi tedak lurus ke belakang sejauh
mungkin. Jarak normal yaitu 10o. Otot utama adalah trapezius.

23
Flexi lateral : Gerakkan kepala secara lateral ke kanan dan ke kiri bahu, sedangkan
wajah tetap menghadap ke depan. Jarak normalnya yaitu 40 o dari garis tengah
tubuh. Otot utama adalah sternocleidomastoideus.
Rotasi : Putar kepala sejauh mungkin ke kiri dan ke kanan. Jarak normal yaitu 80o
dari garis tengah tubuh. Otot utama adalah sternocleidomastoideus dan trapezius.

Bahu – sendi peluru


Flexi : Angkat tangan dari arah depan dan atas ke posisi samping kepala. Jarak
normal yaitu 180o dari sisi tubuh. Otot utama adalah pectoralis major,
coracobrachialis, dan deltoideus.
Extensi : Gerakkan tangan dari posisi vertical di samping kepala ke atas dan ke
bawah pada posisi istirahat di samping tubuh. Jarak normal yaitu 180o dari posisi
vertical di samping kepala. Otot utama adalah latissimus dorsal, deltoideus, dan
teres major.
Hiperextensi : Gerakkan masing-masing tangan ke belakang tubuh. Jarak normal
yaitu 50o dari sisi. Otot utama adalah latissimus dorsi, deltoideus, dan teres major.
Abduksi : Gerakkan tiap lengan dari posisi istirahat ke atas, di samping kepala,
telapak tangan menghadap keluar. Jarak normal yaitu 180o. Otot utama adalah
deltoideus dan supraspinatus.
Anterior addukasi : Gerakkan tiap lengan dari samping kepala ke bawah secara
lateral dan ke arah depan tubuh sejauh mungkin. Jarak normal yaitu 230o. Otot
utama adalah pectoralis major, dan teres major.
Abduksi posterior : Gerakkan tiap lengan dari posisi di samping kepala ke bawah
samping dan ke arah samping sejauh mungkin. Jarak normal yaitu 230o. Otot utama
adalah latissimus dorsi dan teres major.
Fleksi horizontal (adduksi – horizontal) : Lebarkan tiap lengan ke arah lateral
dengan berat badan pada bahu dan pindahkan melalui garis horizontal menyilang
depan tubuh sejauh mungkin. Jarak normal : 130o – 135o. Otot utama : pectoralis
major dan coracobrachialis.
Ekstensi horizontal (abduksi horizontal) : Lebarkan tiap lengan secara lateral
dengan berat badan pada bahu dan pindahkan melalui garis horizontal ke sebelah

24
tubuh sejauh mungkin. Jarak normal : 360o. Otot utama : latissimus dorsi, teres
major dan deltoideus.
Cirkumduksi : Pindahkan tiap lengan ke depan atas, belakang dan atas secara
berputar. Jarak normal : 360o. Otot utama : deltoideus, coracobrachialis, latissimus
dorsi dan teres major.
Rotasi eksternal : Tiap lengan ditahan sehingga bahu dan siku dapat ditekuk pada
sendi yang tepat, jari mengarah ke bawah, pindahkan lengan ke atas sehingga jari
mengarah ke atas. Jarak normal : 90o. Otot utama : infranfinatus dan teres minor.
Rotasi internal : Tiap lengan ditahan sehingga bahu dan siku dapat ditekuk pada
sendi yang tepat, jari mengarah ke atas, angkat lengan ke atas dan ke bawah. Jarak
normal : 90o. Otot utama : subscapularis, pectoralis major, latissimus dorsi dan teres
major.

Sendi engsel
Fleksi : Angkat tangan mendekati bahu. Jarak normal : 150o. Otot utama : biceps
brachii, brachialis dan brachioradialis.
Ekstensi : Gerakkan lengan bawah ke depan dan menurun kemudian lurus. Jarak
normal: 150o. Otot utama : triceps brachii.
Hiperekstensi : Gerakkan lengan bawah dipindah ke belakang dari posisi lurus.
Jarak normal : 0 – 15o. Otot utama : triceps brachii.
Rotasi untuk supinasi : Putar tangan dan lengan bawah sehingga telapak tangan
menghadap ke atas. Jarak normal : 70 – 90o. Otot utama : biceps brachii dan
supinator.

Rotasi untuk pronasi : putar tangan dan lengan bawah sehingga telapak tangan
menghadap ke bawah. Jarak normal : 70 -90o. Otot utama : promator teres dan
pronator quadratus.

Sendi Condyloid pada pergelangan tangan


Fleksi : Gerakkan jari tangan menghadap ke dalam pada lengan bawah. Jarak
normal: 80 – 90o. Otot utama : flexor carpi radialis dan flexor carpi ulnaris.

25
Ekstensi : Luruskan tangan sejajar. Jarak normal : 80 – 90o. Otot utama : extensor
carpi radialis longus, extensor carpi radialis brevis dan extensor carpi ulnaris.
Hiperekstensi : Tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin. Jarak normal
: 70 – 90o. Otot utama : extensor carpi radialis longus, extensor carpi radialis brevis,
dan extensor carpi ulnaris.
Abduksi (Fleksi radialis) : Tekuk pergelangan tangan secara menyamping ke dalam
ibu jari di samping dengan tangan supinasi. Jarak normal : 0 – 20o. Otot utama :
extensor carpi radialis.
Abduksi (Fleksi ulnaris) : Tekuk pergelangan tangan menyamping ke dalam kelima
jari dengan tangan supinasi. Jarak normal : 30 – 50o. Otot utama : extensor carpi
ulnaris.

Tangan dan jari – jari


Fleksi : Buat kepalan tangan. Jarak normal : 90o. Otot utama : interossei dorsalis
manus dan flexor digitarum superfisialis.
Ekstensi : Luruskan jari-jari tangan. Jarak normal : 90o. Otot utama : extensor
indicis dan extensor digitiminmi.
Hiperekstensi : Tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin. Jarak normal
: 30o. Otot utama : extensi radialis dan extensor digitiminimi.
Abduksi : Regangkan jari-jari tangan. Jarak normal : 20o. Otot utama : interossei
dorsalis manus, abduabduktor digiti minimi manus dan oppones digiti manus.
Adduksi : Rapatkan jari-jari tangan. Jarak normal : 20o. Otot utama : interossei
palmares.

Sendi Ibu jari


Fleksi : Gerakkan ibu jari menyilang permukaan palmar di atas kelima jari. Jarak
normal : 90o. Otot utama : flexi pollicicis brevis dan opponens pollicis.
Ekstensi : Gerakkan tiap ibu jari menjauhi tangan. Jarak normal : 90o. Otot utama
: extensor pollicis brevis dan extensor pollicis longus.
Abduksi : Gerakkan ibu jari ke arah lateral. Jarak normal : 30o. Otot utama :
abductor pollicis brevis dan abductor pollicis longus.

26
Adduksi : Gerakkan ibu jari ke belakang. Jarak normal : 30o. Otot utama : adductor
pollicis.
Oposisi : Gerakkan ibu jari dan sentuhkan ke tiap jari pada tangan yang sama.
Gerakan ibu jari meliputi adduksi, rotasi dan fleksi. Otot utama : opponens pollicis
dan flexor opponens brevis.

Sendi Peluru (Ball & Socket)


Fleksi : Gerakkan kaki ke depan dan ke atas, lutut mengulur atau melentur. Lutut
menekuk dengan sudut 90o dan melentur dengan sudut 120o. Otot utamanya adalah
psoas major dan iliacus.
Extensi : Gerakkan kaki ke sebelah kaki lainnya. Jarak normal : 90 – 120o. Otot
utama : gluteus maximus, adductor magnus, semitendinosus, dan
semimembranosus.
Hiperextensi : Gerakkan setiap kaki ke belakang tubuh. Jarak normal : 30 – 50o.
Otot utama : gluteus maximus semitendinosus, semimembranosus.
Abduksi : Gerakkan masing-masing kaki ke samping luar. Jarak normal : 45 – 50o.
Otot utama : gluteus medius, gluteus minimus.
Adduksi : Gerakkan masing-masing kaki ke belakang dan ke depan melebihi kaki
yang lain. Jarak normal : 20 – 30o. Otot utama : adductor magnus, adductor brevis,
adductor longus.
Sirkumduksi : Gerakkan masing-masing kaki memutar ke belakang atas, samping,
dan ke bawah secara melingkar. Jarak normal : 360o. Otot utama : psoas major,
gluteus maximus, gluteus medius, adductor magnus.
Rotasi dalam : Angkat telapak kaki dan putar ke arah dalam dan ibu jari sebagai
tumpuan. Jarak normal : 90o. Otot utama : gluteus minimus, tensor fascialatae.
Rotasi luar : Angkat telapak kaki dan putar ke luar dan ibu jari sebagai tumpuan.
Jarak normal : 90o. Otot utama : obturator externus, obturator internus, quadratus
femoris.

Sendi Lutut

27
Fleksi : Bengkokkan kaki ke belakang, dekatkan ke paha. Jarak normal : 120 –
130o. Otot utama : rectus femoris, vastus lateralis, vastus mdialis, vastus
intermedius.
Extensi : Lururskan masing-masing kaki kembali ke posisi semula di samping kaki
yang lain. Jarak normal : 120 -130o. Otot utama : biceps femoris, semitendinosus,
semimembranosus.
Hiperekstensi : Beberapa orang dapat hiperekstensi lutut 10o. Otot utama : rectus
femoris, vastus lateralis, vastus medialis, vastus intermedius.

Sendi Mata Kaki


Extensi : Tekuk telapak kaki ke bawah. Jarak normal : 45 – 50o. Otot utama :
gastronemius,soleus.
Fleksi : Tekuk telapak kaki ke atas. Jarak normal : 20o. Otot utama : peroneus
tertius, tibialis anterior.
Sendi Jari Kaki
Eversi : Putar masing-masing telapak kaki ke samping. Jarak normal : 30o. Otot
utama : peroneus longus, peroneus brevis.
Inversi : Putar masing-masing telapak kaki ke tengah. Jarak normal : 5o. Otot utama
: tibialis posterior, tibialis anterior.
Fleksi : Gerakkan masing-masing ibu jari ke bawah. Jarak normal : 35 -60o. Otot
utama : flexor hallucis brevis, lumbricales pedis, flexor digitorum brevis.
Ekstensi : Luruskan ibu jari kaki. Jarak normal : 35 – 60o. Otot utama : extensor
digitorum longus, extensor digitorum brevis, extensor hallucis longus.
Abduksi : Regangkan masing-masing jari kaki. Jarak normal : 0 -15o. Otot utama :
interossei dorsalis pedis, abductor hallucis.
Adduksi : Rapatkan masing-masing jari kaki bersamaan. Jarak normal : 0 – 15o.
Otot utama : adductor hallucis, interossei plantares.

Sendi – sendi tubuh


Fleksi : Bungkukkan tubuh ke arah jari kaki. Jarak normal : 70 – 90o. Otot utama :
rectus abdominis, psoas major, psoas minor.

28
Extensi : Luruskan tubuh dari posisi fleksi. Jarak normal : 70 – 90o. Otot utama :
longissimus thoracis, iliocostalis thoracis, iliocostalis lumborum, erector spinae,
longissimus cervicis.
Hiperekstensi : Bungkukkan tubuh ke arah belakang. Jarak normal : 20 – 30o. Otot
utama : longissimus thoracis, iliocostalis thoracis, iliocostalis lumborum, erector
spinae, longissimus cervicis.
Fleksi lateral : Lekukkan tubuh ke kanan dan ke kiri. Jarak normal : 30o dari
samping. Otot utama : Quadratus lumborum.
Rotasi : Lekukkan tubuh dari bagian atas, dari samping ke samping. Jarak normal
: 30 – 45o dari samping. Otot utama : erector spinae.
A.

29

Anda mungkin juga menyukai