Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 16, No.

2, 2011, halaman 156-166 ISSN : 1410-0177

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK DAN FRAKSI DARI SPON LAUT Petrosia sp
DENGAN METODA BRINE SHRIMP LETHALITY TEST

1Krisyanella, 2 Dian Handayani, 1 Lendra Yunance


1
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang
2
Fakultas Farmasi Universitas Andalas

ABSTRACT

Determination of cytotoxic activity of the extract and fraction of marine sponge Petrosia sp suing
Brine Shrimp Lethality Test has been done. The Cytotoxic activity analysis was done toward
methanol extract first, then continued to n-hexane, ethyl acetate and buthanol fractions
respectively. The LC50 values were 70.736 ppm, 269.153 ppm, 197.38 ppm and 70.667 ppm
respectively. Results showed that the extract and fraction of Petrosia sp potentially has cytotoxic
activity whereas buthanol fraction has the higest citotoxic activity among at all. Phytochemistry
screening for buthanol fraction contained terpenoid, steroid and saponin.

Keyword: citotoxic activity, Petrosia sp., Brine Shrimp Lethality Test

PENDAHULUAN lain. Beberapa jenis spon yang memiliki


bioaktivitas yang menarik seperti aktivitas
Laut memiliki keanekaragaman organisme antibakteri dari Petrosia nigran (Handayani,
yang sangat besar sebagai sumber daya Sayuti & Dachriyanus., 2008), aktivitas
alam yang sangat potensial. Berbagai antifungi dari Stylissa flambeliformis dan
penelitian menunjukkan bahwa organisme Haliclona sp (Setyowati, 2005), aktivitas
laut memiliki potensi yang sangat besar antiinflamasi dari Axinella brenstyla (Yalcin,
dalam menghasilkan senyawa-senyawa aktif 2007), dan aktivitas sitotoksik dari spongia
yang dapat digunakan sebagai bahan baku sp dan petrosia sp (Mayer & Gustafson,
obat-obatan. Perkembangan dunia 2008).
pengobatan dan ilmu pengetahuan yang
semakin pesat memacu eksplorasi terhadap Berdasarkan potensi bioaktivitas dari spon
sumber senyawa bioaktif dari organisme laut tersebut maka telah dilakukan skrining
laut. sitotoksik dari ekstrak kental metanol
dengan metoda Brine Shrimp Lethality Test
Salah satu contoh organisme laut yang (BSLT) terhadap 10 jenis spon yang diambil
memiliki kandungan kimia yang menarik di perairan Mandeh Painan pada kedalaman
adalah spon dari filum Porifera. Spon ± 15 meter di bawah permukaan laut. Salah
diketahui dapat menghasilkan sejumlah satu spon yang memiliki aktivitas sitotoksik
produk laut yang bersifat alami dan mampu adalah spon Petrosia sp sebesar 71,81 ppm.
menunjukkan keseragaman senyawa kimia Hasil identifikasi dari museum Zoologi
yang sangat besar. Senyawa-senyawa kimia Amsterdam Belanda menyatakan sampel
yang mampu dihasilkannya antara lain tersebut merupakan salah satu spesies dari
alkaloid, terpenoid, steroid, fenolik dan lain- genus Petrosia yaitu Petrosia sp dengan
156
Krisyanella., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

nomor koleksi MN 05. Aktivitas sitotoksik Bahan yang Digunakan


dari spon Petrosia sp tersebut cukup aktif
dibandingkan dengan spon lainnya (Yulia, Petrosia sp, metanol, aquadest, kloroform,
2009). besi (III) klorida, norit, asam asetat anhidrat,
asam sulfat pekat, asam sulfat 2 N, asam
Potensi sitotoksik yang dimiliki oleh klorida pekat, amoniak, pereaksi Mayer,
Petrosia sp (MN 05) dapat digunakan pereaksi Dragendorff, n-heksana, etil asetat,
sebagai sumber antikanker baru mengingat butanol, air laut, dan dimetilsulfoksida
kanker masih merupakan penyakit penyebab (DMSO).
kematian utama di dunia. Berbagai senyawa
telah dikembangkan untuk melawan kanker, Hewan Percobaan
akan tetapi tak satupun jenis senyawa
tersebut menghasilkan efek yang Hewan percobaan yang digunakan larva
memuaskan dan tanpa efek samping yang Artemia salina L. Telur Artemia salina L.
merugikan. Usaha eksplorasi senyawa- sebelumnya dibiakkan terlebih dahulu di
senyawa antikanker terus dilakukan dengan dalam wadah biak yang berisi air laut yang
sifat penghambatan yang lebih baik dan efek dilengkapi airasi dan cahaya. Untuk
samping yang lebih rendah (Astuti, et al., penetasan sebaiknya pH larutan berada pada
2005). kisaran 7,5 – 8,5. Sedangkan temperatur
untuk penetasan larva berkisar antara 25-
Berdasarkan potensi sitotoksik dari Petrosia 30oC. Kemudian dibiarkan selama 48 jam
sp (MN 05) tersebut maka perlu dilakukan sehingga akan terbentuk larva Artemia
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui salina L.
aktivitas sitotoksik fraksi aktif dengan
menggunakan metoda Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT). Hasil yang diperoleh Pengambilan Sampel Spon laut Petrosia
dari penelitian ini dapat menambah sp
wawasan, informasi dan kontribusi besar
terhadap pengembangan sumber daya laut Sampel diambil pada tanggal 12 juni 2010,
yang spesifik berasal dari Indonesia dan di perairan Painan sekitar Pulau Mandeh,
dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai Kecamatan Koto Sabaleh Tarusan,
kandidat obat antikanker unggulan. Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat,
pada kedalaman ±15 meter di bawah
METODA PENELITIAN permukaan laut.

Alat Pengujian Aktifitas Sitotoksik Ekstrak


dan Fraksi Kental dengan Metoda Brine
Seperangkat alat gelas, seperangkat alat Shrimp Lethality Test
Rotary Evaporator (Buchi®), corong pisah,
timbangan listrik, vial, wadah pembiakan Pengujian pendahuluan terhadap aktifitas
larva, airasi (pembentuk gelembung udara), ekstrak kental dan fraksi dilakukan sebagai
dan pipet mikro (Hamilton®). berikut: ekstrak kental dan fraksi ditimbang
sebanyak 30 mg, kemudian dilarutkan dalam
3 ml metanol dan ini merupakan larutan
induk sampel. Pengujian dilakukan dengan
157
Krisyanella., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

cara 3 variasi konsentrasi yaitu 1000 100 dan air laut. Jumlah larva yang hidup dihitung
10 ppm, dan setiap konsentrasi dibuat setelah 24 jam, maka dapat diketahui jumlah
rangkap 3. Larutan uji dibuat dengan larva yang mati. Nilai LC50 dihitung dengan
memipet masing-masing 500, 50 dan 5 µl menggunakan metoda kurva.
dari larutan induk, setelah itu larutan uji
dimasukkan ke dalam desikator sampai Evaluasi data
semua pelarutnya menguap. Sebagai kontrol 1. Data dihitung dengan menggunakan
disiapkan 3 vial yang hanya diisi 50 µl persamaan regresi
larutan DMSO. Ekstrak yang sudah kering 2. Nilai LC50 dihitung dengan
dari masing-masing vial dilarutkan dengan menggunakan metoda kurva
50 µl DMSO, kemudian ditambahkan air
laut 2 ml. Sebanyak 10 larva udang
dimasukkan ke dalam vial tersebut,
kemudian volume dicukupkan 5 ml dengan

HASIL

Tabel I. Data Pemeriksaan Organoleptis dari Spon Laut Petrosia sp


No Karakteristik Keterangan
Seperti batang yang bercabang-
1 Bentuk cabang
2 Warna Coklat keunguan
3 Bau Amis seperti bau ikan

Tabel II. Data Perolehan Ekstrak dan Fraksi Kental


No Sampel Berat (gram)
1 Ekstrak kental 36,1836
2 Fraksi n-heksana 1,623
3 Fraksi etil asetat 1,3
4 Fraksi butanol 15

Tabel III. Hasil Pemeriksaan Pendahuluan Kandungan Kimia dari Ekstrak Kental Metanol

No Kandungan Pereaksi Pengamatan Keterangan


Kimia
Mayer Tidak terbentuk endapan negatif
Dragendorrf putih negatif
1 Alkaloid
Tidak terbentuk endapan
orange
2 Terpenoid/stero Asam asetat Terbentuk warna merah Positif
158
Krisyanella., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

id anhidrat +
H2SO4 p
Air/busa Terbentuk Busa yang positif
stabil ±10 menit positif
3 Saponin
Minyak zaitun Terbentuk emulsi
(emulsi)
Besi (III) klorida Terbentuk warna biru tua positif
4 Fenolik
K2Cr2O7 Terbentuk endapan kuning positif

Tabel IV. Hasil Pemeriksaan Pendahuluan Kandungan Kimia dari Fraksi Kental n-Heksana

No Kandungan Pereaksi Pengamatan Keterangan


kimia
Mayer Tidak terbentuk endapan Negatif
Dragendorrf putih Negatif
1 Alkaloid
Tidak terbentuk endapan
orange
Asam asetat Terbentuk warna merah Positif
Terpenoid/ste
2 anhidrat +
roid
H2SO4 p
Air/busa Tidak terbentuk busa yang Negatif
3 Saponin Minyak zaitun stabil ± 10 menit Negatif
(emulsi) Tidak terbentuk emulsi
Besi (III) klorida Terbentuk warna biru tua Positif
4 Fenolik K2Cr2O7 Terbentuk endapan kuning Positif

Tabel V. Hasil Pemeriksaan Pendahuluan Kandungan Kimia dari Fraksi Etil Asetat

No Kandungan Pereaksi Pengamatan Keterangan


kimia
1 Alkaloid Mayer Tidak terbentuk endapan Negatif
putih
Dragendorrf Negatif
Tidak terbentuk endapan
orange
2 Terpenoid/ste Asam asetat Terbentuk warna merah Positif
roid anhidrat +
H2SO4 p
3 Saponin Air/busa Tidak terbentuk busa yang Negatif
stabil ± 10 menit
Minyak zaitun Tidak terbentuk emulsi Negatif
(emulsi)

159
Krisyanella., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

4 Fenolik Besi (III) Tidak terbentuk endapan Negatif


klorida biru tua
Negatif
K2Cr2O7 Tidak terbentuk endapan
kuning

Tabel VI. Hasil Pemeriksaan Pendahuluan Kandungan Kimia dari Fraksi Butanol
No Kandungan Pereaksi Pengamatan Keterang
kimia an
1 Alkaloid Mayer Tidak terbentuk endapan Negatif
putih
Dragendorrf Negatif
Tidak terbentuk endapan
orange
2 Terpenoid/ste Asam asetat Terbentuk warna merah Positif
roid anhidrat +
H2SO4 p
3 Saponin Air/busa Terbentuk Busa yang stabil Positif
±10 menit
Minyak zaitun Terbentuk emulsi Positif
(emulsi)
4 Fenolik Besi (III) klorida Tidak terbentuk endapan Negatif
biru tua
K2Cr2O7 Negatif
Tidak terbentuk endapan
kuning

Tabel VII. Hasil Pengujian Aktivitas Ekstrak Kental dengan Metoda Brine Shrimp Lethality Test
Jumlah Hewan yang mati % rata-
Nilai
Konsentrasi Log Larva Rata- rata
Vial Probit
(ppm) Konsentrasi tiap rata kematian
kolompok 1 2 3
1 1 1
250 2,398 10 0 0 0 10 100 8,09
1
125 2,097 10 8 6 0 8 80 5,842
62,5 1,796 10 5 4 4 4,3 43 4,824
31,25 1,495 10 1 1 0 0,7 7 3,524
15,625 1,194 10 0 0 0 0 0 0
Kontrol
(hanya 0 10 0 0 0 0 0 0
DMSO 50 µl)
160
Krisyanella., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

Gambar 1. Grafik Nilai Probit terhadap Log Konsentrasi dari Ekstrak Kental

Tabel VIII. Pengujian Aktivitas Fraksi n-Heksana dengan Metoda Brine Shrimp Lethality Test
Hewan yang mati
Jumlah % rata-
Konsentrasi Log Vial Nilai
Larva tiap Rata- rata
(ppm) Konsentrasi Probit
kolompok rata kematian
1 2 3

1000 3 10 10 10 10 10 100 8,09


500 2,699 10 9 8 10 9 90 6,282
250 2,398 10 5 6 6 5,7 57 5,202
125 2,097 10 2 3 4 3 30 4,476
625 1,796 10 0 0 0 0 0 0
Kontrol (hanya
0 0 0 0 0 0 0 0
DMSO 50µl)

Gambar 2. Grafik Nilai Probit terhadap Log Konsentrasi dari Fraksi n-Heksana

161
Krisyanella., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

Tabel IX. Pengujian Aktivitas Fraksi Etil Asetat dengan Metoda Brine Shrimp Lethality Test
Jumlah Hewan yang mati % rata-
Log Larva Vial Nilai
Konsentrasi rata
Konsentra tiap Rata kematia Probi
(ppm)
si kolompo 1 2 3 -rata t
n
k
1000 3 10 10 10 10 10 100 8,09
500 2,699 10 8 9 9 8,7 87 6,175
250 2,398 10 7 8 8 7,7 77 5,772
125 2,097 10 4 4 3 3,7 37 4,950
62,5 1,796 10 1 2 0 1 10 3,718
31,25 1,495 10 0 0 0 0 0 0
Kontrol (hanya
0 10 0 0 0 0 0 0
DMSO 50 µl)

Gambar 3. Grafik Nilai Probit terhadap Log Konsentrasi dari Fraksi Etil Asetat

Tabel X. Pengujian Aktivitas Fraksi Butanol dengan Metoda Brine Shrimp Lethality Test
Jumlah Hewan yang mati
% rata-
Log Larva Nilai
Konsentrasi Vial Rata rata
Konsentras tiap Probi
(ppm) - kematia
i kolompo 1 2 3 t
rata n
k
1 1 1
250 2,398 10 10 100 8,09
0 0 0
125 2,097 10 8 9 8 8,3 83 5,954
62,5 1,796 10 5 6 6 5,7 57 5,468
31,25 1,495 10 1 2 1 1,3 13 3,874
15,25 1,194 10 0 0 0 0 0 0

162
Krisyanella., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

Kontrol
(hanya
0 10 0 0 0 0 0 0
DMSO 50
µl)

Gambar 4. Grafik Nilai Probit terhadap Log Konsentrasi dari Fraksi Butanol

PEMBAHASAN identifikasi kandungan metabolit sekunder


terhadap ekstrak kental Metanol. Dari
Sampel segar Petrosia sp ditiriskan sampai identifikasi yang dilakukan didapatkan
kering dan dicuci dengan menggunakan bahwa pada ekstrak kental mengandung
aquadest kemudian sampel ditiriskan saponin, fenolik dan terpenoid.
kembali sampai kering. Sampel dimasukkan
kedalam plastik dan diberi metanol sebagai Selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas
pengawet. Kemudian sampel dilakukan sitotoksik ekstrak kental Metanol dengan
identitikasi organoleptis seperti warna, bau metoda Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
dan bentuk. Spon Petrosia sp memiliki yang merupakan langkah awal dalam metoda
warna coklat keunguan, bau amis dan pencarian senyawa antikanker pada spon laut
mempunyai bentuk seperti batang yang Petrosia sp (MN 05). Metoda ini
bercabang-cabang. menggunakan larva udang Artemia salina L.
sebagai hewan percobaan. Telur Artemia
Selanjutnya dilakukan ekstraksi kandungan salina L (Mg Laughlin, 1991; Meyer, 1982).
kimia dari spon laut Petrosia sp dimulai Telur larva dibiakkan terlebih dahulu di
dengan cara merajang sampel dan ditimbang dalam wadah biak yang berisi air laut yang
sebanyak 500 g. Penyarian sampel dilakukan dilengkapi airasi dan cahaya.
dengan cara maserasin dengan metanol
selama 3-5 hari dan sesekali dikocok. Pengujian aktivitas sitotoksik dari ekstrak
Ekstrak metanol yang diperoleh, diuapkan kental dilakukan sebagai berikut: ekstrak
pelarutnya secara in vacuo dengan kental ditimbang sebanyak 30 mg,
menggunakan Rotary Evaporator, sehingga kemudian dilarutkan dalam 3 ml metanol
didapatkan ekstrak kental Metanol sebanyak dan ini merupakan larutan induk sampel.
36,1836 gram. Kemudian dilakukan Pengujian dilakukan dengan 3 variasi

163
Krisyanella., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

konsentrasi yaitu 1000 ppm, 100 ppm dan 10


ppm,dan setiap kensentrasi dibuat rangkap 3. Berdasarkan hasil pengujian toksisitas
Larutan uji dibuat dengan memipet masing- ekstrak kental Petrosia sp tersebut, dapat
masing 500, 50 dan 5 µl dari larutan induk dikatakan bahwa kandungan bioaktif ekstrak
sampel, setelah itu larutan uji dimasukkan kental Petrosia sp berpotensi sebagai
dalam desikator sampai semua pelarutnya kandidat antikanker dan dapat dilakukan
menguap. Pelarut harus menguap sempurna pengujian lebih lanjut karena nilai LC50nya
agar tidak menganggu penentuan toksisitas. <1000 ppm.
Sebagai kontrol disiapkan 3 vial yang hanya
diisi 50 µl larutan DMSO. Ekstrak yang Proses selanjutnya adalah fraksinasi.
sudah kering dari masing-masing vial Fraksinasi dilakukan dengan menggunakan
dilarutkan dengan 50 µl DMSO. pelarut berdasarkan tingkat kepolarannya.
Penambahan DMSO ke dalam larutan uji Pelarutyang digunakan adalah n-heksana,
bertujuan untuk melarutkan ekstrak, fraksi etil asetat dan butanol. Fraksi yang didapat
ekstrak dan senyawa murni. DMSO yang dipekatkan in vacuo sehingga didapat fraksi
ditambahkan adalah sebanyak 50 µl karena kental untuk setiap fraksi, hal ini bertujuan
diatas jumlah tersebut DMSO dapat untuk mengetahui berat dari masing-masing
menyebabkan kematian pada larva. fraksi (Tabel II) . Selanjutnya pada masing-
Kemudian ditambahkan air laut 2 ml. masing fraksi dilakukan identifikasi
Sebanyak 10 larva udang dimasukkan kandungan metabolit sekunder yang sama
kedalam vial tersebut dan kemudian dengan identifikasi kandungan metabolit
volumenya dicukupkan 5 ml dengan air laut. sekunder pada ekstrak kental. Dari pengujian
Jumlah larva yang hidup dihitung setelah 24 yang dilakukan didapatkan hasil bahwa pada
jam, maka dapat diketahui jumlah larva yang fraksi n-heksana mengandung terpenoid dan
mati. fenolik; pada fraksi etil asetat mengandung
terpenoid dan pada fraksi butanol
Ekstrak kental pada konsentrasi 1000 ppm mengandung terpenoid dan saponin (Tabel
dan 100 ppm membunuh larva udang IV, V, VI).
sedangkan konsentrasi 10 ppm tidak
membunuh larva udang. Oleh karena itu Kemudian masing-masing fraksi dilakukan
untuk mendapakan hasil yang lebih akurat pengujian aktivitas sitotoksik terhadap Brine
maka konsentrasi ekstrak dijadikan ppm, Shrimp, pengujian ini bertujuan untuk
250 ppm, 125 ppm, 62,5 ppm, 31,25 ppm mengetahui fraksi mana yang paling aktif
dan 15,625 ppm dengan persentase rata-rata terhadap Brine Shrimp. Pengujian aktivitas
kematian 100%, 80%, 43%, 7% dan 0%. sitotoksik dari fraksi n-heksana, fraksi etil
Kemudian LC50 dihitung menggunakan asetat dan fraksi butanol sama dengan
metoda kurva yaitu dengan menentukan nilai pengujian aktivitas sitotoksik ekstrak kental.
log kosentrasi konsentrasi yang didapat Pada fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan
terhadap nilai probit dari persentase rata-rata fraksi butanol pada konsentrasi 1000 ppm
kematian larva. Dari data tersebut dapat dan 100 ppm membunuh larva udang
dibuat grafik garis lurus antara nilai log sedangkan konsentrasi 10 ppm tidak
konsentrasi terhadap nilai probit. membunuh larva udang. Oleh karena itu
Berdasarkan hasil perhitungan aktivitas untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat
sitotoksik didapatkan nilai LC50 dari ekstrak maka konsentrasi fraksi diturunkan. Untuk
kental Petrosia sp yaitu sebesar 76,736 ppm. fraksi n-heksana konsentrasi diturunkan
164
Krisyanella., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

menjadi 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm dan <1000 ppm sehingga dapat dilakukan
62,5 ppm sehingga didapatkan hasil penelitian lebih lanjut.
persentase rata-rata kematian dengan dosis
yang berurutan yaitu 90%, 57%, 30% dan Dari hasil diatas diketahui bahwa fraksi
0% (Tabel VIII). Pada fraksi etil asetat butanol memiliki nilai LC50 yang paling
konsentrasi diturunkan menjadi 500 ppm, kecil yaitu 70,667 ppm. Sehingga dapat
250 ppm, 125 ppm 62,5 ppm dan 31,625 dikatakan bahwa fraksi butanol lebih aktif
ppm dan didapatkan hasil persentase rata- dan bersifat sitotoksik. Karena konsentrasi
rata kematian dengan dosis yang berurutan yang dibutuhkan untuk membunuh larva
yaitu 87%, 77%, 47%, 10% dan 0% (Tabel Artemia salina L. lebih kecil dibandingkan
IX). Pada fraksi butanol konsentrasi dengan fraksi n-heksana dan fraksi etil
diturunkan menjadi 250 ppm, 125 ppm, 62,5 asetat. Dimana senyawa yang mungkin
ppm, 31,25 ppm dan 15,625 ppm, sehingga bersifat sitotoksik adalah terpenoid dan
didapatkan hasil persentase rata-rata saponin. Senyawa saponin mempunyai sifat
kematian dengan dosis yang berurutan yaitu dapat menghemolisis sel darah merah dan
100%, 83%, 57%, 135 dan 0% (Tabel X). bersifat sangat toksik bila diinjeksikan ke
dalam aliran darah. Sementara senyawa
Kemudian nilai LC50 dari masing-masing terpenoid dapat merusak DNA dengan cara
fraksi diatas yaitu fraksi n-heksana, fraksi merusak ikatan dalam DNA menjadi DNA
etil asetat dan fraksi butanol dihitung single-Strand dan dapat menghambat proses
menggunakan metoda kurva yaitu dengan mitosis sel ( Sladic & Gasic, 2006).
menentukan nilai log konsentrasi dari
konsentrasi yang didapat terhadap nilai KESIMPULAN
probit dari persentase rata-rata kematian 1. Dari uji pendahuluan kandungan kimia
larva. Dari data tersebut akan didapatkan dari spon laut Petrosia sp menunjukkan
grafik garis lurus antara nilai log konsentrasi adanya kandungan senyawa terpenoid,
terhadap nilai probit dari persentase rata-rata fenolik dan saponin
kematian larva Artemia salina L. 2. Dari pengujian aktivitas sitotoksik
ekstrak kental dengan metoda Brine
Hasil pengujian toksisitas masing-masing Shrimp Lethality Test diketahui bahwa
fraksi dihitung dengan menggunakan metoda ekstrak kental aktif terhadap Artemia
kurva dapat diketahui nilai LC50 dari fraksi salina L.
n-heksana sebesar 269,153 ppm, nilai LC50 3. Perhitungan nilai LC50 dengan
dari fraksi etil asetat sebesar 197,38 ppm dan menggunakan metoda kurva
nilai LC50 dari fraksi butanol sebesar 70,667 menunjukkan bahwa fraksi butanol yang
ppm. Untuk melihat perbandingan nilai LC50 lebih aktif terhadap larva udang Artemia
dari ekstrak dan fraksi dapat dibuat salina L dibandingkan dengan fraksi n
histogram dari masing-masing nilai LC50 heksana dan fraksi etil asetat yaitu
yang didapatkan. Nilai LC50 yang 70,667 ppm
ditunjukkan oleh masing-masing fraksi

165
Krisyanella., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

DAFTAR PUSTAKA Yalcin, F. N., 2007, Biological Activities of the


Marine Sponge Axinella, Hacettepe
Astuti, P. Alam., G. Hartati., M. S. Sari, D & University, 27, 47-60
Wahyono. S., 2005, Uji Sitotoksik
Senyawa Alkaloid dari Spon Laut Yulia, M., 2009, Isolasi dan Uji Aktivitas
Petrosia sp Potensial Pengembangan Senyawa Sitotoksik dari Spon Laut
Sebagai Antikanker, Makalah Farmasi Petrosia sp (ex Perairan Mandeh),
Indonesia, 16 (1), 58-62 (Skripsi), Sarjana Farmasi, Padang:
Universitas Andalas
Handayani, D., N. Sayuti dan Dachriyanus.,
2008, Isolasi dan Karakterisasi Senyawa
Antibakteri Epidioksida sterol dari Spon
Laut Petrosia nigrans, Asal Sumatera
Barat, Prosiding Seminar Nasional Sains
dan Teknologi-II 17-18 November 2008,
Lampung: Universitas Lampung

Mc Laughlin, J. L., 1991, Crown Gall Tumors on


Potato Disc and Brine Shrimp Lethality:
Two Simple Bioassay for Higher plant
Screening and Fractination, Method in
plant Biochemistry, Vol 6, San Diego:
Academic Press, 1-32

Mayer, A. M. S & K. R. Gustafson., 2008,


Marine Pharmacology in 2005-2006:
Antitumor and Cytotoxic Compound,
Science Direct, 44, 2357-2387

Meyer, B.N., N. R. Ferrigni., J. E. Putnam., L.


B. Jacobsen., D. E. Nichols., and J. L.
Mclaughlin., 1982, Brine Shrimp : a
conventional general biossay for active
plant constituents, Planta Medica, 45: 31-
34

Setyowati, E. P. Sudarsono dan Wahyono. S.,


2005. Jaspamide : identifikasi Stuktur
Senyawa Sitotoksik dan Fungisida dari
Spon Styllissa Flambeliformis, Majalah
Farmasi Indonesia

Sladic, D. And M. J. Gasic., 2006, Reactivity


and Biological Activity of the Marine
Sesqiuterpene Hydroquinone Avarol and
Related Compounds from Sponges of the
Order Dyctioceratida, Cheminform, 37,
26:251

166

Anda mungkin juga menyukai