Anda di halaman 1dari 6

PAPER

ANALISA KASUS
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan HIV - AIDS
Dosen Pembimbing : Sodikin, M.Kep., Sp.KMB

Disusun Oleh:
Dewi Apriliani (108116041)
Putri Septia Sari (108116046)
Ahmad Fatoni (108116050)
Mirna (108116052)
Anggin Fitriani (108116060)
Ni’matul Khoeriyah (108116066)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH
CILACAP
TAHUN AJARAN 2018/2019
Kasus :

Anak M usia 2.5 tahun dirawat dengan panas tinggi disertai dengan diare terus menerus.
Berdasarkan penuturan ibunya yang merawat, anaknya telah didiagnosa HIV positif saat lahir,
ayahnya telah meninggal karena AIDS 2 tahun silam.

Data yang harus diperoleh perawat saat pengkajian :

1. Data Subjektif, mencakup:


a. Identitas klien ( sesperti : nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat dan tanggal
lahir, nomor RM, suku, agama, dan lain-lain ) riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit sekarang, riwayat keluarga
b. Data nutrisi :seperti masalah cara makan, BB turun
c. Ketidaknyamanan (lokasi, karakteristik, lamanya)
2. Data Objektif, meliputi:
a. Kulit, lesi
b. Kondisi mulut dan genetalia apakah terdapat infeksi atau tidak
c. BAB (frekuensi lebih dari 3 kali dan karakternya cair)
d. Gejala cemas
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran TTV : Nadi, respirasi, suhu
b. Pengkajian Kardiovaskuler : Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah
meningkat. Gagal jantung kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.
c. Pengkajian Respiratori : Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas,
takipnea, hipoksia, nyeri dada, napas pendek waktu istirahat, gagal napas.
d. Pengkajian Neurologik : Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan
perilaku, nyeri otot, kejang-kejang, enselofati, gangguan psikomotor, penurunan
kesadaran, delirium, meningitis, keterlambatan perkembangan
e. Pengkajian Gastrointestinal : Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan,
kesulitan menelan, bercak putih kekuningan pada mukosa mulut, faringitis,
candidisiasis esophagus, candidisiasis mulut, selaput lender kering, pembesaran
hati, mual, muntah, colitis akibat diare kronis, pembesaran limfa.
f. Pengkajian Muskuloskeletal : Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak
(ataksia), lemah
g. Pengkajian Hematologik
h. Pengkajian Eliminasi
Gejala: Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai
kram abdominal, Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi Tanda: Feces dengan atau
tanpa disertai mukus dan marah, Diare pekat yang ser
4. Kaji status nutrisi
5. Pemeriksaan diagnostik
a. untuk mendiagnosa infeksi HIV , yaitu : ELISA, Western blot, P24 antigen test,
Kultur HIV 2.
b. Tes untuk mendeteksi gangguan sistem imun, yaitu : Hematokrit, LED, Rasio CD4
/ CD Limposit, Serum mikroglobulin B2, Hemoglobin

Masalah yang mungkin muncul

1. Infeksi pada anak dengan HIV/AIDS berhubungan dengan adanya penurunan system
imun tubuh
2. Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus sekunder
terhadap reaksi antigen dan antibody
3. Perubahan eliminasi (diare) yang berhubungan dengan peningkatan motilitas usus
sekunder proses inflamasi system pencernaan

Intervensi keperawatan dan rasional

NO Diagnosa Intervensi Rasional


1. Infeksi pada anak dengan Pertahankan teknik septik Mengurangi resiko
HIV /AIDS berhubungan dan antiseptik (cuci tangan kontaminasi silang
dengan adanya penurunan sebelum dan sesudah
system imun tubuh tindakan)

Pantau TTV Kaji Memberikan


frekuensi /kedalaman informasi data dasar,
pernafasan, tindakan Kongesti /
distress pernafasan
Periksa adanya luka , dan Candidiasis oral,
tanda– tanda inflamasi. herpes dan
Cyptococcus adalah
penyakit umum dan
memberi pengaruh
pada membran kulit,

Gunakan sarung tangan Mencegah penularan


danAPD selama kontak
langsung yang akresi /
sekresi
Pantau studi laboratorium, Mengidentifikasi
JDL dan periksa kultur / proses infeksi dan
sensivitas lesi, darah, untuk menentukan
urine dan spuntum metode perawatan
Berikan antibiotik, Menghambat proses
entijamun / agen Infeksi
antimikroba.
2. Hipertermi Pertahankan lingkungan Lingkungan yang
berhubungan dengan sejuk, dengan sejuk membantu
Pelepasan pyrogen dari menggunakan piyama dan menurunkan suhu
hipotalamus sekunder
selimut yang tidak tebal. tubuh dengan cara
terhadap reaksi antigen dan
antibody radiasi.
Pantau suhu tubuh anak Peningkatan suhu
setiap 1-2 jam, bila secara tiba-tiba akan
terjadi peningkatan secara mengakibat an
tiba-tiba kejang
Berikan kompres dengan Kompres hangat
suhu 37°C pada anak efektif
mendingin-kan
tubuh melalui cara
konduksi
3. Perubahan eliminasi (diare) Observasi dan catat Membantu
yang berhubungan dengan frekuensi defekasi, membedakan
peningkatan motilitas usus karakteristik, jumlah dan penyakit individu
sekunder proses inflamasi faktor pencetus dan mengkaji
system pencernaan beratnya episode
Tingkat tirah baring, Istirahat menurunkan
berikan alat-alat motilitas usus juga
disamping tempat tidur menurunkan laju
metabolisme bila
infeksi atau
perdarahan sebagai
komplikasi.

Identifikasi makanan dan Menghindarkan


cairan yang mencetuskan irirtan meningkatkan
diare (misalnya sayuran istirahat usus
segar, buah, sereal,
bumbu, minuman
karnonat, produks susu)
Mulai lagi pemasukan Memberikan
cairan per oral secara istirahat kolon
bertahap dan hindari dengan
minuman dingin menghilangkan atau
menurunkan
rangsang
makanan/cairan.
Makan kembali
secara bertahap
cairan mencegah
kram dan diare
berulang, namun
cairan yang dingin
dapat meningkatkan
motilitas usus
Berikan kolaborasi Mengobati infeksi
antibiotic supuratif fokal
Pendapat kelompok tentang pemberian ASI eksklusif

Tidak benar. Karena sebarusnya ibu memberikan asi ekslusif kepada bayinya di sertai
meminum obat antiretroviral secra rutin.

Penelitian yang melibatkan 2.431 pasang ibu dan anak dilakukan di daerah Afrika Selatan,
Malawi, Uganda, Tanzania, Zambia, Zimbabwe, dan India pada tahun 2011 hingga 2014.
Kemudian, para peneliti memberikan obat antiretroviral kepada ibu yang memiliki HIV positif,
sejak ibu tersebut mengandung, melahirkan, hingga menyusui. Obat tersebut merupakan salah
satu obat yang diberikan pada pasien yang menderita HIV positif, namun tidak bisa
membuatnya sembuh. Obat antiretroviral ini hanya bisa membuat pertumbuhan virus melambat
dan mencegah penggandaan terjadi.

Pemberian obat ini dianggap cukup efektif untuk mencegah penularan terjadi, karena terbukti
dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa di Malawi terjadi penurunan tingkat
penularan sebesar 42% pada anak yang diberikan ASI dari ibu dengan HIV positif. Pada
kelompok ibu tersebut, diberikan obat antiretroviral jenis nevirapine setiap harinya selama ia
menyusui dalam waktu 6 bulan. Tidak hanya itu, penuruan tingkat penularan juga terjadi di
Afrika Selatan yang menunjukkan penurunan hingga 18% .

ibu yang positif memiliki virus HIV di dalam tubuhnya dianjurkan untuk memberikan ASI
eksklusif selama 6 bulan dengan melakukan pengobatan untuk mengurangi risiko penularan ke
bayinya. Tidak seperti ibu yang sehat yang masih harus memberikan ASI hingga anak berusia
2 tahun dan memberikan makanan pendamping ASI setelah 6 bulan.

Anda mungkin juga menyukai