Kerjasama antara
dengan
Kegiatan dilaksanakan pada tahun 2017 di wilayah Kabupaten Boyolali, provinsi Jawa
Tengah. Kegiatan kajian ini mepunyai tujuan untuk kalsifikasi kemampuan lahan yang menjadi
dasar pemanfaatn ruang di Kabupaten Boyolali.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
C. Tahapan Kegiatan........................................................................................................ 3
C. Kemiringan Lereng....................................................................................................... 8
E. Erosi ............................................................................................................................ 9
iii
DAFTAR TABEL
iv
Tabel 33. Karakteristik kemampuan lahan pada unit lahan 31 ..................................................42
Tabel 34. Karakteristik kemampuan lahan pada unit lahan 32 ..................................................43
Tabel 35. Karakteristik kemampuan lahan pada unit lahan 33 ..................................................44
Tabel 36. Karakteristik kemampuan lahan pada unit lahan 34 ..................................................45
Tabel 37. Karakteristik kemampuan lahan pada unit lahan 35 ..................................................46
Tabel 38. Karakteristik kemampuan lahan pada unit lahan 36 ..................................................47
Tabel 39. Karakteristik kemampuan lahan pada unit lahan 37 ..................................................48
Tabel 40. Karakteristik kemampuan lahan pada unit lahan 38 ..................................................49
Tabel 41. Karakteristik kemampuan lahan pada unit lahan 39 ..................................................50
Tabel 42. Karakteristik kemampuan lahan pada unit lahan 40 ..................................................51
Tabel 43. Karakteristik kemampuan lahan pada unit lahan 41 ..................................................52
Tabel 44. Karakteristik kemampuan lahan pada unit lahan 42 ..................................................53
Tabel 45. Karakteristik kemampuan lahan pada unit lahan 43 ..................................................54
Tabel 46. Karakteristik kemampuan lahan pada unit lahan 44 ..................................................55
Tabel 47. Hasil Kelas Kemampuan Lahan Kabupaten Boyolali .................................................56
Tabel 48. Hasil evaluasi lahan di Kabupaten Boyolali ...............................................................59
v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan. Pengertian dari
lahan merupakan lingkungan fisik yang mempunyai cakupan dalam hal tanah, iklim,
pemerintahan salah satu unsurnya adalah wilayah atau juga disebut sebagai lahan.
sebagai sumber daya terbatas. Ketersediaan lahan tidak bisa digandakan atau diproduksi,
tingkat perekonomian tinggi. Seperti halnya pada lahan di pusat perekonomian yang maju
mempunyai nilai jual lebih tinggi daripada lahan di wilayah pinggiran. Tuntutan pemanfaatan
lahan menjadi faktor utama dalam pembangunan dan pengendalian peruntukan suatu
kawasan lahan. Perencanaan suatu wilayah harus didasarkan pada daya dukung lahan
tersebut. Sebagaiman dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomer 17 tahun
2009 menyatakan bahwa pemanfaatan ruang di suatu wilayah harus sesuai dengan
kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya sehingga alokasi pemanfaatan ruang
Kemampuan lahan merupakan penilaian atas kondisi suatu lahan untuk penggunaan
dengan tujuan tertentu yang dinilai berdasarkan pada masing-masing faktor penghambat.
Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dan tidak dikuti dengan
usaha konservasi tanah yang baik akan mempercepat terjadi erosi. Apabila tanah sudah
tererosi maka produktivitas lahan akan menurun (Selfle et al., 2013). Penyediaan data dan
informasi sumber daya alam berupa Kajian Penentuan Kemampuan Lahan Untuk Alokasi
1
Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Boyolali adalah bagian dari kegiatan inventarisasi
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penyediaan data dan informasi ini
khususnya dalam hal perencanaan lingkungan. Salah satu kajian yang mewajibkan adanya
kajian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup menjadi salah satu muatannya,
yaitu Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). KLHS merupakan instrumen pencegahan
pencemaran dan kerusakan lingkungan yang wajib dibuat mengiringi penyusunan dokumen
Maksud dari kegiatan ini adalah melakukan kajian untuk menentukan kemampun
lahan di wilayah Kabupaten Boyolali guna alokasi pemanfaatan ruang. Sasaran kegiatan ini
adalah lahan di wilayah Kabupaten Boyolali. Kajian ini akan menghasilkan informasi kelas
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyediakan data dan informasi mengenai
kelas kemampuan lahan (KKL) yang mampu menggambarkan kondisi daya dukung lahan
untuk alokasi pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Boyolali. Data dan informasi kelas
kemampuan lahan tersebut akan menjadi salah satu dasar dalam penataan ruang di
Kabupaten Boyolali untuk mewujudkan Boyolali Pro Investasi sekaligus Boyolali Green City
2
II. METODOLOGI KEGIATAN
Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 bulan yang dimulai pada bulan September dan
berakhir pada Desember 2017. Lokasi kegiatan meliputi wilayah administrasi Kabupaten
C. Tahapan Kegiatan
di Kabupaten Boyolali ini menggunakan motodologi yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya
Dukung Lingkungan Penataan Ruang Wilayah. Data kualitas tanah menggunakan data uji
3
kualitas tanah untuk penentuan Status Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa di
tahun lampau maka perlu pengambilan sampel ulang di beberapa titik lokasi untuk menguji
seberapa besar kualitas tanah mengalami perubahan untuk selanjutnya diambil langkah-
langkah atau metode yang sesuai untuk mendapatkan hasil kajian yang layak dan dapat
Boyolali.
dalam hal ini menilai kecukupan data yang ada untuk melakukan kajian penentuan
Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009. Termasuk dalam tahapan ini adalah
menentukan jumlah titik sampel yang representatif serta lokasi titik sampel tersebut.
lahan sehingga total jumlah titik sampel sebanyak 48 titik yang tersebar di
Kabupaten Boyolali.
b. Survey institusional
Pengambilan sampel tanah di titik lokasi yang telah ditentukan, saat pengambilan
genangan/banjir.
4
d. Uji laboratorium terhadap sampel tanah
Terhadap sampel tanah yang sudah diambil dilakukan uji sifat fisik dan kimia tanah
di laboratorium tanah. Parameter yang akan diuji antara lain tekstur tanah, dan
permeabilitas tanah.
Data sekunder, data lapangan, dan data hasil uji laboratorium dianalisis dengan
f. Penyusunan Laporan
Semua tahapan kajian akan dilaporkan dalam Laporan Kajian Penentuan Status
5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum
Kabupaten Boyolali merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang secara
administrasi berbatasan:
Secara administrasi, Kabupaten Boyolali yang terletak pada posisi 110o 22’ BT –
110o 50’ BT dan 7o 36’ LS – 7o 71’LS, terbagi menjadi 19 Kecamatan serta mempunyai
karakteristik lahan yang bervariasi dari yang merupakan dataran rendah, perbukitan hingga
kecamatan Bayudono yang terendah dan tertinggi sekitar 1.500 m di Kecamatan Selo,
dengan ketinggian rata-rata sekitar 700 m dpl (Anonim, 2016; Wikipedia, 2017).
Luas wilayah Kabupaten Boyolali sekitar 1.015,1 km2 yang terdiri tanah sawah atau
lahan basah seluas 228,31 km2 dan lahan kering 786,79 km2. Suhu rata-rata di Kabupaten
Boyolali sekitar 24,4 oC. Suhu tertinggi terjadi pada bulan Oktober, yaitu sekitar 25,2 oC
serta suhu terendah terjadi pada bulan Agustus dengan suhu berkisar 23,7 oC. Curah hujan
rata-rata tahunan sekitar 2.448 mm. Puncak musim kemarau atau curah hujan bulanan
terendah terjadi pada bulan Agustus dan puncak musim hujan dengan curah hujan bulanan
6
B. Jenis Tanah
klasifikasi Pusat Penelitian Tanah atau PPT) atau bisa disepadankan dengan Entisols
menurut klasifikasi Taksonomi Tanah USDA. Selain jenis tanah tersbut juga terdapat Tanah
Mediteran (PPT) atau Alfisols (USDA), Grumusol (PPT) atau Vertisols (USDA) serta
Andosol (PPT) atau Andisols (USDA). Dominasi tanah regosol disebabkan wilayah Boyolali
yang merupakan lereng dari Gunung Merapi dan Gunung Merbabu serta dataran aluvial dari
Merapi dan Merbabu. Tanah tersebut tergolong masih muda karena muntahan dari Merapi
ataupun Merbabu yang perkembangan tanahnya lambat. Sebaran jenis tanah di Kabupaten
Sebagaimana halnya, dominasi tanah mediteran berada di dataran yang sudah mengalami
proses pelapukan dan perkembangan tanah secara lanjut. Demikian juga pada tanah
grumusol yang berada pada dataran yang tergolong landai atau mempunyai drainase yang
kurang baik.
Secara karakteristik, Entisols mempunyai drainase yang baik, namun potensi erosi
yang ditimbulkan cukup besar, mengingat umumnya kandungan bahan organik rendah
sehingga ikatan antar partikel tanah yang lemah dan berakibat mudah mengalami
perpindahan atau erosi. Namun demikian, secara fisik, tanah tersbut mempunyai
karakteristik baik, karena lebih stabil. Tanah Mediteran mempunyai karakteristik cukup baik
dari segi kimia, karena kandungan klei (clay) yang lebih tinggi sehingga mampu menyimpan
hara lebih baik. Resistensi terhadap erosi cukup baik namun tidak berarti potensi erosinya
cukup tinggi.
7
C. Kemiringan Lereng
Kondisi topografi di Kabupaten Boyolali tergolong sangat bervariasi. Hal ini karena
topografi Kabupaten Boyolali dari yang dataran hingga perbukitan sampai pada kondisi
pegunungan. Topografi wilayah Kabupaten Boyolali didominasi dengan dataran. Hal ini
sangat mendukung untuk Kelas Kemampuan Lahan untuk pemanfaatan yang lebih umum
Pada wilayah yang bergunung, berada pada daerah lereng Merapi dan Merbabu,
pada bagian Barat Daya Kabupaten Boyolali. Hal ini berdampak pada Kelas Kemampuan
Lahan yang dibatasi oleh kondisi kelerengan lahan. Sebaran topografi atau kemiringan
Penentuan titik pengambilan contoh didasarkan pada tumpang susun (overlay) jenis
tanah dan kelerangan wilayah Kabaupten Boyolali. Pertimbangan drainase dan erosi. Hal ini
menghasilkan peta kerja dengan skala 1:50.000. Selanjutnya dilakukan deliniasi atau
pembatasan satuan lahan berdasarkan kondisi yang ada. Setiap satuan lahan yang sama
Jumlah titik pengambilan contoh tanah ditentukan sebanyak 44 titik contoh tanah.
Penentuan titik contoh tanah dilakukan secara purposive sampling berdasarkan satuan
lahan. Titik-tik tersebut tersebar di Kabupaten Boyolali hampir seluruh wilayah. Sebaran titik
pengambilan contoh tanah, sekaligus sebagai titik pengamatan lahan, disajikan pada peta di
bagian lampiran.
8
E. Erosi
mempunyai potensi kelas erosi yang bervariasi. Perhitungan kelas erosi yang didasarkan
Kelas erosi di Kabupaten Boyolali umumnya tergolong sangat ringan. Wilayah yang
perlu menjadi perhatian adalah wilayah di Kecamatan Selo dan Kecamatan Ampel yang
tergolong Kelas Erosi Sedang. Selain itu juga di Kecamatan Musuk yang tergolong dalam
Kelas Erosi Berat. Faktor yang paling mempengaruhi adalah kelerengan di wilayah Selo,
Ampel dan Musuk yang berada di lereng Gunung Merapi dan Merbabu sehingga
mendorong potensi erosi di wilayah tersebut. Kelas erosi di Kabupaen Boyolali disajikan
pada Tabel 1.
9
Tabel 1. Kelas erosi di Kabupaten Boyolali (lanjutan)
Unit
Kecamatan Penggunaan Lahan
Lahan Kelas Erosi
16 Kec. Kemusu Non pertanian Sangat Ringan
17 Kec. Ngemplak Tanaman pertanian semusim Sangat Ringan
18 Kec. Karanggede Tanaman pertanian semusim Sangat Ringan
19 Kec. Ampel Tanaman pertanian semusim Sangat Ringan
20 Kec. Musuk Tanaman pertanian semusim Berat
21 Kec. Selo Tanaman pertanian semusim Sedang
22 Kec. Ampel Tanaman pertanian semusim Sedang
23 Kec. Simo Hutan produksi Sangat Ringan
24 Kec. Kemusu Hutan produksi Sangat Ringan
25 Kec. Musuk Tanaman pertanian semusim Sangat Ringan
26 Kec. Musuk Tanaman pertanian semusim Ringan
27 Kec. Mojosongo Tanaman pertanian semusim Sangat Ringan
28 Kec. Wonosegoro Hutan produksi Sangat Ringan
29 Kec. Ampel Tanaman pertanian semusim Sangat Ringan
30 Kec. Ampel Tanaman pertanian semusim Sangat Ringan
31 Kec. Andong Non pertanian Sangat Ringan
32 Kec. Sambi Hutan produksi Sangat Ringan
33 Kec. Klego Hutan produksi Sangat Ringan
34 Kec. Ampel Tanaman pertanian semusim Ringan
35 Kec. Kemusu Tanaman pertanian semusim Sangat Ringan
36 Kec. Sawit Tanaman pertanian semusim Sangat Ringan
37 Kec. Banyudono Tanaman pertanian semusim Sangat Ringan
38 Kec. Juwangi Tanaman pertanian semusim Sangat Ringan
39 Kec. Andong Tanaman pertanian semusim Sangat Ringan
40 Kec. Nogosari Tanaman pertanian semusim Sangat Ringan
41 Kec. Andong Tanaman pertanian semusim Sangat Ringan
42 Kec. Musuk Tanaman pertanian semusim Berat
43 Kec. Ampel hutan dan cagar alam Ringan
44 Kec. Ampel Tanaman pertanian semusim Sedang
Klasifikasi kelas erosi di Kabupaten Boyolali didominasi dengan Kelas Erosi Sangat
Ringan dengan luasan total sekitar 92.778,8 ha atau sekitar 84,63% dari luas Kabupaten
Boyolali. Kelas Erosi Rigan mempunyai luasan sekitar 9.309,2 ha atau 8,49% dari luas
Kabupaten Boyolali. Kelas Erosi Sedang mempunyai luas 3.713 ha atau 3,39% luas
Kabupaten Boyolali. Kelas Erosi Berat mempunyai luas sekitar 2.510,2 ha atau seluas
10
2,29% Kabupaten Boyolali. Sisa luasannya merupakan wilayah kabupaten Boyolali yang
tidak diperhitungan dalam kegiatan ini. Klasifikasi kelas erosi disajikan pada Tabel 2 dan
sebaran kelas erosi disajikan pada Gambar Peta Kelas Erosi (lampiran).
11
F. Kelas Kemampuan Lahan
1. Unit Lahan 1
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 15-30% atau tergolong miring atau
berbukit. Nilai kepekaan erosi sekitar 0,46 atau tergolong tinggi, namun tingkat erosinya
adalah tidak ada atau sangat ringan. Penggunaan lahan sebagai hutan produksi
mencegah terjadinya erosi meskipun potensi erosinya tinggi. Kedalaman efektif tanah
25-50 cm (dangkal), tekstur tanah lapisan atas dan lapisan bawah termasuk agak halus
atau dengan kelas tesktur geluh lempungan (clay loam). Daya meloloskan air atau
permeabilitas tanah senilai 0,42 cm/jam (lambat) dengan drainase yang baik. Ancaman
banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan tergolong banyak yang menjadi
faktor paling penghambat sehingga faktor ini yang menjadikan kelas kemampuan
12
2. Unit Lahan 2
sekitar 15-30% atau tergolong miring atau berbukit. Tingkat erosinya adalah tidak ada
dengan kepekaan tanah terhadap erosi tergolong agak tinggi atau senilai 0,39.
Kedalaman efektif tanah 50-90 cm atau sedang dengan tekstur tanah lapisan atas
berupa lempungan (clay) yang tergolong halus dan tekstur lapisan bawah adalah geluh
lempung debuan (silty clay loam) yang termasuk agak halus. Nilai permeabilitas tanah
senilai 1,27 cm/jam atau agak lambat dengan drainase yang baik. Ancaman banjir di unit
lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan dapat diklasifikasikan tidak ada.
Berdasarkan parameter tersebut, unit atau satuan lahan mempunyai faktor pembatas
kemiringan lereng yang tergolong berbukit atau miring. Kelas kemampuan lahannya
13
3. Unit Lahan 3
15-30% atau tergolong miring atau berbukit. Tingkat erosinya adalah ringan dengan
kepekaan tanah terhadap erosi tergolong ringan atau senilai 0,33. Kedalaman efektif
tanah 50 - 90 cm atau sedang dengan tekstur tanah lapisan atas berupa geluh debuan
(silty loam) yang tergolong sedang dan tekstur lapisan bawah adalah geluhan (loam)
yang termasuk sedang. Nilai permeabilitas tanah senilai 1,36 cm/jam atau agak lambat
dengan drainase yang baik. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil
Berdasarkan parameter tersebut, unit atau satuan lahan mempunyai faktor pembatas
14
4. Unit Lahan 4
15-30% atau tergolong miring atau berbukit. Tingkat erosinya adalah tidak ada dengan
kepekaan tanah terhadap erosi tergolong agak tinggi atau senilai 0,31. Kedalaman
efektif tanah 50 - 90 cm atau sedang dengan tekstur tanah lapisan atas berupa geluh
debuan (silty loam) yang tergolong sedang dan tekstur lapisan bawah adalah geluh
lempungan (clay loam) yang termasuk agak halus hingga sedang. Nilai permeabilitas
tanah senilai 1,53 cm/jam atau agak lambat dengan drainase yang baik. Ancaman banjir
di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan dapat diklasifikasikan banyak.
Berdasarkan parameter tersebut, unit atau satuan lahan mempunyai faktor pembatas
15
5. Unit Lahan 5
Unit lahan 5 berada di Kecamatan Selo mempunyai kemiringan lereng sekitar 15-30%
atau tergolong miring atau berbukit. Tingkat erosinya adalah sedang dengan kepekaan
tanah terhadap erosi tergolong agak tinggi atau senilai 0,57. Kedalaman efektif tanah >
90 cm atau dalam dengan tekstur tanah lapisan atas berupa geluh lempungan (clay
loam) yang tergolong agak halus dan tekstur lapisan bawah adalah geluh lempungan
(clay loam) yang termasuk agak halus hingga sedang. Nilai permeabilitas tanah senilai
2,21 cm/jam atau sedang dengan drainase yang baik. Ancaman banjir di unit lahan ini
Berdasarkan parameter tersebut, unit atau satuan lahan 5 mempunyai beberapa faktor
pembatas, yaitu kemiringan lereng yang tergolong berbukit atau miring, tingkat erosi
tergolong sedang dan kerikil batuan yang sedang. Kelas kemampuan lahannya
16
6. Unit Lahan 6
Unit lahan 6 berada di Kecamatan Ampel mempunyai kemiringan lereng sekitar 15-30%
atau tergolong miring atau berbukit. Tingkat erosinya adalah ringan dengan kepekaan
tanah terhadap erosi tergolong agak tinggi atau senilai 0,39. Kedalaman efektif tanah
50-90 cm atau sedang dengan tekstur tanah lapisan atas berupa geluhan (loam) yang
tergolong sedang dan tekstur lapisan bawah adalah geluhan (loam) yang termasuk
sedang. Nilai permeabilitas tanah senilai 1,02 cm/jam atau agak lambat dengan
drainase yang baik. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan dapat
diklasifikasikan sedang.
Berdasarkan parameter tersebut, unit atau satuan lahan 6 mempunyai dua faktor
pembatas berupa faktor kemiringan lereng yang tergolong berbukit atau miring serta
17
7. Unit Lahan 7
Unit lahan 7 berada di Kecamatan Andong mempunyai kemiringan lereng sekitar 15-
30% atau tergolong miring atau berbukit. Tingkat erosinya adalah tdak ada dengan
kepekaan tanah terhadap erosi tergolong agak tinggi atau senilai 0,16. Kedalaman
efektif tanah 50-90 cm atau sedang dengan tekstur tanah lapisan atas berupa geluhan
lempung debuan (Sandy-clay-loam) yang tergolong agak halus dan tekstur lapisan
bawah adalah geluh lempungan (clay loam) yang termasuk agak halus. Nilai
permeabilitas tanah senilai 0,17 cm/jam atau lambat dengan drainase yang agak baik.
Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan dapat diklasifikasikan
sedang.
Berdasarkan parameter tersebut, unit atau satuan lahan 7 mempunyai dua faktor
pembatas berupa faktor kemiringan lereng yang tergolong berbukit atau miring serta
18
8. Unit Lahan 8
Unit lahan 8 berada di Kecamatan Simo mempunyai kemiringan lereng sekitar 15-30%
atau tergolong miring atau berbukit. Tingkat erosinya adalah tidak ada dengan kepekaan
tanah terhadap erosi tergolong agak tinggi atau senilai 0,18. Kedalaman efektif tanah
>90 cm atau sedang dengan tekstur tanah lapisan atas berupa geluhan lempung (clay
loam) yang tergolong agak halus dan tekstur lapisan bawah adalah geluh lepungan (clay
loam) yang termasuk agak halus. Nilai permeabilitas tanah senilai 0,14 cm/jam atau
lambat dengan drainase yang baik. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil
Berdasarkan parameter tersebut, unit atau satuan lahan 8 mempunyai faktor pembatas
berupa faktor kemiringan lereng yang tergolong berbukit atau miring dengan kelas
19
9. Unit Lahan 9
Unit lahan 9 berada di Kecamatan Ampel mempunyai kemiringan lereng sekitar 15-30%
atau tergolong miring atau berbukit. Tingkat erosinya adalah tidak ada dengan kepekaan
tanah terhadap erosi tergolong agak tinggi atau senilai 0,31. Kedalaman efektif tanah
50-90 cm atau sedang dengan tekstur tanah lapisan atas berupa geluhan (loam) yang
tergolong sedang dan tekstur lapisan bawah adalah geluhan (loam) yang termasuk
sedang. Nilai permeabilitas tanah senilai 0,17 cm/jam atau lambat dengan drainase
yang agak baik. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan dapat
Berdasarkan parameter tersebut, unit atau satuan lahan 9 mempunyai faktor pembatas
berupa faktor kemiringan lereng yang tergolong berbukit atau miring dengan kelas
20
10. Unit Lahan 10
Unit lahan 10 berada di Kecamatan Kemusu mempunyai kemiringan lereng sekitar 0-3%
atau tergolong datar. Tingkat erosinya adalah tidak ada dengan kepekaan tanah
terhadap erosi tergolong agak tinggi atau senilai 0,39. Kedalaman efektif tanah 50-90
cm atau sedang dengan tekstur tanah lapisan atas berupa geluhan lempungan (clay
loam) yang tergolong agak halus dan tekstur lapisan bawah adalah geluhan (loam) yang
termasuk sedang. Nilai permeabilitas tanah senilai 2,12 cm/jam atau sedang dengan
drainase yang agak baik. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan
Berdasarkan parameter tersebut, unit atau satuan lahan 10 mempunyai faktor pembatas
berupa kerikil batuan yang termasuk sedang sehingga digolongkan kelas kemampuan
lahan IV.
21
11. Unit Lahan 11
Unit lahan 11 berada di Kecamatan Boyolali mempunyai kemiringan lereng sekitar 0-3%
atau tergolong datar. Tingkat erosinya adalah tdak ada dengan kepekaan tanah
terhadap erosi tergolong agak tinggi atau senilai 0,14. Kedalaman efektif tanah >90 cm
atau sedang dengan tekstur tanah lapisan atas berupa geluh debuan (Silty loam) yang
tergolong sedang dan tekstur lapisan bawah adalah geluh debuan (silty loam) yang
termasuk sedang. Nilai permeabilitas tanah senilai 3,06 cm/jam atau sedang dengan
drainase yang agak baik. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan
Berdasarkan parameter tersebut, unit atau satuan lahan 11 mempunyai faktor pembatas
yang semuanya tergolong paling tinggi sehingga tergolong kelas kemampuan lahan I.
22
12. Unit Lahan 12
Unit lahan 12 berada di Kecamatan Cepogo mempunyai kemiringan lereng sekitar 3-8%
atau tergolong landai. Tingkat erosinya adalah tidak ada dengan kepekaan tanah
terhadap erosi tergolong agak tinggi atau senilai 0,17. Kedalaman efektif tanah 50-90
cm atau sedang dengan tekstur tanah lapisan atas berupa geluhan (loam) yang
tergolong sedang dan tekstur lapisan bawah adalah geluhan (loam) yang termasuk
sedang. Nilai permeabilitas tanah senilai 0,13 cm/jam atau lambat dengan drainase
yang agak baik. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan dapat
diklasifikasikan banyak.
Berdasarkan tabel karakteristik di atas, unit atau satuan lahan 12 mempunyai faktor
pembatas berupa faktor kerikil batuan tergolong banyak dengan kelas kemampuan
lahan V.
23
13. Unit Lahan 13
Unit lahan 13 berada di Kecamatan Teras mempunyai kemiringan lereng sekitar 3-8%
atau tergolong landai. Tingkat erosinya adalah tidak ada dengan kepekaan tanah
terhadap erosi tergolong agak tinggi atau senilai 0,20. Kedalaman efektif tanah 50-90
cm atau sedang dengan tekstur tanah lapisan atas berupa geluhan lempung (clay-loam)
yang tergolong agak halus dan tekstur lapisan bawah adalah geluh debuan (silty loam)
yang termasuk sedang. Nilai permeabilitas tanah senilai 0,17 cm/jam atau lambat
dengan drainase yang agak buruk. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil
Berdasarkan parameter tersebut, unit atau satuan lahan 13 mempunyai faktor pembatas
berupa faktor kedalaman tanah yang tergolong kedalaman sedang dengan kelas
24
14. Unit Lahan 14
Unit lahan 14 berada di Kecamatan Andong mempunyai kemiringan lereng sekitar 3-8%
atau tergolong landai. Tingkat erosinya adalah tidak ada dengan kepekaan tanah
terhadap erosi tergolong agak tinggi atau senilai 0,04. Kedalaman efektif tanah 50-90
cm atau sedang dengan tekstur tanah lapisan atas berupa geluhan lempung (clay loam)
yang tergolong agak halus dan tekstur lapisan bawah adalah lempungan (clay) yang
termasuk halus. Nilai permeabilitas tanah senilai 0,08 cm/jam atau lambat dengan
drainase yang agak baik. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan
Berdasarkan tabel karakteristik di atas, unit atau satuan lahan 14 mempunyai faktor
pembatas berupa faktor kerikil batuan tergolong sangat banyak dengan kelas
25
15. Unit Lahan 15
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 3-8% atau tergolong landai atau
berombak. Nilai kepekaan erosi sekitar 0,39 atau tergolong agak tinggi, namun tingkat
erosinya adalah ringan, <25% lapisan atas hilang. Kedalaman efektif tanah 25-50 cm
(dangkal), tekstur tanah lapisan atas dan lapisan bawah termasuk sedang atau dengan
kelas tesktur geluhan. Daya meloloskan air atau permeabilitas tanah senilai 0,08 cm/jam
(lambat) dengan drainase yang baik. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah.
Berdasarkan karakteristik tanah pada unit atau satuan lahan 15 mempunyai faktor
pembatas berupa faktor kedalaman tanah yang tergolong dangkal dengan kelas
26
16. Unit Lahan 16
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 3-8% atau tergolong landai atau
berombak. Nilai kepekaan erosi sekitar 0,11 atau tergolong rendah, namun tingkat
erosinya adalah tidak ada. Kedalaman efektif tanah 25-50 cm (dangkal), tekstur tanah
lapisan atas termasuk halus atau dengan kelas tesktur lempungan dan lapisan bawah
termasuk sedang atau dengan kelas tesktur geluhan. Daya meloloskan air atau
permeabilitas tanah senilai 2,55 cm/jam (sedang) dengan drainase yang buruk.
Ancaman banjir di unit lahan ini dalam 2-5 bulan. Kerikil kebatuan tergolong sedang 15-
Berdasarkan tabel karakteristik di atas, unit atau satuan lahan 16 mempunyai faktor
pembatas berupa kedalaman tanah yang dangkal dengan kerikil batuan tergolong
sedang serta anaman banjir sering tarjadi dalam kisaran 2-5 bulan sehingga
27
17. Unit Lahan 17
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 0-3% atau tergolong datar. Nilai
kepekaan erosi sekitar 0,32 atau tergolong sedang, namun tingkat erosinya adalah tidak
ada. Kedalaman efektif tanah 50 – 90 cm (sedang), tekstur tanah lapisan atas termasuk
halus atau dengan kelas tesktur lempung debuan dan lapisan bawah termasuk agak
halus atau dengan kelas tesktur geluh lempungan. Daya meloloskan air atau
permeabilitas tanah senilai 0,14 cm/jam (lambat) dengan drainase yang buruk. Ancaman
banjir di unit lahan ini kadang-kadang. Kerikil kebatuan tergolong tidak ada.
Berdasarkan tabel di atas, unit atau satuan lahan 17 mempunyai faktor pembatas
berupa faktor kedalaman tanah tergolong sedang dan drainase tergolong buruk
28
18. Unit Lahan 18
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 0-3% atau tergolong datar. Nilai
kepekaan erosi sekitar 0,09 atau tergolong sangat rendah, namun tingkat erosinya
adalah tidak ada. Kedalaman efektif tanah >90 cm (dalam), tekstur tanah lapisan atas
termasuk sedang atau dengan kelas tesktur geluh debuan dan lapisan bawah termasuk
agak halus atau dengan kelas tesktur geluh lempungan. Daya meloloskan air atau
permeabilitas tanah senilai 0,51 cm/jam (agak lambat) dengan drainase yang buruk.
Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan tergolong tidak ada.
Berdasarkan tabel karakteristik di atas, unit atau satuan lahan 18 mempunyai faktor
pembatas berupa faktor drainase tergolong buruk dengan kelas kemampuan lahan III.
29
19. Unit Lahan 19
Satuan kemampuan atau unit lahan 19 berada di Kecamatan Ampel dengan karakteristik
mempunyai kemiringan lereng sekitar 3-8% atau tergolong landai atau berombak. Nilai
kepekaan erosi sekitar 0,35 atau tergolong agak tinggi, namun tingkat erosinya adalah
tidak ada. Kedalaman efektif tanah 50-90 cm (sedang), tekstur tanah lapisan atas dan
lapisan bawah termasuk sedang atau dengan kelas tesktur geluh debuan. Daya
meloloskan air atau permeabilitas tanah senilai 0,42 cm/jam (lambat) dengan drainase
yang baik. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan tergolong tidak
ada.
Berdasarkan tabel karakteristik di atas, unit atau satuan lahan 19 mempunyai dua faktor
pembatas, yaitu faktor kepekaan erosi atau erodibiltas tanah yang agak tinggi serta
30
20. Unit Lahan 20
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 30-45% atau tergolong agak curam.
Nilai kepekaan erosi sekitar 0,49 atau tergolong tinggi, namun tingkat erosinya adalah
berat. Kedalaman efektif tanah 50-90 cm (sedang), tekstur tanah lapisan atas dan
lapisan bawah termasuk agak halus atau dengan kelas tesktur geluh lempungan. Daya
meloloskan air atau permeabilitas tanah senilai 1,53 cm/jam (agak lambat) dengan
drainase yang baik. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan
tergolong banyak.
Berdasarkan tabel karakteristik di atas, unit atau satuan lahan 20 mempunyai dua faktor
pembatas, yaitu faktor kemiringan lereng yang tergolong agak curam serta tingkat erosi
31
21. Unit Lahan 21
Satuan kemampuan atau unit lahan 21 berada di Kecamatan Selo dengan karakteristik
mempunyai kemiringan lereng sekitar 30-45% atau tergolong agak curam. Nilai
kepekaan erosi sekitar 0,22 atau tergolong sedang, namun tingkat erosinya adalah
sedang. Kedalaman efektif tanah >90 cm (dalam), tekstur tanah lapisan atas dan lapisan
bawah termasuk agak halus atau dengan kelas tesktur geluh lempungan. Daya
meloloskan air atau permeabilitas tanah senilai 1,87 cm/jam (agak lambat) dengan
drainase yang baik. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan
32
22. Unit Lahan 22
Satuan kemampuan atau unit lahan 22 berada di Kecamatan Ampel dengan karakteristik
mempunyai kemiringan lereng sekitar 30-45% atau tergolong agak curam. Nilai
kepekaan erosi sekitar 0,24 atau tergolong sedang, namun tingkat erosinya adalah
sedang. Kedalaman efektif tanah >90 cm (dalam), tekstur tanah lapisan atas termasuk
agak halus atau dengan kelas tesktur geluh lempung debuan dan lapisan bawah
termasuk agak halus atau dengan kelas tesktur geluh lempungan. Daya meloloskan air
atau permeabilitas tanah senilai 1,53 cm/jam (agak lambat) dengan drainase yang agak
baik. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan tergolong tidak ada.
33
23. Unit Lahan 23
Satuan kemampuan atau unit lahan 23 berada di Kecamatan Simo dengan karakteristik
mempunyai kemiringan lereng sekitar 15-30% atau tergolong miring berbukit. Nilai
kepekaan erosi sekitar 0,23 atau tergolong sedang, namun tingkat erosinya adalah tidak
ada. Kedalaman efektif tanah 50-90 cm (sedang), tekstur tanah lapisan atas termasuk
agak halus atau dengan kelas tesktur geluh lempung dan lapisan bawah termasuk
sedang atau dengan kelas tesktur geluhan. Daya meloloskan air atau permeabilitas
tanah senilai 0,08 cm/jam (lambat) dengan drainase yang baik. Ancaman banjir di unit
lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan tergolong banyak dan ini yang menjadi faktor
34
24. Unit Lahan 24
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 3-8% atau tergolong landai atau
berombak. Nilai kepekaan erosi sekitar 0,28 atau tergolong sedang, namun tingkat
erosinya adalah tidak ada. Kedalaman efektif tanah 25-50 cm (dangkal) sebagai faktor
pembatas. Tekstur tanah lapisan atas dan lapisan bawah termasuk agak halus atau
dengan kelas tesktur geluh lempung debuan. Daya meloloskan air atau permeabilitas
tanah senilai 1,19 cm/jam (agak lambat) dengan drainase yang agak baik. Ancaman
banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan tergolong sedang merupakan faktor
35
25. Unit Lahan 25
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 8-15% atau tergolong agak miring
atau bergelombang menjadi faktor pembatas. Nilai kepekaan erosi sekitar 0,26 atau
tergolong sedang, namun tingkat erosinya adalah tidak ada. Kedalaman efektif tanah
50-90 cm (sedang), tekstur tanah lapisan atas dan lapisan bawah termasuk agak halus
atau dengan kelas tesktur geluh lempungan. Daya meloloskan air atau permeabilitas
tanah senilai 1,36 cm/jam (agak lambat) dengan drainase yang agak baik. Ancaman
banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan tergolong tidak ada. Kelas
36
26. Unit Lahan 26
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 8-15% atau tergolong agak miring
atau bergelombang. Nilai kepekaan erosi sekitar 0,35 atau tergolong agak tinggi, namun
tingkat erosinya adalah ringan. Kedalaman efektif tanah 50-90 cm (sedang), tekstur
tanah lapisan atas termasuk agak halus atau dengan kelas tesktur geluh lempungan dan
lapisan bawah termasuk agak halus atau dengan kelas tesktur geluh lempung debuan.
Daya meloloskan air atau permeabilitas tanah senilai 2,12 cm/jam (sedang) dengan
drainase yang baik. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan
37
27. Unit Lahan 27
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 8-15% atau tergolong agak miring
atau bergelombang yang menjadi faktor pembatas pertama. Nilai kepekaan erosi sekitar
0,17 atau tergolong rendah, namun tingkat erosinya adalah tidak ada. Kedalaman efektif
tanah 50-90 cm (sedang) merupakan faktor pembatas kedua. Tekstur tanah lapisan atas
dan lapisan bawah termasuk agak halus atau dengan kelas tesktur geluh lempungan.
Daya meloloskan air atau permeabilitas tanah senilai 2,29 cm/jam (sedang) dengan
drainase yang baik. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan
38
28. Unit Lahan 28
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 8-15% atau tergolong agak miring
atau bergelombang. Nilai kepekaan erosi sekitar 0,09 atau tergolong sangat rendah,
namun tingkat erosinya adalah tidak ada. Kedalaman efektif tanah 50-90 cm (sedang),
tekstur tanah lapisan atas termasuk sedang atau dengan kelas tesktur geluh debuan
dan lapisan bawah termasuk halus atau dengan kelas tesktur lempungan. Daya
meloloskan air atau permeabilitas tanah senilai 4,75 cm/jam (sedang) dengan drainase
yang agak baik. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan tergolong
sangat banyak yang menyebabkan kelas kemampuan lahannya tergolong kelas VIII.
39
29. Unit Lahan 29
miring/bergelombang. Nilai kepekaan erosi sekitar 0,35 atau tergolong agak tinggi dan
tingkat erosinya tidak ada. Kedalaman efektif tanah 50-90 cm (sedang), tekstur tanah
lapisan atas adalah geluhan (sedang) dan tanah lapisan bawah adalah geluh
lempungan (agak halus). Daya meloloskan air atau permeabilitas tanah senilai 0,14
cm/jam (lambat) dengan drainase yang baik. Unit lahan ini tidak pernah terancam banjir.
Pada unit lahan ini kerikil batuan tidak ada. Sehingga kelas kemampuan lahan pada unit
lahan 29 tergolong III dengan faktor pembatas kemiringan lereng yang bergelombang,
40
30. Unit Lahan 30
miring/bergelombang. Nilai kepekaan erosi sekitar 0,33 atau tergolong agak tinggi dan
tingkat erosinya tidak ada. Kedalaman efektif tanah >90 cm (dalam), tekstur tanah
lapisan atas adalah lempung debuan (sedang) dan tanah lapisan bawah adalah geluh
lempungan (agak halus). Daya meloloskan air atau permeabilitas tanah senilai 0,34
cm/jam (lambat) dengan drainase yang baik. Unit lahan ini tidak pernah terancam banjir.
Pada unit lahan ini kerikil batuan tidak ada. Dengan faktor pembatas kemiringan lereng
yang bergelombang dan kepekaan erosi agak tinggi, kelas kemampuan lahan pada unit
41
31. Unit Lahan 31
miring/bergelombang. Nilai kepekaan erosi sekitar 0,12 atau tergolong rendah dan
tingkat erosinya tidak ada. Kedalaman efektif tanah 25-50 cm (dangkal), tekstur tanah
lapisan atas adalah geluhan (sedang) dan tanah lapisan bawah adalah lempungan
(halus). Daya meloloskan air atau permeabilitas tanah senilai 0,85 cm/jam (lambat)
dengan drainase yang baik. Unit lahan ini tidak pernah terancam banjir. Pada unit lahan
ini kerikil batuan sedang. Kelas kemampuan lahan pada unit lahan 31 tergolong IV
dengan faktor pembatas kedalaman erosi dangkal dan kerikil batuan sedang.
42
32. Unit Lahan 32
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 0-3% atau tergolong datar. Nilai
kepekaan erosi sekitar 0,22 atau tergolong sedang dan tingkat erosinya tidak ada.
Kedalaman efektif tanah >90 cm (dalam), tekstur tanah lapisan atas dan lapisan bawah
adalah geluh lempungan keduanya tergolong agak halus. Daya meloloskan air atau
permeabilitas tanah senilai 1,02 cm/jam (agak lambat) dengan drainase yang baik. Unit
lahan ini tidak pernah terancam banjir. Pada unit lahan ini kerikil batuan sedang sebagai
faktor pembatas sehingga kelas kemampuan lahan pada unit lahan 32 tergolong IV.
43
33. Unit Lahan 33
Satuan kemampuan atau unit lahan 33 berada di Kecamatan Klego dengan karakteristik
Nilai kepekaan erosi sekitar 0,32 atau tergolong sedang dan tingkat erosinya tidak ada.
Kedalaman efektif tanah >90 cm (dalam), tekstur tanah lapisan atas adalah geluh
lempungan (agak halus) dan lapisan bawah adalah lempungan (halus). Daya
meloloskan air atau permeabilitas tanah senilai 1,27 cm/jam (agak lambat) dengan
drainase yang baik. Unit lahan ini tidak pernah terancam banjir. Pada unit lahan ini
kerikil batuan tidak ada. Dengan faktor pembatas kemiringan lereng dan kepekaan erosi,
44
34. Unit Lahan 34
miring/bergelombang. Nilai kepekaan erosi sekitar 0,42 atau tergolong agak tinggi dan
tingkat erosinya ringan. Kedalaman efektif tanah 50-90 cm (sedang), tekstur tanah
lapisan atas dan lapisan bawah adalah geluh lempungan (agak halus). Daya meloloskan
air atau permeabilitas tanah senilai 0,08 cm/jam (lambat) dengan drainase yang baik.
Unit lahan ini tidak pernah terancam banjir. Pada unit lahan ini kerikil batuan tidak ada.
Faktor pembatas kemiringan lereng, kepekaan erosi dan kedalaman tanah, kelas
45
35. Unit Lahan 35
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 0-3% atau tergolong datar. Nilai
kepekaan erosi sekitar 0,36 atau tergolong agak tinggi dan erosinya tidak ada.
Kedalaman efektif tanah 50-90 cm (sedang), tekstur tanah lapisan atas adalah geluh
lempung debuan (agak halus) dan lapisan bawah adalah lempungan (halus). Daya
meloloskan air atau permeabilitas tanah senilai 0,13 cm/jam (lambat) dengan drainase
yang buruk. Unit lahan ini tidak pernah terancam banjir. Pada unit lahan ini kerikil batuan
tidak ada. Sehingga kelas kemampuan lahan pada unit lahan 35 tergolong III.
46
36. Unit Lahan 36
Satuan kemampuan atau unit lahan 36 berada di Kecamatan Sawit dengan karakteristik
mempunyai kemiringan lereng sekitar 0-3% atau tergolong datar. Nilai kepekaan erosi
sekitar 0,24 atau tergolong sedang dan erosinya tidak ada. Kedalaman efektif tanah 25-
50 cm (dangkal) menjadi faktor pembatas. Tekstur tanah lapisan atas adalah lempungan
(halus) dan lapisan bawah adalah geluh lempung debuan (agak halus). Daya
meloloskan air atau permeabilitas tanah senilai 0,08 cm/jam (lambat) dengan drainase
yang buruk. Unit lahan ini tidak pernah terancam banjir. Pada unit lahan ini kerikil batuan
tidak ada. Sehingga kelas kemampuan lahan pada unit lahan 36 tergolong IV.
47
37. Unit Lahan 37
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 0-3% atau tergolong datar. Nilai
kepekaan erosi sekitar 0,34 atau tergolong agak tinggi dan erosinya tidak ada.
Kedalaman efektif tanah 50-90 cm (sedang), tekstur tanah lapisan atas adalah geluhan
(sedang) dan lapisan bawah adalah geluh lempungan (agak halus). Daya meloloskan air
atau permeabilitas tanah senilai 0,51 cm/jam (agak lambat) dengan drainase yang agak
buruk. Unit lahan ini tidak pernah terancam banjir. Pada unit lahan ini kerikil batuan
sedang yang menjadi faktor pembatas sehingga kelas kemampuan lahan pada unit
48
38. Unit Lahan 38
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 0-3% atau tergolong datar. Nilai
kepekaan erosi sekitar 0,22 atau tergolong sedang dan erosinya tidak ada. Kedalaman
efektif tanah 50-90 cm (sedang), tekstur tanah lapisan atas adalah geluh lempungan
(agak halus) dan lapisan bawah adalah lempungan (halus). Daya meloloskan air atau
permeabilitas tanah senilai 0,08 cm/jam (lambat) dengan drainase yang agak buruk. Unit
lahan ini tidak pernah terancam banjir. Pada unit lahan ini kerikil batuan sedang yang
menjadi faktor pembatas sehingga kelas kemampuan lahan pada unit lahan 38
tergolong IV.
49
39. Unit Lahan 39
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 0-3% atau tergolong datar. Nilai
kepekaan erosi sekitar 0,02 atau tergolong sangat rendah dan erosinya tidak ada.
Kedalaman efektif tanah >90 cm (dalam), tekstur tanah lapisan atas dan lapisan bawah
adalah lempungan keduanya tergolong halus. Daya meloloskan air atau permeabilitas
tanah senilai 0,59 cm/jam (agak lambat) dengan drainase yang buruk. Ancaman banjir
pada unit lahan ini adalah kadang-kadang. Pada unit lahan ini kerikil batuan sedang dan
menjadi faktor pembatas sehingga kelas kemampuan lahan pada unit lahan 39
tergolong IV.
50
40. Unit Lahan 40
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 0-3% atau tergolong datar. Nilai
kepekaan erosi sekitar 0,29 atau tergolong sedang dan tingkat erosinya tidak ada.
Kedalaman efektif tanah 50-90 cm (sedang), tekstur tanah lapisan atas dan bawah
adalah lempungan (keduanya tergolong halus). Daya meloloskan air atau permeabilitas
tanah senilai 0,76 cm/jam (lambat) dengan drainase yang buruk. Ancaman banjir pada
unit lahan ini adalah dalam sebulan. Pada unit lahan ini kerikil batuan tidak ada.
Sehingga kelas kemampuan lahan pada unit lahan 40 tergolong III dengan faktor
pembatas kedalaman efektif, drainase dan ancaman banjir atau genangan air.
51
41. Unit Lahan 41
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 0-3% atau tergolong datar. Nilai
kepekaan erosi sekitar 0,26 atau tergolong sedang dan tingkat erosinya tidak ada.
Kedalaman efektif tanah 25-50 cm (dangkal), tekstur tanah lapisan atas dan bawah
adalah lempungan (keduanya tergolong halus). Daya meloloskan air atau permeabilitas
tanah senilai 0,08 cm/jam (lambat) dengan drainase yang buruk. Ancaman banjir pada
unit lahan ini adalah kadang-kadang. Pada unit lahan ini kerikil batuan tidak ada.
Kedalaman efektif yang dangkal sebagai faktor pembatas sehingga kelas kemampuan
52
42. Unit Lahan 42
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 46-65% atau tergolong curam. Nilai
kepekaan erosi sekitar 0,36 atau tergolong agak tinggi, tingkat erosi pada daerah ini
tergolong berat. Kedalaman efektif tanah 50-90 cm (sedang), tekstur tanah lapisan atas
adalah geluh lempungan tergolong agak halus dan lapisan bawah termasuk geluh
debuan (tergolong kelompok sedang). Daya meloloskan air atau permeabilitas tanah
senilai 0,37 cm/jam (lambat) dengan drainase yang baik. Unit lahan ini tidak pernah
terancam banjir. Kerikil batuan pada lahan ini tergolong banyak. Kemiringan yang
curam menjadi faktor pembatas sehingga kelas kemampuan lahan pada unit lahan 42
tergolong VII.
53
43. Unit Lahan 43
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 46-65% atau tergolong curam. Nilai
kepekaan erosi sekitar 0,38 atau tergolong agak tinggi, tetapi tingkat erosinya tergolong
ringan. Kedalaman efektif tanah 25-50 cm (dangkal), tekstur tanah lapisan atas dan
lapisan bawah termasuk geluh lempungan (clay loam), keduanya termasuk agak halus.
Daya meloloskan air atau permeabilitas tanah senilai 0,93 cm/jam (lambat) dengan
drainase yang agak baik. Unit lahan ini tidak pernah terancam banjir. Kerikil batuan pada
lahan ini tergolong tidak ada. Kemiringan yang curam menjadi faktor pembatas
54
44. Unit Lahan 44
karakteristik mempunyai kemiringan lereng sekitar 46-65% atau tergolong curam. Nilai
kepekaan erosi sekitar 0,23 atau tergolong sedang tingkat erosinya pun sedang.
Kedalaman efektif tanah 50-90 cm (sedang), tekstur tanah lapisan atas berupa geluh
debuan dan lapisan bawah termasuk geluhan, keduanya termasuk sedang. Daya
meloloskan air atau permeabilitas tanah senilai 0,08 cm/jam (lambat) dengan drainase
yang baik. Ancaman banjir di unit lahan ini tidak pernah. Kerikil kebatuan tergolong
sedang. Kemiringan yang curam menjadi faktor pembatas sehingga kelas kemampuan
55
Berdasarkan hasil analisis diketahui Kelas Kemampuan Lahan di wilayah Kabupaten
Boyolali. Kelas Kemampuan Lahan tersebut disajikan pada Tabel 47 berikut ini.
56
Tabel 47. Hasil Kelas Kemampuan Lahan Kabupaten Boyolali (lanjutan)
Unit
Kecamatan Kelas Kemampuan Lahan Penggunaan Lahan
Lahan
Lereng agak miring; Kepekaan
29 Kec. Ampel III l2 KE4 k1 erosi agak tinggi; Kedalaman
efektif sedang
Lereng agak miring; Kepekaan
30 Kec. Ampel III l2 KE4
erosi agak tinggi
Kedalaman efektif dangkal;
31 Kec. Andong IV k2 b1
Batuan sedang
32 Kec. Sambi IV b1 Batuan sedang
Lereng agak miring; Kepekaan
33 Kec. Klego III l2 KE4
erosi agak tinggi
Lereng agak miring; Kepekaan
34 Kec. Ampel III l2 KE4 k1 erosi agak tinggi; Kedalaman
efektif sedang
Kedalaman efektif sedang;
35 Kec. Kemusu III k1 d3
Drainase buruk
36 Kec. Sawit IV k2 Kedalaman efektif dangkal
37 Kec. Banyudono IV b1 Batuan sedang
38 Kec. Juwangi IV b1 Batuan sedang
39 Kec. Andong IV b1 Batuan sedang
Kedalaman efektif sedang;
40 Kec. Nogosari III k1 d3 o2 Drainase buruk; Banjir terjadi
dalam sebulan
Kedalaman efektif sangat
41 Kec. Andong VI k3
dangkal
42 Kec. Musuk VII l5 Lereng curam
43 Kec. Ampel VII l5 Lereng curam
44 Kec. Ampel VII l5 Lereng curam
Hasil analisis Kelas Kemampuan Lahan diperoleh bahwa kelas teringgi adalah kelas
Lahan VIII yang tersebar di wilayah Kecamatan Wonosegoro. Faktor pembatas utama di
efketif tanah. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik wilayah di Kabupaten Boyolali yang
bervariasi mulai wilayah dataran hingga bergunung, masih bisa dimanfaatkan sebagai lahan
57
pertanian meskipun perlu masukan atau pembuatan teras, khususnya pada wilayah yang
berlereng. Pada beberapa daerah, termasuk dalam kategori kelas kemampuan lahan V
hingga VIII. Hal ini menunjukkan bahwa pada wilayah tersebut mempunyai keterbatasan
pada faktor kebatuan hingga kelerengan. Untuk hal mengatasi keterbatasan tersebut,
pengelolaan lahan yang tepat adalah non pertanian atau pertanian yang bersifat tidak
intensif. Peta Kelas Kemampuan Lahan Kabupaten Boyolali disajikan pada gambar peta di
lampiran.
58
Tabel 48. Hasil evaluasi lahan di Kabupaten Boyolali
Kelas
No
Kecamatan Kemampuan Penggunaan Lahan Faktor Penghambat Evaluasi Kesesuaian
Titik
Lahan
1 Kec. Klego V b2 Hutan produksi Batuan banyak Cocok
2 Kec. Mojosongo IV l3 Hutan lindung Lereng miring Cocok
Tanaman pertanian Tidak cocok, perlu diubah menjadi
3 Kec. Cepogo V b2 Batuan banyak
semusim pertanian kurang intensif
4 Kec. Juwangi V b2 Hutan produksi Batuan banyak Cocok
Tanaman pertanian Lereng miring; Erosi
5 Kec. Selo IV l3 e2 b1 Cocok
semusim sedang; Batuan sedang
Tanaman pertanian Lereng miring; Batuan
6 Kec. Ampel IV l3 b1 Cocok
semusim sedang
Lereng miring; Batuan
7 Kec. Andong IV l3 b1 Hutan produksi Cocok
sedang
8 Kec. Simo IV l3 Hutan produksi Lereng miring Cocok
9 Kec. Ampel IV l3 Hutan produksi Lereng miring Cocok
10 Kec. Kemusu IV b1 Hutan produksi Batuan sedang Cocok
Tanaman pertanian
11 Kec. Boyolali I - Cocok
semusim
Tanaman pertanian Tidak cocok, perlu diubah menjadi
12 Kec. Cepogo V b2 Batuan banyak
semusim pertanian kurang intensif
Tanaman pertanian Kedalaman efektif
13 Kec. Teras III k1 Cocok
semusim sedang
Tanaman pertanian Tidak cocok, perlu diubah menjadi
14 Kec. Wonosegoro VIII b3 Batuan sangat banyak
semusim hutan lindung
Kedalaman efektif
15 Kec. Ampel IV k2 Non pertanian Cocok
dangkal
Kedalaman efektif
16 Kec. Kemusu IV k2 b1 o3 Non pertanian dangkal; Batuan sedang; Cocok
Banjir dalam 2-5 bulan
Tanaman pertanian Kedalaman efektif
17 Kec. Ngemplak III k1 d3 Cocok
semusim sedang; Drainase buruk
Tanaman pertanian
18 Kec. Karanggede III d3 Drainase buruk Cocok
semusim
59
Tabel 48. Hasil evaluasi lahan di Kabupaten Boyolali (lanjutan)
Kelas
No
Kecamatan Kemampuan Penggunaan Lahan Faktor Penghambat Evaluasi Kesesuaian
Titik
Lahan
Tanaman pertanian Kedalaman efektif
19 Kec. Ampel III KE4 k1 Cocok
semusim sedang
Tanaman pertanian Lereng agak curam; Tidak cocok, perlu diubah menjadi
20 Kec. Musuk VI l4 e3
semusim Erosi berat pertanian kurang intensif
Tanaman pertanian Tidak cocok, perlu diubah menjadi
21 Kec. Selo VI l4 Lereng agak curam
semusim pertanian kurang intensif
Tanaman pertanian Tidak cocok, perlu diubah menjadi
22 Kec. Ampel VI l4 Lereng agak curam
semusim pertanian kurang intensif
23 Kec. Simo V b2 Hutan produksi Batuan banyak Cocok
Kedalaman efektif
24 Kec. Kemusu IV k2 b1 Hutan produksi Cocok
dangkal; Batuan sedang
Tanaman pertanian
25 Kec. Musuk III l2 Lereng agak miring Cocok
semusim
Tanaman pertanian
26 Kec. Musuk IV b1 Batuan sedang Cocok
semusim
Lereng agak miring;
Tanaman pertanian
27 Kec. Mojosongo III l2 k1 Kedalaman efektif Cocok
semusim
sedang
Tidak cocok, perlu diubah menjadi
28 Kec. Wonosegoro VIII b3 Hutan produksi Batuan sangat banyak
hutan lindung
Lereng agak miring;
Tanaman pertanian
29 Kec. Ampel III l2 KE4 k1 Kedalaman efektif Cocok
semusim
sedang
Tanaman pertanian
30 Kec. Ampel III l2 KE4 Lereng agak miring Cocok
semusim
Kedalaman efektif
31 Kec. Andong IV k2 b1 Non pertanian Cocok
dangkal; Batuan sedang
32 Kec. Sambi IV b1 Hutan produksi Batuan sedang Cocok
33 Kec. Klego III l2 KE4 Hutan produksi Lereng agak miring Cocok
Lereng agak miring;
Tanaman pertanian
34 Kec. Ampel III l2 KE4 k1 Kedalaman efektif Cocok
semusim
sedang
60
Tabel 48. Hasil evaluasi lahan di Kabupaten Boyolali (lanjutan)
Kelas
No
Kecamatan Kemampuan Penggunaan Lahan Faktor Penghambat Evaluasi Kesesuaian
Titik
Lahan
Tanaman pertanian Kedalaman efektif
35 Kec. Kemusu III k1 d3 Cocok
semusim sedang; Drainase buruk
Tanaman pertanian Kedalaman efektif
36 Kec. Sawit IV k2 Cocok
semusim dangkal
Tanaman pertanian
37 Kec. Banyudono IV b1 Batuan sedang Cocok
semusim
Tanaman pertanian
38 Kec. Juwangi IV b1 Batuan sedang Cocok
semusim
Tanaman pertanian
39 Kec. Andong IV b1 Batuan sedang Cocok
semusim
Kedalaman efektif
Tanaman pertanian sedang; Drainase buruk;
40 Kec. Nogosari III k1 d3 o2 Cocok
semusim Banjir terjadi dalam
sebulan
Tanaman pertanian Kedalaman efektif Tidak cocok, perlu diubah menjadi
41 Kec. Andong VI k3
semusim sangat dangkal pertanian kurang intensif
Tanaman pertanian Tidak cocok, perlu diubah menjadi
42 Kec. Musuk VII l5 Lereng curam
semusim hutan produksi atau hutan lindung
Cocok, dipertahankan sebagai
43 Kec. Ampel VII l5 Hutan dan cagar alam Lereng curam
hutan
Tanaman pertanian Tidak cocok, perlu diubah menjadi
44 Kec. Ampel VII l5 Lereng curam
semusim hutan produksi atau hutan lindung
61
Berdasarkan hasil penilaian evaluasi kemampuan lahan berdasarkan
wilayah perlu dipertahankan mengingat kelas kemampuan lahannya hanya bisa digunakan
sebagai kawasan hutan lindung, seperti di Kecamatan Ampel. Beberapa daerah yang tidak
cocok dan direkomendasikan untuk diubah penggunaannya menjadi lahan pertanian kurang
intensif antara lain di wilayah Kecamatan Musuk, Kecamatan Selo, Kecamatan Ampel, dan
Kecamatan Andong. Beberapa yang direkomendasikan untuk diubah menjadi hutan lindung
62
IV. KESIMPULAN
potensi sumberdaya m yang cukup besar. Penataan ruang di Kabupaten Boyolali yang
sebagian besar merupakan lahan pertanian baik semusim maupun tahunan, sebagian besar
termasuk dalam klasifikasi Kemampuan Lahan menengah, yaitu Kelas IV. Namun demikian,
bebrapa wilayah tergolong dalam kelas kemampuan VII hingga VIII yang penggunaannya
Ampel. Wilayah yang direkomendasikan untuk diubah menjadi lahan pertanian kurang
intensif berada di Kecamatan Musuk, Kecamatan Selo, Kecamatan Ampel, dan Kecamatan
Andong.
63
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2016). Kabupaten Boyolali. Dipetik 12 12, 2017, dari Sekilas Boyolali:
http://www.boyolali.go.id/sekilas-boyolali/
Anonim. (2017). Boyolali dalam Angka 2016. Boyolali: BPS Kabupaten Boyolali.
Anonim. (2017). Iklim: Boyolali. Dipetik 12 12, 2017, dari Climate-Data.org: https://id.climate-
data.org/location/26748/
Luther Sefle, S. E. (2013). Klasifikasi Kemampuan Lahan dengan Menggunakan Sistem
Informasi Geografis di Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow. Cocos, 2(4):
1-14.
Purwowidodo. (1983). Teknologi Mulsa. Jakarta: Dewaruci press.
Wikipedia. (2017, 12 12). Wikipedia: Ensiklopedia Bebas. Dipetik 12 12, 2017, dari Kabupaten
Boyolali: https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Boyolali#Pembagian_administratif
64
LAMPIRAN
vi
vii
viii
ix
x
xi