KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmatNya sehingga Executive Summary Kajian Lingkungan Hidup
Strategis Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
selesai disusun.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan dokumen ini, sehingga dokumen ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Boyolali, 2022
BUPATI BOYOLALI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................................................
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................................................................
1.1. LATAR BELAKANG...............................................................................................................................
1.2. TUJUAN PENYELENGGARAAN KLHS............................................................................................
1.3. RUANG LINGKUP...................................................................................................................................
1.3.1 Lingkup Wilayah...........................................................................................................................
1.3.2 Lingkup Materi..............................................................................................................................
1.4. TAHAPAN DAN METODE KLHS.......................................................................................................
1.4.1 Metode, Teknik, rangkaian Langkah – Langkah dari hasil pengkajian
pengaruh KRP terhadap kondisi lingkungan hidup.........................................................................
1.4.2 Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan.................................
1.4.3 Identifikasi materi muatan kebijakan, rancana dan/ atau program yang
berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup..............................
1.4.4 Metode, Teknik, rangkaian Langkah – Langkah dan hasil perumusan
alternatif muatan kebijakan, rencana dan/ atau program............................................................
BAB II. PENGKAJIAN PENGARUH KRP TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN HIDUP.............
2.1 IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN..............
2.1.1 Pengumpulan Isu Pembangunan Berkelanjutan..........................................................
2.1.2 Pemusatan Isu Pembangunan Berkelanjutan................................................................
2.1.3 Kajian Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis (Berdasarkan
Pasal 9 Ayat (1) PP 46/ 2016)...............................................................................................................
2.1.4 Analisis Isu Pembangunan Berkelanjutan Dengan KLHS Lainnya........................
2.1.5 Uji Silang Hasil Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategi (Pasal
9 Ayat 2)..........................................................................................................................................................
2.1.6 Identifkasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas..............................................
2.2 IDENTIFIKASI KEBIJAKAN RENCANA PROGRAM YANG BERPOTENSI
MENIMBULKAN PENGARUH TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP.................................................
2.2.1 Identifikasi Muatan Kebijakan, Rencana, Program Terhadap Lingkungan
Hidup 34
2.2.2 Identifikasi Muatan Kebijakan, Rencana, Program Terhadap Isu
Pembangunan Prioritas............................................................................................................................
2.3 PENGARUH KRP STRUKTUR RUANG DAN POLA RUANG TERHADAP
LINGKUNGAN HIDUP.....................................................................................................................................
2.3.1 Rencana Pengembangan Jalan Baru Pada KRP Rencana Jaringan Jalan..............
2.3.2 Rencana Sub Zona Peternakan.................................Error! Bookmark not defined.
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
2.1 PENDAHULUAN
5. Kajian daya dukung dan daya tampung LH berbasis jasa ekosistem yang telah
banyak dilakukan daerah, baik provinsi maupun Kabupaten Kota yang dapat
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan data atas enam muatan KLHS.
6. Berdasarkan data diatas dapat dilakukan penyusunan tabel pengaruh KRP
berdampak (terpilih) terhadap enam muatan KLHS.
lintas pemangku kepentingan, dan (4) lintas waktu. Kita dapat menetapkan
pentingnya keterkaitan isu tersebut minimal 1 atau 2 lintas isu.
1.4.3 Identifikasi materi muatan kebijakan, rancana dan/ atau program yang
berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup.
Tahapan yang dilakukan dalam mengidentifikasi Kebijakan, Rencana dan
Program yang berpotensi menimbulkan dampak adalah sebagai berikut :
1. Sesuai dengan tujuan akhir dari penyusunan KLHS adalah upaya perbaikan
Kebijakan, Rencana dan Program (KRP), sehingga perlu mengidentifikasi
KRP yang berpotensi menimbulkan dampak.
2. Langkah awal adalah mengidentifikasi KRP Tata Ruang dalam penyusunan
KLHS ini yaitu mengidentifikasi KRP RDTR yang dituangkan dalam bentuk:
a. Jenis Rencana
b. Peta Rencana
3. KRP RDTR yang berpotensi menimbulkan dampak dilakukan penapisan
dengan dua pertimbangan, yaitu :
1) Penapisan pertama, dampak KRP terhadap 7 Muatan dalam PP46/ 2016
2) Penapisan kedua, dengan menggunakan Isu Pembangunan
Berkelanjutan Prioritas.
4. Penapisan 1. sesuai dengan pasal 3 ayat 2 (a) PP No.46 Tahun 2016, suatu
kebijakan, rencana dan program dinyatakan berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan hidup ditinjau dari perkiraan dampaknya terhadap 7
muatan, yaitu :
1) Perubahan Iklim (PI)
2) Kerusaakan, kemerosotan, dan/ atau kepunahan keanekaragaman
hayati (KEHATI)
3) Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah, bencana banjir, longsr,
kekeringan, dan/ atau kebakaran hutan dan lahan (Bencana)
4) Penurunan mutu dan kelimpahan sumberdaya alam (Mutu SDA)
5) Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/ atau lahan (Alih Fungsi
Lahan)
6) Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat (kemiskinan)
7) Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
(kesehatan)
Metode kuantitatif untuk menapiskan Dampak KRP dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi (1) Jenis dan (2) Besaran (kualitatif) dampak yang
dilakukan secara profesional ajusment (berdasarkan profil LH)
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
ISU PEMBANGUNAN
NO TEMA KETERANGAN
BERKELANJUTAN
b. Jalur kawasan Solo-Selo-Borobudur meliputi
Kecamatan banyudono, Teras, Mojosongo,
Boyolali, Cepogo dan Selo.
c. Jalur wisata Joglosemar meliputi Kecamatan
Sawit, Banyudono, Teras, Mojosongo, Boyolali dan
Ampel.
(sumber: RTRW Kabupaten Boyolali 2011-2031)
4 Tersedianya banyak fasilitas Sarana perdagangan di Kecamatan Mojosongo tahun 2019
perdagangan jasa dan wisata sejumlah 1.190 unit yang meliputi Pertokoan sebanyak 7
unit, Pasar sebanyak 7 unit, Warung sebanyak 736 unit,
Rumah Makan sebanyak 434 unit, Hotel sebanyak 3 unit,
dan SPBU sebanyak 3 unit.(sumber : Kecamatan Mojosongo
dalam angka 2021)
5 Masih tingginya kasus penyakit Jumlah penderita diare dan gastroenteritis termasuk
menular, karena belum cukup tinggi dari penyakit yang diderita masyarakat
optimalnya masyarakat Boyolali. Jumlah penderita Tahun 2020 sebanyak 5.395
perperilaku hidup bersih dan orang, angka ini menunjukkan adanya penurunan dari
sehat. tahun 2019. Diare dan gastroenteritis adalah penyakit
akibat sanitasi yang paling banyak diderita oleh
masyarakat Boyolali. Berdasarkan penelitian diketahui
bahwa ada hubungan antara diare dengan perilaku hidup
bersih sehat, pengolahan limbah cair, dan pengolahan
sampah. (Sumber : Dokumen IKLHD Kab Boyolali tahun
2020)
6 Tingginya PMKS (Penyandang Ancaman jumlah PMKS di Kabupaten Boyolali selama periode 2015-
Masalah Kesejahteraan Sosial) meningkatnya 2020 menunjukan trend fluktuatif. Jumlah PMKS tertinggi
kerawanan sosial pada tahun 2018 sebanyak 101.607 jiwa dan terendah
akibat perubahan padatahun 2019 sebanyak 65.409 jiwa, namun meningkat
gaya hidup menjadi 71.346 pada tahun 2020 akibat pandemi Covid19
yang menyebabkan penurunan kesejahteraan masyarakat.
Jenis PMKS terbanyak selama periode lima tahun yaitu
keluarga fakir miskin sebanyak 88.755 jiwa pada tahun
2018. Sedangkan jenis PMKS yang mengalami jumlah
penurunan cukup signifikan diantaranya balita terlantar
dan penyandang cacat. Jenis PMKS yang jumlahnya relatif
cukup besar diantaranya penyandang disabilitas, lansia
terlantar, anak terlantar, pengemis dan wanita rawan
ekonomi. (Sumber : RPJMD Kab Boyolalitahun 2021-2026)
7 Banyaknya permukiman Perkembangan Berdasarkan SK Bupati Boyolali no 633/773 tahun 2020
kumuh Permukiman Padat, tentang penetapan lokasi perumahan kumuh dan
Kumuh dan di permukiman kumuh di Kabupaten Boyolali diketahui
Sempadan Sungai luasan kawasan permukiman kumuh di kawasan
perkotaan Kecamatan Mojosongo tahun 2020 sebesar
19,04 ha.(sumber : SK Bupati Boyolali no 633/773 tahun
2020 tentang penetapan lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh)
8 Kurangnya sanitasi Di Kecamatan Mojosongo, Desa/Kelurahan Yang Sudah
permukiman yang kurang baik Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
sebanyak 4 desa, atau baru sekitar 30,77%.
9 Rendahnya kapasitas dan STBM ini memiliki beberapa indikator output, seperti
kesadaran masyarakat dalam akses terhadap sarana sanitasi sanitasi dasar sehingga
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
ISU PEMBANGUNAN
NO TEMA KETERANGAN
BERKELANJUTAN
menjaga kebersihan dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air
lingkungan di sembarang tempat (ODF, Open Defecation Free),
penerapan pengelolaan air minum dan makanan yang
aman di rumah tangga, tersedia fasilitas cuci tangan, dan
adanya pengelolaan limbah/sampah yang baik. Di
Kecamatan Mojosongo, Desa/Kelurahan Yang Sudah
Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
sebanyak 4 desa, atau baru sekitar 30,77%. Jumlah ini
masih cukup rendah dbanding kecamatan lain yang sudah
mencapai 100%
10 Masih tingginya penduduk Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
yang hidup dibawah garis mengalami kenaikan dari 1,02 di tahun
kemiskinan 2019 menjadi 1,3 di tahun 2020. Hal ini berarti bahwa
rata-rata pengeluaran penduduk miskin di
Boyolali semakin menjauh dari garis kemiskinan.
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga
mengalami kenaikan dari 0,14 di tahun 2019 menjadi
0,23 di tahun 2020 yang berarti bahwa ketimpangan
pengeluaran di antara penduduk miskin di Boyolali
semakin tinggi.
(sumber: publikasi BPS 2021)
Jumlah penduduk miskin kecamatan Mojosongo 6.095,
diatas rata-rata jumlah miskin tiap Kecamatan di
Kabupaten Boyolali
(Sumber : RPJMD Kab Boyolalitahun 2021-2026)
11 Rendahnya akses masyarakat Pelayanan sanitasi masyarakat sangatlah vital untuk
terhadap sanitasi layak dan masyarakat. Tingkat pelayanan sanitasi masyarakat akan
berkelanjutan. secara signifikan mempengaruhi tingkat kesehatan
masyarakat, khususnya di Boyolali. Sanitasi di Boyolali
sudah menggunakan pendekatan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM),
Kecamatan Mojosongo, Desa/Kelurahan Yang Sudah
Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
sebanyak 4 desa, atau baru sekitar 30,77%. Jumlah ini
masih cukup rendah dbanding kecamatan lain yang sudah
mencapai 100% (Sumber : Dokumen IKLHD Kab Boyolali
tahun 2020)
12 Belum optimalnya fasilitas Peningkatan risiko Berdasarkan SK Kawasan kumuh Kabupaten Boyolali,
penunjang penanganan risiko kebakaran pada terdata kondisi awal permasalahan kawasan permukiman
kebakaran kawasan permukiman kumuh di kawasan kecamatan Mojosongo meliputi:
kepadatan tinggi. Kualitas permukaan jalan lingkungan
Kualitas konstruksi drainase
Prasarana dan Sarana persampahan tidak sesuai
dengan persyaratan teknis
Sistem pengelolaan persampahan yang tidak
sesuai standar teknis
Ketidaktersediaan Prasarana proteksi
kebakaran
Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran
(Sumber:SK Kawasan kumuh Kabupaten Boyolali)
13 Pencemaran udara dan Peningkatan Pada tahun 205 hingga 2018 jumlah kecelakaan lalu lintas
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
ISU PEMBANGUNAN
NO TEMA KETERANGAN
BERKELANJUTAN
peningkatan temperature bangkitan dan di Kabupaten Boyolali mengalami peningkatan setiap
akibat transportasi pergerakan lalu lintas tahun, dengan jumlah tertinggi mencapai 1.065 kejadian
serta sistem pada tahun 2018. Jumlah tersebut mengalami penurunan
perparkiran sebesar 16% pada tahun 2019.(Sumber : RPJMD Kab
Boyolalitahun 2021-2026)
14 Peningkatan limpasan air pada Peningkatan banjir Berdasarkan data daerah rawan bencana Boyolali 2018,
saat hujan dan genangan 10 kecamatan dari 19 kecamatan yang ada masuk dalam
peta rawan bencana banjir. Daerah rawan ini ditinggali
3.164 keluarga. Berdasarkan data tersebut kecamatan
yang rawan adalah Ampel, Musuk, Mojosongo, Sawit,
Banyudono, Ngemplak, Nogosari, Kemusu, Wonosegoro,
dan Juwangi (sumber : BPBD Kab Boyolali).Alih fungsi
lahan terbuka hijau menjadi area terbangun menyebabkan
peningkatan debit limpasan air hujan karena air hujan
tidak mampu meresap kedalam tanah.
15 Munculnya beberapa wilayah Banjir yang terjadi di lokasi yang jauh dari badan air
genangan dan banjir umumnya dikarenakan keterbatasan sarana drainase.
16 Belum optimalnya system Banjir yang terjadi di lokasi yang jauh dari badan air
drainase dalam menampung umumnya dikarenakan keterbatasan sarana drainase.
genangan penangkalan oleh sedimen dan sumbatan oleh sampah.
Selain itu, juga dapat diakibatkan oleh desain drainase
yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan limpasan air
hujan. Pendorong lainnya yang dapat mempengaruhi
kejadian bencana banjir adalah persampahan yang kurang
terkelola dengan baik. Hal ini menjadi salah satu
kemungkinan dimana sampah dapat menghambat
jalannya pelimpasan air pada saluran drainase, sehingga
banjir pun semakin berpotensi untuk terjadi. (Sumber :
Dokumen IKLHD Kab Boyolali tahun 2020)
17 Banyaknya wilayah yang Kecamatan Mojosongo merupakan wilayah yang
rawan bencana banjir mempunyai potensi rawan bencana banjir lahar dingin
dan angin ribut(sumber : RTRW Kab Boyolali)
Berdasarkan data daerah rawan bencana Boyolali 2018,
10 kecamatan dari 19 kecamatan yang ada masuk dalam
peta rawan bencana banjir. Daerah rawan ini ditinggali
3.164 keluarga. Berdasarkan data tersebut kecamatan
yang rawan adalah Ampel, Musuk, Mojosongo, Sawit,
Banyudono, Ngemplak, Nogosari, Kemusu, Wonosegoro,
dan Juwangi.
(sumber : BPBD Kab Boyolali)
18 Peningkatan cuaca ekstrem Pencemaran udara dapat berdampak besar bagi
akibat dampak perubahan perubahan iklim baik secara global maupun lokal. Hal ini
iklim. terjadi karena polutan-polutan yang terdispersi di udara
sudah meningkatkan jumlah emisi Gas Rumah Kaca dan
turut menipiskan lapisan ozon di lapisan atmosfer. Gas
yang berperan besar dalam proses ini adalah Ozon, oksida
Nitrogen, hidrokarbon, dan karbon monoksida.Perubahan
iklim lokal sebagai salah satu indikasi akan adanya potensi
mendorong pemanasan global akibat emisi GRK sudah
terjadi di Boyolali ditandai dengan kejadian musim yang
tidak menentu. Berdasarkan pencatatan curah hujan di
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
ISU PEMBANGUNAN
NO TEMA KETERANGAN
BERKELANJUTAN
tahun 2020, dapat dilihat bahwa musim sudah bergeser.
Musim kemarau tidak terjadi pada rentang bulan April
hingga September, namun sudah bergeser mulai dari
bulan Juni hingga September. Sedangkan untuk musim
penghujan terjadi mulai dari bulan Oktober hingga Mei.
Hal ini menunjukkan bahwa di Boyolali terjadi sedikit
pergeseran musim dimana musim kemarau seharusnya
dimulai pada bulan April, namun kenyataannya musim
kemarau dimulai pada bulan Juni.(Sumber : Dokumen
IKLHD Kab Boyolali tahun 2020)
19 Ketersediaan air bersih Ketersediaan air Penyediaan air baku untuk penduduk telah mencapai
perkotaan bersihdiperkotaanma 89,90% pada tahun 2019. Capaian tersebut lebih rendah
kinterbatas jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2018 yang
mencapai 94%. Meskipun persentase penduduk yang
terlayani air baku sudah mencapai 89,90%, ketersediaan
air baku di Kabupaten Boyolali pada dasarnya masih
sangat minim. ketersediaan air baku mencapai lebih dari
6%, dua kali lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2016
yang hanya mencapai 3,28%. Kondisi ini mengindikasikan
bahwa hanya 6% dari total kebutuhan air baku daerah
yang sudah terpenuhi. Minimnya ketersediaan air masih
menjadi tantangan bagi Kabupaten Boyolali. Hal ini
disebabkan oleh kondisi alam yang sebagian berupa tanah
berbatu dan pasir dan bersifat porous. (sumber : RPJM Kab
Boyolali 2021-2026)
20 Ancaman sumber daya air penurunan ketersediaan air menjadi isu prioritas
akibat pendangkalan sungai. lingkungan hidup karena sebagian besar Wilayah Boyolali
secara hidrogeologi berada di area dengan potensi air
yang rendah, dimana sungai sebagian besar adalah sungai
periodik, muka air tanah yang cukup dalam, sebagian
wilayah merupakan area non CAT, tampungan waduk
berkurang, serta adanya mata air yang mengering.
(Sumber : Dokumen IKLHD Kab Boyolali tahun 2020)
21 Rendahnya akses masyarakat terdapat 32 sumur yang parameter Nitrat sebagai N
terhadap pelayanan air minum melebihi dari baku mutu yang sudah ditentukan yaitu
layak dan berkelanjutan sebesar 10 mg/L untuk parameter Nitrat
air sumur dengan kadar nitrat yang tinggi akan
menimbulkan beberapa gangguan kesehatan seperti
gondok, methemoglobinemia, dan sebagainya.
(Sumber : Dokumen IKLHD Kab Boyolali tahun 2020)
akses penduduk di kawasan perkotaan terhadap air
minum layak dan berkelanjutan lebih rendah
dibandingkan dengan penduduk di kawasan perdesaan.
Kondisi ini disebabkan oleh minimnya potensi sumber air
yang dekat dengan perkotaan.
(sumber : RPJM Kab Boyolali 2021-2026)
22 Meningkatnya beban cemar Pencemaran air oleh Pengelolaan black water (air limbah dari WC) sebagian
dari rumah tangga kegiatan usaha dan besar (84,51% rumah tangga) masih menggunakan tangki
rumah tangga septik dengan bidang resapan, sebagian kecil (10,13%
rumah tangga) masih memanfaatkan model “cemplung”
tanpa tangki septik. Pengolahan air limbah domestik
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
ISU PEMBANGUNAN
NO TEMA KETERANGAN
BERKELANJUTAN
dengan tangki septik dan bidang resapan untuk saat ini
tidak direkomendasikan terutama di permukiman dengan
kepadatan tinggi. Efisiensi pengolahan tangki septik hanya
sekitar 65%, sehingga tingkat pencemaran masih cukup
tinggi.(Sumber : Dokumen IKLHD Kab Boyolali tahun 2020)
ISU PEMBANGUNAN
NO TEMA KETERANGAN
BERKELANJUTAN
tangga karena dampak sampah yang belum terkelola telah
dirasakan oleh sebagian besar masyarakat berupa
terganggunya estetika lingkungan, pencemaran bau,
dan munculnya konflik sosial. (Sumber : Dokumen
IKLHD Kab Boyolali tahun 2020)
30 Pembuangan sampah di sungai Berdasarkan survei aspek sosial pengelolaan sampah yang
dilakukan Dinas Lingkungan Hidup tahun 2018 hingga
2020 67% warga masih melakukan pembakaran sampah,
7% membuang sampahnya ke jurang atau sungai, dan
sisanya melakukan pengomposan, menimbun dengan
membuat jugangan, dan membawa sampah ke TPS. Hal ini
menunjukkan pengelolaan sampah yang belum cukup
baik.
(sumber : RPJM Kab Boyolali 2021-2026)
31 Pencemaran udara dan Sistem Transportasi Sumber pencemaran udara disebabkan oleh adanya
peningkatan temperature dan Pergerakan penambahan jumlah kendaraan bermotor yang dapat
akibat transportasi menghasilkan gas polutan, salah satunya gas CO. Tingginya
tingkat konsentrasi Karbon monoksida (CO) dapat menjadi
salah satu penyebab gas rumah kaca yang berpengaruh
terhadap naiknya suhu udara dan kelembapan udara.
Ditemukan bahwa suhu rata-rata yang terukur di pos
BMKG Adi Sumarmo selama tahun 2020 yaitu sebesar
27,24oC, sedangkan di UGA Jrakah sebesar 19,87 oC dan di
UGA Selo sebesar 16,96oC. (Sumber : Dokumen IKLHD Kab
Boyolali tahun 2020)
32 Pencemaran udara akibat Penurunan Kualitas Hasil perhitungan total emisi gas rumah kaca dari tahun
aktivitas industri LH akibat polusi 2015 hingga tahun 2019 terus mengalami kenaikan
dengan kontributor terbesar dari sektor pertanian dan
peternakan. Emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian
dan peternakan sebesar 47.768 tCO2-eq. Kontributor
terbesar selanjutnya yaitu dari sektor energi dengan total
emisisebesar 2.449 tCO2-eq. Sumber emisi dari sektor
pertanian berasal dari sektor pertanian konvensional yang
masih masif dalam penggunaan pupuk kimia, pupuk yang
belum terfermentasi dan pembakaran jerami di lahan
pertanian. Aktivitas peternakan, emisi gas rumah kaca
berasal dari kotoran ternak yang dihasilkan. Total gas
emisi gas rumah kaca yang selalu mengalami kenaikan,
berimplikasi terhadap kondisi perubahan iklim
(sumber : RPJM Kab Boyolali 2021-2026)
Sumber : Analisis Tim KLHS RDTR Kaw. Perkotaan Kecamatan Mojosongo
Keterangan :
(1) lintas sektor,
(2) lintas wilayah,
(3) lintas pemangku kepentingan, dan
(4) lintas waktu
Keterangan Nilai :
Skor 1 : Tidak berpengaruh
Skor 2 : Cukup berpengaruh
Skor 3 : Berpengaruh
Skor 4 : Sangat berpengaruh
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
Kriteria Penentuan
Isu Pembangunan
No Penjelasan Isu PB Strategis Jumlah
Berkelanjutan (PB)
1 2 3 4 5
menurun.
Aspek 3 : Isu PB kesehatan berhubungan
langsung dengan Isu PB limbah dan kualitas air
bersih.
Aspek 4 : Isu PB Kesehatan berkaitan dengan
materi KRP RPJM
Aspek 5 : Berkaitan dengan Isu PB dari KLHS
RPJMD
LINGKUNGAN
Aspek 1 :Isu PB Kebencanaan terkait dengan
kondisi wilayah yang dilalui sungai yang
bersumber dari hulu Gunung Merapi sehingga
saat terjadi letusan berpotensi pada banjir
lahar dingin saat musim hujan.
Aspek 2 : Dampak dari bencana terhadap
masyarakat berupa kerugian materi serta
dampak pada penurunan kualitas lingkungan
2. Kebencanaan 1 1 1 1 1 5
hidup.
Aspek 3 : Isu PB kebencanaan dapat berkaitan
dengan Isu PB kesehatan, air bersih.
Aspek 4 : Isu PB Kebencanaan sangat berkaitan
dengan KRP RTRW Kabupaten Boyolali.
Aspek 5 : Isu PB Kebencanaan sesuai dengan
Isu PB yang ditetapkan oleh KLHS RPJMD serta
KLHS RTRW
3. Air Bersih Aspek 1 :Penurunan ketersediaan air menjadi 1 1 1 1 1 5
isu prioritas lingkungan hidup karena sebagian
besar Wilayah Boyolali secara hidrogeologi
berada di area dengan potensi air yang rendah,
dimana sungai sebagian besar adalah sungai
periodik, muka air tanah yang cukup dalam,
sebagian wilayah merupakan area non CAT,
tampungan waduk berkurang, serta adanya
mata air yang mongering.
Aspek 2 : Dampak / pengaruh Isu PB air bersih
terhadap masyarakat yaitu sebagian
masyarakat di Kawasan Perkotaan Kecamatan
Mojosongo tidak terlayani jaringan air bersih
dari PDAM.
Aspek 3 : Isu PB air bersih berkaitan dengan isu
kesehatan, isu kebencanaan, isu limbah dan isu
alih fungsi lahan.
Aspek 4 : Isu PB Air bersih telah termuat dalam
KRP RTRW Kabupaten Boyolali dalam rencana
jaringan air bersih.
Aspek 5 : Termasuk salah satu prioritas yang
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
Kriteria Penentuan
Isu Pembangunan
No Penjelasan Isu PB Strategis Jumlah
Berkelanjutan (PB)
1 2 3 4 5
ditetapkan dalam KLHS RPJMD Kabupaten
Boyolali.
Aspek 1 : Permasalahan persampahan di
Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongo
dipengaruhi karena factor belum optimalnya
pengelolaan sampah serta tingkat kesadaran
masyarakat terhadap pengelolaan sampah
masih rendah.
Aspek 2 :Dampak dari isu persampahan pada
penurunan kualitas lingkungan dan bencana.
4. Persampahan Aspek 3 : Isu Persampahan berkaitan dengan 1 1 1 1 5
isu kesehatan, isu bencana, isu limbah, isu
kualitas udara.
Aspek 4 : system persampahan sendiri telah
dituangkan dalam KRP RTRW Kabupaten
Boyolali tentang rencana jaringan
persampahan
Aspek 5 : termuat sebagai isu dalam KLHS
RTRW Kab.Boyolali.
Aspek 1 : Permasalahan limbah terjadi berasal
dari sumber limbah domestic, limbah industry
kecil serta limbah peternakan.
Aspek 2 : Dampak dari adanya limbah pada
pencemaran air sungai, karena sebagian besar
limbah langsung dibuang ke sungai tanpa
adanya pengolahan.
5. Limbah 1 1 1 1 1 5
Aspek 3 : Isu PB limbah berkaitan dengan isu
kesehatan, isu air bersih.
Aspek 4 : Rencana pengelolaan limbah telah
termuat dalam KRP RTRW Kab. Boyolali
tentang rencana jaringan air limbah.
Aspek 5 : Isu PB limbah termuat dalam salah
satu isu PB strategis RPJMD
Aspek 1 : Permasalahan kualitas udara di
Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongo
disebabkan karena polutan dari emisi fosil
kendaraan bermotor.
Aspek 2 : Dampak dari permasalahan kualitas
udara terlihat dari peningkatan suhu rata – rata
6. Kualitas Udara 1 1 1 0 1 4
di Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongo.
Aspek 3 : Isu PB kualitas udara berkaitan
dengan Isu kesehatan.
Aspek 4 : -
Aspek 5 : Termasuk dalam Isu PB prioritas
dalam KLHS RPJMD Kabupaten Boyolali
PEMANFAATAN RUANG
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
Kriteria Penentuan
Isu Pembangunan
No Penjelasan Isu PB Strategis Jumlah
Berkelanjutan (PB)
1 2 3 4 5
Aspek 1 :Penurunan kualitas lahan di Kawasan
Perkotaan Kecamatan Mojosongo di pengaruhi
karena kondisi geografis serta pengelolaan
lahan yang kurang baik.
Aspek 2 : Dampak dari penurunan kualitas
7. Penurunan Kualitas Lahan lahan pada penurunan hasil pertanian di 1 1 1 0 0 3
Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongo.
Aspek 3 : Isu PB Penurunan Kualitas Lahan
berkaitan dengan isu alih fungsi lahan.
Aspek 4 : -
Aspek 5 : -
Aspek 1 :Permasalahan alih fungi lahan di
Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongo
banyak terjadi karena pembangunan
infrastruktur (Jalan Tol) serta pembangunan
perumahan dan industry.
Aspek 2 : Dampak yang terjadi akibat alih
fungsi lahan pada penurunan jumlah lahan
pertanian yang berpengaruh pada penurunan
jumlah hasil pertanian.
8. Alih Fungsi Lahan 1 1 1 1 1 5
Aspek 3 : Isu alih fungsi lahan berkaitan
terhadap isu kebencanaan, isu air bersih, isu
kualitas udara dan isu penurunan fungsi lahan.
Aspek 4 : Isu alih fungsi lahan telah dituangkan
dalam KRP RTRW Kabupaten Boyolali pada
Bab Rencana Pola Ruang.
Aspek 5 : Isu alih fungsi lahan telah dibahas
sebagai Isu PB Prioritas Pada KLHS RPJMD dan
RTRW Kabupaten Boyolali
Sumber : Analisis Tim penyusun KLHS RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongo
3. Air Bersih mendapatkan skor 5 (lima) yang artinya bahwa Isu Pembangunan
Berkelanjutan air bersih mempunyai keterkaitan yang tinggi terhadap kelima
aspek tersebut.
4. Persampahan mendapatkan skor 5 (lima) yang artinya bahwa Isu
Pembangunan Berkelanjutan persampahan mempunyai keterkaitan yang tinggi
terhadap kelima aspek tersebut.
5. Limbah mendapatkan skor 5 (lima) yang artinya bahwa Isu Pembangunan
Berkelanjutan limbah mempunyai keterkaitan yang tinggi terhadap kelima
aspek tersebut.
6. Kualitas Udara mendapatkan skor 4 (empat) karena tidak memiliki keterkaitan
dengan aspek ke empat akan tetapi Isu Pembangunan Berkelanjutan kualitas
udara masih mempunyai keterkaitan yang tinggi terhadap keempat aspek
lainnya.
7. Penurunan Kualitas Lahan mendapatkan skor 3 (tiga) karena tidak berkaitan
dengan aspek ke empat dan ke lima yang artinya bahwa Isu Pembangunan
Berkelanjutan penurunan kualitas lahan mempunyai keterkaitan yang sedang
terhadap ketiga aspek lainnya.
8. Alih Fungsi Lahan mendapatkan skor 5 (lima) yang artinya bahwa Isu
Pembangunan Berkelanjutan alih fungsi lahan mempunyai keterkaitan yang
tinggi terhadap kelima aspek tersebut.
Isu Pembangunan
No Program Rekomendasi
Berkelanjutan
Kesehatan Program Pemenuhan Penyediaan layanan kesehatan untuk UKM dan UKP
Upaya Kesehatan rujukan tingkat daerah kabupaten/ Kota
1.
Perorangan dan Upaya Pengelolaan jaminan kesehatan masyarakat
Kesehatan Masyarakar
Kebencanaan Program Pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana
Penanggulangan Palayanan pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap
2.
Bencana bencana
Pelayanan informasi rawan bencana
Air Bersih Program Pengelolaan Penyusunan rencana teknis dan dokumen Lingkungan
Sumber Daya Air Hidup untuk kontruksi air tanah dan ai baku
3.
Pengelolaan hidrologi dan dan kualitas Air WS
kewenangan kabupaten/ kota
Program Pengelolaan Pengelolaan dan pengembangan system Penyediaan Air
dan Pengembangan Minum (SPAM) di Daerah Kabupaten/ Kota
Sistem Penyediaan Air
Minum
4. Persampahan Pogram Pengelolaan Pengelolaan sampah
Persampahan Penerbitan izin pendaurulangan sampah/ pengelolaan
sampah, pengangkutan sampah dan pemprosesan
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
Isu Pembangunan
No Program Rekomendasi
Berkelanjutan
akhir sampah yang diselenggarakan oleh swasta
Pembinaan dan pengawasan pengelolaan sampah
yang diselenggarakan oleh swasta.
Limbah Program Pengelolaan Pengelolaan dan pengembangan system air limbah
5. dan Pengembangan domestic dalam daerah kabupaten / kota
Sistem Air Limbah
Program Pengendalian Penympanan sementara limbah B3
Bahan Berbahaya dan Pengumpulan limbah B3 dalam 1 daerah kabupaten.
beracun (B3) dan limbah
bahan berbahaya dan
beracun (Limbah B3)
6. Kualitas Udara
Penurunan Kualitas
7.
Tanah
8. Alih Fungsu Lahan
Sumber : KLHS RPJMD Kab Boyolali, Diolah
2.1.5 Uji Silang Hasil Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategi (Pasal
9 Ayat 2)
Berdasarkan identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis yang ditapis
dengan aspek sesuai pasal 9 ayat 1 maka dilakukan penapisan dengan pasal 9 ayat 2
untuk menentukan Isu PB Prioritas yang meliputi 9 aspek pengkajian :
1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan (Kapasitas D3TLH)
2. Perkiraan dampak dan risiko Lingkungan Hidup (Dampak LH)
3. Kinerja layanan atau jasa ekosistem (Kinerja JE)
4. Intensitas dan cakupan wilayah bencana (Intensitas Bencana)
5. Status mutu dan ketersediaan sumber daya alam (Status SDA)
6. Ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati (Keanekaragaman hayati)
7. Kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim (Adaptasi
PI)
8. Tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau penghidupan
sekelompok masyarakat serta terancamnya keberlanjutan penghidupan
masyarakat (Kemiskinan).
9. Risiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat (Kesehatan)
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
Cakupan Kesehatan
Isu PB Strategis DDDTLH Dampak LH Jasa Ekosistem Mutu SDA Biodiversity Perubahan Iklim Masy. Miskin
Bencana Masyarakat
penyediaan air Pemenuhan air sumber air larian. Air hujan beberapa logam semakin pendek angka
baku mengancam baku melalui mengalami kurang berat serta zat dengan intensitas kemiskinan
kuantitas air baku eksploitasi air penurunan termanfaatkan kimia seperti tinggi dan musim
tanah dan senyawa fenol kemarau yang
mengancam berubah menjadi dan kandungan lebih
kerusakan bencana pada belerang air panjang.
lingkungan musim hujan dan sungai melebihi
menjadi langka baku mutu yang
pada musim ada atau
kemarau. tercemar.
42 5 5 5 5 5 5 4 3 5
Persampahan Permasalahan Penanganan Persampahan Meningkatnya Pencemaran akibat Pengelolaan sampah persampahan Masyarakat persampahan
persampahan dapat sampah yang tidak berdampak pada jumlah sampah persampahan yang tidak baik akan memberikan miskin yang sulit sangat
berpengaruh terhadap maksimal menurunnya terutama yang dapat berpengaruh mengancam spesies sumbangsih mendapatkan berpengaruh
penurunan daya dukung berpotensi kinerja jasa dibuang di aliran terhadap SDA yang hidup tanah terhadap akses terhadap terhadap
lingkungan pencemaran tanah ekosistem dan – aliran drainase terutama pada peningkatan GRK pengelolaan sumber
dan air. Leached peningkatan dan sungai kualitas tanah dan sampah serta penyakit.
dari tumpukan kerusakan menyebabkan air yang tercemar. rendahnya
sampah yang tidak lingkungan. pada pengetahuan
terkelola penyumbatan tentang
merupakan sumber saluran yang pengelolaan
pencemar air dapat sampah maka
permukaan dan air menyebabkan akan
tanah genangan hingga berpengaruh
banjir terhadap
pengelolaan
sampah yang
buruk
39 5 4 5 5 3 4 5 4 4
Limbah Daya dukung lingkungan Pencemaran air Selain Kasus bencana Pencemaran air Pengelolaan sanitasi Pertumbuhan Kondisi sanitasi Sanitasi yang
akan semakin menurun permukaan dan air menurunkan lokal terutama permukaan dan air yang tidak baik akan penduduk dan tidak layak tidak sesuai
akibat tidak terkelolanya tanah yang kuantitas dari jasa banjir akibat tanah yang mengancam spesies permukiman terus menyebabkan standar seperti
limbah domestik rumah disebabkan oleh ekosistem air tidak disebabkan oleh yang hidup di air berkorelasi kerugian jarak septict
tangga pengelolaan limbah bersih, tidak berfungsinya pengelolaan limbah terhadap ekonomi tank yang dekat
Tercemarnya air domestik yang terkelolanya saluran drainase domestik (padat peningkatan setidaknya tiga sumur yang
mempengaruhi daya tidak sesuai limbah domestik pada musim dan cair) yang limbah domestik persen dari PDB. digunakan untuk
dukung menyediakan air standar, juga mengancam hujan di kawasan tidak sesuai (padat dan cair) Penurunan kebutuhan
bersih (bebas dari menurunkan jasa ekosistem permukiman standar, yang akan terus kondisi sehari-hari
cemaran) baik untuk pasokan air bersih pangan, jasa salah satunya menurunkan menghasilkan kesehatan juga dapat
masyarakat maupun untuk bagi Kawasan ekosistem dipicu tidak pasokan air bersih emisi GRK jika menyebabkan menimbulkan
kegiatan budidaya Perkotaan penguraian limbah terkolanya limbah terus dikelola potensi kerugian kontaminasi
(pertanian, perikanan dan Mojosongo. maupun penyedia dengan baik secara BAU ekonomi. fesces terhadap
peternakan) wisata dan ( business as tanah dan air.
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
Cakupan Kesehatan
Isu PB Strategis DDDTLH Dampak LH Jasa Ekosistem Mutu SDA Biodiversity Perubahan Iklim Masy. Miskin
Bencana Masyarakat
estetika usual ) Sumur disekitar
buangan limbah
domestik baik
pada maupun
cair yang tidak
layak akan
mengandung
Escherichia Coli
yang dapat
menyebabkan
penyakit diare
dan tidak layak
dikonsumsi.
39 5 5 4 4 4 4 5 3 5
Kualitas Udara Penurunan kualitas LH Dampak LH dari Dampak dari Bencana Pemanfaatan Pencemaran udara Pencemaran udara Pencemaran Pencemaran
akibat pencemaran udara pencemaran udara pencemaran udara kebakaran dapat sumber daya alam dapat sangat udaran udara sangat
berpengaruh terhadap berakibat pada terhadap jasa menjadi salah secara besar mempengaruhi mempengaruhi berdampak pada berpengaruh
penurunan daya dukung timbulnya zat ekosistem spesies satu faktor besaran KEHATI apabila pada perubahan masyarakat terhadap
lingkungan hidup. pencemar yang hias. penyebab mempengaruhi terjadi secara besar – iklim, terutama miskin terutama kesehatan
berasal dari pencemaran pencemaran udara besaran. saat terjadi pada kesehatan masyarakat
kegiatan manusia udara. seperti aktivitas pencemaran udara ditambah dengan karena
baik berupa pertambangan. secara berlebihan. keterbatas kandungan
industri maupun mereka terhadap udara yang
transportasi berupa alat pelindung. dihirup
Karbon Monoksida membawa zat –
(CO), oksida sulful zat tidak baik
(SOx), Oksida untuk tubuh.
Nitrogen (NOx),
partikulat,
Hidrokarbon (HC),
dan oksida
fotokimia termasuk
ozon.
32 5 5 3 3 2 3 4 3 4
Penurunan Penurunan kualitas tanah Penurunan kualitas Penurunan Pengaruh Penurunan kualitas Penurunan kualitas Penurunan Penurunan Penurunan
Kualitas Tanah sangat berpengaruh tanah berpengaruh kualitas tanah penurunan tanah dapat tanah dapat kualitas tanah kualitas tanah kualitas tanah
terhadap daya dukung dan terhadap berpengaruh kualitas tanah berpengaruh mempengaruhi mempengaruhi berpengaruh berpengaruh
daya tampung, pengaruh lingkungan hidup terhadap beberapa dapat terhadap KEHATI terutama perubahan iklim terhadap terhadap
terhadap daya dukung karena jasa ekosistem berpengaruh penurunan SDA. pada lahan – lahan akibat aktivitas kemiskinan kesehatan
lahan karena kualitas berkurangnya antara lain jasa terhadap dengan fungsi peninkatan karena nilai masyarakat
lahan sangat tidak kemampuan tanah ekosistem pangan, kebencanaan perlindungan kualitas tanah produktivitas karena
mendukung untuk dalam mengolah jasa ekosistem terutama dengan pupuk tanah yang penurunan
dikembangkan terutama pencemaran yang penyedia air, jasa kekeringan, banjir kimia. menurun lingkungan
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
Cakupan Kesehatan
Isu PB Strategis DDDTLH Dampak LH Jasa Ekosistem Mutu SDA Biodiversity Perubahan Iklim Masy. Miskin
Bencana Masyarakat
pada bidang pertanian, masuk ke tanah, ekosistem hidup.
pada daya dukung pangan serta akibat dari pengatur air, jasa
yaitu penurunan penurunan ekosistem limbah,
produktivitas pertanian lingkungan hidup jasa ekosistem
bahkan pada lahan yang dapat berpengaruh KEHATI,
sangat kritis tidak pada penurunan
dimungkinkan untuk kualitas tanah.
ditanami, penurunan daya
dukung air karena
berkurangnya kemampuan
lahan untuk mengikat air.
37 5 5 5 4 4 4 4 3 3
Alih fungsi lahan alih fungsi lahan Pengaruh dari alih fungsi lahan Alih fungsi lahan Alih fungsi lahan pengaruh alih Pengaruh alih
berpengaruh juga berpengaruh alih fungsi lahan besar – besaran juga berpengaruh berpengaruh fungsi lahan fungsi lahan
Alih fungsi lahan sangat
terhadap dampak terhadap hampir terhadap bencana sangat terhadap kondisi terhadap iklim, terhadap terhadap
berpengaruh pada daya
lingkungan hidup seluruh jasa terutama pada berpengaruh biodiversity karena karena sebagian kemiskinan yaitu kesehatan
dukung dan daya tampung,
terutama pada ekosistem bencana banjir, terhadap mutu SDA alih fungsi lahan besar kegiatan penurunan berpengaruh
baik daya dukung lahan
Alih Fungsi Lahan pencemaran air, tanah longsor salah satunya pada dapat budidaya produktivitas terhadap
permukiman, DD lahan
tanah hingga udara. alih fungsi lahan menghilangkan menghasilkan GRK tanah yang penurunan
pertanian, DD lahan
kawasan lindung. habitat KEHATI menyebabkan kualitas
permukiman bahkan pada
penurunan lingkungan
DD air.
produktivitas akibat alih fungsi
lahan pertanian lahan
41 5 5 5 5 5 4 5 3 4
Sumber : Analisis Penyusun 2021
Keterangan Skor :
Hasil penapisan yang dilakukan pada Kebijakan, rencana dan/ atau program
terhadap tujuh muatan lingkungan hidup menyatakan bahwa KRP yang mempunyai
dampak negatif terbesar adalah sebagai berikut :
Tabel 14 Skor Hasil Penapisan KRP Terhadap 7 Muatan KLHS
Kode
Kebijakan Rencana Program (KRP) Jumlah
KRP
K Kebijakan Penataan Ruang
K.1 Tujuan Penataan Ruang 2
K.2 Kebijakan Strategi Penataan Ruang
K.2.1 Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Daerah 2
K.2.2 Kebijakan Pengembangan Perkotaan
K.2.2.1 Pengembangan Sub WP I 2
K.2.2.2 Pengembangan Sub WP II 2
K.2.2.3 Pengembangan Sub WP III 2
SR Rencana Struktur Ruang
SR.1 Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan
SR.1.1 Pusat Pelayanan Kota 1
S.R.1.2 Sub Pusat Pelayanan Kota 1
S.R.1.3 Pusat Lingkungan Kelurahan/ Desa 1
SR.2 Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah
SR.2.1 Jaringan Transportasi
Jaringan Jalan
Jalan Arteri Primer
Jalan Kolektor Primer
SR.2.1.1 2
Jalan Kolektor Sekunder
Jalan Lokal Sekunder
Jalan Lingkungan
Pembangunan jalan baru 3
SR.2.1.3 Terminal Penumpang 1
SR.2.2 Rencana Pengembangan Jaringan Energi 1
SR.2.2.1 Rencana Pengembangan Jaringan Infrastruktur Ketenagalistrikan 1
SR.2.3 Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi 1
SR.2.3.1 Rencana Jaringan Telekomunikasi kabel dan serat optic 1
SR.2.3.2 Rencana Jaringan Telekomunikasi Nirkabel 1
SR.2.4 Rencana Sistem Jaringan Air Bersih 2
SR.2.7 Rencana Pengembangan Jaringan Persampahan 1
PR Rencana Pola Ruang
PR.2 Kawasan Budidaya
PR.2.1 Zona Badan Jalan 1
PR.2.2 Zona Pertanian
PR.2.2.3 Sub Zona Peternakan 3
PR.2.3 Zona Pembangkit Tenaga Listrik 2
PR.2.4 Zona Peruntukan Industri 6
PR.2.6 Zona Perumahan 4
PR.2.6.1 Sub Zona Perumahan Kepadatan Tinggi 4
PR.2.6.2 Sub Zona Perumahan Kepadatan Sedang 4
PR.2.6.3 Sub Zona Perumahan Kepadatan Rendah 4
PR.2.7 Zona Sarana Pelayanan Umum
PR.2.7.1 Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kota 3
PR.2.7.2 Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan 1
PR.2.7.3 Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan 1
PR.2.7.4 Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala RW 1
PR.2.8 Zona Perdagangan & Jasa 5
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
Kode
Kebijakan Rencana Program (KRP) Jumlah
KRP
PR.2.8.1 Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota 5
PR.2.8.2 Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala WP 5
PR.2.8.3 Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Sub WP 5
PR.2.9 Zona Perkantoran 5
PR.2.10 Zona Peruntukan Lainnya
PR.2.10.1 Sub zona Pergudangan 1
PR.2.11 Zona Pertahanan dan Keamanan 1
PR.2.11.1 Sub Zona Pertahanan & Keamanan
PR.2.12 Zona Transportasi 2
PR.2.12.1 Sub Zona Transportasi
Sumber : Analisis Penyusun 2021
Skor
1 – 2 : Rendah
3 – 4 : Sedang
5 – 7 : Tinggi
Berdasarkan hasil skor penapisan dengan menapiskan antara KRP RDTR
dengan 7 muatan lingkungan hidup maka diperoleh KRP yang berdampak negatif
terhadap muatan lingkungan hidup dengan dampak sedang - tinggi adalah :
1. Rencana Pembangunan Jalan Baru
2. Rencana Sub ZonaPeternakan
3. Rencana Zona Perumahan
4. Rencana Zona Peruntukan Industri
5. Rencana Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota
6. Rencana Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kota
Hasil penapisan yang dilakukan pada Kebijakan, rencana dan/ atau program
terhadap isu pembangunan strategis prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya
menyatakan bahwa KRP yang mempunyai dampak negatif terhadap Isu PB prioritas
adalah sebagai berikut :
Tabel 16 Skor Hasil Penapisan KRP Terhadap Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas
Baru pada tahun 2020 pada kondisi sedang, sedangkan pada tahun 2042 mengalami
penurunan menjadi rendah pada Desa Kemiri dan Desa Mojosongo.
Sedangkan berdasarkan daya dukung air pengembangan Jalan Baru dalam
kondisi daya dukung air defisit di Tahun 2020 dan Tahun 2042, adanya perkerasan
jalan berdampak pula pada jumlah limpasan air yang dapat meresap ke dalam tanah
sehingga dengan adanya pengembangan jalan baru berdampak pada daya dukung air
yang ada.
Tabel 17 Daya Dukung Lahan KRP Jalan Baru Tahun 2020
Pekarangan/
Kelurahan Luas LTp (Ha) LTb (Ha) DDLB Kelas
Bangunan
Kelurahan Kemiri 504,25 199,24 39,85 239,09 1,05 sedang
Kelurahan Mojosongo 364,81 147,83 29,57 177,40 1,03 sedang
Kragilan 428,97 131,24 26,25 157,49 1,36 sedang
Sumber : Analisis Tim Penyusun KLHS RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongotahun 2021
Tabel 19 Daya Dukung Air KRP Jalan Baru Tahun 2020 dan Tahun 2042
No Daya Dukung Air 2020 2042
M3 Keteranga M3 Ket.
n
1 Ketersediaan Air Permukaan dan Mata Air (SA) 45.524.073,00 57.944.665,84
2 Kebutuhan Air domestik (DA) 92.972.800,00 146.227.200,00
3 Kebutuhan Air per Kegiatan (DA) 22.068.974,79 19.903.764,40
jumlah Kebutuhan air 115.041.774,79 166.130.964,40
4 Defisit pemenuhan kebutuhan air layak (69.517.701,79) (108.186.298,56)
5 Daya Dukung Air Permukaan 0,40 defisit 0,35 defisi
t
Sumber : Analisis Tim Penyusun KLHS RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongotahun 2021
2.3.1.3 Pengaruh KRP Pengembangan KRP Jalan Baru Terhadap Kinerja Layanan
dan Jasa Ekosistem
Pengaruh Pengembangan KRP Jalan Baru terhadap kinerja layanan dan jasa
ekosistem ditinjau dari pengaruh terhadap Jasa Pangan, Jasa Air, Jasa Tata Air dan Jasa
Ruang Hidup.
1. Kondisi Jasa Ekosistem Penyedia Pangan pada KRP Jalan Baru pada
klasifikasi rendah, sehingga pengembangan tidak berpengaruh secara
langsung terhadap jasa pangan.
2. Kondisi Jasa Ekosistem Penyedia Air pada KRP Jalan Baru pada klasifikasi
rendah sehingga penyediaan air pada aktivitas peternakan perlu dilakukan
dari berbagai sumber yang ada, sedangkan pengaruhnya terhadap
penyediaan air pada pemanfaatan air oleh aktivitas peternakan.
3. Kondisi Jasa Ekosistem Pengatur Air pada KRP Jalan Baru pada klasifikasi
rendah sehingga secara alami tidak dapat mengatur laju air apabila terjadi
banjir.
4. Jasa ruang hidup ditinjau dari pengaruh KRP Jalan Baru terhadap dampak
alih fungsi lahan yang terjadi, dampak alih fungsi lahan pada pengembangan
KRP Jalan Baru pada perkerasan jalan baru.
Tabel 21 Kondisi JE Pangan, JE Penyedia Air dan JE Pengatur pada KRP Jalan Baru
DESA Sub_WP Blok Label JE Pangan JE Penyedia Air JE Pengatur Air
Kragilan B 1 B–1 Rendah Rendah Rendah
Mojosong
B 3 B–3
o
B 5 B–5
Kemiri B 4 B–4
B 6 B–6
Sumber : Analisis Tim Penyusun KLHS RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongotahun 2021
1. Kondisi Jasa Ekosistem Kondisi Iklim berada pada klasifikasi sangat rendah,
yang berarti bahwa secara ekosistem tidak mampu memberikan
perlindungan terhadap perubahan iklim, sedangkan pengaruhnya terhadap
iklim bahwa Jalan baru memberikan dampak terhadap perubahan iklim
pada aktivitas yang ditimbulkan serta pencemaran udara dari polusi
kendaraan bermotor.
2. Pengembangan Jalan Baru tidak berpengaruh terhadap RTH yang ada
karena tidak berapa pada zona tersebut.
3. Pengaruh KRP pengembangan Jalan Baru terhadap Gas Rumah Kaca adalah
bahwa dengan adanya jalan baru maka menimbulkan aktivitas baru
disekitar jalan baru serta timbulnya polusi udara akibat tarikan mobilitas
baru.
Tabel 22 Kondisi JE Pengontrol Iklim Pada Jalan Baru
DESA Sub_WP Blok Label JE Iklim
Kragilan B 1 B–1 Sangat Rendah
Mojosongo B 3 B–3
B 5 B–5
Kemiri B 4 B–4
B 6 B–6
Sumber : Analisis Tim Penyusun KLHS RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongotahun 2021
Sub Variabel
No Enam Muatan KLHS Dampak Lingkungan Hidup
Operasional
klasifikasi sangat rendah.
Berdasarkan potensi JE Perlindungan Longsor berada pada
klasifikasi rendah.
Berdasarkan potensi JE Perlindungan kebakaran berada pada
klasifikasi rendah
Persampahan Pengaruh Jalan Baru terhadap persampahan pada limbah
kotoran yang dihasilkan.
Kinerja Layanan atau Jasa Pangan Berdasarkan potensi JE Penyedia Pangan berada pada
Jasa Ekosistem klasifikasi rendah
Jasa Air Berdasarkan potensi JE Penyedia Air berada pada klasifikasi
rendah
3.
Jasa Tata Air Berdasarkan potensi JE Tata Air berada pada klasifikasi rendah
Jasa Ruang Hidup Pengaruh rencana jalan baru terhadap jasa ruang hidup pada
potensi alih fungsi lahan menjadi lahan terbangun akibat
adanya pembangunan jalan baru.
Efisiensi Pemanfaatan Pertanian Pangan Rencana Jalan Baru tidak berpengaruh pada pertanian pangan,
Sumberdaya Alam karena tidak berada pada zona partanian pangan.
Perkebunan Rencana jalan baru tidak berpengaruh pada perkebunan,
4.
karena tidak berada pada zona perkebunan
Kehutanan Tidak Berpengaruh
Pertambangan Tidak Berpengaruh
Tingkat Kerentanan dan Jasa Perubahan Berdasarkan potensi JE Perubahan Iklim berada pada
Kapasitas Adaptasi Iklim klasifikasi sangat rendah
5. Terhadap Perubahan RTH Tidak Berpengaruh
Iklim Gas Rumah Kaca Sebagai salah satu sumber kegiatan penghasil GRK.
Tingkat Ketahanan dan Keanekaragaman Tidak Berpengaruh
Potensi Hayati
6. Keanekaragaman Hayati Biodiversitas Tidak Berpengaruh
Liputan hutan/ Tidak Berpengaruh
Vegetasi
Sumber : Analisis Tim Penyusun KLHS RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongotahun 2021
Tabel 25 Daya Dukung Lahan Pada KRP Zona Perumahan Baru Tahun 2042
Pekarangan
Kelurahan Luas LTp (Ha) LTb (Ha) DDLB Kelas
/Bangunan
Dlingo 421,26 175,87 35,17 211,04 1,00 sedang
Kemiri 504,81 282,37 56,47 338,84 0,74 rendah
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
Pekarangan
Kelurahan Luas LTp (Ha) LTb (Ha) DDLB Kelas
/Bangunan
Kragilan 427,94 171,04 34,21 205,25 1,04 sedang
Metuk 425,57 150,79 30,16 180,94 1,18 sedang
Singosari 333,03 118,03 23,61 141,64 1,18 sedang
Sumber : Analisis Tim Penyusun KLHS RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongotahun 2021
Sub Variabel
No Enam Muatan KLHS Dampak Lingkungan Hidup
Operasional
terhadap genangan & tinggi tidak berpotensi terhadap
genangan.
Jasa Ruang Hidup
Efisiensi Pemanfaatan Pertanian Pangan Rencana sub zona perumahan kepadatan sedang dengan
Sumberdaya Alam aktivitas peternakan Desa Singosari tidak berpengaruh pada
pertanian pangan, karena tidak berada pada zona partanian
pangan.
4. Perkebunan Rencana sub zona perumahan kepadatan sedang dengan
aktivitas peternakan Desa Singosari tidak berpengaruh pada
perkebunan, karena tidak berada pada zona perkebunan
Kehutanan Tidak Berpengaruh
Pertambangan Tidak Berpengaruh
Tingkat Kerentanan dan Jasa Perubahan Berdasarkan potensi JE Perubahan Iklim berada pada klasifikasi
Kapasitas Adaptasi Iklim sangat rendah, sehingga dampak GRK yang ditimbulkan sangat
Terhadap Perubahan berperan sebagai salah satu sumber perubahan iklim.
5. Iklim RTH Tidak Berpengaruh
Gas Rumah Kaca Sebagai salah satu sumber kegiatan perumahan penghasil GRK,
tetapi tidak menjadi dominan di WP Mojosongo
Tingkat Ketahanan dan Keanekaragaman Tidak Berpengaruh
Potensi Hayati
6. Keanekaragaman Hayati Biodiversitas Tidak Berpengaruh
Liputan hutan/ Tidak Berpengaruh
Vegetasi
Sumber : Analisis Tim Penyusun KLHS RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongotahun 2021
Tabel 32 Kondisi Daya Dukung Lahan KRP KPI Baru Tahun 2042
Pekarangan
Kelurahan Luas LTp (Ha) LTb (Ha) DDLB Kelas
/Bangunan
Butuh 190,80 107,48 21,50 128,98 0,74 rendah
Kragilan 427,94 171,04 34,21 205,25 1,04 sedang
Metuk 425,57 150,79 30,16 180,94 1,18 sedang
Singosari 333,03 118,03 23,61 141,64 1,18 sedang
Sumber : Analisis Tim Penyusun KLHS RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongotahun 2021
JE
JE Pemurnian JE Kualitas JE Pengendalian JE Pengendali
DESA Sub_WP Blok Pengendalian
Air Udara Banjir Kebakaran
Longsor
4 Sedang Sedang Tinggi Rendah
Mojosongo B 3 Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Rendah Rendah
5 Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Rendah Rendah
Sangat Tinggi
Sumber : Analisis Tim Penyusun KLHS RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongotahun 2021
Sub_W
DESA Blok JE Ketersediaan Pangan JE Ketersediaan Air JE Pengatur AIr
P
Butuh B 7 Rendah Rendah Rendah
Sangat Tinggi Sedang
Kragilan B 1 Rendah Rendah Rendah
Brajan C 3 Sangat Rendah Rendah Rendah
Metuk C 3 Sangat Rendah Rendah Rendah
4 Sangat Rendah Rendah Rendah
Rendah Tinggi
Sedang
Mojosong
B 3
o Rendah Rendah Rendah
5 Rendah Sedang
Sangat Tinggi
Sumber : Analisis Tim Penyusun KLHS RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongotahun 2021
Sub Variabel
No Enam Muatan KLHS Dampak Lingkungan Hidup
Operasional
Berdasarkan JE Pengendali Banjir pada klasifikasi sangat rendah
hingga rendah.
Persampahan Dampak zona KPI terhadap persampahan yaitu potensi
persampahan dari kegiatan pendukung industri.
3. Kinerja Layanan atau Jasa Pangan Berdasarkan potensi JE Penyedia Pangan di Zona KPI Sangat rendah,
Jasa Ekosistem rendah, sedang dan sangat tinggi.
Pengembangan Zona KPI pada wilayah dengan klasifikasi sangat
tinggi akan berdampak pada penurunan fungsi JE
Jasa Air Berdasarkan potensi jasa penyediaan air di zona KPI berada pada
klasifikasi rendah dan sedang.
Pemanfaatan air yang berlebihan pada aktivitas industri dapat
berdampak pada penurunan daya dukung air.
Jasa Tata Air Berdasarkan potensi JE pengatur air di Zona KPI pada klasifikasi
rendah.
Kondisi JE pengatur air pada klasifikasi rendah berdampak pada
rendahnya zona pada pengaturan aliran banjir.
Jasa Ruang Hidup Peruabahan JE ruang hidup berupa adanya alih fungsi lahan pada
pengembangan industry serta aktivitas pendukungnya.
4. Efisiensi Pemanfaatan Pertanian Pangan Pengembangan Zona KPI berbatasan dengan zona pertanian pangan,
Sumberdaya Alam sehingga perlu adanya persyaratan untuk menjaga dampak negative
dari KPI.
Perkebunan Pengembangan Zona KPI berbatasan dengan zona perkebunan,
sehingga perlu adanya persyaratan untuk menjaga dampak negative
dari KPI.
Kehutanan Pengembangan Zona KPI berbatasan dengan sub zona rimba kota,
sehingga perlu adanya persyaratan untuk menjaga dampak negative
dari KPI.
Pertambangan Tidak Berpengaruh
5. Tingkat Kerentanan dan Jasa Perubahan Berdasarkan potensi JE Pengendali iklim rencana zona KPI berada
Kapasitas Adaptasi Iklim pada klasifikasi sangat rendah dan rendah.
Terhadap Perubahan RTH Tidak berpengaruh
Iklim Gas Rumah Kaca Menjadi salah satu sumber GRK
6. Tingkat Ketahanan dan Keanekaragaman Berpotensi tidak langsung terhadap keanekaragaman hayati rimba
Potensi Hayati kota
Keanekaragaman Hayati Biodiversitas Berpotensi tidak langsung terhadap Biodiversitas rimba kota
Liputan hutan/ Berpotensi tidak langsung terhadap liputan hutan/ vegetasi rimba
Vegetasi kota
Sumber : Analisis Tim Penyusun KLHS RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongotahun 2021
2.3.5.1 Pengaruh KRP Pengembangan Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala
Kota Terhadap Kapasitas Daya Dukung Dan Daya Tampung Lingkungan
Hidup
Pengaruh KRP Sub Sarana Pelayanan Umum (SPU1) terhadap kapasitas daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup di nilai berdasarkan pengaruhnya
terhadap daya dukung lahan serta daya dukung air. Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan kondisi daya dukung lahan pada KRP Sub Sarana Pelayanan Umum (SPU1)
baru mempunyai klasifikasi kelas sedang, yang artinya bahwa secara daya dukung lahan
masih dapat memenuhi kebutuhan lahan akan tetapi perlu dikendalikan
penggunaannya. Sedangkan pada Tahun 2042 daya dukung lahan mengalami
penurunan di Desa Mojosongo sedangkan Desa Kragilan masih dalam klasifikasi kelas
sedang.
Berdasarkan daya dukung air KRP KPI baru pada Tahun 2020 hingga Tahun
2042 dalam kondisi defisit, adanya pengembangan Sub Sarana Pelayanan Umum (SPU1)
cukup mempengaruhi terhadap kebutuhan air terutama dalam memenuhi kebutuhan
air untuk aktivitas perdagangan & jasa.
2.3.5.2 Pengaruh KRP Pengembangan Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala
Kota Terhadap Perkiraan Dampak Dan Risiko Lingkungan Hidup
Pengaruh KRP Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kota (SPU 1) terhadap
perkiraan dampak dan risiko lingkungan hidup ditinjau dari pengaruhnya terhadap
Pencemaran Air, Pencemaran Udara, Resiko Bencana dan Persampahan.
1. Kondisi Jasa Ekosistem Pemurnian Air pada Sub Zona Sarana Pelayanan
Umum Skala Kota (SPU 1) berada pada klasifikasi rendah, Sub Zona Sarana
Pelayanan Umum Skala Kota dengan potensi JE Pemurnian air rendah maka
ekosistem tidak mampu menjaga pencemaran air secara alami. Akan tetapi
dengan adanya alih fungsi lahan menjadi peruntukan industri maka akan
menghilangkan vegetasi yang ada sehingga JE Pemurnian Air sehingga fungsi
jasa ekosistem akan menurun.
2. Kondisi Jasa Ekosistem Pencemaran Udara pada Sub Zona Sarana Pelayanan
Umum Skala Kota (SPU 1) berada pada klasifikasi sangat rendah sehingga
pengembangan Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kota (SPU 1) akan
sangat berpengaruh terhadap pencemaran udara, karena aktivitas Sarana
Pelayanan Umum Skala Kota (SPU 1) yang menimbulkan tarikan kendaraan
bermotor. Dengan adanya rencana Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala
Kota (SPU 1) maka akan mengurangi fungsi JE Pencemaran Udara karena
vegetasi yang hilang serta alih fungsi lahan.
3. Pengaruh terhadap kebencanaan ditinjau dari beberapa jasa ekosistem
antara lain :
a. Jasa Ekosistem Perlindungan Banjir
Kondisi jasa ekosistem perlindungan banjir Sub Zona Sarana Pelayanan
Umum Skala Kota berada pada klasifikasi sangat rendah, sehingga pada
zona dengan JE sangat rendah saat terjadi bencana banjir secara
ekosistem tidak mampu mendukung.
b. Jasa Ekosistem Perlindungan Longsor
Kondisi Jasa Ekosistem Perlidungan Longsor pada Sub Zona Sarana
Pelayanan Umum Skala Kota berada pada klasifikasi rendah, sehingga
secara ekosistem tidak dapat melindungi dari bahaya longsor, adanya
perubahan fungsi lahan maka akan mengurangi kemampuan Jasa
Ekosistem perlindungan longsor karena hilangnya vegetasi.
c. Jasa Ekosistem Perlindungan Kebakaran
Kondisi Jasa Ekosistem Perlindungan Kebakaran pada Sub Zona Sarana
Pelayanan Umum Skala Kota berada pada klasifikasi rendah dan sangat
tinggi, pada zona dengan kondisi JE Kebakaran rendah maka jasa
ekosistem tersebut akan hilang karena hilangnya vegetasi akibat alih
fungsi lahan sehingga tidak mampu untuk melindungi Sub Zona Sarana
Pelayanan Umum Skala Kota (SPU 1) terhadap bahaya kebakaran.
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
2.3.5.3 Pengaruh KRP Pengembangan Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala
Kota Terhadap Kinerja Layanan dan Jasa Ekosistem
Pengaruh KRP Pengambangan Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kota
(SPU 1) terhadap kinerja layanan dan jasa ekosistem ditinjau dari pengaruh terhadap
Jasa Pangan, Jasa Air, Jasa Tata Air dan Jasa Ruang Hidup.
1. Kondisi Jasa Ekosistem Penyedia Pangan pada Sub Zona Sarana Pelayanan
Umum Skala Kota (SPU 1) pada klasifikasi rendah dan sangat tinggi,
pengembangan Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kota (SPU 1) pada
Zona Jasa Ekosistem Penyedia Pangan dengan klasifikasi rendah tersebut
tidak berdampak pada kemampuan alami penyediaan pangan akan tetapi
pada rencana Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kota (SPU 1) dengan
klasifikasi sangat tinggi maka akan menghilangkan jasa ekosistem penyedia
pangan karena alih fungsi lahan .
2. Kondisi Jasa Ekosistem Penyedia Air pada KRP Sub Zona Sarana Pelayanan
Umum Skala Kota (SPU 1) berada pada klasifikasi JE Ketersediaan Air
rendah dan sedang. Pengembangan Sub Zona Sarana Pelayanan Umum
Skala Kota (SPU 1) pada klasifikasi JE Ketersediaan Air rendah berdampak
pada pemenuhan kebutuhan air pada aktivitas sarana pelayanan umum dari
sumber di sekitarnya. Sedangkan pada rencana pengembangan pada zona
dengan JE Ketersediaan Air sedang berdampak pada berkurangnya JE
Ketersediaan Air akibat alih fungsi lahan.
3. Kondisi Jasa Ekosistem Pengatur Air pada KRP Sub Zona Sarana Pelayanan
Umum Skala Kota (SPU 1) berada pada klasifikasi JE Pengatur Air rendah,
dampak dari pengembangan Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kota
(SPU 1) pada JE Pengatur Air rendah menyebabkan pengaturan air pada
zona – zona tersebut buruk sehingga akan rawan terhadap genangan –
genangan saat terjadi hujan.
4. Jasa ruang hidup ditinjau dari pengaruh Sub Zona Sarana Pelayanan Umum
Skala Kota (SPU 1) terhadap dampak alih fungsi lahan yang terjadi, dampak
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
alih fungsi lahan pada pengembangan Sub Zona Sarana Pelayanan Umum
Skala Kota (SPU 1) pada penggunaan lahan terbangun karena berdampak
pada berkurangnya fungsi jasa ekosistem serta adanya alih fungsi lahan
yang akan ditimbulkan di sekitar zona – zona pengembangan. Adanya
aktivitas sarana pelayanan umum akan diikuti dengan aktivitas – aktivitas
pendukung lainnya antara lain perdagangan & jasa dan aktivitas pendukung
lainnya.
Tabel 41 Kondisi JE Ketersediaan Pangan, Ketersediaan Air dan Pengaturan Air Sub
Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kota (SPU 1)
JE Penyedia JE Penyedia
DESA Sub_WP Blok JE Tata Air
Pangan Air
Mojosong
o B 4 Rendah Rendah Rendah
Kragilan B 1 Sangat Tinggi Sedang Rendah
Sumber : Analisis Tim Penyusun KLHS RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongotahun 2021
2.3.5.4 Pengaruh KRP Pengembangan Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala
Kota Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Pengaruh KRP Pengembangan Sub Zona Saran Pelayanan Umum(SPU 1)
terhadap efisiensi pemanfaatan sumber daya alam ditinjau dari pertanian pangan,
perkebunan, kehutanan dan pertambangan. Pengembangan Sub Zona Saran Pelayanan
Umum(SPU 1) tidak memberikan pengaruh secara langsung terhadap pertanian pangan,
perkebunan, kehutanan maupun pertambangan karena tidak berada pada lokasi
tersebut.
2.3.5.5 Pengaruh KRP Pengembangan Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala
Kota Terhadap Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi Terhadap
Perubahan Iklim
Pengaruh KRP pengembangan Sub Zona Saran Pelayanan Umum(SPU 1)
terhadap tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim ditinjau
dari aspek Jasa Perubahan Iklim, RTH, dan Gas Rumah Kaca.
1. Kondisi Jasa Ekosistem Pengatur Iklim berada pada klasifikasi sangat
rendah, yang berarti bahwa secara ekosistem tidak mampu memberikan
perlindungan terhadap perubahan iklim, sedangkan pengaruhnya terhadap
iklim bahwa Sub Zona Saran Pelayanan Umum(SPU 1) memberikan dampak
penurunan fungsi JE Pengatur Iklim bahkan menghilangkan fungsi JE yang
berada pada klasifikasi sangat rendah, hal ini dipengaruhi karena hilangnya
vegetasi dan ekosistem yang ada akibat alih fungsi lahan.
2. Pengembangan Sub Zona Saran Pelayanan Umum(SPU 1) tidak berpengaruh
langsung terhadap RTH yang ada karena tidak berapa pada zona tersebut
akan tetapi pengembangan Sub Zona Saran Pelayanan Umum(SPU 1) wajib
diikuti dengan pengembangan RTH sebagai salah satu upaya perlindungan
lingkungan hidup dari aktivitas sarana pelayanan umum yang berkembang.
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
2.3.5.6 Pengaruh KRP Pengembangan Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala
Kota Terhadap Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman Hayati
Pengaruh KRP Pengembangan Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kota
(SPU 1) terhadap tingtan ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati ditinjau dari
berbagai aspek yaitu : keanekaragaman hayati, biodiversitas, serta liputan hutan/
vegetasi. Pengembangan Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kota (SPU 1) baru di
Wilayah Perkotaan Kecamatan Mojosongoberada diluar zona lindung keanekaragaman
hayati.
Tabel 43 Pengaruh KRP Pengembangan Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kota
(SPU 1) terhadap tingtan ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati
1. Kapasitas daya dukung Daya Dukung Lahan Potensi daya dukung lahan di Sub Zona Sarana
dan daya tampung Pelayanan Umum Skala Kota berada pada klasifikasi
lingkungan hidup sedang pada tahun 2022 dan mengalami penurunan di
Desa Mojosongo dengan klasifikasi rendah.
Daya Dukung Air Potensi daya dukung air di Sub Zona Sarana Pelayanan
Umum Skala Kota berada pada kondisi defisit
2. Perkiraan dampak dan Pencemaran Air Dampak aktivitas Sub Zona Sarana Pelayanan Umum
risiko lingkungan hidup Skala Kota berpengaruh pada potensi pencemaran air
hanya pada pembuangan limbah domestik.
Berdasarkan potensi JE Pemurnian air berada pada
rendah.
Pencemaran Udara Berdasarkan potensi JE Pencemaran udara berada pada
sangat rendah
Risiko Bencana Berdasarkan potensi JE Pengendali Banjir pada
klasifikasi rendah
Berdasarkan potensi JE Pengendali longsor pada
klasifikasi rendah
Berdasarkan potensi JE Pengendali kebakaran pada
klasifikasi rendah
Persampahan Resiko persampahan bersumber dari aktivitas Sub Zona
Sarana Pelayanan Umum Skala Kota serta aktivitas
pendukungnya.
3. Kinerja Layanan atau Jasa Pangan Potensi JE Penyedia pangan berada pada klasifikasi
Jasa Ekosistem rendah.
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
2.3.5 Rencana Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota (K1)
Rencana pengembangan Sub Zona Perdagangan dan Jasa Skala Kota (K1) pada
wilayah Perkotaan Kecamatan Mojosongo meliputi :
1. Rencana KRP Sub Zona Perdagangan dan Jasa Skala Kota (K1) di Desa
Kragilan (Blok B – 1)
Pekarangan
Kelurahan Luas LTp (Ha) LTb (Ha) DDLB Kelas
/Bangunan
Mojosongo 365,54 262,14 52,43 314,57 0,58 rendah
Sumber : Analisis Tim Penyusun KLHS RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongotahun 2021
2.3.6.2 Pengaruh KRP Pengembangan Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota
(K1) Terhadap Perkiraan Dampak Dan Risiko Lingkungan Hidup
Pengaruh KRP Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota (K1) terhadap
perkiraan dampak dan risiko lingkungan hidup ditinjau dari pengaruhnya terhadap
Pencemaran Air, Pencemaran Udara, Resiko Bencana dan Persampahan.
1. Kondisi Jasa Ekosistem Pemurnian Air pada Sub Zona Perdagangan & Jasa
Skala Kota (K1) berada pada klasifikasi rendah, Sub Zona Perdagangan &
Jasa Skala Kota (K1) dengan potensi JE Pemurnian air rendah maka
ekosistem tidak mampu menjaga pencemaran air secara alami, sedangkan
pada Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota (K1) dengan potensi JE
Pemurnian air tinggi dapat membantu menetralisir pencemaran air secara
alami. Akan tetapi dengan adanya alih fungsi lahan menjadi peruntukan
industri maka akan menghilangkan vegetasi yang ada sehingga JE Pemurnian
Air dengan klasifikasi tinggi akan menurun.
2. Kondisi Jasa Ekosistem Pencemaran Udara pada Sub Zona Perdagangan &
Jasa Skala Kota (K1) berada pada klasifikasi sangat rendah dan rendah
sehingga pengembangan Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota (K1) akan
sangat berpengaruh terhadap pencemaran udara, karena aktivitas
perdagangan & jasa yang menimbulkan tarikan kendaraan bermotor. Dengan
adanya rencana Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota (K1) maka akan
mengurangi fungsi JE Pencemaran Udara karena vegetasi yang hilang serta
alih fungsi lahan.
3. Pengaruh terhadap kebencanaan ditinjau dari beberapa jasa ekosistem
antara lain :
a. Jasa Ekosistem Perlindungan Banjir
Kondisi jasa ekosistem perlindungan banjir Sub Zona Perdagangan & Jasa
Skala Kota (K1) berada pada klasifikasi sangat rendah dan sedang,
sehingga pada zona dengan JE sangat rendah saat terjadi bencana banjir
secara ekosistem tidak mampu mendukung, sedangkan pengaruhnya
terhadap JE Perlindungan banjir lebih pada dampak pencemaran yang
terbawa saat terjadi banjir.
b. Jasa Ekosistem Perlindungan Longsor
Kondisi Jasa Ekosistem Perlidungan Longsor pada Sub Zona Perdagangan
& Jasa Skala Kota (K1) berada pada klasifikasi rendah dan sedang,
sehingga secara ekosistem tidak dapat melindungi dari bahaya longsor,
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
2.3.6.3 Pengaruh KRP Pengembangan Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota
(K1) Terhadap Kinerja Layanan dan Jasa Ekosistem
Pengaruh KRP Pengambangan Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota (K1)
terhadap kinerja layanan dan jasa ekosistem ditinjau dari pengaruh terhadap Jasa
Pangan, Jasa Air, Jasa Tata Air dan Jasa Ruang Hidup.
5. Kondisi Jasa Ekosistem Penyedia Pangan pada Sub Zona Perdagangan & Jasa
Skala Kota (K1) pada klasifikasi rendah, pengembangan Sub Zona
Perdagangan & Jasa Skala Kota (K1) pada Zona Jasa Ekosistem Penyedia
Pangan tersebut tidak berdampak pada kemampuan alami penyediaan
pangan.
6. Kondisi Jasa Ekosistem Penyedia Air pada KRP Sub Zona Perdagangan &
Jasa Skala Kota (K1) berada pada klasifikasi JE Ketersediaan Air rendah.
Pengembangan Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota (K1) pada
klasifikasi JE Ketersediaan Air rendah berdampak pada pemenuhan
kebutuhan air pada aktivitas perdagangan & jasa dari sumber di sekitarnya.
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
7. Kondisi Jasa Ekosistem Pengatur Air pada KRP Sub Zona Perdagangan &
Jasa Skala Kota (K1) berada pada klasifikasi JE Pengatur Air rendah, dampak
dari pengembangan Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota (K1) pada JE
Pengatur Air rendah menyebabkan pengaturan air pada zona – zona
tersebut buruk sehingga akan rawan terhadap genangan – genangan saat
terjadi hujan.
8. Jasa ruang hidup ditinjau dari pengaruh Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala
Kota (K1) terhadap dampak alih fungsi lahan yang terjadi, dampak alih
fungsi lahan pada pengembangan Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota
(K1) pada penggunaan lahan terbangun karena berdampak pada
berkurangnya fungsi jasa ekosistem serta adanya alih fungsi lahan yang
akan ditimbulkan di sekitar zona – zona pengembangan. Adanya aktivitas
perdagangan & jasa akan diikuti dengan aktivitas – aktivitas pendukung
lainnya antara lain perdagangan & jasa baru selain yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Tabel 47 Kondisi JE Ketersediaan Pangan, Ketersediaan Air dan Pengaturan Air Sub
Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota (K1)
Sub_W
DESA Blok JE Penyedia Pangan JE Penyedia Air JE Pengatur Air
P
Kragila
n II 1 Rendah Rendah Rendah
2.3.6.5 Pengaruh KRP Pengembangan Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota
(K1) Terhadap Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi Terhadap
Perubahan Iklim
Pengaruh KRP pengembangan Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota (K1)
terhadap tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim ditinjau
dari aspek Jasa Perubahan Iklim, RTH, dan Gas Rumah Kaca.
2.3.6.6 Pengaruh KRP Pengembangan Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota
(K1) Terhadap Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman Hayati
Pengaruh KRP Pengembangan Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota (K1)
terhadap tingtan ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati ditinjau dari berbagai
aspek yaitu : keanekaragaman hayati, biodiversitas, serta liputan hutan/ vegetasi.
Pengembangan Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala Kota (K1) baru di Wilayah
Perkotaan Kecamatan Mojosongoberada diluar zona lindung keanekaragaman hayati.
Tabel 49 Pengaruh KRP Pengembangan Sub Zona Perdagangan & Jasa Skala
Kota (K1) terhadap tingtan ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati
Sub Variabel
No Enam Muatan KLHS Dampak Lingkungan Hidup
Operasional
1. Kapasitas daya dukung Daya Dukung Lahan Potensi daya dukung lahan di Sub Zona Perdagangan & Jasa
dan daya tampung berada pada klasifikasi sedang.
lingkungan hidup Daya Dukung Air Potensi daya dukung air di Sub Zona Perdagangan & Jasa berada
pada kondisi defisit
2. Perkiraan dampak dan Pencemaran Air Dampak aktivitas perdagangan dan jasa berpengaruh pada
risiko lingkungan hidup potensi pencemaran air terutama dari jenis perdagangan
kuliner.
Berdasarkan potensi JE Pemurniana air berada pada sangat
rendah dan rendah.
Pencemaran Udara Berdasarkan potensi JE Pencemaran udara berada pada sangat
rendah dan rendah
Risiko Bencana Resiko bencana pada pada pengambangan sub zona pedagangan
dan jasa di Desa Kragilan karena berbatasan dengan sungai
musiman dan pertambangan (galian C)
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
Sub Variabel
No Enam Muatan KLHS Dampak Lingkungan Hidup
Operasional
Persampahan Resiko persampahan bersumber dari aktivitas perdagangan &
jasa serta aktivitas pendukungnya.
3. Kinerja Layanan atau Jasa Pangan Potensi JE Penyedia pangan berada pada klasifikasi rendah.
Jasa Ekosistem Jasa Air Potensi JE Penyedia air berada pada klasifikasi rendah
Jasa Tata Air Potensi JE pengatur air berada pada klasifikasi rendah
Jasa Ruang Hidup
4. Efisiensi Pemanfaatan Pertanian Pangan Tidak Berpengaruh
Sumberdaya Alam Perkebunan Berkurangnya lahan eksisting perkebunan
Kehutanan Tidak Berpengaruh
Pertambangan Tidak Berpengaruh
5. Tingkat Kerentanan dan Jasa Perubahan Berdasarkan potensi JE Pengendali Iklim berada pada klasifikasi
Kapasitas Adaptasi Iklim sangat rendah dan sedang.
Terhadap Perubahan RTH Tidak Terpengaruh
Iklim Gas Rumah Kaca Aktivitas perdagangan & jasa dapat menimbulkan GRK
6. Tingkat Ketahanan dan Keanekaragaman Tidak berpengaruh
Potensi Hayati
Keanekaragaman Hayati Biodiversitas Tidak berpengaruh
Liputan hutan/ Tidak berpengaruh
Vegetasi
Sumber : Analisis Tim Penyusun KLHS RDTR Kawasan Perkotaan Kecamatan Mojosongotahun 2021
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
Pertimbangan Rekomendasi
Alternatif Penyempurnaan KRP Berdampak Penyempurnaan KRP Total
1 2 3 4 5 6
pengembangan zona perumahan.
Penyediaan sarana pencegah kebakaran pada zona
21. ^ ^ ^ 3
perumahan
Penyediaan sarana pengolahan limbah pada sub zona
22. perumahan kepadatan sedang dengan aktivitas ^ ^ ^ ^ ^ 5
peternakan Desa Singosari.
23. Pemantauan kualitas air di lokasi zona perumahan ^ ^ ^ ^ 4
Keterangan : (1) Mendukung kebijakan nasional, (2) Tidak mengganggu situasi sosial politik, (3)
Dukungan kelembagaan pemerintah daerah, (4) Dukungan masyarakat, (5) Partisipasi dunia usaha, (6)
Dukungan iklim investasi
Berdasarkan penilaian yang dilakukan pada alternatif yang mempunyai hubungan
paling banyak dengan faktor pertimbangan adalah (1) Penyediaan taman pada fasilitas
terbuka hijau publik maupun taman yang terletak pada setiap pinggiran pedestrian dan
pada tepian aliran sungai dan aliran drainase, (2) Penetapan RTH 10% pada setiap
kavling rumah , (3) Penataan Pola sirkulasi pada zona perumahan dibuat searah dengan
kemiringan lahan sehingga memberikan kesempatan aliran air tanpa hambatan hilir
sungai sehingga dapat meminimalkan potensi genangan, (4) Penerapan Water Sensitive
Urban Design pada lokasi Zona perumahan baik sub zona perumahan tinggi, sedang
maupun rendah yang berada di kawasan rawan banjir serta untuk mengatasi defisit air,
(5) Penyediaan kolam retensi pada titik-titik kawasan zona perumahan di sub WP 1
blok 4 desa singosari, sub WP II blok 6 desa kemiri, sub WP I blok 1 desa Kragilan, dan
sub WP 3 Blok 4 desa Metuk sebagai area resapan juga sebagai area pengamanan
perumahan dari arus balik sungai yang mengecil ketika keluar area perumahan, (6)
Penerapan Water Sensitive Urban Design pada lokasi Zona perumahan baik sub zona
perumahan tinggi, sedang maupun rendah yang berada di kawasan rawan banjir serta
untuk mengatasi defisit air, (7) Penyediaan sarana pengolahan limbah pada sub zona
perumahan kepadatan sedang dengan aktivitas peternakan Desa Singosari, (8)
Pengaturan jarak rumah, sebagai upaya meminimalisir dampak kebakaran (9) Sistem
Pengolahan limbah terpadu domestic pada zona perumahan baru, (10) Penyediaan
system persampahan dengan metode 3 R pada area perumahan, (11) System
pengolahan limbah peternakan terpadu pada sub zona perumahan di Desa Singosari,
(12) Penanaman Vegetasi serta ruang hijau ditempatkan pada setiap pinggiran sungai
serta saluran drainase, (13) Penyediaan kolam retensi pada titik-titik kawasan zona
perumahan di sub WP 1 blok 4 desa singosari, sub WP II blok 6 desa kemiri, sub WP I
blok 1 desa Kragilan, dan sub WP 3 Blok 4 desa Metuk sebagai area resapan juga sebagai
area pengamanan perumahan dari arus balik sungai yang mengecil ketika keluar area
perumahan, (14) Penerapan Rekayasa Teknis bangunan pada zona perumahan dengan
JE pengendali longsor rendah dan sangat rendah di sub WP 1 blok 4 desa singosari, sub
WP II blok 6 desa kemiri, sub WP I blok 1 desa Kragilan, dan sub WP 3 Blok 4 desa
Metuk, (15) Pemenuhan sarana dan prasarana persampahan pada pengembangan zona
perumahan, (16) Pemantauan kualitas air di lokasi zona perumahan, (17) Pembuatan
Saluran drainase dengan memperhitungkan beban debit limpasan pada area
perumahan untuk mengurangi beban limpasan air sungai, (18) Mewajibakan adanya
dokumen UKL UPL bagi pengembang dengan jumlah ≥ 15 unit rumah (19) Menentukan
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
jalur evakuasi hingga zona – zona perumahan, (20) Penambahan titik – titik hidran
pada zona perumahan terutama perumahan kepadatan tinggi, (21) Pengaturan pola
perumahan, sesuai dengan standar rumah sehat (22) Mekanisme pengawasan
pengembangan bangunan sehingga lingkungan perumahan yang ada tetap dapat
dikembangkan sesuai dengan rencana pola ruang dan zonasi yang ditetapkan, (23)
Koordinasi Pengendalian sistem air secara regional dan penerapan sistem drainase.
3.2.3 Rencana Zona Kawasan Peruntukan Industri
Rencana Zona Kawasan Peruntukan Industri merupakan salah satu KRP
Rencana Pola Ruangyang mempunyai dampak lingkungan, oleh sebab itu dilakukan
penilaian terhadap alternatif penyempurnaan KRP sebagai pertimbangan rekomendasi
penyempurnaan KRP yang dinilai dari 6 (enam) sektor berpengaruh dan tidak
berpengaruh
Tabel 57 Penilaian Rekomendasi Penyempurnaan KRP Zona Kawasan Peruntukan
Industri
Pertimbangan Rekomendasi
Alternatif Penyempurnaan KRP Berdampak Penyempurnaan KRP Total
1 2 3 4 5 6
1. Sistem Pengolahan limbah terpadu ^ ^ ^ ^ ^ ^ 6
2. Pemantauan kualitas udara secara berkala ^ ^ ^ ^ 4
3. System pengolahan limbah B3 ^ ^ ^ ^ 4
4. Penambahan vegetasi di sekitar KPI ^ ^ ^ ^ ^ 5
5. Penetapan sabuk hijau KPI ^ ^ ^ ^ ^ 5
6. Penetapan AMDAL bagi industry yang wajib AMDAL ^ ^ ^ ^ ^ 5
Menentukan jenis industry yang tidak beresiko pada
7. ^ ^ ^ ^ ^ 5
pencemaran tinggi.
8. Penetapan sempadan sungai pada KPI ^ ^ ^ ^ ^ 5
9. Pergeseran bangunan KPI yang berada di sempadan sungai ^ ^ ^ ^ ^ 5
10. Pembuatan Tanggul sungai ^ ^ ^ ^ 4
11. Meminimalisir alih fungsi lahan sekitar Zona KPI. ^ ^ ^ ^ ^ 5
12. Pengendalian pemanfaatan ruang sekitar Zona KPI ^ ^ ^ ^ ^ 5
Pemanfaatan air permukaan untuk kepentingan KPI (water
13. ^ ^ ^ ^ ^ ^ 6
treatment)
14. Penetapan UKL UPL bagi industry yang tidak wajib AMDAL ^ ^ ^ ^ ^ 5
15. Pengendalian pertumbuhan penduduk di sekitar KPI ^ ^ ^ ^ 4
16. Pengendalian permukiman kumuh di sekitar KPI ^ ^ ^ ^ 4
Pengendalian berkembangnya sector informal di sekitar
17. ^ ^ ^ ^ 4
KPI
18. Pengolahan limbah secara terpadu ^ ^ ^ ^ ^ 5
Keterangan : (1) Mendukung kebijakan nasional, (2) Tidak mengganggu situasi sosial politik, (3)
Dukungan kelembagaan pemerintah daerah, (4) Dukungan masyarakat, (5) Partisipasi dunia usaha, (6)
Dukungan iklim investasi
Berdasarkan penilaian yang dilakukan pada alternatif yang mempunyai
hubungan paling banyak dengan faktor pertimbangan adalah (1) Sistem Pengolahan
limbah terpadu (2)Pemanfaatan air permukaan untuk kepentingan KPI (water
treatment), (3) Penambahan vegetasi di sekitar KPI, (4) Penetapan sabuk hijau KPI, (5)
Menentukan jenis industry yang tidak beresiko pada pencemaran tinggi, (6) Penetapan
AMDAL bagi industry yang wajib AMDAL (7) Penetapan sempadan sungai pada KPI, (8)
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo
Pergeseran bangunan KPI yang berada di sempadan sungai, (9) Meminimalisir alih
fungsi lahan sekitar Zona KPI, (10) Pengendalian pemanfaatan ruang sekitar Zona KPI,
(11) Pengolahan limbah secara terpadu, (12) Pemantauan kualitas udara secara
berkala, (13) System pengolahan limbah B3, (14) Pembuatan Tanggul sungai, (15)
Penetapan UKL UPL bagi industry yang tidak wajib AMDAL (16) Pengendalian
pertumbuhan penduduk di sekitar KPI, (17) Pengendalian permukiman kumuh di
sekitar KPI, (18) Pengendalian berkembangnya sector informal di sekitar KPI.
limbah B3 dan limbah domestic Pada Sub Zona SPU 1 RS Internasional, (3)
Pengendalian pemanfaatan ruang sekitar Sub Zona SPU 1 RS Internasional, (4)
Penyediaan Sarapa Prasarana Minimal Sub Zona SPU 1 RS Internasional, (5) Sistem
Pengolahan limbah terpadu, (6) Sistem pengolahan B3 yang sesuai dengan standar (7)
Menetapkan wajib AMDAL bagi SPU 1 Rumah Sakit (8) Penyediaan taman pada fasilitas
terbuka hijau publik maupun taman pada rencana zona SPU-1, (9) Pengujian emisi
kendaraan, (10) Penyediaan vegetasi penyerap polusi pada zona SPU-1 Gocar dan RS
Internasional, (11) Penyediaan vegetasi penghalang sebagai peredam kebisingan, (12)
Peyediaan sarana dan prasarana persampahan pada pengembangan zona SPU 1 di Desa
Mojosongo, (13) Pengelolaan sumber bising dan memasang bangunan penghalang
terutama pada lokasi tapak rencana Zona SPU-1 yang dekat dengan permukiman
penduduk., (14) Pemasangan alat pemantau kualitas udara.
sub zona perdagangan & jasa skala kota, (6) Pengendalian alih fungsi lahan sekitar sub
zona perdagangan & jasa skala kota, (7) Pengamanan sempadan sungai dengan sub
zona perdagangan & jasa menggunakan metode structural maupun non structural, (8)
Penyediaan sarana prasaran minimum.
Executive Summary KLHS RDTR Wilayah Perencanaan Kecamatan Mojosongo